3. 12 Syaraf kranial
a. Saraf Olfaktorius: Berperan dalam penciuman dan penghidu, mengirim informasi dari
hidung ke otak terkait bau yang dicium.
b. Saraf Optikus: Berperan dalam penglihatan, menerima cahaya dari luar dan
menyampaikan informasi ke otak untuk diolah sehingga dapat mengenali objek yang
dilihat
c. Okulamotoris, Troklear, dan Abduscen: Okulamotoris berperan mengontrol fungsi
otot dan respon pupil mata, Troklear berperan menggerakkan bola mata ke bawah,
dan Abduscen berperan mengatur pergerakan otot saat melotot atau melirik.
d. Trigeminus: Berperan dalam fungsi motoric atau sensorik pada wajah, membuka dan
menutupnya rahang.
e. Saraf Fascialis: Berperan dalam fungsi motoric dan sensorik
f. Reflex Vestibulokoklear: Berperan dalam pendengaran, dan keseimbangan manusia
g. Saraf Glosofaringeal dan Vagus: Glosofaringeal berperan dalam sensasi pada faring,
1/3 lidah posterori, motoric faring, dan Vagus berperan dalam menelan, berbicara,
otonom paru, jantung, sal cerna.
h. Saraf Assesorius: Berperan mengontrol otot sternokleiodeus, trapezius, dan leher
i. Saraf Hipoglosal: Berperan mengatur pergerakan lidah
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
a. Cedera kepala ringan
- Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
- Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
- Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama
setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
5. Etiologi
a. Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis
kekerasan benda tumpul dan benda tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, pukulan benda
tumpul, Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
b. Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab cedera kepala terbanyak
adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat terjatuh, 10% kecelakaan dalam
pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5% akibat diserang atau di pukul.
c. Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda
motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara sepeda motor tidak
menggunakan helm yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm
sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung
kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan. Mengidentifikasi adanya hemoragic, ukuran ventrikuler, infark pada
jaringan mati
b. Foto tengkorak/kranium. Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak
c. MRI (Magnetic Resonan Imaging). Untuk menginderaan yang mempergunakan
gelombang elektromagnetik
d. Pemeriksaan darah dan urin
e. Laboratorium kimia darah. Untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit
f. Angiografi cerebral. Untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu pertumbuhan
intrakranial hematoma
g. Pemeriksaan fungsi pernapasan. Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan
ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cedera kepala dan pusat
pernafasan (medulla oblongata)
h. Analisa gas darah. Menunjukkan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha
pernapasan. Adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang menyebabkan
meningkatnya tekanan intrakranial (TIK).
4. Intervensi keperawatan
Kolaboratif
Kolaboratif
- Pantau gas darah arteri serial dan oksimetri
nadi.
- Pantau foto ronsen dada.
- Beri oksigen tambahan melalui cara yang
tepat.
- Bantu dengan fisioterapi dada jika
diindikasikan.
Konfus Kronis Kognisi : Stimulasi Kognitif :
Yang berhubngan Mempertahankan atau Indipenden
dengan: mendapatkan kembali - Kaji rentang perhatian dan distraktibilitas.
Cedera Kepala. mentasu normal dan Catat tingkat ansietas.
orientasi realita. - Diskusikan bersama orang dekta untuk
Definisi : membandingkan prilaku di masa lalu dan
Perburukan Distors Kontrol Diri kepribadian sebelm cedera dengan respon
kecerdasan dan Terhadap Pikiran : saat ini.
kepribadian yang - Mengenali perubahan - Pertahankan konsistensi dengan
ireversibel, jangka dalam berpikir dan semaksimal mungkin dalam hal staf yang
panjang, dan/ atau berprilaku. ditugaskan untuk merawat klien.
progresif serta - Berpatisipasi dalam - Hasirkan realita secara ringkas dan singkat;
ditandai dengan regimen terapeutik hindari menantang cara berpikir logis.
penurunan dan pelatiham kembali - Beri informasi mengenasi proses
kemampuan kkognitif. cederavyang berhubungan dengan gejala.
menginterprestasikan Jelaskan prosedur dan kuatkan penjelasan
stimulus lingkungan; yang diberikan oleh orang lain.
penurunan kapasitas - Tinjau kebutuhan evaluasi neurologis
proses piker secara berulang.
intelektual; dan - Kurangi stimulus provokatif, kritisisme
dimanifestasikan negative, arumen, dan konfrontasi.
dengan gangguan - Dengarkan dengan memperhatikan
memori, orientasi, verbalisasi klien daripada pola atau isi
dan perilaku. bicara.
- Tingkatkan sosialisa dalam batasan
individual.
- Dorong orang dekat untuk memberi berita
terbaru dan peristwa yang terjadi dalam
keluarga.
- Instruksikan teknik relaksasi,. Beri
aktivitas pengalihan.
- Pertahankan harapan reatistis tenang
kemampuan klien untuk mengendalikan
prilaku sendiri, memahami, dan mengingat
informasi.
- Hindari meninggalkan klien seorang diri
ketika sedang mengalami agitasi atau
ketakutan.
- Implementasikan tindakan untuk
mengendalikan ledakan emosional atau
perilaku agresif jika perlu – bicara dalam
suara yang tenang, beritahu klien untuk
“berhenti”, keluarkan klien dari situasi,
beri distraksi, dan restrain klien dalam
periode waktu singkat, secara tepat.
- Informasikan klien dengan orang dekat
bahwa fungsi intelektual, perilaku, dan
fungsi emosional akan meningkat secara
bertahap, tetapi beberapa efek tersebut
dapat menetap selama beberapa bulan atau
bahkan permanen.
Kolaboratif
- Rujuk untuk evaluasi neuropsikologid
sesuai indikasi.
- Koordinasikan partisipasi dalam pelatihan
ulang kognitif atau program rehabilitas,
sesuai indikasi.
- Rujuk kekelompok pendukung dan layanan
social, dan konseling atau terapi, sesuai
kebutuhan.
C. Daftar Pustaka