Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pengampuh Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep

“Membuat Asuhan Keperawatan Keperawatan Kritis pada kasus penyakit Syok Anafilaktik”

DISUSUN OLEH :
NAMA :Feibe Patricia Anggelina David
NIM :1714201146
Kelas/Semester :A3/VII

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan,obat-obatan,gigitan serangga,maupun kondisi ekstrem dapat menimbulkan
reaksi hipersensitifitas. Hipersensitifitas merupakan respon imun yang berlebihan
sehingga dapat merusak jaringan tubuh.Reaksi ini berdasarkan Gell dan Coombs dibagi
menjadi reaksi tipe I atau tipe cepat yaitu reaksi yang muncul segera setelah terpajan
alergen,reaksi tipe 2 atau reaksi sitotoksik yang terjadi karena pembentukan IgG dan IgM
sehingga dapat mengaktifkan komplemen dan mengakibatkan lisis,reaksi tipe 3 atau
reaksi kompleks imun yang terjadi akibat pembentukan kompleks antigen antibodi,dan
reaksi tipe 4 atau reaksi hipersensitifitas lambat yang timbul >24 jam setelah terpajan
antigen.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitifitas tipe cepat yang melibatkan lebih
dari satu sistem organ.Anafilaksis adalah reaksi alergi yang dapat menyebabkan
kematian.
Pada pelayanan kesehatan,anafilaksis tidak dipertimbangkan sebagai penyebab
kematian.Kematian akibat anafilaksis sering tidak terdiagnosis karena tidak adanya
riwayat yang mendetail dari saksi mata,pemeriksaan laboratorium yang sedikit,dan
pemeriksaan post mortem yang tidak spesifik.Reaksi Anafilaktik dapat terjadi dimana
saja,di tempat praktek,di meja operasi,bahkan di rumah pasien sendiri sehingga edukasi
kepada pasien dan keluarga merupakan salah satu upaya preventif dalam kasus ini. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kunjungan ke rumah pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep teori dari Penyakit Syok Anafilaktik ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Syok Anafilaktik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari Penyakit Syok Anafilaktik
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada Penyakit Syok Anafilaktik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI PENYAKIT SYOK ANAFILAKTIK

a. Pengertian
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada tiga faktor utama yaitu : curah jantung,volume darah, dan tonus
vasomotor perifer. Jika salah satu faktor dari tiga penentu itu kacau dan faktor lain
tidak mampu melakukan kompensasi,maka akan terjadi syok. Bila tekanan arteri
cukup rendah,terjadi disfungsi otak dan otot jantung (Mansjoer,2000).
Anaphylaxis (Yunani, Ana = balik dan phylaxis = perlindungan). Anaphylaxis dalam
hal ini berarti respon imun yang seharusnya melindungi justru merusak
jaringan,dengan kata lain kebalikan dari melindungi (anti-phylaxis). Anafilaksis
adalah reaksi alergi alergi umum dengan efek beberapa sistem organ terutama
kardiovaskuler,respirasi,kutan, dan gastrointestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensititasi.
Syok anafilaksis adalah kejadian hipersensitifitas segera secara sistematik akibat
penggabungan antigen dan IgE yang melekat pada basofil dan sel mast.Reaksi ini
timbul dalam jangka waktu beberapa detik sampai menit setelah pemberian obat-
obatan misalnya penicilin.Reaksi dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa
syok,gagal napas,henti jantung dan kematian mendadak (Liebrman, 2002).
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitifitas yang diperantarai oleh
Immunoglobulin E (hipersensitifitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan
tekanan arteri yang menurun hebat.

b. Etiologi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan resiko anafilaksis adalah sifat
alergen,jalur pemberian obat,riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen.
Golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis adalah:
1. Makanan
Biasanya menyebabkan suatu reaksi anafilaksis adalah
udang,kepiting,kerang,ikan,kacang-kacangan,biji-bijian,buah beri,putih
telur,dan susu.
2. Obat-obatan
Seperti antibiotik khususnya penisilin,obat anestesi intravena,relaksan
otot,aspirin,NSAID, opioid,vitamin B1,asam folat,dan lain-lain. Medis kontras
intravena,tranfusi darah,latihan fisik,dan cuaca dingin juga bisa menyebabkan
anafilaksis.
3. Sengatan serangga
Seperti lebah,tawon,ular,dll.

