Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG


Di Indonesia masih banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satu
diantaranya ialah sistitis (peradangan pada kandung kemih) yang disebabkan oleh
infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada umur
lanjut. Pada infeksi ini sering tejadi pada masyarakat yang kurang mampu karena
tinggkat pengatahuan masyarakat tentang infeksi saluran kemih yang rendah.
Sistitis adalah salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya
peradangan bakterial yang berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi
mikroba di urin. Sedangkan Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih
itu sendiri tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Karena Sistitis merupakan
ISK bagian bawah. Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama
pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara
berulang.
Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak
disadari adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung
sebagai gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya,
penderita akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang
telah menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim. Gejala lainnya termasuk
kram, sakit punggung, meningkatnya suhu tubuh, kadang-kadang kencing berdarah.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan mengulas tentang sistitis baik
dalam penanganan keperawatan maupun medikasinya. Dalam makalah ini pembahasan
meliputi anatomi fisiologi sistem perkemihan, definisi, etiologi dan faktor risiko,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan medis, keperawatan dan
manajemen serta asuhan keperawatan pada klien dengan sistitis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana gambaran mengenai konsep penyakit sistitis ?
1.2.2 Bagaimana gambaran mengenai konsep asuhan keperawatan dengan klien
sistitis ?

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 1


1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep penyakit sistitis dan asuhan keperawatan dengan
klien sistitis
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian sistitis
2. Untuk mengetahui penyebab sistitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi sistitis
4. Untuk mengetahui gejala sistitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic sistitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sistitis
7. Untuk mengetahui komplikasi sistitis
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sistitis

1.4 MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan klien dengan sistitis.

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 2


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai
200 – 300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses
yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu
reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada
laki – laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum.
Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi
urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :
1. Serosa: Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal rongga
abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvis
2. Otot Detrusor: Lapisan tengah. Terdiri dari otot – otot polos yang saling
membentuk sudut. Berperan penting dalam proses urinasi
3. Submukosa: Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor
dengan lapisan mukosa
4. Mukosa: Terdiri dari epitel – epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam
keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 3


BAB III
PEMBAHASAN
1.1 DEFINISI
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009)
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra (Brunner & Suddarth, 2002).
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan
oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E. Coli,
Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus auresus yang masuk ke buli-buli terutama
melalui uretra (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari
uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran
perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan
seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai
substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma
karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah
pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder
akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi,epididimitis, atau batu pada
kandung kemih.
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
b. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 4


3.2 KLASIFIKASI
Sistitis dapat dibedakan sebagai berikut :
1 Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan
oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E.
Coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus auresus yang masuk ke buli-buli
terutama melalui uretra (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).
2 Sistitis interstitial (inflamasi kronik kandung kemih) bukan disebabkan oleh bakteri
dan tidak berespon terhadap antibiotik (Brunner & Suddarth, 2001 : 1435).

2.2 ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau
kalkuli :
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,
dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-
infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Berdasarkan dari pembagian sistitis maka etiologi yang dapat menyebabkan
sistitis adalah sebagai berikut :
a. Sistitis akut
Penyebab dari inflamasi kandung kemih adalah infeksi yang diakibatkan oleh
bakteri, seperti E. Coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus auresu (Basuki B.
Purnomo, 2008 : 44). Cara penularan :
a. Melalui hubungan intim
b. Pemakaian kontrasepsi spermisid diafragma karena dapat menyebabkan
sumbatan parsial uretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 5


serta perubahan pH dan flora normal vagina (Nursalam & Fransisca B., 2011 :
112).
b. Sistitis interstitial
Penyebab sistitis interstitial belum diketahui meskipun terdapat dugaan
berasal dari suatu inflamasi atau otoimun (Brunner & Suddarth, 2001 : 1435).
Menurut Arif Muttaqin dan Kumala Sari (2011: 208) etiologi sistitis
interstitial belum diketahui dan kemungkinan multifaktorial. Beberapa faktor yang
memungkinkan adalah sebagai berikut :
1. Peran patogenik dari sel mast di dalam lapisan mukosa kandung kemih
2. Kekurangan lapisan glikosaminoglikan pada permukaan lumen kandung kemih
sehingga peningkatan permeabilitas jaringan submukosa yang mendasari untuk
zat beracun dalam urin
3. Infeksi dengan agen (misalnya virus lambat atau bakteri)
4. Produksi toksin dalam urin
5. Reaksi hipersinsitivitas neurogenik atau peradangan diperantarai secara lokal
pada kandung kemih
6. Manifestasi dari disfungsi otot dasar panggul atau disfungsional pengeluaran
urin
7. Gangguan autoimun

