Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN PERSEPSI DAN SENSORI

“ ASUHAN KEPERAWATAN OTALGIA ”

Dosen Pembimbing :
Ns. Mei Fitria K. S.kep

Oleh kelompok III :

1. Dian Ariyani ( 01214010 )


2. Hidayatus Safitri ( 01214019 )
3. Nurul Lailatul B. ( 01214028 )
4. Tommy Cipta N. ( 01214035 )
5. Erni Kusumawati ( 01114014 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CEDEKIA HUSADA BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2013- 2014
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan syukur kami kepada
Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kelainan struktur sistem sensori persepsi.
Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bersedia
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kepada orang tua kami yang selalu memberikan
dukungan moril kepada kami, dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support
kepada kami.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan kami
di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu keperawatan
sistem sensori persepsi.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan
otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani
kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli
patologi wicara dan pendidik.
Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada telinga
disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga . karena telinga dipersarafi
oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua
dan ketiga ), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat
timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari
laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi
temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh Otalgia tidak
ditemukan penyakit telinganya.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Mengetahui definisi otalgia
2. Mengetahui etiologi otalgia
3. Mengetahui patofisiologi otalgia
4. Mengetahui manifestasi klinis otalgia
5. Mengetahui komplikasi otalgia
6. Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik otalgia
7. Mengetahui penatalaksanaan otalgia
8. Mengetahui rencana asuhan keperawatan otalgia

C. Rumusan Masalah
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”. Otalgia utama ada
ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia dimaksud adalah nyeri yang berasal luar
telinga. Ketika otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan
pada telinga luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan gangguan
keseimbangan dan penurunan pendengaran.Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga
dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis
kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Smeltzer, 2001). Jadi
Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh karena penyakit yang
ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di daerah lain di luar telinga
dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang.

B. Etiologi
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Otalgia primer
a. Otitis Externa

Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat
disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim
panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini
biasa disebut sebagai “telinga perenang” ( Bluest D, 1996 ).Otitis eksterna lazim terjadi dan
selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan
pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada
otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai
dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan
dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang
minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa
ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984)
(Petrus, 1986).
b. Polikondritis

Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago.
Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri
tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi
bersamaan atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam
sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa bulan (Petrus, 1986).

c. Otitis Media

Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh
demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan otitis media
supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung
jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri
telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului
oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa gejala
utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan gangguan
pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam (Petrus, 1986).

d. Barotrauma

Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada
telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds,
1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga
serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan
pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).

e. Mastoiditis Supuratif akut

Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang
tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut
tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah
beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya
mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari
performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus
akustikus eksternus (Petrus, 1986).

f. Miringitis bulosa

Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus
akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang
mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat
demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).

2. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
1. Penyakit Gigi

Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal
dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.

2. Iritasi Sinus Paranasal

Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus
maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.

3. Lesi di rongga mulut


4. Glandula salivatori

Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama
kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia

5. Iritasi Durameter

Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat
menimbulkan nyeri telinga.

b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis

Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf
fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan
juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering
nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien
dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada
penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.

c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)

Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering
menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan
tonsilektomi.

d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)

Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus
dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.

e. Laringitis

Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau
adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.

f. Nervus cervical

Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya
terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.

D. Manifestasi klinis
1. Bayi dan anak-anak

Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau
menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada
keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering
timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba.
Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya
sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek (Susana, 2009).
2. Pada dewasa

Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar, remaja dan
dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada
telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga
atau demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau
daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang
telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan (Susana, 2009).

E. Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1. Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat.
Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy
2. Petrous Apicitis
3. Osteomielitisa
4. Paralisis nervus facialis
5. Sigmoid Sinus trombosis
6. Infeksi CN

F. Pemeriksaan fisik dan diagnostic


1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat
sangat menggangu di telinganya.
b. Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal sehubungan
dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam,
riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk
mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau endoskopi jika
perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga
dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius,
Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
a. Tes fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius
b. Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah menentukan apakah pendengaran seseorang normal
atau tidak, menentukan derajat kekurangan pendengaran, menentukan lokalisasi
penyebab gangguan pendengaran.
1. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6
meter. Syarat melakukan tes Bisik :
a. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan
bibir pemeriksa.
b. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak
diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
c. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh
pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang
mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
d. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
e. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.
f. Apabila penderita tidak atau kurang mendengar huruf desis maka disebut sebagai tuli
persepsi.
g. Apabila penderita tidak atau kurang mendengar huruf lunak maka disebut sebagai tuli
konduksi
2. Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan
biasa.
3. Tes Garpu Tala.
a. Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi
melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
 Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
 Getarkan garpu tala.
 Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
 Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada
planum mastoid penderita.
 Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu
ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
 Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka
penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
 Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu
tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
 Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala
tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
b. Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
o Garpu tala digetarkan.
o Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 (
satu ).
o Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di
depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
o Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi maka Tes Rinne (+).
o Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi maka Tes Rinne (–).
o Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan maka Tes Rinne ragu -ragu.
c) Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
o Garpu tala digetarkan.
o Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun –
ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
o Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
o Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa
berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
o Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga
kanan.
o Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan,
telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari
yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi,
keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli
persepsi, kanan tuli konduksi.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk otalgia menggunakan antibiotic untuk mengobati penyebab spesifik
otalgia (tonsillitis, faringitis maupun sinusitis). Menggunakan antiviral jika penyebab otalgia
adalah penyakit spesifik disebabkan oleh virus seperti herpes zoster atau gatal-gatal. Jika
penyebab otalgia adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka menggunakan antifungal.
Antiulcer dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia adalah esofagitis dan
gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk otalgia karena myalgia dan neuralgi.
Pengkajian terhadap penggunaan NSaid dilakukan setelah 2 minggu. Analgesik narkotik kuat
tidak diindikasikan untuk pengobatan otalgia. Diet otalgia dikhususkan untuk otalgia yang
disebabkan oleh penyakit gigi. diet makanan lunak dianjurkan untuk menurunkan masalah
eksaserbasi. Banyaknya penyebab otalgia, pembatasan aktivitas secara umum mustahil
dilakukan. Penyebab otalgia yang disebabkan oleh disfungsi sendi temporomandibular harus
dipertimbangkan yang berhubungan dengan aktivitas pengatupan rahang (Anonim, 2008).
H. Rencana asuhan keperawatan

