Anda di halaman 1dari 8

Uraian Materi

A. Otitis Media
1. Definisi
Otitis media merupakan suatu proses peradangan yang terjadi pada telinga tengah
yang dapat terjadi dapat berbagai bentuk (Sommers, MS., 2019). Sedangkan menurut
Gould, B.E & Dyer, R. 2018, otitis media adalah inflamasi atau infeksi yang mengenai
bagian tengah dari telinga, yang bisa menyebabkan rupture atau kerusakan pada
membran tympani.

2. Klasifikasi
Otitis media dibedakan menjadi:
a. Otitis Media Akut (OMA)
Merupakan suatu peradangan yang mengenal bagian tengah dari telinga yang
terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan dalam jangka waktu yang pendek, ditandai
dengan munculnya manifestasi peradangan baik lokal maupun sistemik, seperti nyeri
telinga, demam, (bulging atau tonjolan pada telinga bagian tengah untuk anak-anak),
otorhoe, demam, anoreksia, muntah dan diare. Otitis media akut biasanya disertai
pembengkakan dan kemerahan pada telinga bagian belakang atau di sekitar gendang
telinga. Adanya cairan yang terperangkap di telinga tengah dapat menyebabkan
munculnya keluhan demam, sakit telinga, dan gangguan pendengaran. Terdapat 4
stadium dari otitis media akut yattu:
1) Oklusi Tuba Eustachius, ditandai dengan adanya sumbatan tuba Eustachius, tidak
ditemukan adanya demam.
2) Hiperemis atau Pre-supurasi, ditandai hiperemis pada membran timpani, edema
mukosa dan sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
3) Supurasi, pada stadium ini terdapat sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga
bagian tengah dan sel-sel mastoid, edema pada mukosa telinga tengah menjadi
semakin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Adanya pembentukan eksudat
purulen menyebabkan cavum timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.
4) Perforasi, keadaan ini ditandai oleh ruptur membran timpani yang menyebabkan
pengeluaran sekret berupa nanah dengan jumlah banyak mengalir dari telinga tengah
ke liang telinga luar.
b. Otitis Media Efusi (OME)
Otitis media efusi (OME) terjadi pengeluaran cairan dari telinga bagian tengah, tanpa
bukti adanya infeksi aktif. Pengeluaran cairan ini disebabkan karena tekanan negatif
dalam telinga tengah akibat obstruksi tuba eustachius. Otitis media efusi ditandai
dengan menurunnya fungsi pendengaran, telinga berdenging dan vertigo atau pusing
berputar. Otitis media efusi sering terjadi pada anak-anak.
c. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Otitis media kronik biasanya merupakan episode berulang otitis media akut yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible, terjadi perforasi menetap pada
membran tympani yang dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu metlibatkan
mastoid.
Manifestasi klinis yang biasa ditemukan tidak banyak, pasien bisa mengalami
berbagal derajat kehilangan pendengaran, pengeluaran cairan telinga yang terus
menerus atau menetap, berbau busuk, tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis
akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
oedema. Hasil pemeriksaan Otoscopik menunjukkan membran tympani
memperlihatkan adanya perforasi, ada massa putih dibelakang membran tympani atau
keluar canalis ekternus melalui lubang perforasi.
d. Otitis Media Adhesif
Otitis media adhesive merupakan kelanjutan dari infeksi telinga bagian tengah
sebelumnya. Pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran akibat mengerasnya
tulang-tulang penghantar suara.

3. Patofisiologi
Tuba Eustachius merupakan saluran penghubung rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Tuba Eustachius merupakan saluran yang steril dan tertutup. Apabila udara
masuk ke telinga tengah terutama pada saat mengunyah, menelan dan menguap,
maka tuba eutachius baru terbuka. Adanya kontraksi muskulus tensor veli palatini yang
terjadi karena perbedaan tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar menyebabkan
tuba eustachius membuka. Tekanan tersebut sekitar 20 sampai dengan 40 mmhg.
Fungsi tuba esutachius memiliki fungsi sebagai ventilasi, proteksi, dan drainase sekret.
Fungsi ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah
selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu melindung telinga tengah dari
tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke
telinga tengah. Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga
tengah ke nasofaring.
Otitis media diawali adanya kejadian infeksi saluran pernapasan atas atau alergi,
yang menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk
nasofaring dan tuba Eustachius. Akibat proses infeksi ini tuba Eustachius menjadi
sempit, sehingga terjadi tekanan negatif pada telinga tengah. Bila tekanan negative ini
berlangsung lama, maka akan terjadi refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari
nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah
bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan
dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses
inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan
faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi.
Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami
infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi
mikroba patogen pada sekret. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat
merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggl.