Jalur infeksi :
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih
misalnya appendisitis
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Faktor predisposisi
a. Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari
fistula usus
b. Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
c. Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
d. Hubungan seksual

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 6


e. Dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang
tidak terpasang dengan tepat.
f. Kateterisasi urine mungkin menyebabkan infeksi

2.3 PATOFISIOLOGI
Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada
saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen,
lymphogen dan eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah :
1. Virulensi dari organism
2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh
3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh
Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat
mempengaruhi pertahanan tubuh alami klien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan
penentu terjadinya infeksi, normalnya urine dan bakteri tidak dapat menembus dinding
mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel – sel urotenial yang
memproduksi mucin yaitu unsure yang membantu mempertahankan integritas lapisan
bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah
bakteri melekat pada sel urotelial
Selain itu pH urine yang asam dan penurunan / kenaikan cairan dari konstribusi
urine dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa
bakteri dapat masuk dan sistem urine akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi saluran
kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk
perkembangan UTI. Urine merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi
darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai system tubuh yang
steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain
itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula
vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat
tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena :
1. Perubahan flora normal dari daerah perineum
2. Berkurangnya antibody normal
3. Bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita
Sistitis lebih banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini karena uretra wanita
lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 7


miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih
setelah mengeluarkan urine.
Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya
berupa sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral,
rektum (kontaminasi) feces, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme
gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina dan genital
eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi
mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal, sumbatan
menyebabkan striktur dan hiperplasi prostatik (penyebab yang paling sering terjadi).
Infeksi saluran kemih atas penyebab infeksi kandung kemih.
3.5 PATHWAY

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 8


3.6 MANIFESTASI KLINIS
Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi kemerahan (eritema),
edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi urin akan mudah terangsang
untuk segera mengeluarkan isinya, hal ini menimbulkan gejala frekuensi.
Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa nyeri atau sakit di daerah suprapubik
dan eritema mukosa buli-buli mudah berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak
seperti gejala pada infeksi saluran kemih sebelah atas, sistitis jarang disertai dengan
demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun.
Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan adanya
penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas (Basuki B. Purnoma, 2008 : 44).
Sedangkan menurut Nursalam dan Fransisca B. (2011 : 112) manifestasi dari
sistitis adalah sebagai berikut :
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4. Inkontinensia
5. Sering berkemih
6. Nyeri di daerah suprapubik (punggung bawah)
7. Eritema mukosa kandung kemih
8. Hematuria
9. Lemah
10. Kondisi umum menurun
11. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)

3.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Urinalisis :
a) Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih
b) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih
2. Bakteriologis
a) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103
organisme koliform/ml urine plus piuria
b) Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik
Pemeriksaan diagnostik dan labolatorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui
terjadinya sistitis meliputi pemeriksaan urin berwarna keruh, berbau dan pada
Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 9
urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria. Kultur urin sangat penting untuk
mengetahui jenis kuman penyebab infeksi. Jika sistitis sering mengalami kekambuhan
perlu difikirkan adanya kelainan lain pada buli-buli (keganasan, urolitiasis) sehingga
diperlukan pemeriksaan pencitraan (PIV, USG) atau sistoskopi (Basuki B. Purnomo,
2008 : 44). Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan
berdasarkan literatur yang ada adalah ;
1. Pemeriksaan urine lengkap
2. Pemeriksaan USG abdomen
3. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP

3.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk membantu pengobatan pada klien dengan cystitis dilakukan
dengan bantuan medis berupa terapi farmakologi dan juga penatalaksanaan
keperawatan, berikut ini petalaksanaanya:
a) Farmakoterapi
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibakterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora
fekal dan vagina.
1. Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis
tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi jika hal ini tidak memungkinkan,
dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif terhadap kuman E. Coli, antara
lain : nitrofurantoin, trimetroprim sulfametoksazol, atau ampisilin.
2. Kadang-kadang diperlukan obat-batan golongan antikolinergik (propantheline
bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin
hidroklorida sebagai antiseptic pada saluran kemih (Basuki B. Purnomo, 2008
: 44).
Sedangakan Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk
sistitis interstisialis. Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada
penderita sistitis interstisialis:
1. Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)
2. Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
3. Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
4. Antispasmodik
5. Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)
Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 10
6. Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi
kandung kemih)
7. DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
8. Pembedahan.
b) Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada Cystitis akut adalah sebagai berikut :
1. Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine
2. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda
yang di larutkan dalam air
Sedangkan penatalaksanaan pada Cystitis interstitial adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari
2. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan
dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang
3. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
4. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
5. Istirahat dan nutrisi adekuat
6. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

3.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari perburukan sistitis adalah sebagai berikut :
1. Pyelonefritis
2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis) (Nursalam dan Fransisca,
2009: 113)

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 11


BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN SISTITIS
4.1 PENGKAJIAN
1. Anamnese
a. Identitas klien
1) Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi
ascenden yang berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan
aktivitas seksual.
2) Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat
tetapi agaknya lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik
dari traktus urinarius.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri dan rasa panas pada saat berkemih.
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) Adanya disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di daerah
suprapubis, nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis.
2) Adanya gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil; sering
lebih nyata pada anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda
infeksi lokal dari traktus urinarius.
d. Riwayat penyakit dahulu :
1) Kaji riwayat ISK sebelumnya
2) Kaji apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya lebih sering
terjadi pada penderita diabetes
3) Pada wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi atau
diafragma, karena penyakit ini dapat meningkat pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang tidak terpasang dengan
tepat.
e. Riwayat Psikososial
1) Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh
terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 ( Breath)
RR meningkat karena nyeri.
b. B2 ( Blood )
Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 12
Peningkatan tekanan darah,nadi meningkat,suhu meningkat
c. B3 ( Brain )
Kondisi umum menurun,
d. B4 ( Bladder )
Nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis, Urin keruh dan mungkin
berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit, dan organisme. Sering
kencing,nokturia, disuria
e. B5 ( Bowel )
Konstipasi atau diare
f. B6 ( Bone )
Kelemahan, keletihan

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia)
yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
3) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan penyebaran penyakit

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnose Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut yang Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas, 1. Rasa sakit yang hebat
berhubungan tindakan lokasi, dan factor menandakan adanya
dengan keperawatan yang infeksi
inflamasi selama 3x24 jam memperberat atau 2. Klien dapat istirahat
kandung kemih pasien merasa meringankan dengan tenang dan
nyaman dan nyeri. dapat merilekskan
nyerinya berkurang 2. Berikan waktu otot-otot
Kriteria Hasil : istirahat yang 3. Teknik relaksasi bisa
1. Pasien cukup dan tingkat mengurangi rasa nyeri
mengatakan / aktivitas yang dan mengalihkan
tidak ada dapat di toleran. perhatian klien
keluhan nyeri 3. Mengajarkan cara 4. Menghilangkan
pada saat mengurangi rasa tegangan otot dan
berkemih nyeri (relaksasi ) dapat menurunkan
2. Kandung kemih dan kegiatan refleks spasme
tidak tegang yang positif Kolaborasi

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 13


3. Pasien nampak 4. Berikan kompres 5. Analgetik memblok
tenang hangat pada lintasan nyeri
4. Ekspresi wajah punggung 6. Mengurangi dan
tenang (skala Kolaborasi menghilangkan factor
nyeri berkurang 5. Berikan obat penyebab
1-3). analgetik sesuai
dengan program
terapi
6. Berikan
antibiotic.,.
2. Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan 1. Untuk mengetahui
eliminasi urine tindakan BAK masalah eliminasi dan
(disuria, keperawatan 2. Ukur dan catat menetukan tindakan
dorongan, selama 3 x 24 jam urine setiap kali yang tepat
frekuensi, dan klien dapat berkemih 2. Untuk mengetahui
atau nokturia) mempertahankan 3. Anjurkan untuk adanya perubahan
yang pola eliminasi berkemih setiap 2 warna dan untuk
berhubungan secara adekuat. – 3 jam mengetahui input/out
dengan Kriteria hasil : 4. Palpasi kandung put
Inflamasi pada 1. Klien dapat kemih tiap 4 jam 3. Untuk mencegah
kandung kemih berkemih setiap 5. Bantu klien ke terjadinya
3 jam kamar kecil, penumpukan urine
2. Klien tidak memakai dalam vesika urinaria
kesulitan pada pispot/urinal 4. Untuk mengetahui
saat berkemih 6. Bantu klien adanya distensi
3. Klien dapat bak mendapatkan kandung kemih.
dengan posisi berkemih 5. Untuk memudahkan
berkemih yang nyaman klien di dalam
Kolaborasi berkemih
7. Ambil urine 6. Supaya klien tidak
untuk kultur atau sukar untuk berkemih.
sensitivitas Kolaborasi
7. Menentukan jumlah
bakteri urine dan
gejala komplikasi

