LUKA BAKAR
I. Konsep Dasar Luka Bakar
A. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk
penanganannya pun tinggi. Di Indonesia, luka bakar masih merupakan
problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan
memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh
karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma
yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks,
bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi
medik, psikiatri, dan psikologi. Luka bakar adalah luka yang terjadi karena
terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004).
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostasis.Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh.
Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar
2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas.Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.Secara embriologis kulit berasal
dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan.Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit.Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler.Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila
lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-
pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
C. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya
bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera
suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum
korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan
utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
A. Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas
untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari
tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.
B. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel
fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut
saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
C. Jaringan subkutan atau hypodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit
lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
D. Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan
tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar
keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin.
Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin
berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan
labia mayora.
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka
bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler.
Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin,
mulai timbul epitelisasi.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada
fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen,
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol
halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal
terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru
dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih
dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk
akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas
tanpa rasa nyeri atau gatal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pembengkakan
pada jalan nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(evaporasi akibat luka bakar).
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup jantung, kontraktilitas dan frekuensi jantung.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
7. Nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka, dan
penanganan luka bakar.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan
tubuh (trauma).
9. Resiko ketidakefektikan perfusi ginjal.
10. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
11. Resiko infeksi.
12. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan proses penanganan luka
bakar.
13. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan pola
interaksi.
C. Rencana Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas Respiratory status : Airway suction
Definisi :Ketidakmampuan Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
untuk memberikan sekresi atau Respiratory status : suctioning
obstruksi dari saluran Airway patency b. Auskultasi suara nafas sebelum
pernafasan untuk Kriteria Hasil : dan sesudah suctioning
mempertahankan kebersihan Mendemonstrasikan c. Informasikan pada klien dan
jalan nafas. batuk efektif dan keluarga tentang suctioning
Batasan Karakteristik : suara nafas yang d. Minta klien nafas dalam sebelum
Tidak ada batuk bersih, tidak ada suction dilakukan
Suara napas tambahan sianosis dan dyspnea e. Berikan O2 dengan
Perubahan frekwensi napas (mampu menggunakan nasal untuk
Perubahan irama napas mengeluarkan memfasilitasi suction nasotrakeal
Sianosis sputum, mampu f. Gunakan alat yang steril setiap
Kesulitan berbicara atau bernafas dengan melakukan tindakan
mengeluarkan suara mudah, tidak ada g. Anjurkan pasien untuk istirahat
Penurunan bunyi napas pursed lips) dan napas dalamsetelah kateter