4. Tanda dan Gejala


a. Nyeri pada telinga (otalgia). Nyeri pada telinga disebabkan karena adanya
penekanan pada membrane timpani dan syaraf sensoris.
b. Membran telinga merah dan menonjol
c. Penurunan fungsi pendengaran, tinitus
d. Munculnya tanda-tanda infeksi seperti demam
e. Adanya pengeluaran sekresi dari telinga. Hal ini terjadi pada saat membrane telinga
pecah. Sejalan dengan adanya sekresi ini, maka keluhan nyeri telinga akan berkurang.
f. Rewel (bila terkena pada bayi/anak)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kultur cairan dari telinga, yang bertujuan untuk melihat mikrorganisme
penyebab.
b. Rontgen tulang mastoid atau CT scan kepala, bertujuan untuk melihat penyebaran
infeksi ke struktur disekitar telinga.
c. Audiometri nada murni, audiometri tutur, BERA (Brainsteam Evoked Response
Audiometry).

7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan, pengobatan diberikan sesual dengan stadium dari otitis media, pasien
biasa mendapatkan antibiotic.
b. Pembedahan
1) Miringotomi bertujuan untuk membuat aliran atau drainase secret dari telinga tengah
ke liang telinga luar dengan melakukan insisi pada pars tensa membran timpani.
2) Timpanosintesis, dilakukan untuk keperluan diagnostic yaitu) melakukan pungsi pada
membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan
pemeriksaan.
3) Adenoidektomi, merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk menurunkan
risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren.

8. Komplikasi
Hasil penelitian Jain A, dkk tahun 2017 di New Delhi-India, ditemukan 58% kasus abses
otak yang merupakan komplikasi OMSK dan meningitis sebesar 24,6%. Kematian yang
terjadi sebanyak 2,8% pasien, yang diantaranya mengalami herniasi otak dan sepsis.
Sedangkan hasil penelitian Sun J dkk di Cina tahun 2014, terjadi sebanyak 52,9%
komplikasi intrakranial berupa abses otak akibat OMSK dan meningitis pada urutan
kedua terbanyak yaitu 29,4%, sedangkan kematian yang terjadi tidak ditemukan
(Rumadas, et.all, 2020).

«+ Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Otitis


Media
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah langkah awal yang dari tahapan proses keperawatan.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data baik subjektif maupun objektif dengan
menggunakan berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
Data fokus yang harus didapatkakn pada pasien dengan otitis media akut antara lain:
a. Data demografi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya,
agama, interaksi keluarga, konsep diri, status mental, respon emosional.
b. Tanda-tanda vital, rasa nyeri, berat badan, respon psikologis, kebutuhan nutrisi,
kebutuhan cairan, komplikasi yang terjadi.
c. Aktivitas/istirahat: penurunan aktivitas, tidur terganggu, eliminasi: Keluaran urine,
Nutrisi: Anoreksia, mua/muntah, nyeri.
2. Diagnosis
a. Nyeri akut berhubungan dengan = agen pencedera fisiologis: inflamasi dibuktikan
dengan: mengeluh nyeri, pada telinga, meringis, gelisah, sulit tidur, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (otitis media), dibuktikan dengan:
suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
c. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan gangguan pendengaran,
dibuktikan dengan: kemampuan mendengar berkurang, respon tidak sesuai,
menyendiri, konsentrasi buruk, bicara sendiri.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
dibuktikan dengan: tidak mampu berbicara atau mendengar, menunjukkan respon tidak
sesual, tidak ada kontak mata, sulit memahami komunikasi, sulit mempertahankan
komunikasi.
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 2 x
fisiologis: inflamasi 24 jam, tingkat nyeri Observasi:
dibuktikan dengan: menurun, dengan kriteria: 1. Identifikasi skala nyeri
mengeluh nyeri, pada a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi faktor yang
telinga, meringis, b. Meringis menurun memperberat dan
gelisah, sulit tidur, c. Gelisah menurun mengurangi nyeri
peningkatan denyut nadi d. Kesulitan tidur menurun
dan tekanan darah e. Frekuensi nadi membaik Terapeutik:
f. Tekanan darah membaik 1. Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(hypnosis, akupresur,
imajinasi terbimbing)

