BAB I
1.4 MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan klien dengan sistitis.
2.2 ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau
kalkuli :
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,
dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-
infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Berdasarkan dari pembagian sistitis maka etiologi yang dapat menyebabkan
sistitis adalah sebagai berikut :
a. Sistitis akut
Penyebab dari inflamasi kandung kemih adalah infeksi yang diakibatkan oleh
bakteri, seperti E. Coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus auresu (Basuki B.
Purnomo, 2008 : 44). Cara penularan :
a. Melalui hubungan intim
b. Pemakaian kontrasepsi spermisid diafragma karena dapat menyebabkan
sumbatan parsial uretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Jalur infeksi :
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih
misalnya appendisitis
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Faktor predisposisi
a. Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari
fistula usus
b. Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
c. Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
d. Hubungan seksual
2.3 PATOFISIOLOGI
Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada
saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen,
lymphogen dan eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah :
1. Virulensi dari organism
2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh
3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh
Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat
mempengaruhi pertahanan tubuh alami klien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan
penentu terjadinya infeksi, normalnya urine dan bakteri tidak dapat menembus dinding
mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel – sel urotenial yang
memproduksi mucin yaitu unsure yang membantu mempertahankan integritas lapisan
bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah
bakteri melekat pada sel urotelial
Selain itu pH urine yang asam dan penurunan / kenaikan cairan dari konstribusi
urine dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa
bakteri dapat masuk dan sistem urine akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi saluran
kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk
perkembangan UTI. Urine merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi
darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai system tubuh yang
steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain
itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula
vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat
tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena :
1. Perubahan flora normal dari daerah perineum
2. Berkurangnya antibody normal
3. Bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita
Sistitis lebih banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini karena uretra wanita
lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu
3.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk membantu pengobatan pada klien dengan cystitis dilakukan
dengan bantuan medis berupa terapi farmakologi dan juga penatalaksanaan
keperawatan, berikut ini petalaksanaanya:
a) Farmakoterapi
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibakterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora
fekal dan vagina.
1. Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis
tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi jika hal ini tidak memungkinkan,
dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif terhadap kuman E. Coli, antara
lain : nitrofurantoin, trimetroprim sulfametoksazol, atau ampisilin.
2. Kadang-kadang diperlukan obat-batan golongan antikolinergik (propantheline
bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin
hidroklorida sebagai antiseptic pada saluran kemih (Basuki B. Purnomo, 2008
: 44).
Sedangakan Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk
sistitis interstisialis. Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada
penderita sistitis interstisialis:
1. Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)
2. Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
3. Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
4. Antispasmodik
5. Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)
Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 10
6. Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi
kandung kemih)
7. DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
8. Pembedahan.
b) Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada Cystitis akut adalah sebagai berikut :
1. Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine
2. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda
yang di larutkan dalam air
Sedangkan penatalaksanaan pada Cystitis interstitial adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari
2. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan
dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang
3. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
4. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
5. Istirahat dan nutrisi adekuat
6. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK
3.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari perburukan sistitis adalah sebagai berikut :
1. Pyelonefritis
2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis) (Nursalam dan Fransisca,
2009: 113)
5.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Sistitis.