Menunjukkan jalan dikeluarkan dari nasotrakeal
Dispneu
nafas yang paten h. Monitor status oksigen pasien
Sputum dalam jumlah yang
(klien tidak merasa i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
berlebihan
tercekik, irama melakukan suction
Batuk yang tidak efektif nafas,frekuensi j. Hentikan suction dan berikan
Orthopneu pernafasan dalam oksigen apabila pasien
Glisah rentang normal, tidak menunjukkan bradikardi,
Mata terbuka lebar ada suara nafas peningkatan saturasi O2,dll
Faktor-faktor yang abnormal) Airway management
berhubungan : Mampu a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
Lingkungan : mengidentifikasikan chin lift atau jaw thrust bila perlu
a. Perokok pasif dan mecegah factor b. Posisikan pasien untuk
b. Menghisap asap yang dapat memaksimalkan ventilasi
c. Merokok menghambat jalan c. Identifikasi pasien perlunya
Obstruksi jalan nafas : nafas pemasangan alat jalan nafas
a. Spasme jalan napas buatan
b. Mokus dalam jumlah d. Pasang mayo bila perlu
berlebihan e. Lakukan fisioterapi dada bila
c. Eksudat dalam jalan perlu
alveoli f. Keluarkan secret dengan batuk
d. Matei asing dalam jalan atau suction
napas g. Auskultasi suara nafas, catat
e. Adanya jalan napas buatan adanya suara nafas tambahan
f. Sekresi bertahan/ sisa h. Lakukan suction pada mayo
sekresi i. Berikan bronkodilator bila perlu
g. Sekresi dalam bronki j. Berika pelembab udara Kassa
Fisiologis : basah NaCl lembab
a. Jalan napas alergik k. Atur intake untuk cairan
b. Asma mengoptimalkan keseimbangan
c. Penyakit pru obstruktif l. Monitor respirasi dan status O2
kronik
d. Hiperplasi dinding
bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi neuromuskular
Tujuan Dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
2 Ketidakefektifan pola napas NOC NIC
Definisi : inspirasi dan/ atau Respiratory status : Airway Management
ekspirasi yang tidakmemberi ventilation a. Buka jalan nafas, gnakan teknik
ventilasi Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila
Batasan karakteristik : airway petency perlu
Perubahan kedalaman Vital sign status b. Posisikan pasien untuk
pernapasan Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Perubahan ekskursi dada Mendemonstrasikan c. Identifikasi pasien perlunya
Mengambil posisi tiga titik batuk efektif dan pemasangan alat jalan nafas
Bradipneu suara napas yang buatan
Penurunan tekanan ekpirasi bersih, tidak ada d. Pasang mayo bila perlu
Penurunan ventilasi semenit sianosis dan dyspnea e. Lakukan fisioterapi dada bila
Penurunan kapasitas vital (mampu perlu
mengeluarkan f. Keluarka secret dengan batuk
Dipneu
sputum, mampu atau suction
Peningkatan diameter
bernafas dengan g. Auskultasi suara nafas, catat
anterior-posterior
mudah,tidak ada adanya suara tambahan
Pernapasan cuping hidung pursed lips) h. Lakukan suction pada mayo
Ortopneu Menunjukkan jalan i. Berikan bronkodilator bila perlu
Fase ekspirasi memanjang nafas yang paten j. Berikan pelembab udara Kassa
Pernapasan bibir (klien tidak merasa basah NaCl lembab
Takipneu tercekik, irama nafas, k. Atur intake untuk cairan
Penggunaan otot aksesorius frekuensi pernafasan mengoptimalkan keseimbangan
untuk bernapas dalam rentang l. Monitor respirasi dan status O2
Factor yang berhubungan : normal, tidak ada Oxygen Therapy
Ansietas suara nafas a. Bersihkan mulut, hidung dan
Posisi tubuh abnormal) secret trakea
Deformitas tulang Tanda-tanda vital b. Pertahankan jalan nafas yang
Deformitas dinding dada dalam rentang paten
Keletihan normal (tekanan c. Atur peralatan oksigenasi
Hiperventilasi darah, nadi, d. Monitor aliran oksigen
Sindrom hipoventilasi pernafasan) e. Pertahankan posisi pasien
Gangguan musculoskeletal f. Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Kerusakan neurologis
g. Monitor adanya kecemasan
Imaturitas neurologis
pasien terhadap oksigenasi
Disfungsi neuromuscular Vital sign monitoring
Obesitas a. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Nyeri b. Catat adanya fluktuasi tekanan
Keletihan otot pernapasan darah
cedera medulla spinalis c. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR sebelum,
selama dan setelah aktivitas
f. Monitor kulits dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan
abnormal
j. Monitor suhu, warna dan
kelmbaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad
Tujuan Dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi :penurunan cairan Fluid balance Fluid management
intravascular, interstitial, dan / Hydration a. Timbang popok/pembalut jika
aau intraseluler. Ini mengacu Nutritional status : diperlukan
pada dehidrasi, kehilangan Food and b. Pertahankan cairan intake dan
cairan saa tanpa perubahan pada Fluid intake output yang akurat
natrium. Kriteria Hasil : c. Monitor status hidrasi
Batasan karakteristik : Mempertahankan (kelembaban membrane
Perubahan status mental urin output sesuai mukosa, nadi adekuat, tekanan
Penurunan tekanan darah dengan usia dan BB, darah ortostatik), jika
Penurunan tekanan nadi BJ urin normal, HT diperlukan
Penurunan volume nadi normal d. Monitor vital sign
Penurunan turgor kulit Tekanan darah, nadi, e. Monitor masukan
Penurunan turgor lidah suhu tubuh dalam makanan/cairan dan hitung
Penurunan haluaran urin bvatas normal intake kalori harian
Tidak ada tanda- f. Kolaborasikan pemberian
Penurunan pengisisan vena
tanda dehidrasi, cairan IV
Membrane mukosa kering
elastisitas turgor kulit g. Monitor status nutrisi
Kulit kering baik, membrane h. Berikan cairan IV pada suhu
Peningkatan hemaokrit mukosa lembab, ruangan
Peningkatan suhu tubuh tidak ada rasa haus i. Dorong masukan oral
Peningkatan frekwensi nadi yang berlebihan j. Berikan penggantian
Peningkatan konsentrasi nasogastric sesuai output
urin k. Dorong kelurga untuk
Penurunan berat badan membantu pasien makan
Tiba-tiba (kecuali pada l. Tawarkan snack (jus buah, buah
ruang ketiga) segar)
Haus m. Kolaborasi dengan dokter
Kelemahan n. Atur kemungkinan transfuse
Factor yang berhubungan
Kehilangan cairan aktif Hypovolemia management
Kegagalan mekanisme a. Monitor status cairan termasuk
regulasi intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasie terhadap
penambahan cairan
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
h. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
i. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
4 Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi : ketidakadekuatan Cardiac pump Cardiac Care
darah yang dipompa oleh effectiveness a. Evaluasi adanya yeri dada
Tujuan Dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
jantung untuk memenuhi Circulation status (intensitas, lokasi, durasi)
kebutuhan metabolic tubuh Vital sign status b. Catat adanya disritmia jantung
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : c. Ctat adanya tanda dan gejala
Perubahan frekuensi/irama Tanda vital dalam penurunan cardiac output
jantung rentang normal d. Monitor status kardiovaskuler
a. Aritmia (tekanan darah, e. Monitor status pernapasan yang
b. Bradikardi, takikardi respirasi, nadi) menandakan gagal jantung
c. Perubahn EKG Dapat mentoleransi f. Monitor abdomen sebagai
d. Palpitasi aktivitas, tidak ada indicator penurunan perfusi
Perubahan perload kelelahan g. Monitor balance cairan
a. Penurunan tekanan Tidak ada edema h. Monitor adanya perubahan
vena central (central paru, perifer, dan tekanan darah
vrenous pressure, CVP) tidak ada asites i. Monitor respon pasien terhadap
b. Penurunan tekanan Tidak ada penurunan efek pengobatan antiaritmia
arteri paru (pulmonary kesadaran j. Atur periode latihan dan
artery wedge pressure, istirahat untuk menghindari
PAWP) kelelahan
c. Edema, Keletihan k. Monitor toleransi aktivitas
d. Peningkatan CVP pasien
e. Peningkatan PAWP l. Monitor adanya dispneu,
f. Distensi vena jugular fatigue, takipneu, dan ortopneu
g. Murmur m. Anjurkan untuk menurunkan
h. Peningkatan berat stress
badan Vital sign monitoring
Perubahan afterload a. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
a. Kulit lembab b. Catat adanya fluktuasi tekanan
b. Penurunan nadi perifer darah
c. Penurunan resistensi c. Monitor VS saat pasien
vascular paru berbaring, duduk atau berdiri
(pulmonary vascular d. Auskultasi TD pada kedua
resistence, PVR) lengan dan bandingkan
d. Penurunan resistensi e. Monitor TD, nadi, RR,
vascular sistemik sebelum, selama, dan setelah
(sistemik vascular melakukan aktivitas
resistence, SVR) f. Monitor kualitas dari nadi
e. Dipsnea g. Monitor adanya pulsus
f. Peningkatan PVR paradoksus
g. Peningkatan SVR h. Monitor adanay pulsus alterans
h. Oliguria i. Monitor jumlah dan irama
i. Pengisian kapiler jantung
memanjang j. Monitor bunyi jantung
j. Perubahan warna kulit k. Monitor frekuensi dn irm
k. Variasi pada pernafasan
pembacaan tekanan l. Monitor suara paru
darah m. Monitor pola pernapasan
Perubahan kontraktilitas abnormal
a. Batuk, crackel n. Monitor suhu, warna dan
b. Penurunan indeks kelembaban kulit
jantung o. Monitor sianosis perifer
c. Penurunan fraksi ejeksi p. Monitor adanya cushing triad
d. Oritopnea (tekanan nadi yang melebar,
e. Dispnea paroksismal bradikardi, takikardi,
nocturnal peningkatan sistolik)
f. Penurunan LVSWI (left q. Identifikasi penyebab dari
ventricular stroke work perubahan vital sign
Tujuan Dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
index)
g. Penurunan stroke
volume index (SVI)
h. Bunyi S3, bunyi S4
Perilaku/emosi
a. Ansietas, gelisah
Perubahan afterload
Perubahan kontraktilitas
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan preload
Perubahan irama
Perubahan volume sekuncup
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, suzanna C, 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC.
Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.