c. Manifestasi Klinis
Pada 80% kasus, tanda dan gejala kulit hampir selalu dijumpai. Oleh karena itu, suatu
kasus kemungkinan besar bukan merupakan anafilaksis jika pasien tidak
menunjukkan manifestasi kulit. Lebih lanjut,manifestasi khas bergantung pada rute
paparan alergen,dimana paparan alergen berupa makanan lebih cenderung
mengakibatkan efek gastrointestinal serta respiratorik, sementara paparan alergen
secara subkutan atau intravena cenderung mengakibatkan efek kardiovaskuler.
Tanda dan gejala pada kulit antara lain eritema,angioedema,urtikuria.Pada
respiratorik antara lain batuk,dispnea,wheezing.Pada kardiovaskuler antara lain
pusing,pingsan,hipotensi,takikardia,syok.Pada gastrointestinal antara lain
mual,muntah,kembung,diare.

d. Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi darah maka
alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan adanya basofil
dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika
telah disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi perifer
menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan
banyak plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat
syok sirkulasi. Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang
menginduksi timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler
setempat sehingga terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas (disebut
hives). Urtikaria muncul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan
menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi
pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidung
menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitifitas tipe 1 atau reaksi tipe segera
(immediate type reaction).Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
1) Fase sensitasi
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh
reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk
melalui kulit,mukosa,saluran napas, atau saluran makan ditangkap oleh
makrofag.Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada
limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4,IL-13) yang
menginduksi Limfosit B berpoliferasi menjadi sel plasma (Plasmoit). Sel
plasma memproduksi Immunoglobulin E (IgE) spesifik untuk antigen
tersebut. IgE ini kemudian terikat pada reseptor permukaan sel mast dan
basofil.
2) Fase Aktivasi
Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama.
Masofit dan basofil melepaskan yang isinya berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang.
Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen
yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi
segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain
histamin,serotonin,bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif dari granula yang
disebut dengan istilah preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran
sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang
terjadi beberapa waktu setelah degranulais yang disebut newly formed
mediators.
3) Fase Efektor
Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit dan basofil dengan aktivitas farmakologik
pada organ tertentu.
Histamin memberikan efek bronkokonstriksi,meningkatkan permeabilitas
kapiler yang nantinya menyebabkan edema,sekresi mukus,dan vasodilatasi.
Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin menyebabkan
kontraksi otot polos. Platelet Activating factor (PAF) berefek bronchospasme
dan meningkatkan permeabilitas vaskuler,agregasi, dan aktivasi trombosit.

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah leukosit
Pada alergi,jumlah leukosit normal kecuali bila disertai dengan infeksi.
Eosinofilia sering dijumpai tetapi tidak spesifik.
2. Serum IgE total
Dapat memperkuat adanya alergi,tetapi hanya didapatkan pada 60-80%
pasien.
3. IgE spesifik
Pengukuran IgE spesifik dilakukan untuk mengukur IgE terhadap alergen
tertentu secara in vitro dengan cara RAST (Radio Alergo Sorbent Test) atau
ELISA (Enzim Linked Imunnosorbent Assay).Tes ini dapat dipertimbangkan
apabila tes kulit tidak dapat dilakukan.
4. Serum tryptase
Pemeriksaan serum triptase dapat digunakan untuk mengidentifikasi reaksi
anafilaksis yang baru terjadi atau reaksi lain karena aktivasi sel mast.Triptase
merupakan protease yang berasal dari sel mast.
5. Tes kulit
Bertujuan untuk menentukan antibodi spesifik IgE spesifik dalam kulit pasien
yang secara tidak langsung menunjukkan antibodi yang serupa pada organ
yang sakit.Tes kulit dapat dilakukan dengan tes tusuk (prick test),scratch
test,friction test,tes tempel (patch test),intradermal test. Tes tusuk dilakukan
dengan meneteskan alergen dan kontrol pada tempat yang disediakan
kemudian dengan jarum 26 G dilakukan tusukan dangkal melalui ekstrak yang
telah diteteskan. Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur
diameter urtika dan eritema yang muncul. Tes tempel dilakukan dengan cara
menempelkan pada kulit bahan yang dicurigai sebagai alergen. Pembacaan
dilakukan setelah 48 jam dan 96 jam.
6. Tes Provokasi
Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen langsung
kepada pasien sehingga timbul gejala.
f. Pathway
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks)

