Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU PADA SISTEM PERNAPASAN


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Kanker paru atau disebut juga karsinoma bronkogenik
merupakan tumor ganas primer sistem pernafasan bagian bawah
yang bersifat epitelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus
(Nurarif, 2016). Kanker paru muncul dari sebuah sel epitel tunggal yang
bertransformasi didalam jalan nafas trakeobronkial, karsinogen (asap
rokok, gas radon,agen okupasional dan lingkungan lain) merusak sel,
menyebabkan pertumbuhan dan perkembanganabnormal menjadi tumor
ganas (Brunner dan Suddarth,2015).Kanker paru adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
(primer) yang berasal dari epitel bronkus (Depkes,2015).
Kanker paru atau disebut juga karsinoma bronkogenik
merupakan tumor ganas primer sistem pernafasan bagian bawah
yang bersifat epitelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus
(Nurarif, 2016). Kanker paru muncul dari sebuah sel epitel tunggal yang
bertransformasi didalam jalan nafas trakeobronkial, karsinogen (asap
rokok, gas radon,agen okupasional dan lingkungan lain) merusak sel,
menyebabkan pertumbuhan dan perkembanganabnormal menjadi tumor
ganas (Brunner dan Suddarth,2015).
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung
cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer,
NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk
didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid,
adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan,
berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor.Karsinoma sel skuamosa biasanya
terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki
besar.Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan
cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,
dinding dada, dan mediastinum.Karsinoma ini lebih sering pada laki-
laki daripada perempuan (Wilson, 2005).
b. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi
sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan
sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-
gejala.
c. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO.Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar
dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam.Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh.
d. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar
getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor
dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin
granular.Gambaran mitotik sering ditemukan.Biasanya ditemukan
nekrosis dan mungkin luas.Sel tumor sangat rapuh dan sering
memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi.
Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
e. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.Sel-sel
ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson,
2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena
dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.
a. Stadium Perkembangan Kanker Paru
1) Stadium karsinoma sel kecil
Karsinoma sel kecil atau Small Cell Lung Cancer / SCLC
merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat
dan menyebar cepat ke pembuluh darah menuju anggota tubuh
lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai penyakit
kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya diobati melalui
kemoterapi dan bukan melalui prosedur pembedahan.Tahapan
Kanker Paru-paru Sel Kecil
Tahap terbatas: Kanker ditemukan hanya pada satu sisi paru-
paru dan jaringan terdekatnya.
Tahap ekstensif: Kanker ditemukan padajaringan dada diluar
paru-paru dimana tempat awal persebaran. Atau kanker ditemukan
di organ yang cukup jauh.
2) Stadium karsinoma non-sel kecil
Stadium kanker paru-paru non-sel kecil atau Non Small Cell
Lung Cancer (NSCLC)merupakan tipe paling umum dari
kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan dengan
SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat.
Bila didiagnosa secara dini, pembedahan dan/atau radioterapi,
kemoterapi, dapat memberikan harapan akan kesembuhan.
- Tahap Okultisme: Sel Kanker paru-paru ditemukan pada
dahak atau sampel air yang diperoleh dari bronkoskopi namun
tumornya sendiri tidak dapat terlihat di dalam paru-paru
- Stadium 1: Tumor hanya dalam satu lobus paru-paru.
- Stadium 2: Tumor menyebar terbatas pada kelenjar getah
beningdi dekatnya, atau tumbuh ke dalam dinding dada
- Stadium 3A: Tumor telah menyebar ke kelenjar getah
bening ditengah dada (mediastinum).
- Stadium 3B: Tumor telah menyebar melampaui kelenjar
getahbening di mediastinum, atau ada koleksi cairan di
ruang pleura di paru-paru,atau ada tumor di lebih dari satu
lobus.
- Stadium 4: Sel-sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang
jauh

2. Manifestasi Klinis
a. Lokal (tumor setempat)
1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
2) Hemoptisis
3) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5) Aelektasis
b. Invasi local :
1) Nyeri dada
2) Dispnea karena efusi pleura
3) Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
4) Sindrom vena cava superior
5) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6) Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7) Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis
c. Gejala penyakit metastasis :
1) Pada otak, tulang, hati, adrenal
2) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis
3) Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala
4) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
5) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
6) Hipertrofi : osteoartropati
7) Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
8) Neuromiopati
9) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
10) Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
11) Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
d. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
2) Kelainan berupa nodul soliter
3)
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
a. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
b. Gejala umum.
1) Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2) Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
3) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Keluhan yang timbul tergantung pada lokasi pertumbuhan tumor
dan penyebarannya. Nyeri dada, misalnya, disebabkan oleh pertumbuhan
tumor pada membran paru-paru atau tulang.Tidak jarang yang pertama
terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti
kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar
atau patah tulang kaki

3. Etiologi
a. Merokok
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia,
banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau
karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap
tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan
polycyclic aromatic hydrocarbons.
b. Merokok Pasif
Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko
sebesar lima kali mengembangkan kanker paru daripada bukan
perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu
risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.
c. Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah
suatu pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif).Ia
pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe
radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker
paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematiankematian
kanker paru diakibatkan oleh radon gas.
d. Kecenderungan Keluarga
Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan
panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan
mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang
meningkat mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.
e. Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic
obstructive pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko
yang meningkat sedikit (empat sampai enam kali risiko dari seorang
bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah
efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
f. Sejarah Kanker Paru sebelumnya
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko
yang lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu
kanker paru kedua.Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung
cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan
dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua.Pada
orangorang yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko
mengembangkan kankerkanker kedua mendekati 6% per tahun.
g. Polusi Udara
Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat
pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan
mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang
terpapar.Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru
disebabkanoleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya
bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi
sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari
merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru.
Faktor Risiko Kanker Paru
1) Laki-laki
2) Usia lebih dari 40 tahun
3) Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4) Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau
(perokok pasif)
5) Radon dan asbes
6) Lingkungan industri tertentu
7) Zat kimia, seperti arsenic
8) Beberapa zat kimia organic
9) Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10) Polusi udara
11) Kekurangan vitamin A dan C

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Endobrachial Ultrasound (EBUS)
Dilakukan untuk membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal,
hilus, intrapulmoner juga untuk penilaian lesi perifer dan saluran
pernapasan, serta mendapatkan jaringan sitologi dan histopatologi pada
kelenjar getah bening yang terlihat pada CT-scan toraks maupun PET
CT-scan.
b. Biopsi Transtorakal
(Transthoracal biopsy-TTB), merupakan tindakan biopsi paru
transtorakal, tanpa tuntunan radiologis (blinded TTB) maupun dengan
tuntunan USG (USG-guided TTB) atau CT-scan toraks (CT-guided
TTB), untuk mendapatkan sitologi atau histopatologi kanker paru.
c. Pleuroscopy
Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan
menghasilkan spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas
pada cairan pleura yang dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien
kanker paru. Jika hasil sitologi tidak menunjukkan adanya sel ganas,
maka penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan.
d. Torakotomi
Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika
dengan semua modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.
e. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran tumor lebih dari1 cm. Tanda yang mendukung
keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor
satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan adanya
invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan
metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.
f. CT-Scan toraks
CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm
secara lebih tepat, penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala, bahkan
keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage
juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat
dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan
metastasis intrapulmoner.
g. Brain-CT
Untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak. Bone
scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh
jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya
metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut
h. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran
radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar
getah bening, dan metastasis ke organ lain.

5. Penatalaksanaan Farmakologi dana Non Farmakologi


a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada
stadium dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan.Terapi
adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan
IIIA.Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan
dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik
(Karnofsky >60; WHO 0-2).Namun, guna kemoterapi terbesar
adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium
lanjut.Ada beberapa jenis kemoterapi yang dapat diberikan.Lini
pertama diberikan kepada pasien yang tidak pernah menerima
pengobatan kemoterapi sebelumnya (chemo naïve).Kelompok ini
terdiri dari kemoterapi berbasis-platinum dan yang tidak
mengandung platinum (obat generasi baru).Pilihan utama obat
berbasis-platinum adalah sisplatin, diikuti dengan karboplatin.
Efek samping sisplatin yang paling sering ditemukan adalah
toksisitas gastrointestinal.Pada pasien yang mengalami efek
samping dengan sisplatin, dapat diberikan karboplatin. Kemoterapi
ini dapat ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien usia lanjut atau
dengan komorbiditas berat. Efek samping karboplatin yang paling
sering berupa hematotoksisitas.Obat kemoterapi lini pertama tidak
berbasisplatinum yang dapat diberikan adalah etoposid, gemsitabin,
paklitaksel, dan vinoralbin.Kombinasi sisplatin dengan gemsitabin
memberikan angka kehidupan paling tinggi, namun respon paling
baik adalah terhadap regimen sisplatin dengan
paklitaksel.Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah febris
neutropenia atau perdarahan akibat supresi sum-sum tulang,
hiponatremia atau hipomagnesemia, toksisitas ginjal, dan neuropati
perifer.
Kemoterapi lini kedua diberikan kepada pasien yang pernah
mendapat kemoterapi lini pertama, namun tidak memberikan
respons setelah 2 siklus, atau KPKBSK menjadi lebih progresif
setelah kemoterapi selesai.Obat-obat kemoterapi lini kedua adalah
doksetaksel dan pemetreksat.Selain itu, dapat diberikan juga
kombinasi dari dua obat tidak-berbasis platinum.Kemoterapi lini
ketiga dan seterusnya sangat tergantung pada riwayat pengobatan
sebelumnya.