2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

3. Fasilitasi istirahat dan


tidur

Edukasi:
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
dengan proses penyakit keperawatan selama 2 x
(otitis media), dibuktikan 24 jam, termoregulasi Observasi
dengan: suhu tubuh membaik, dengan kriteria: 1. Monitor suhu tubuh
meningkat, kulit merah, a. Menggigil menurun
takikardi, takipnea, kulit b. Kulit merah menurun Terapeutik:
teraba hangat. c. Takikardi menurun 1. Sediakan lingkungan
d. Takipnea menurun yang dingin
e. Suhu tubuh membaik 2. Longgarkan atau
f. Suhu kulit membaik lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Lakukan pendinginan
eksternal (kompres)
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi rangsangan
sensoris berhubungan keperawatan selama 4 x
Dengan gangguan 24 jam, persepsi sensoris Observasi:
pendengaran, dibuktikan membaik, dengan kriteria:
dengan: kemampuan a. Gangguan sensoris 1. Periksa status
mendengar berkurang, pendengaran menurun pendengaran
respon tidak sesual, b. Respon sesuai stimulus
menyendiri, konsentrasi membaik Terapeutik:
buruk, bicara sendiri. c. Konsentrasi membaik 1. Diskusikan tingkat
d. Orientasi membaik toleransi terhadap beban
e. Menarik diri menurun sensoris (bising)
2. Batasi stimulus
lingkungan
3. Jadwalkan aktifitas
harian dan waktu istirahat

Edukasi:
1. Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus.

Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi:


verbal berhubungan keperawatan selama 4 x deficit pendengaran
dengan gangguan 24 jam, komunikasi verbal
pendengaran dibuktikan meningkat, dengan kriteria: Observasi:
dengan: tidak mampu a. Kemampuan berbicara 1. Periksa kemampuan
berbicara atau mendengar, meningkat pendengaran
menunjukkan respon tidak b. Kemampuan 2. Identifikasi metode
sesuai, tidak ada kontak mendengar meningkat komunikasi yang disukai
mata, sulit memahami c. Kesesuaian ekspresi pasien (lisan, tulisan,
komunikasi, sulit wajah meningkat gerakan bibir, Bahasa
mempertahankan d. Kontak mata meningkat isyarat)
komunikasi. e, Respon perilaku
membaik Terapeutik:
f. Pemahaman komunikasi 1. Gunakan Bahasa
membaik sederhana
2. Gunakan Bahasa isyarat
jika perlu
3. Verifikasi apa yang
dikatakan atau ditulis
pasien
4. Berhadapan dengan
pasien secara langsung
selama berkomunikasi
5, Pertahankan kontak
mata selama
berkomunikasi
6. Pertahankan kebersihan
telinga

Edukasi:
1. Anjurkan
menyampaikan pesan
dengan isyarat

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan intervensi keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Implementasi
keperawatan difokuskan pada upaya untuk mempertahan daya tahan tubuh, mencegah
komplikasi, menentukan perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien
dengan lingkungan dan implementasi pesan dokter. PPNI dalam SIKI (2019)
menetapkan 4 jenis implementasi yaitu berupa tindakan observasi, therapeutic,
edukasi, dan kolaborasi.
Perawat tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang mendasar tentang sains,
teori keperawatan, praktek perawatan, dan parameter hukum tentang intervensi
perawatan tetapi juga harus memiliki keterampilan psikologis untuk menerapkan
prosedur dengan aman (Wayne, 2022).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan Langkah akhir dari proses perawatan. Tahap ini sangat
penting untuk melihat pengaruhnya terhadap kondisi pasien. Setelah semua tindakan
intervensi keperawatan dilakukan, perawat mempelajari apa yang sudah tercapai dan
yang belum dengan mengevaluasi apa yang dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi
dapat dijelaskan dalam tiga kondisi, yaitu kondisi pasien membaik, kondisi pasien
menjadi stabil, dan kondisi pasien memburuk (Wayne, 2022).

Referensi:
Bibliography
dr. Welda Eleanor Haryanto, MBBS, Master of Clinical Medicine. (2023, Oktober 21). Otitis Media:
Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya. Retrieved from Siloam Hospitals:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-otitis-media

Lucky, Y. (2023, Oktober 21). Pemberian Kompres Dingin Untuk Mengurangi Tingkat Nyeri Pada Pasien
Otitis Media Akut (OMA) Di Pukesmas Dinoyo Kota Malang. Retrieved from Karya Tulis Ilmiah:
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/index.php/web_kti/detail_by_id/39434

Wihardji, d. T. (2023, Oktober 21). Otitis Media. Retrieved from Alomedika:


https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/otitis-media/

Yanti Cahyanti. (2023). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah D-III Keperawatan (Jilid II ed.). Jakarta:
Mahakarya Citra Utama.

Anda mungkin juga menyukai