Terpapar pada sel plasma


histamin
meningkat

Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen

Vasodilata
si perifer
Menyeluru
h

Reaksi antibody

Red flare
kemerahan

Lepasnya mediator kimia (Histamin, serotonin, bradykinin)

G. Integritas Kulit
SYOK ANAFILAKTIK

Peningkatan Permeabilitas peningkatan Spasme bronkus Spasme pembuluh


vaskuler mukus pada darah koroner
jalan napas

Penyempitan jalan
Perpindahan cairan dari gangguan napas penurunan
pda jalan napas aliran darah pda
Intravaskular ke Interstisial arteri koroner

Penurunan tekanan perfusi


jaringan Bersihan Jalan Napas Tidak Penurunan suplai
Efektif Oksigen ke
Miokard jantung

Jaringan kekurangan suplai


Darah (oksigen) penurunan cairan
intravaskular Miokard
kekurangan
Oksigen (energi)

Penurunan aliran darah balik


Akral dingin
Penurunan kekuatan
Penurunan tekanan darah Kontraksi otot jantung
Perfusi Perifer Tidak
Efektif
Risiko Perfusi Miokard
Hipovolemia
Tidak Efektif

g. Komplikasi
Jika terlambat ditangani,syok anafilaktik dapat menyebabkan kematian. Komplikasi
yang dapat timbul dari syok anafilaktik antara lain :
Gagal ginjal
Aritmia
Serangan jantung
Kerusakan otak
Syok kardiogenik
Henti jantung (cardiac arrest)
Henti napas (apnea)
h. Pencegahan
Reaksi alergi dan anafilaksis sulit untuk dicegah,terutama bila pasien tidakn
mengetahui bahwa sedang memiliki alergi terhadap zat tertentu. Namun, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya reaksi alergi
dan syok anafilaktik,antara lain :
 Melakukan tes alergi di rumah sakit atau klinik
 Membaca label keterangan pada kemasan makanan,terutama jika memiliki
riwayat alergi dengan bahan tertentu
 Menggunakan penangkal serangga terutama ketika berada di luar ruangan
 Menggunakan alas kaki saat berjalan ke luar rumah
 Memberitahukan dokter tentang riwayat kesehatan,termasuk riwayat alergi
sebelumnya

i. Penatalaksanaan
Pada renjatan yang berat (syok anafilaktik),penatalaksanaan pada dasarnya ditujukan
untuk mengembalikan sirkulasi yang adekuat,dan memberikan ventilasi yang
bagus,dan bila mungkin dilakukan upaya pencegahan.
 Tindakan segera
Tindakan pertama yang paling penting dilakukan menghadapi pasien dengan
syok anafilaktik adalah mengidentifikasi dan mengehntikan kontak dengan
alergen yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis.Segera baringkan
penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena,dalam usaha memperbaiki curah
jantung dan menaikkan tekanan darah.
Selanjutnya dilakukan penilaian airway,breating dan circulation dari tahapan
resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar.
 Airway,penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas agar
tidak ada sumbatan sama sekali.Untuk penderita yang tidak
sadar,posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas,yaitu dengan melakukan triple airway manuver
yaitu ekstensi kepala,tarik mandibula ke depan,dan buka mulut.
Penderita dengan sumbatan jalan napas total,harus segera ditolong
dengan lebih aktif,melalui intubasi endotrakea,krikotirotomi, atau
trakeotomi.
 Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas spontan,baik memakai mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem
laring,dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas total atau
parsial.Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,selain
ditolong dengan obat-obatan,juga harus diberikan bantuan napas dan
oksigen 5-10 liter/menit.
 Circulation support,yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
Karotis atau a. Femoralis),segera lakukan kompresi jantung luar.

 Obat-obatan
Obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaktik adalah adrenalin.Obat
ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah,menyempitkan pembuluh
darah,melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas otot jantung.Adrenalin
bekerja pada reseptor adrenergic diseluruh tubuh sehingga mempunyai
kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah
perifer dan otot polos bronkus.Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi
jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir
dalam waktu pendek.
Cara pemberian adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas,paha ataupun
sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada
penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang cepat
setelah pemberian intramuskuler. Pada pasien dalam keadaan syok,absorbsi
intramuskuler lebih cepat dan lebih baik daripada pemberian subkutan.
Berikan 0.5 ml larutan 1:1000 (0.3-0.5 mg) untuk orang dewasa dan 0.01
mg/kg BB untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap 5-15
menit,sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan.
Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis,obat-obatan
yang sering dimanfaatkan adalah antihistamin,kortikosteroid,dan
bronkodilator.
Pemberian histamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas vaskuler yang diakibatkan oleh pelepasan mediator
dengan cara menghambat pada tempat reseptor-mediator tetapi bukan
merupakan obat pengganti adrenalin.
Kortikosteroid digunakan untuk menurunkan respon
peradangan,kortikosteroid tidak banyak membantu pada tata laksana akut
anafilaktik dan hanya digunakan pada reaksi sedang hingga berat untuk
memperpendek episode anafilaksis atau mencegah anafilaksis berulang.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SYOK ANAFILAKTIK
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Asuhan Keperawatan Umum
1. Identitas
(1) Umur :pada semua orang
(2) Jenis kelamin :prevalensi laki-laki sama dengan perempuan
2. Keluhan Utama
Klien dengan syok anafilaktik mempunyai keluhan utama yaitu terjadi penurunan
kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal dengan rasa gatal dan
panas.Biasanya selalu disertai dengan gejala sistemik misal dispnea,mual,kulit
sianosis,kejang.Anamnesa yang tepat dapat memperkecil gejala sistemik sebelum
berlanjut pada fase yang lebih parah/gejala sistemik berat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu.Pernahkah klien
mengalami hal yang sama saat setelah kontak dengan alergen misal,obat-
obatan,makanan,atau kontak dengan hewan tertentu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah salah satu dari anggota keluarga pernah mengalami alergi.Punyakah
keluarga riwayat penyakit alergi lain misal,asma.
6. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Kardiovaskuler
Pusing,pingsan,takikardia,hipotensi,syok.
2) Sistem respirasi
Batuk,wheezing,dispnea.
3) Sistem neurologi
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi.Bila tekanan darah rendah
sampai menyebabkan hipoksia otak,pasien menjadi gelisah sampai tidak
sadar.Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa
gelisahnya pasien memang karena ketakutan.
4) Sistem saluran cerna
Mual dan muntah,kram, kembung,dan diare.
5) Sistem perkemihan
Produksi urin berkurang.Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah
600 ml/jam (1/5± ml/kg/jam).
6) Sistem integumen
Eritema,urtikaria,angioedema.

Pengkajian Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Primary Survey
a. Airway
Adanya rasa tercekik didaerah leher,suara sesak sebab edema pada
laring.Hidung terasa gatal,bersin hingga tersumbat,serta adanya batuk, dan
bunyi mengi.Ditemukan edema pada lidah.
b. Breathing
Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak napas
akibat spasme pada bronkus,bunyi stridor pada auskultasi paru.
c. Circulation
Terjadi hipotensi sampai syok,aritmia. Kelainan EKG :gelombang T
datar,terbalik,atau tanda-tanda infark miokard. Gelisah,pusing.
d. Disability
Pada pasien syok anafilaktik,akan mengalami penurunan kesadaran.
Diakibatkan transport oksigen ke otak yang tidak mencukupi (menurunnya
curah jantung ± hipotensi) yang akhirnya darah akan sulit mencapai
jaringan otak.Pasien dengan syok anafilaktik biasanya terjadi gelisah dan
kejang
e. Exposure
Kaji kelainan kulit seperti urtikuria dibagian ekstremitas.