3. Kurang Setelah dilakuan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui


pengetahuan asuhan pengetahuan kesiapan klien dan
yang keperawatan pasien tentang keluarga pengetahuan
berhubungan selama 3x24 jam penyakit yang pasien tentang
dengan klien mengetahui diderita penyakitnya
kurangnya akan penyakitnya. 2. Jelaskan secara 2. Untuk menambah
informasi Kriteria Hasil : singkat tentang pengetahuan klien
tentang proses penyakit, tentang penyakitnya,
penyakit, 1. Klien perawatan dan perwatan dan
metode menyatakan pengobatan pengobatan sehimgga
pencegahan, dan pemahaman dapat berpartisipasi
instruksi tentang dalam pengobatannya.
perawatan penyakit,
kondisi,
Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 14
prognosis dan
program
pengobatan
2. Klien mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
3. Klien mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
4. Resiko infeksi Setelah di lakukan 1. Kaji suhu tubuh 1. Tanda vital
berhubungan tindakan pasien setiap 4 menandakan adanya
dengan keperawatan jam dan lapor jika perubahan di dalam
kerusakan selama 3 x 24 jam suhu diatas 38,50 tubuh
jaringan dan pasien C 2. Untuk
penyebaran memperlihatkan 2. Catat karakteristik mengetahui/mengiden
penyakit tidak adanya tanda- urine tifikasi indikasi
tanda infeksi. 3. Anjurkan pasien kemajuan atau
Criteria hasil : untuk minum 2 – penyimpangan dari
1. Tanda vital 3 liter jika tidak hasil
dalam batas ada kontra 3. Untuk mencegah
normal indikasi stasis urine
Nadi : 75 – 80 4. Monitor 4. Mengetahui seberapa
x/i pemeriksaan jauh efek pengobatan
Suhu : 36,5 – ulang urine kultur terhadap keadaan
37,5 oC dan sensivitas penderita.
Tekanan Darah: untuk menentukan 5. Untuk mencegah
120/80 mm Hg respon terapi adanya distensi
2. Pernafasan: 12 5. Anjurkan pasien kandung kemih
– 20 x / i untuk 6. Untuk menjaga
3. Nilai kultur mengosongkan kebersihan dan
urine negative kandung kemih menghindari bakteri
4. Urine berwarna secra komplit yang membuat infeksi
bening dan setiap berkemih. uretra
tidak bau 6. Berikan 7. Diberikan secara
perawatan profilaktik
perineal, sehubungan dengan
pertahankan agar peningkatan resiko
tetap bersih dan infeksi
kering.
Kolaborasi :
7. Beri antibiotik
sesuai indikasi

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 15


BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Systitis terjadi karena adanya kuman / bakteri yang masuk kedalam vesika
urinaria melalui uretra dari mikroba yang terkandung dalam urin yang lama tertampung
dalam vesika urinaria dan akan menginfeksi di kandung kemih. Pada wanita lebih
cenderung terkena systitis karena uretra pendek dibanding pria. Setelah terjadi infeksi
akibat dari kuman dalam urine yang tertampung dalam vesika urinaria akan
menyebabkan daerah tersebut meradang dan bisa juga karena kateter atau adanya
trauma dari luar sehingga menyebabkan orang mengalami systitis seperti perasaan/
dorongan selalu ingin BAK.
Pengenalan penyakit sistitis secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting
untuk mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal
atau sepsis. Tujuan penanganan adalah untuk mencegah infeksi agar tidak berkembang
dan menyebabkan kerusakan renal permanen dan gagal ginjal.

5.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Sistitis.

Asuhan Keperawatan dengan Sistitis 16

Anda mungkin juga menyukai