Anda di halaman 1dari 18

ASUHANKEPERAWATAN

OTITISMEDIAAKUT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9

 RESTUNALIA
 ADIP MARYADIS
 BAGUS HARIANSYAH AKBAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022
Definisi
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan).

Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium


telinga tengah.Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri
bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.Sehingga terjadilah
pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya
saluran.(Mansjoer, 2001, 76).

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah (Smeltzer, 2001).
Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang
normalnya steril. Paling sering terjadi bila terjadi
disfungsi tuba eustachili seperti obstruksi yang
diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas,
inflamasi jaringan disekitarnya (mis. Rinitis, hipertrofi
adenoid), atau reaksi alergi (mis.rinitis alergika).
Bakteria yang umum ditemukan sebagai organisma
penyebab adalah streprococus pneumoniae,
Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Patofisiologi
Umumnya otitis media akut dari nasofaring yang kemudian
mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang,
yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran
timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi
dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang
kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya
cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya
telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri
yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor
ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
Manifestasi klinis
Manifestasi otitis media akut adalah gejala diawali dengan infeksi
saluran nafas, nyeri telinga, demam, gangguan pendengaran, dari
pemeriksaan otoskopi gerakan timpani berkurang, cembung,
kemerahan, keruh, sekret porulen. Pada bayi gelaja diatas tidak
khas sehingga gejalayang timbul : irritable, diare muntah, malas
minum, sering menangis. Pada anak lebih besar keluhan biasanya
nyeri dan tidak nyaman ditelinga. (Amin Huda Murarif, 2012).
Stadium OMA
Stadium oklusi tuba eustachius
Stadium hiperemis (stadium presupurasi)
Stadium supurasi
Stadium perforasi
Stadium resolusi
komplikasi
Komplikasi sekunder mengenai intrakranial serius,
seperti meningitis atau abses otak, dapat terjadi
meskipun jarang. (Bruner & suddarth, 2002).
 Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya
didapat pada otitis media supuratif kronik.
Komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi
intratemporal (perforasi membran timpani,
mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis,
petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal),
dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).
Penatalaksanaan
Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan unutuk
membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif
ditelinga hilang. Untuk ini diberikan obat tetes logik
(anak<12 tahun) atau HCI efedrim 1% dalam rentan fisiologi
untuk yang berumur diatas 12 tahun dan pada orang dewasa.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes
hidung dan analgetika.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar
dan kadang terlihat kleuarnya sekret secara berdeenyut
(pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Lanjutan...
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur
normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi
membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya akan tampak sekret mengalir diliang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani.
Miringotomi (timpanotomi) yaitu insisi pada
membrana timpani dikenal sebagai miringotomi atau
timpanotomi. Membrana timpani dianestesi
menggunakan anestesi lokal seperti fenol atau
menggunakan iontoforesis.
Asuhan keperawatan
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik seperti di bawah ini :
1) Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien
mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan
pendengaran.
2) Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.
3) Data yg muncul pada saat pengkajian
4) Sakit telinga/nyeri
5) Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
6) Tinitus
7) Perasaan penuh pada telinga
8) Suara bergema dari suara sendiri
9) Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
10)Vertigo, pusing, gatal pada telinga
11) Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
12)Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
13)Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40C), demam
14)Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
15)Reflek kejut
16)Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
17)Tipe warna 2 jumlah cairan
18)Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
19)Alergi
20)Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
21)Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
B. Pemeriksaan Diagnostik
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian
telinga luar
Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan
kekakuan membran timpani
Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan
timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah
melalui membrane timpani).
Pemeriksaan Fisik
Otoskopi

Perhatikan adanya lesi pada telinga luar


Amati adanya oedema pada membran tympaniPeriksa adanya pus dan ruptur pada membran
tympani

Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
Tes bisik

Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien

dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit

Tes garpu tala

Tes Rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negatif

Tes Weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya.Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk

mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau
sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi, Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga

tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12
tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).

Stadium Presupurasi : Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan
penisilin/ampisilin).
Stadium Supurasi : Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila

membran tympani masih utuh.
Stadium Resolusi : Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi

membran tympani menutup.
Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab


cidera fisik
Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d
perubahan resepsi, transmisi dan integritas sensori
Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen penyebab cidera fisik
Kriteria Hasil NOC :
Menunjukkan Tingkat Nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : sangat berat,
berat, sedang, ringan atau tidak ada) :
a.       Ekspresi nyeri pada wajah
b.      Gelisah/ ketegangan otot
c.       Durasi episode nyeri
d.      Merintih dan menangis
e.       Gelisah

Intervensi NIC :
O : Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
intensitas, kualitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
N : Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien terhadap analgesik.
E : Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi
koping yang disarankan.
C : Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil

2. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan integritas sensori
Kriteria Hasil NOC :
Orientasi kognitif : Kemampuan untuk mengidentifikasi orang, tempat dan waktu secara akurat
Komunikasi : Reseptif : Resepsi dan interpretasi pesan verbal dan non verbal
Perilaku kompensasi pendengaran : Tindakan pribadi untuk mengidentifikasi, memantau, dan
mengompensasi kehilangan pendengaran
Intervensi NIC :
Pemantauan Neurologis : Mengumpulkan dan menganalisis
data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi
neurologis
Stimulus Kognitif : Meningkatkan kesadaran dan pemahaman
terhadap sekitar melalui penggunaan stimulus terencana
Peningkatan Komunikasi : Defisit pendengaran : Membantu
pembelajaran dan penerimaan metode alternative untuk
menjalani hidup dengan penurunan fungsi pendengaran
Orientasi Realitas : Promosi kesadaran pasien terhadap
identitas pribadi, waktu dan lingkungan
3. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
Kriteria Hasil NOC :
Menunjukkan Pengendalian Diri Terhadap Ansietas yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau
selalu) :
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi sensori
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas
Intervensi NIC :
O : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
N : Bantu pasien untuk memfokuskan pasien pada situasi saat ini, sebagai cara
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
E : Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok, tempat ibadah, lembaga kesukarelawanan dan pusat rekreasi
C : Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
Thank you

Anda mungkin juga menyukai