1. Pengkajian Fokus

a. Anamnesis
1) Keluhan Utama
a) Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien
sampai perlu pertolongan.
b) Keluhan utama klien dengan otalgia adalah nyeri telinga, perasaan penuh atau tekanan pada
telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga
atau demam.
c) Pengkajian nyeri dengan PQRST
d) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang apabila beristirahat, dan apakah nyeri bertambah berat bila beraktivitas (Agravation).
e) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
f) Sifat keluhan(Karakter), Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada klien apa maksud dari keluhan-
keluhannya.
g) Apakah sifat nyerinya tajam, tumpul, seperti ditusuk-tusuk, di remas-remas, seperti terbakar atau
kram.
h) Region: radiation, relief: dimana Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien,
apakah rasa sakit bisa reda, dan apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri atau gradasi (0-4) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuannya
i) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, dan apakah bertambah buruk pada malam hari
atausiang hari.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan adanya gangguan pada telinga atau yang
berhubungan dengan telinga seperti: masuknya benda asing pada telinga, trauma, otitits
eksterna, infeksi bakteri, infeksi virus myringitis, otitis media, gangguan pada tuba eustachius,
sakit gigi, sakit tenggorok, tonsillitis, atau gangguan sendi pada rahang.
3) Riwayat kesehatan keluarga
4) Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan
pendengaran.
2. Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik harus mencakup otologik yang lengkap, neoro-otologic, kepala, dan
pemeriksaan leher.
a. Inspeksi
b. Inspeksi daun telinga
Caranya:
Dewasa : ditarik keatas-kebelakang
Anak : Kebelakang
Bayi : kebawah
c. Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.

3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik , kimia
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan
pencegahannya
c. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
4. Rencana Asuhan Keperawatan

Dignosa Tujuan dan


keperawatan kreteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d agen Tujuan : Setelah . Observasi keluhan 1. Dapat
cedera biologis, diberikan tindakan nyeri, perhatikan mengidentifikasi
fisik, kimia keperawatan rasa lokasi atau karakter terjadinya
nyeri pasien dapat dan intensitas skala komplikasi dan
berkurang nyeri (0-4) untuk intervensi
Kriteria hasil : 2. Ajarkan tehnik selanjutnya.
- 1. Melaporkan nyeri relaksasi progresif, 2. Membantu klien
berkurang/ nafas dalam guided untuk mengurangi
terkontrol. imagery. persepsi nyeri atau
2. Menunjukkan 3. Kolaborasi: mangalihkan
ekspresi wajah/ Berikan obat perhatian klien dari
postur tubuh rileks. analgetik sesuai nyeri.
indikasi 3. Membantu
mengurangi nyeri
Diagnosis Tujuan dan kreteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
Ansietas b/d kurang Tujuan: 1. 1. Dengarkan dgn 1.mendengar
mengurangi ansietas
pengetahuan ttg cermat apa yg memungkinkan
Kriteria Hasil :
penyakit, penyebab - - Klien tidak dikatakan klien deteksi dan koreksi
infeksi dan tindakan menampakkan tanda- tentang penyakit dan mengenai
tanda gelisah
pencegahannya - Klien terlihat tenang tindakannya kesalahpahaman dan
2. Berikan penjelasan kesalahan informasi
singkat ttg organisme 2. pengetahuan ttg
penyebab; sasarn diagnosa spesifik dan
penaganan; jadwal tindakan dapat
tindak lanjut meningkatkan
3.Berikan kesempatan 3. kepatuhan
pada klien untuk pertanyaan klien
bertanya dan menandakan masalah
berdiskusi yg perlu diklarifikasi
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasi
Gangguan sensori Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui tingkat
persepsi (auditori) b.d. diberikan tindakan ketajaman ketajaman
perubahan sensori keperawatan pendengaran, catat pendengaran pasien
persepsi diharapkan ketajaman apakah kedua telinga dan untuk
pendengaran terlibat menentukan
pasien meningkat 2. Berikan lingkungan intervensi selanjutnya
Kriteria hasil : yang tenang dan tidak 2. Membantu untuk
- Pasien dapat kacau , jika menghindari masukan
mendengar dengan diperlukan seperti sensori pendengaran
baik tanpa alat bantu musik lembut yang berlebihan
pendengaran, mampu 3.Anjurkan pasien dan dengan
menentukan letak keluarganya untuk mengutamakan
suara dan sisi paling mematuhi program kualitas tenang
keras dari garputala, terapi yang diberikan 3. Mematuhi program
membedakan suara terapi akan
jam dengan gesekan mempercepat proses
tangan penyembuhan
- Pasien tidak
meminta mengulang
setiap pertanyaan
yang diajukan
kepadanya
5. Evaluasi
No. Dx Evaluasi

1. S : Klien mengatakan sudah tidak mengalami nyeri lagi


O : Klien tampak merasa lebih baik dan tidak mengeluh merasakan nyeri
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

2. S : Klien mengatakan merasa tidak gelisah


O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

3. S : Klien mengatakan pendengarannya mulai normal


O : Klien dapat menerima respon suara
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai