Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Nyeri

2.1.1 Defenisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang

actual maupun potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan

sedemikian rupa (International Assocation for the study of Pain

dalam Buku NANDA NIC-NOC 2015)

Nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif , tidak ada

ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang

merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan

nyeri (Sigit nian prasetio, 2010).

Menurut Sukarmin, S.Kep.,Ns dalam bukunya yang

berjudul Keperawatan Pada Sistem Pencernaan (2014)

mendefinisikan gastritis yaitu, merupakan peradangan yang

mengenai mukosa lambung. Peradanagan ini dapat mengakibatkan

pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa

superficial yang menjadi penyebap terpenting dalam gangguan

saluran pencernaan. Pelepasan epitel ini akan merangsang timbulnya

proses imflamasi pada lambung. Peradangan serta pelepasan epitel

5
mukosa pada lambung yang banya mengandung asam hal inilah yang

menyebapkan terasa nyeri pada penderita gastritis.

2.1.2 Fisiologi Nyeri

2.1.2.1 Stimulus

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsangan

nyeri) dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah

nosireseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit

berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri

dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus

tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta

mekanik.

2.1.2.2 Reseptor Nyeri

Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi

perubahan-perubahan partikuler di sekitarnya. Kaitannya

dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor inilah

yang menangkap stimulus-stimulus nyeri.

2.1.3 Klasifikasi Nyeri

2.1.3.1 Nyeri akut

Nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari enam

bulan. Nyeri akut ditandai dengan tegangan otot dan

kecemasan.

6
2.1.3.2. Nyeri kronis

Nyeri kronis biasanya berlangsung lebih dari enam bulan,

sumber nyeri biasanya diketahui dan sifat nyeri cenderum

hilang timbul.

Perbedaan nyeri akut dan kronis yaitu:

2.1.3.2.1 Karakteristik nyeri akut

Karakterisrik nyeri akut tujuan: meringatkan

klien terhadap adanya cedera /masalah, awitan:

secara mendadak, durasi intensitas: yaitu

durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6

bulan) ringan sampai berat, respon otonom:

yaitu frekuensi jantung meningkat, volume

sekuncup meningkat,tekanan darah meningkat,

dilatasi pupil meningkat, tegangan otot

meningkat, motlitas gastrointestinal menurun,

aliran saliva menurun. respon fisiologi: yaitu

ansietas. Respon fisik/perilaku: yaitu

menangis/ mengerang, waspada mengerutkan

dahi, menyeringai, dan mengeluh sakit.

Contoh: nyeri bedah trauma.

2.1.3.2.2. Karakteristik nyeri kronis

tujuan: memberikan alasan pada klien untuk

mencari informasi berkaitan dengan perawatan

7
dirinya, awitan: terus menerus /intermittent,

durasi intensitas: yaitu durasi lama (6 bulan )

ringan sampai berat, respon otonom: yaitu

tidak terdapat respon otonom vital sign dalam

batas normal, respon psikologis: depresi

keputus asaan mudah tersinggung/marah

menarik diri, Respon fisik/perilaku:

keterbatasan gerak, kelesuan, penurunan

libido, kelelahan/kelemahan, mengeluh sakit

hanya ketika dikaji/ditanyaka. Contoh: nyeri

kanker,arthritis, euralgia termin

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap

nyeri:

2.1.4.1 Faktor fisiologis

Faktor fisiologis terdiri dari usia, gen, dan fungsi neurologis.

Pada usia 1-3 tahun (toddler) dan usia 4-5 tahun (prasekolah)

belum mampu menggambarkan dan mengekspresikan nyeri

secara verbal kepada orang tuanya. Sedangkan pada usia

dewasa akhir, kemampuan dalam menafsirkan nyeri yang

dirasakan sangat sukar karena terkadang menderita beberapa

penyakit sehingga mempengarui anggota tubuh yang sama

(Potter & Perry, 2010).

8
2.1.4.2. Faktor sosial

Faktor sosial yang dapat mempengaruhi nyeri terdiri dari

perhatian, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan

sosial. Perhatian adalah tingkat dimana pasien memfokukan

perhatian terhadap nyeri yang dirasakan (Potter & Perry,

2010). Frekuensi terjadinya nyeri di masa lampau tanpa

adanya penanganan yang adekuat akan membuat seseorang

salah menginterpretasikan nyeri sehingga menyebabkan

ketakutan. Pasien yang tidak memiliki pengalaman terhadap

kondisi yang menyakitkan (nyeri), persepsi pertama terhadap

nyeri dapat merusak kemampuan seseorang untuk mengatasi

masalah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Linton dan Shaw (2011) bahwa dukungan dan perhatian dari

keluarga dan orang terdekat pasien sangat mempengaruhi

presepsi nyeri pasien. Smith et al. (2014) mengatakan bahwa

pendidikan formal mempengaruhi persepsi seseorang

terhadap nyeri. Seseorang dengan level pendidikan formal

yang rendah mengalami kesulitan dalam mengakses sumber

belajar khususnya pengetahuan tentang nyeri. Pendidikan

kesehatan juga berpengaruh terhadap presepsi nyeri pasien.

Pendidikan kesehatan dapat membantu pasien untuk

beradaptasi dengan nyerinya dan menjadi patuh terhadap

pengobatan. Sehingga pendidikan kesehatan juga dapat

9
mengurangi dampak dari pengalaman nyeri yang buruk

karena pasien mempunyai coping yang baik.

2.1.4.3 Faktor spiritual

Spiritualitas dan agama merupakan kekuatan bagi seseorang.

Apabila seseorang memiliki kekuatan spiritual dan agama

yang lemah, maka akan menganggap nyeri sebagai suatu

hukuman. Akan tetapi apabila seseorang memiliki kekuatan

spiritual dan agama yang kuat, maka akan lebih tenang

sehingga akan lebih cepat sembuh. Spiritual dan agama

merupakan salah satu koping adaptif yang dimiliki seseorang

sehingga akan meningkatkan ambang toleransi terhadap nyeri

(Moore, 2012).

2.1.4.4 Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat juga mempengaruhi tingkat nyeri.

Faktor tersebut terdiri dari kecemasan dan teknik koping.

Kecemasan dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri.

Teknik koping memengaruhi kemampuan untuk mengatasi

nyeri. Seseorang yang belum pernah mendapatkan teknik

koping yang baik tentu respon nyerinya buruk (Potter &

Perry, 2010).

2.1.4.5 Faktor Budaya

Faktor budaya terdiri dari makna nyeri dan suku bangsa.

Makna nyeri adalah sesuatu yang diartikan seseorang sebagai

10
nyeri akan mempengaruhi pengalaman nyeri dan bagaimana

seseorang beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Seseorang

merasakan sakit yang berbeda apabila terkait dengan

ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan. Suku bangsa

berkaitan dengan budaya.

Budaya mempengaruhi ekspresi nyeri. Beberapa budaya

percaya bahwa menunjukkan rasa sakit adalah suatu hal yang

wajar. Sementara yang lain cenderung untuk lebih introvert

(Potter & Perry, 2010). Budaya juga mempengaruhi cara

pengobatan, seperti pemilihan pengobatan dan cara

mengekspresikan nyeri sehingga dibutuhkan pengkajian lebih

dalam terkait dengan budaya (Robbins, 2011).

2.2 Pemeriksaan Fisik Nyeri Gastritis

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan.

Menurut American Nurses Assocation (ANA), ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian keperawatan.

2.2.1.1 Pengkajian harus relevan

2.2.1.2 Dikumpulkan dari berbagai macam sumber

2.2.1.3 Dikumpulkan sesuai prosedur yang ada

2.2.1.4 Disusun sesuai dengan kerangka dan prosedur

2.2.1.5 Didokumentasikan dalam format yang baik dan benar

11
Pengkajian dalam keperawatan menurut Carpenito dan

Moyet dalam buku Konsep dasar keperawatan dengan pemetaan konsep

halaman 19 (2015) mengemukakan bahwa pengkajian adalah tahap yang

sistematis dalam pengumpulan data tentang individu, keluarga, dan

kelompok. Adapun tahap-tahap yaitu:

Identitas

Data biografis : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal masuk

rumah sakit, diagnosa medis, keluarga yang dapat dihubungi

Riwayat Kesehatan

Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien.

Sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang muncul.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah pasien pernah menderita penyakit lain, atau pernah dirawat di

rumah sakit

Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama seperti yang

diderita pasien saat ini

Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Fungsi Metabolisme:

Bagaimana pola input nutrisi pasien serta elektrolit setiap hari

2. Pola Eliminasi

Bagaimana pola eliminasi pasien dalam 1 hari, baik urin maupun feses

12
3. Pola Aktifitas Fisik

Bagaimana aktifitas fisik pasien dalam 1 hari

4. Personal Hygiene

Bagaimana pasien memperhatikan kebersihan tubuh setiap hari.

Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan fisik nyeri

Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang dapat

dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri,

intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan

dengan cara PQRST (Muttaqin 2011) :

a. P (provikatif), yaitu faktor yang menyebapkan timbulnya nyeri.

b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

c. R (region), yaitu daerah timbulnya nyeri.

d. S (skal severitas) adalah keparahan atau intensitas nyeri.

e. T (time) adalah lama / waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa skala, salah satu alat

untuk mengukur tingkat keparahan nyeri yaitu skala deskriptif verbal yang

lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang didalamnya

terdapat beberapa kalimat pendeskripsian yang tersusun dalam jarak yang

sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini, diurutkan dari tidak ada nyeri

sampai nyeri paling hebat. Perawat meminta pada klien menunjukkan

intensitas nyeri yang ia rasakan dengan menunjukkan skala tersebut.

Pengukuran yang kedua adalah skala numerik, yang digunakan sebagai

13
pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam pengukuran ini, diberikan skala 0-

10 untuk menggambarkan keparahan nyeri. Angka 0 berati klien tidak

merasakan nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat.

Skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

terapeutik.Pengukuran yang ketiga adalah Skala analog visual, ini

merupakan alat pengukuran yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus yang berbentuk garis lurus serta memiliki alat pendeskripsi verbal

disetiap ujungnya. Pada skala ini, memberikan kebebasan pada pasien

untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang di rasakan klien.

Dalam pengukuran skala nyeri, yang harus diperhatikan perawat yaitu

tidak boleh menggunakan skala tersebut sebagai perbandingan untuk

membandingkan skala nyeri klien. Hal ini karena diakibatkan perbedaan

ambang nyeri pada tiap-tiap individu.

Berikut cara mengukur Intensitas Nyeri (Hayward, 2006):

Skala Keterangan

0 Tidak Nyeri

1-3 Nyeri Ringan

4-6 Nyeri Sedang

7-9 Saat nyeri tetapi masih dapat dikontrol

dengan aktifitas yang biasa dilakukan

10

14
2.3 Edukasi Relaksasi Nafas Dalam

2.3.1 Edukasi Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi nafas dalam atau tehnik relaksasi nafas dalam

adalah suatu bentuk edukasi seorang perawat dalam proses asuhan

keperawatan dimana ini akan di edukasi kepada pasien yang

mengalami nyeri baik nyeri kronis maupun nyeri akut. (Rumah,

Daerah, & Palu, 2016)

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam

jurnal analisis praktik klinik keperawatan pada pasien gastritis

dengan pemberian relaksasi nafas dalam 2015).

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Adapun tujuan dan mamfaat dari tehnik relaksasi nafas dalam nafas

dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan

berkurangnya rasa cemas. (Woodford, 2015)

2.3.3 Cara Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

15
a) Usahakan rileks dan tenang

b) Menarik nafas dalam melalui hidung dengan hitungan 1, 2, 3

kemudian tahan sekitar 5-10 detik.

c) Hembuskan nafas melalui muut secara perlahan-lahan

d) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi

melalui mulut secara perlahan-lahan

e) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

f) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5

kali

16

Anda mungkin juga menyukai