b. Non-farmakologi
1) Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama
stadium I-II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan.Jenis pembedahan yang dapat dilakukan
adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris.Pilihan
utama adalah lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang
paling tinggi.Namun, pada pasien dengan komorbiditas
kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan
segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan. Kini, reseksi
sublobaris sering dilakukan bersamaan dengan VATS.
2) Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana kanker paru.Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru
Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di semua stadium
KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau
ajuvan maupun paliatif.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan umum
Pengkajian keperawatan yang nyeri dada, sesak napas, mengi,
batuk, sputum mengandung darah (hemoptisis).
2) Riwayat
a) Terpajan terhadap lingkungan karsinogen (polusi udara, arsenik,
debu logam, asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos).
b) Penyakit kronis sebelumnya yang telah
mengakibatkanpembentukan jaringan parut dan fibrosis pada
jaringan paru.
c) Riwayat kesehatan keluargaSalah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah riwayat keluarga.Faktor gen menjadi salah
satu penyebab kanker.
b. Pemeriksaan fisik : data focus
1) Inspeksi dada untuk mengetahui
- Deformitas atau ketidakseimbangan
- Retraksi intercostal
- Gangguan atau penyimpangan gerakan pernapasan
- Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas.
- Retraksi inspirasi pada area supraklavikular
- Kontraksi inspirasi sternomastoideus
1) Palpasi dada untuk mengetahui
- Nyeri tekan
- Pengkajian terhadap abnormalitas yang dapat dilihat
- Ekspansi pernapasan
- Fremitus taktil
- Perkusi dada Bunyi jantung normal mungkin tidak ada
padaemfisema.
2) Auskultasi Bunyi Napas
- Bunyi napas tambahan Crackles/rales, mengi atau
ronchi,wheezing.
- Jika ada indikasi, bunyi suara yang ditransmisikan.
3) Pemeriksaan kuku jari dan tangan
- Inspeksi :Falang dorsal membulat dan
menggelembung.Kecembungan dari lempeng kuku
meningkat. Sudut antaralempeng kuku dan lipatan kuku
proksimal bertambah sampai 180ºatau lebih. Lipatan kuku
proksimal teraba seperti busa. Banyakpenyebab dan kondisi
ini, termasuk hipoksia kronis dan kankerparu
2. Patofisiologi
3. Diagnose Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi bronchial
sekunder karena invasi tumor (penyakit paru obstruktif kronis
b. Nyeri akut b.d agen cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh tumor
paru
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk menelan makanan, anoreksia, kelelahan dan
dyspnea
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen (anemis),
kelemahan secara umum.

4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan & KH (NOC) Intervensi (NIC)


1 Ketidakefektifan Tujuan setelah dilakukan Airway Suction
bersihan jalan nafas asuhan keperawatan - Pastikan
b.d obstruksi selama 3x24 jam jalan kebutuhan oral dan
bronchial sekunder nafas membaik. tracheal suctioning
karena invasi tumor Criteria Hasil : - Auskultasi suara
(penyakit paru NOC : Respiratory nafas sebelum dan
obstruktif kronis Status : Airway Patency sesudah suctioning
- Mendemonstrasikan - Minta klien untuk
batuk efektif dan nafas dalam
suara nafas yang sebelum suctioning
bersih, tidak ada - Informasikan pada
sianosis dan dyspneu klien dan keluarga
(mampu tentang suctioning
mengeluarkan - Berikan O2
sputum, bernafas dengan
dengan mudah, tidak menggunakan
ada pursed lips) nasal untuk
- Menunjukkan jalan memfasilitasi
nafas yang paten suction nasotrakeal
(klien tidak merasa - Monitor status
tercekik, irama nafas, oksigen pasien
frekuensi pernafasan - Buka jalan nafas,
dalam rentang gunakan teknik
normal, tidak ada chin lift atau jaw
suara nafas abnormal) thrust
- Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang penyebab.
2 Ketidakefektifan Tujuan : - Posisikan pasien
pola nafas b.d Setelah dilakukan asuhan untuk
obstruksi bronkus, keperawatan selama 3x24 memaksimalkan
deformitas dinding jam pola nafas membaik. ventilasi
dada, keletihan otot Kriteria Hasil : - Identifikasi pasien
pernafasan NOC : Respiratori perlunya
Status : ventilation pemasangan alat
- Mendemonstrasikan jalan nafas buatan
batuk efektif dan - Pemasangan mayo
suara nafas yang bila perlu
bersih, tidak ada - Auskultasi suara
sianosis dan dyspnea nafas, catat adanya
- Menunjukkan jalan suara tambahan
nafas yang paten - Monitor respirasi
- Tanda tanda vital dan status O2
dalam rentang normal
3 Nyeri akut b.d agen Tujuan : Pain Management
cidera (karsinoma), Setelah dilakukan asuhan - Lakukan pengkajian
penekanan saraf oleh keperawatan selama 3x24 nyeri secara
tumor paru jam nyeri berkurang. komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
NOC : Pain Control karakteristik, durasi,
- Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
nyeri (tahu penyebab factor presipitasi
nyeri, mampu - Pilih dan lakukan
menggunakan teknik penanganan nyeri
nonfarmakologi (farmakologi, non
untuk mengurangi farmakologi dan
nyeri, mencari interpersonal)
bantuan) - Ajarkan tentang
- Melaporkan bahwa teknik non
nyeri berkurang farmakologi
dengan - Berikan analgetik
menggunakan untuk mengurangi
manajemen nyeri nyeri
- Mampu mengenali
nyeri
- Menyatakan nyaman
setelah nyeri
berkurang
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutritional
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 Management
kebutuhan tubuh b.d jam nutrisi seimbang dan 1. Monitor adanya
ketidakmampuan adekuat. mual dan muntah
untuk menelan Kriteria Hasil: 2. Monitor adanya
makanan, anoreksia, NOC :Nutritional kehilangan berat
kelelahan dan Status badan dan
dyspne  Nafsu makan perubahan status
meningkat nutrisi.
 Tidak terjadi 3. Monitor albumin,
penurunan BB total protein,
 Masukan nutrisi hemoglobin,
adekuat danhematocrit

 Menghabiskan porsi level yang

makan menindikasikan

 Hasil lab normal status nutrisi dan

(albumin, kalium) untuk perencanaan


treatment
selanjutnya.
4. Monitor intake
nutrisi dan kalori
klien.
5. Berikan makanan
sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan
mulut sering
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai
terapi
5 Intoleransi aktivitas Tujuan : Activity Therapy
b.d Setelah dilakukan asuhan - bantu klien untuk
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi
suplai oksigen jam aktivitas dapat lebih aktivitas yang
(anemis), kelemahan baik. mampu dilakukan
secara umum. Kriteria Hasil : - bantu untuk
NOC : Activity memilih aktivitas
Tolerance konsisten yang
- Berbartisipasi dalam sesuai dengan
aktivitas fisik tanpa kemampuan fisik,
disertai peningkatan psikologi dan
tekanan darah, nadi social
dan RR - bantu untuk
- mampu berpindah : mengidentifikasi
dengan atau tanpa aktivitas yang
bantuan alat disukai
- tanda-tanda vital - bantu untuk
normal mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
- monitor tanda-
tanda vital

C. Daftar Pustaka
LeMone, Priscilla., dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol
4 Edisi 5. Jakarta: EGC
M.Bachrudin,Moh. Najib.(2016). Keperawatan Medikal Bedah1.Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
NANDA International.(2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi danKlasifikasi
2015-2017, ed 10. Jakarta: EGC
Nurarif A. H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit
Mediaction Tylor M.

Samahudi. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien


Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Rawat Inap
Rsuppersahabatan Jakarta, Skripsi. Tidak Diterbitkan, Fakultas Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah : Jakarta

Susana. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan


Hidup Pasien Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP
Persahabatan Tahun 2018, Skripsi. Tidak Diterbitkan,Fakultas Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai