Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN OTITIS MEDIA AKUT


Kelompok 1 Bernar S. Letsoin (NH0220008)
Abednego Bakay (NH0220001)
Daniel Amos Pitter M (NH0220009)
Agustina Yokhu (NH0220002) Desi Rahmatia K (NH0220010)
Amlan (NH0220003) Dian Apriyawanti (NH0220011)
Amran (NH0220004) Diana Setiawati (NH0220012)
Andika I, Sujono (NH0220005) Edison Dipak (NH0220013)
Arifuddin (NH0220006) Emilia (NH0220014)
Ayu Lestari Akbar (NH0220007) Fauziah Puspa Ningrum (NH0220015)
KONSEP MEDIS
 
 DEFENISI
Beberapa pengertian Otitis Media Akut
 Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh peroisteum
telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
 Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya adalah
masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. (Brunner &
Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3)
Pembagian stadium otitis media akut:
 Stadium oklusi tuba eustachius 
Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam telinga tengah. Kadang
berwarna normal atau keruh pucat.
 Stadium hiperemis (presupurasi) 
Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak
hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar
terlihat.
 Stadium hiperemis (presupurasi) 
Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani.
 Stadium perforasi
Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi rupture
membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. 
 Stadium resolusi 
Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka
secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi
dapat terjadi tanpa pengobatan. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
ETIOLOGI
 Disfungsi atau sumbatan tuba eutachius merupakan penyebab utama dari
otitis media yan menyebabkan pertahan tubuh pada silia mukosa tuba
eutachius terganggu, sehingga pencegahaan invasi kuman ke dalam telingah
tengah juga akan terganggu.
 ISPA inflamasi jaringan di sekitarnya (misalnya: sinusitis, hipertrofi adenoid),
atau reaksi alergi (misalkan rhitis alergia). Pada anak-anak sering terserang
ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut. Pada bayi,
OMA dipermudah karena tuba eutachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horizontal.
 Bakteri-bakteri umum yang ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab
adalah streptococcus pnemuniae, haemophylus influenza, moraxella
catarrhalis, dan bakteri pirogenik lain, seperti streptoccus hemolyticus,
staphyloccus E. colli, pnemuniae vulgaris.
PATOFISIOLOGI

 Otitis media awalnya dimulai sebagai proses peradangan setelah infeksi saluran
pernafasan atas virus yang melibatkan mukosa hidung, nasofaring, dan tuba eusthacia.
Ruang anatomi yang sempit membuat edema yang disebabkan oleh proses inflamasi
menghalangi bagian eustachia dan mengakibatkan penurunan ventilasi. Hal ini
menyebabkan kaskade kejadian seperti peningkatan tekanan negatif di telinga tengah
dan penumpukan sekresi mukosa yang meningkatkan kolonisasi organisme bakteri dan
virus di telinga tengah. Pertumbuhan mikroba di telinga tengah ini kemudian
membentuk nanah yang di tunjukan sebagai tanda-tanda klinis Otitis Media Akut (OMA)
(Danishyar & Ashurst, 2017)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien:
 Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
 Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
 Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,5° C, gelisah, susah tidur
diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
 Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
 Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya
berupa nanah (jika gendang telinga robek).
 Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.
 Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak yang belum dapat
bicara.
 Anoreksia (Kapita selekta kedokteran, 1999). Menurut MM. Carr.
PEMERIKSAN PENUNJANG

 Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.


 Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.
 Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga
tengah melalui membrane timpani).
 Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang
dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga terhadap perubahan tekanan
udara.
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Pemberian obat Antibiotik
 Pemberian obat Analgesik
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
 Mengkaji nyeri.
 Mengkompres hangat.
 Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien.
 Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif.
 Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah:
 Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
 Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
 Tuli.
 Peradangan pada selaput otak (meningitis).
 Abses otak.
 Ruptur membrane timpani.
PENCEGAHAN
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
 Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
 Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
 Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
 Dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
 Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.
KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
 Anamnesa
Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15
tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
 Keluhan Utama
Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
 Riwayat Kesehatan Dulu
Menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
Lanjutan…

 Riwayat kesehatan keluarga


Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnyae.
Riwayat penyakit sekarang tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
 Pengkajian pola Fungsional Gordon
 Pemeriksaan Fisik
-Tanda – tanda vital: ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
-Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
-Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
-Kaji kemungkinan tuli
- Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.
DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
 Dx : Hipertermi
NOC :
Termoregulasi (0800)
1. Suhu tubuh dalam rentan normal (36,5 – 37,5C)
2. Tidak ada pusing
3. Melaporkan kenyamanan suhu
NIC :
Manajemen demam (03099)
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor intake output cairan
3. Tutupi badan dengan selimut/pakaian dengan tepat (selimut tebal jika dingin, pakaian tipis jika hangat)
4. Berikan kompres hangat pada dahi dan aksila
5. Anjurkan memperbanyak minum
6. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
 Dx : Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
NOC :
Fungsi Sensori : Pendengaran (2401)
1. Ketajaman pendengaran
2. Mendengar bisikan 6 inci dari telinga kanan dan kiri
NIC :
Perawatan telinga (1640)
1. Monitor struktur anatomi telinga untuk tanda dan gejala infeksi (misalnya, jaringan terinflamasi/meradang
dan adanya drainse).
2. Monitor kejadian otitis media akut (dengan menggunakan standar dan perawatan untuk upaya pencegahan)
3. Bersihkan telinga luar menggunakan washlap yang dibalut ke jari tangan
4. Monitor tumpukan serumen yang berlebihan
5. Berikan obat tetes telinga jika diperlukan
6. Pertimbangkan irigasi telinga untuk mengangkat serumen yang berlebihan
 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Implementasi merupakan rencana tindakan untuk mendapatkan tujuan yang
diinginkan bersama. Proses akan dilaksanakan setelah rencana tindakan disusun, rencana tindakan yang
bersifat khusus dilakukan untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempegaruhi masalah kesehatan klien.
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, tujuan dari implementasi adalah
untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, yang mencakup pemulihan
kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan memfasilitasi koping (Kodim, 2015).
 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Sutejo, 2016).
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

 Wassalam…

Anda mungkin juga menyukai