2. Secondary survey
a. Catat adanya drainase dari mata dan hidung
b. Inspeksi lidah dan mukosa oral
c. Kaji mengenai mual muntah pada saluran Gastrointestinal
d. Kaji peristaltik saluran Gastrointestinal
e. Pemeriksaan diagnostik eosinofil
f. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
ditandai dengan batuk tidak tidak efektif,dispnea,wheezing,frekuensi napas
berubah.
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan /atau vena ditandai dengan akral dingin.
3. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan merasa lemah,tekanan darah menurun,turgor kulit menurun,membran
mukosa kering.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai
dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit,Kemerahan
5. Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif ditandai dengan spasme arteri koroner

C. Intervensi Keperawatan
DX 1 :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
ditandai dengan batuk tidak tidak efektif,dispnea,wheezing,frekuensi napas
berubah

Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas bisa
efektif kembali.
Kriteria hasil :
- Pasien bisa batuk efektif
- Tidak ada suara napas tambahan

Intervensi utama :

Latihan batuk efektif

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi kemampuan batuk


 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan

Terapeutik

 Atur posisi Semi Fowler atau Fowler

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,ditahan selama
2 detik,kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan)selama 8 detik

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,jika perlu

Manajemen jalan napas

Tindakan

Observasi :

 Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha napas)


 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Mengi,wheezing,ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)

Terapeuitk

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift


 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontra indikasi


 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu.

Pemantauan respirasi

Tindakan

Observasi :

 Monitor frekuensi,irama,kedalaman,dan upaya napas


 Monitor pola napas (seperti
bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheyne-strokes,biot,ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 Informasikan hasil pemantauan,jika perlu

DX 2 :
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan
/atau vena ditandai dengan akral dingin.

Tujuan :setetlah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer


efektif kembali.

Kriteria hasil :

- Cardiac output normal


- TTV normal

Intervensi utama :

Perawatan sirkulasi

Tindakan

Observasi :

 Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer,edema,pengisian


kapiler,warna,suhu,anklebrachial index)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
 Monitor panas,kemerahan,nyeri atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan


perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
 Lakukan pencegahan infeksi

Edukasi

 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,antikoagulan,dan


penurun kolesterol,jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,jika perlu
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis.rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,luka tidak sembuh,hilangnya rasa)
Intervensi pendukung :

Manajemen syok anafilaktik

Tindakan

Observasi :

 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,frekuensi


napas,TD,MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,AGD
 Monitor status cairan (masukkan dan haluaran,turgor kulit,CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

Terapeutik

 Pertahankan jalan napas paten


 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Berikan posisi syok (modified trendelenburg)
 Pasang jalur IV
 Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung,jika perlu

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian epinefrin


 Kolaborasi pemberian bronkodilator,jika perlu
 Kolaborasi intubasi endotrakeal,jika perlu
 Kolaborasi pemberian resusitasi cairan,jika perlu

DX 3 :

3. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai


dengan merasa lemah,tekanan darah menurun,turgor kulit menurun,membran
mukosa kering.

Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan hipovolemia yang


dialami pasien dapat teratasi.

Kriteria hasil :

- Pasien tidak lemah lagi


- TTV bisa kembali normal
- Turgor kulit dan membran mukosa dapat kembali normal

Intervensi utama :

Manajemen Hipovolemia

Tindakan

Observasi :

 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misl.frekuensi nadi meningkat,nadi


teraba lemah,tekanan darah menurun,tekanan nadi menyempit,turgor kulit
menurun,membran mukosa kering,volume urin menurun,hematokrit
meningkat,lemah)
 Moniotr intake dan output cairan

Terapeutik

 Berikan posisi modified Trendelenburg


 Berikan asupan cairan oral

Edukasi

 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl,RL)


 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.glukosa 2,5%,NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.albumin,plasmanate)

Intervensi pendukung :

Pemantauan cairan

Tindakan

Observasi :

 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi


 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia

Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 Informasikan hasil pemantauan,jika perlu

DX 4 :

4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai


dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit,Kemerahan

Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan Integritas Kulit


pasien bisa kembali normal

Kriteria hasil :
- Integritas kulit/lapisan kulit yang rusak bisa kembali pulih
- Kulit pasien tidak tampak kemerahan lagi

Intervensi utama :

Perawatan integritas kulit

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan


sirkulasi,perubahan status nutrisi,penurunan kelembapan,suhu lingkungan
ekstrem,penurunan mobilitas)

Terapeutik

 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring


 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

Edukasi

 Anjurkan minum air yang cukup


 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

DX 5 :

5. Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif ditandai dengan spasme arteri koroner

Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kerja jantung


(miokard) dapat kembali berfungsi secara normal.

Kriteria hasil :

- Perfusi miokard bisa efektif


- Tidak terjadi spasme arteri koroner

Intervensi utama :

Manajemen aritmia

Tindakan

Observasi :

 Periksa onset dan pemicu aritmia


 Identifikasi jenis aritmia
 Monitor frekuensi dan durasi aritmia
 Monitor keluhan nyeri dada (intensitas,lokasi,faktor pencetus dan faktor
pereda)
 Monitor respon hemodinamik akibat aritmia
 Monitor saturasi oksigen

Terapeutik

 Berikan lingkungan yang tenang


 Pasang akses intravena
 Pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12 sadapan
 Periksa interval QT sebelum dan sesudah pemberian obat yang dapat
memperpanjang interval QT
 Lakukan manuever valsava
 Berikan oksigen sesuai indikasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian aniaritmia,jika perlu


 Kolaborasi pemberian defibrilasi,jika perlu

Intervensi pendukung :

Terapi oksigen

Tindakan

Observasi :

 Monitor kecepatan aliran oksigen


 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oksimteri,analisa gas darah),jika
perlu
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas


 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan,jika perlu

Edukasi

 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi

 Kolaborasi penentuan dosis oksigen


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang
adekuat tergantung pada tiga faktor utama yaitu : curah jantung,volume darah, dan
tonus vasomotor perifer. Jika salah satu faktor dari tiga penentu itu kacau dan faktor
lain tidak mampu melakukan kompensasi,maka akan terjadi syok. Bila tekanan arteri
cukup rendah,terjadi disfungsi otak dan otot jantung (Mansjoer,2000).
Anaphylaxis (Yunani, Ana = balik dan phylaxis = perlindungan). Anaphylaxis dalam
hal ini berarti respon imun yang seharusnya melindungi justru merusak
jaringan,dengan kata lain kebalikan dari melindungi (anti-phylaxis). Anafilaksis
adalah reaksi alergi alergi umum dengan efek beberapa sistem organ terutama
kardiovaskuler,respirasi,kutan, dan gastrointestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensititasi.
Pada pelayanan kesehatan,anafilaksis tidak dipertimbangkan sebagai penyebab
kematian.Kematian akibat anafilaksis sering tidak terdiagnosis karena tidak adanya
riwayat yang mendetail dari saksi mata,pemeriksaan laboratorium yang sedikit,dan
pemeriksaan post mortem yang tidak spesifik.Reaksi Anafilaktik dapat terjadi dimana
saja,di tempat praktek,di meja operasi,bahkan di rumah pasien sendiri sehingga
edukasi kepada pasien dan keluarga merupakan salah satu upaya preventif dalam
kasus ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kunjungan ke rumah
pasien.

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah :
a. Bagi Mahasiswa
Penulis menyarankan kepada calon tenaga medis,khusunya mahasiswa
keperawatan agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
syok terlebih khusus pada kasus Syok Anafilaktik dengan mempelajari dan
meningkatkan pemahaman tentang syok.
b. Bagi pembaca
Setelah mempelajari makalah ini,pembaca lebih mengerti bagaimana cara yang
tepat untuk menangani pasien dengan syok anafilaktik,sehingga membantu
pemnyembuhan dan pemulihan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing

(10th ed.). USA. Pearson Education.

Estelle F. et all. 2011. World Allergy Organization Guidelines for the Assesment and

Management of Anaphylaxis. 2011 American Academy of Allergy, Asthma &

immunology. WAO Jurnal 2011;

Longecker, DE. (2008), Anaphylactic reaction and Anesthesia dalam

Anesthesiology,Chapter 88,hal 1948-1963.

Prof .Dr. H. Tabrani Rab. 2007.Agenda Gawat Darurat (critical care) Jilid 3.Penerbit

PT.Alumni : Bandung.

https://www.academia.edu/36342575/LP_SYOK_ANAFILAKTIK

https://www.alodocter.com

https://en.wikipedia.org/wiki/Anaphylaxis

Anda mungkin juga menyukai