DISUSUN OLEH :
HERIANI
7119191720
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
FAMIKA MAKASSAR
T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)
A. Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Padila, 2012). Otitis
media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif kronik apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis
media supuratif subakut (Soepardi & Iskandar, 2004).
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe
aman) dan (2) OMSK tipe maligna (tipe tulang = berbahaya). Proses peradangan pada
OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom (Soepardi
& Iskandar, 2004).
Tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal
juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
maligna letaknya marginal atau di atik, kadang – kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe maligna (Soepardi & Iskandar, 2004).
B. Etiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel
– sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel – sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eustachius menyebabkan
lendir yang dihasilkan sel – sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang – tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak
tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena Tekanannya (Padila, 2012).
D. Manifestasi Klinis
1. Demam
2. Nyeri retroorbita pada sisi telinga yang terinfeksi
3. Nistagmus dan vertigo
4. Paralisis fasial pada sisi telinga yang terinfeksi
5. Nyeri kepala dengan atau tanpa letegia
6. Papil edema
7. Meningismus
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
a. Gangguan Pendengaran
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan:
1) Apakah keluhan tersebut pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba- tiba atau
bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya
2) Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian
obat ototoksik sebelumnya
3) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis,
influenza berat dan meningitis
4) Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi, terjadi pada tempat bising
atau pada tempat yang tenang.
1) Apakah secret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan
sudah berapa lama.
2) Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang
banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau
busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai
adanya infeksi akut akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air
jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.
2. Tes Audiometric
Tes audiometric merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas
(mampu mendengar suara) dan perbedaan kata – kata (kemampuan membedakan bunyi
kata – kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometric. Pendengaran dapat
diidentifikasikan pada saat nol decibel naik sebelum sesorang mendengar suara
frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya
normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal. Tujuan dari tes audiometric
adalah:
a) Menentukan apakah seseorang tidak mendengar
b) Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran
c) Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan
d) Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif)
dari telinga tengah (sistem neurologi).
F. Penatalaksanaan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga
tengah
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer & Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner-Suddarth. Jakarta:
EGC
Soepardi & Iskandar. 2004. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia