Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) PADA SISTEM PERSEPSI


SENSORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium
telinga tengah. Sangat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa
menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan
di sekitar saluran mengakibatkan tersumbat tersumbatnya saluran
(Mansjoer, 2011, 76)
Otitis media akut adalah suatu infeksi yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga pada telinga tengah
(Smeltzer, 2001).

2. Manifestasi Klinis

a. Otitis media akut (supuratif)


1) Tonjolan di membarne timpani
2) Pysing
3) Eritma membrane timpani
4) Kehilangan pendengaran (biasanya ringan dan konduktif)
5) Demam ringan sampai sangat tinggi
6) Mual
7) Drainase purulen di kanal telinga akibat ruptire membrane timpani
8) Nyeri hebat dalam, dan berdenyut (akibat tekanan di belakang
membarne timpani )
9) Infeksi traktus respiratorik atas (bersin, batuk)
10) Muntah
b. Otitis media Sub akut (skretori)
1) Mendengar gaung saat berbicara
2) Suara meletus, memdedas atau klik saat menelan atau
menggerakan rahang
3) Sensasi penuh di telinga
4) Kehilangan pendengar konduktif parah yang bervariasi
5) Perasaan akan jatuh (akibat merasa seperti ditempat yang tinggi)
yang samar
c. Otitis media kronis (menetap)
1) Kolesteatoma (gumpalan seperti kista di tengah telinga)
2) Kehilangan pendengaran konduktif
3) Mobilitas membran timpani berkurang atau tidak ada
4) Keluaran purulen dan tidak tersa sakit
5) Nyeri yang mendadak hilang saat terjadi ruptur membran timpani
6) Penebalan dan perut di membran timpani

3. Etiologi
Sebagia besar OMSK merupakan lanjutan dari OMA yang prosesnya
sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi
yang lambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan
tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut sub akut. Sebagian kecil
disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga
tengah. Kuman penyebabnya biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi
yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan
kuman anaerob (Arief Masjoer,2001).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman stapilococcus aereus,
pncudomonas aeruginosa, streptococcus epidemidis, gram positif lain, dan
kuman gram negatif lain. Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah
menderita saluran napas atas misalnya influenza/sakit tenggorokan. Melalui
saluran yang menghubungkan antara hidung dan telinga (saluran tuba
eustasius). Infeksi disaluran napas atas yang tidak dibagi dengan baik dapat
menjalar sampai telinga.
Faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu :

a. Terapi yang terlambat diberikan.


b. Terapi yang tidak adekuat.
c. Virulensi kuman tinggi.
Daya tahan tubuh yang rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.(Soepadi
Arsyad, E., 1998)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2) Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan
membran timpani
3) Kultur dan uji sensitifitas , dilakukan bila dilakukan
timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui
membrane timpani).
4) Pemeriksaan audiometri
Biasanya di dapatkan tuli konduktif. Tetapi dapat pula sensorineural.
Beratnya ketulian tergantung besar dan letaknya perforasi membran
timpani serta keluhan dan mobilitas sistem penghantar suara di telinga
tengah. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringaa,
sedang, berat dan ketulian total, tergaantung dari hasil pemeriksaan
( audiometri atau tes berisik )

Derajat ketulian nilai ambang pendengaran :

Normal = 10Db sampai 26 Db


Ringan = 27Db sampai 40Db
Sedang = 41Db sampai 55Db
Sedang berat = 56Db sampai 70Db
Berat = 71 Db sampai 90Db
Total = lebih dari 90Db
5) Pemeriksaan radiologi
Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil
dengan pneumatisosi leb ini sedikit dibandingkan mastoid yang
satunya tau yang normal. Erosi tulang, terutamapada daerah ataik
memberi kesan kolesteaton.

5. Penatalaksanaan Farmakologi dana Non Farmakologi


a. Farmakologi
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas
terapi (e.g: dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi),
virulensi bakteri, dan status fisik klien.Antibiotik dapat digunakan
untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan
kedua digunakan bila diperkirakan organismenyaresisten terhadap
amoksisilin adalah amoksisilin dengan klavulanat
(Augmentinsefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan
eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – otitis media
serosa (otitis media dengan efusi), terapi yang umum dilakukan
adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam
2 bulan. Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk
melakukan miringotomi. Miringotomi adalah prosedur bedah dengan
memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane
timpani. Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah,
mengurangi tekanan negative dan memungkinkandrainase cairan.

b. Non-farmakologi
a. Mengkompres hangat
b. Mengkaji nyeri
c. Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
d. Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis
media
e. Instruksikan kepada keluarga tentang komnikasi yang efektif

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan Utama
1) Gangguan pendengaran / pekak
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan:
- Apakah keluhan tersebut, pada satu telinga atau kedua telinga,
timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah
berapa lamanya
- Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma
akustik atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya
- Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus
seperti parotitis, influensa berat dan meningitis
- Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi, atau
pada tempat yang bising atau pada tempat yang tenang
2) Suara berdenging / berdengung (tinitus) :
- Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau
berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu
sisi atau kedua telinga
- Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran
3) Rasa pusing yang berputar (vertigo)
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh
- Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan
berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun
dengan gerakan cepat
- Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh
di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya
terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti
disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak
kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan
timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-otot leher. Penyakit
DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia,
kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus
4) Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
- Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama
- Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi
mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh
saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut
5) Keluar cairan dari telinga (otore)
- Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa
sakit atau tidak dan sudah berapa lama
- Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar
dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal
dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya
infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar
seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah pendengaran dapat memengaruhi kemampuan klien untuk
berkomunikasi dan membatasi aktivitas sosial.Pengurangan aktivitas
fisik, fungsional dan sosial berkontribusi pasa masalah telinga atau
kehilangan pendengaran dapat mengganggu kebebasan seseorang yang
dapat mengarah ke isolasi dan depresi.Kehilangan dapat menghasilkan
perasaan frustasi, rasa malu, dan kesepian.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Masalah telinga sering terjadi akibat penyakit pada masa anak-anak
atau abnormalitas yang berhubungan dengan struktur
terkait.Wawancara untuk mencari riwayat ini penting untuk
menentukan masalah sekarang terkait.Kaji juga mengenai riwayat
penyakit infeksi saluran napas atas.Apakah klien pernah menjalani
pembedahan tonsil, adenoid, atau pembedahan hidung dan
tenggorokan.

b. Pemeriksaan fisik : data focus


1) Telinga eksternal dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada
harus diterangkan.Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada
otitis eksterna dan media.Pengkajian dari saluran luar dan gedang
telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam
pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses
penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal
memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-
abuan.Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.Untuk
visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
2) Riwayat Kesehatan :
- OMA lebih dari 2 bulan
- Pengobatan OMA yang tidak tuntas

Data Subjektif :

- Telinga terasa penuh

- Nyeri pada telinga yang sakit


- Vertigo

Data Objektif :

- Terdapat abses atau kite retroaurikuler


- Terdapat polip
- Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano
- Ottorhoe
- Sekret terbentuk nanah dan berbau

2. Patofisiologi
3. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori Auditorius berhubungan dengan Obstruksi
dan Infeksi telinga tengah
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada telinga
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan vertigo
4. Ansietas berhubungan dengan Ketidaktahuan proses penyakit

4. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Gangguan Persepsi Setelah dilakukan Observasi :
/sensori tindakan selama 3x48 - Periksa fungsi pendengaran
pendengaran jam, diharapkan - Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubungan persepsi/sensori pasien (mis. Inflamasi dan pengeluaran
dengan obstruksi baik dengan kriteria cairan)
telinga tengah hasil : Klien akan - Monitor tanda dan gejala disfungsi
mengalami peningkatan telinga lebih lanjut
persepsi/sensoris Terapeutik :
pendengaran sampai - Bersihkan telinga luar
pada tingkat fungsional. - Bersihkan serumen dengan kapas
lembut
- Lakukan irigasi telinga dengan
larutan NaCl 0,9% disertai dengan
aural toilet, diberikan amoksiklav
625 mg sehari tiga kali selama lima
hari dan ciprofloxacin tetes telinga
sehari dua kali sebanyak dua tetes
- Hindari paparan suara keras
Edukasi :
- Ajarkan cara membersihkan telinga
luar
- Edukasi cara menggunakan dan
merawat alat bantu dengar
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai indikasi
Hipertermi Tujuan : Observasi :
berhubungan Masalah hipertermi - Identivikasi penyebab hipertermi
dengan proses teratasi - Observasi keadaan umum pasien
infeksi pada - Observasi tanda-tanda vital
telinga Kriteria hasil: Terapeutik :
- Beri kompres hangat di beberapa
1. Menunjukkan
bagian
penurunan suhu tubuh
- Beri health education ke pasien dan
2. Akral pasien tidak
keluarganya mengenai penanganan
teraba hangat/panas
dan terapi yang diberikan tentang
3. Pasien tampak tidak
penyakitnya
lemas
Edukasi :
4. Mukosa bibir lembab
- Anjurkan pasien untuk banyak
5. Rencana tindakan
minum
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat
- Anjurkan pasien untuk memakai
pakaian yang tipis
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai indikasi
Risiko Jatuh Tujuan : Masalah risiko Observasi :
berhubungan jatuh dapat teratasi - Kaji tingkat energi yang dimiliki
dengan vertigo - Identivikasi factor resiko jatuh
Kriteria Hasil : - Identivikasi factor lingkungan yang
1. Klien dapat meningkatkan jatuh
mempertahankan Terapeutik :
keseimbangan - Berikan terapi ringan untuk
tubuhnya mempertahankan keseimbangan
2. Klien dapat - Pasang handrall tempat tidur
mengantisipasi - Pastikan roda tempat tidur dan kursi
resiko terjadinya
roda selalu dalam kondisi terkunci
jatuh
Edukasi :
- Ajarkan penggunaan alat-alat
alternative dana tau alat-alat bantu
untuk aktivitas klien
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat nyeri
(pusing) sebelum aktivitas
Ansietas Tujuan : Rasa cemas Observasi :
berhubungan klien akan - Pantau tanda dangejala ansietas
dengan berkurang/hilang - Monitor TTV
Ketidaktahuan Terapeutik :
proses penyakit Kriteria hasil: Klien - Berikan dukungan spiritual
mampu - Libatkan orang terdekat sebagai
mengungkapkan petunjuk dalam mengambil
ketakutan/keluatirannya keputusan
dan Respon klien
tampak tersenyum - Jujur kepada klien ketika
mendiskusikan mengenai
memungkinan kemajuan dari fungsi
pendengarannya untuk
mempertahankan harapan klien
dalam berkomunikasi.
- Diskusikan dengan klien cara
berkomunikasi dengan alat bantu
Edukasi :
- Berikan informasi mengenai
kelompok yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang
dialami kliem untuk memberikan
dukungan kepada klien
- Berikan informasi mengenai
sumber-sumber dan alat-alat yang
tersedia yang dapat membantu klien
Kolaborasi :
- Jika memungkinkan hadirkan orang
dengan penyakit yang sama

C. Daftar Pustaka
ADAMS, George L. 2016. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Black, Joyce M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapur: Elsevier
Harvard Health Publishing. 2019. Chronic Otitis Media, Cholesteatoma and
Mastoiditis. Amerika
LeMone, Priscilla. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Visual &
Audiotori. Jakarta: EGC
Smeltzer, Susan C. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai