Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia. Gejala
penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara
mendadak.
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab
utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari
kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan
bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua
juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan
bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah
2 bulan pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit
juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia
berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara
nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak
terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia
kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di
puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis
pertama antibiotik yang sesuai.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah pneumonia, agar
dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana konsep pneumonia pada anak?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan untuk anak yang menderita pneumonia?

4
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaankonsep dan asuhan


keperawatan pada penderita pneumonia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasikan definisi dari pneumonia.

2. Mengidentifikasikan anatomi dan fisiologi organ pernafasan.

3. Mengidentifikasikan etiologi, patofisiologi, dan manifestasi pneumonia serta


segala hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

4. Mengidentifikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien penderita


pneumonia.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Untuk dapat mengidentifikasikan definisi dari pneumonia.

1.4.2 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi organ pernafasan.

1.4.3 Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi pneumonia serta segala hal
yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

1.4.4 Agar dapat mengidentifikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
penderita pneumonia.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Saluran penghantar udara


hingga mencapai paru-paru adalah
hidung, farinx, larinx, trachea,
bronkus, dan bronkiolus.

2.1.1 Hidung

Nares anterior adalah


saluran-saluran di dalam
rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua
sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh
sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.

Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap
cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.

6
Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini
serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius
nervus cranialis I olfaktorius.

Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui


lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :

a) Lubang hidung
b) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media
dan diantara concha media dan inferior
d) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
2.1.2 Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring
merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
2.1.3 Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
a. Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago arytenoidea
b. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher
sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan
tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang
lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.Membrana

7
Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago
cricoidea.
2.1.4 Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.
Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju
cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

2.1.5 Cartilago cricoidea


Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang.
Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh
membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan
cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan
batas bawahnya dengan cincin trachea I
2.1.6 Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago
cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang
menonjol kedepan
2.1.7 Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel
silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
2.1.8 Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di
atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis
sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
2.1.9 Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan
thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan

8
memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X
(vagus).
2.1.10 Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga
udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
2.1.11 Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang
dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan
resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
2.1.12 Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
a. benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
b. Pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada
reaksi alergi,
c. Infeksi, misalnya difteri,
d. Tumor, misalnya kanker pita suara.
2.1.13 Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan
dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium
dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima
dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas
16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang
trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
2.1.14 Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke
arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di

9
bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai
akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali
percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh
dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
2.1.15 Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-
paru memilki :
a. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
b. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
d. Basis, Terletak pada diafragma.
e. Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.
Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga

10
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas.

2.2 Konsep Tumbuh Kembang


2.2.1 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel


diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara
keseluruhan atau sebagian.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak
yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif
yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau
kedewasaan, dan pembelajaran. (Wong, 2000: 109).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang


berbeda-beda antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan
lambat, tergantung pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor di antaranya :
a. Faktor heriditer/ genetic
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi
baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada
anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat

11
menentukan beberapa karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna
mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh
seperti temperamen.
Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan
dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi
genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan
yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap
hari mulai lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi
tercapinya atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut
sesuai dengan genetiknya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masihdalam kandungan)
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
2) Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
a) Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
b) Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan
radiasi.
c) Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman
sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga,
kepribadian orang tua.
c. Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi
cenderung lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan
anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.

12
d. Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang,
anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka
proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh
kembang. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk
tumbuh kembang sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status
kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
2.2.3 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :
1). Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa
fetus (9 minggu sampai lahir),
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang
terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini
terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu
organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku,
dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :
a) Fase Embrio.
b) Fase Fetus.

2). Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29
hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6
tahun).
a). Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa
neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa
ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari
aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan

13
antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara
120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih
besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi
mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
b). Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
1). Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali
dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan.
Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
2). Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan
perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan
berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi
yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan
umur.
3). Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat
mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan
perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350
gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik.
Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada
saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih
stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.
c). Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan
dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya
mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan
mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm.
untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu,
termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga
seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,

14
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan
lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan
orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik
menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan
lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.
d). Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan
rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi
aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan
dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan
bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola
bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga
mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.
b. Tahap tumbuh kembang usia 6 ke atas, terbagi atas :
1). Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6
sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak
menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan
berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih
luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian
pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
2). Masa Remaja (12-18 tahun)
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini
merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba
mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk
tubuh.
Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah
kematangan identitas seksual yang ditandai dengan perkembangan
organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas dimana
anak memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-
anak, sehingga membutuhkan bantuan dari orang tua. (Wong, 2000 :
109)

15
2.2.4 Tugas Perkembangan Anak
Di bawah ini dikemukakan rincian tugas perkembangan dari setiap
tahapan menurut (Havighurst) :
1. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Anak-anak Awal (0-6 bulan)
a) Belajar Berjalan pada usia 9 – 15 bulan.
b) Belajar makan-makanan padat.
c) Belajar berbicara.
d) Belajar buang air besar dan kecil.
e) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g) Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
h) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orrang tua,
saudara, dan orang lain.
i) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk serta pengembangan
kata hati.
2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah (6-12
tahun)
a) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan
permainan.
b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis.
c) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f) Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
g) Mengembangkan kata hati.
h) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12-21 tahun)
a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b) Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
c) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.

16
e) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f) Memilih dan mempersiapkan karier.
g) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga negara.
i) Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
j) Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-30 tahun)
a) Memilih pasangan.
b) Belajar hidup dengan pasangan.
c) Memulai hidup dengan pasangan.
d) Memelihara anak.
e) Mengelola rumah tangga.
f) Memulai bekerja.
g) Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
h) Menemukan suatu kelompok yang serasi.
2.2.5 Penilaian Pertumbuhan Anak
Dapat melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak,
diantaranya dengan pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
c. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan (panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam
pengukuran antropometri terdapat 2 cara dalam pengukuran, yaitu
pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia.
Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia,
tinggi badan berdasarkan usia, dan lain-lain. Pengukuran tidak berdasarkan
berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi
badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan, dan lain-lain.
1) Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai paeningkatan
atau penuruan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,

17
otot, lemak, organ tubuh dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui
status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain menilai
berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga
dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang
diperlukan dalam tindakan pengobatan.

Berat Badan (Kilogram)


Lahir 3,25
3-12 bulan Usia (bulan) + 9
2
1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5
2

Beberapa ukuran yang perlu diketahui sebagai patokan:


Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal 3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan 2x berat badan lahir
Umur 1 tahun 3x berat badan lahir
Umur 2 tahun 4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
- 700-1000 gram/bulan pada triwulan I
- 500-600 gram/bulan pada triwulan II
- 350-450 gram/bulan pada triwulan III
- 250-350 gram/bulan pada triwulan IV
Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.

2) Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tinggi Badan (Centimeter)
Lahir 50
1 tahun 75
2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 77
Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal 50 cm
Umur 1 tahun 1,5 x TB lahir

18
Umur 4 tahun 2 x TB lahir
Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)

3) Pengukuran Lingkar Kepala


Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu
parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini,
dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil
yang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya
retardasi mental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal
(volume kepala meningkat) yang dapat disebabkan oleh penyumbatan
pada aliran cairan serebrospinalis.
4) Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot,
namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan
tubuh apabila di bandingkan dengan berat badan.

d. Pemeriksaan Fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga
ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik; melihat bentuk tubuh;
membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya; menentukan
jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, bokong dan paha; menentukan
jaringan lemak; melakukan pemeriksaan pada trisep; serta menentukan
pemeriksaan rambut dan gigi.

e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan guna meliai keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan kadar
hemoglobin, pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin), hormonal,
dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menunjang penegakan
diagnosis suatu penyakit ataupun evaluasinya.

19
f. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini dilakukan guna untuk menilai usia tumbuh
kembang, seperti usia tulang apabila dicurigai adanya gangguan
pertumbuhan.
2.2.6 Penilaian Perkembangan Anak
Untuk menilai perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertama
kali adalah melakukan wawancara tentang factor kemungkinan yang
menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining perkembangan
anak dengan DDST, tes IQ dan tes psikologi, atau pemeriksaan lainnya.
Selain itu, juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi dalam lingkungan
anak, yaitu interaksi anak selama ini; evaluasi fungsi penglihatan,
pendengaran, bicara, bahasa; serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya,
seperti pemeriksaan nurologis, metabolic dan lain-lain.
Pada penilaian tahap ini, beberapa tes yang dapat digunakan di
antaranya tes intelegensi Stanford Binet, skala intelegensi Wechsler untuk
anak prasekolah dan sekolah, skala perkembangan menurut Gesell (Gesell
infant scale), skalai Bayle (Bayle infant scale of development), tes bentuk
geometris, tes motor visual bender Gestalt, tes menggambar orang, tes
perkembangan adaptasi social, DDST, serta diagnostic perkembangan
fungsi munchentahun pertama. Disini hanya akan dibahas mengenai tes
perkembangan menurut DDST.
Pada saat ini terdapat beberapa perkembangan dalam penggunaan tes
DDST, misalnya revisi atau perubahan dalam penggunaan tes yang dikenal
dengan nama DDST II. Pada awalnya tes ini dikenal dengan nama DDST,
kemudian terjadi revisi dengan nama DDST-R dan saat ini menggunakan
istilah DDST II yang sudah mengalami penyempurnaan dalam pengukuran.
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 faktor,
diantaranya terhadap personal social, motorik halus, bahsa dan motorik kasar
dengan persyaratan tes sebagai berikut:
a. Lembar formulir DDST II
b. Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah; manic-manik; kubus
berwarna merah, kuning, hijau, dan biru; permainan bola kecil; serta bola
tenis kertas dan pensil
Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sebagai berikut:

20
a. Tentukan usia anak saat pemeriksaan
b. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia yang telah di tentukan
c. Lakukan pengukuran pada anak tian komponen dengan batasan garis yang
ada mulai motorik kasar, bahsa, motorik halus dan personal social
d. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan atau abnormal sesuai
gambar 3.5.
· Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/ lebih pada 2
sektor atau 2 keterlambatan/ lebih pada 1 sektor ditambah 1
keterlambatan pada 1 sektor/ lebih
· Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/lebih pada 1
sektor atau terdapat 1 keterlambatan pada 1 sektor/lebih
· Dapat juga dengan menentukan ada tidaknyya keterlambatan pada
masing-masing sector bila menilai setiap sector atau tidak
menyimpulkan gangguan perkembangan keseluruhan.

2.2.7 Stimulasi
Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir
(bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk
merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan,
pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan
halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang
perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak. Stimulasi merupakan hal
yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan
kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age)
akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya
dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini
stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik.
Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan
menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga
bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang
mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi

21
stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan
menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi
terhambat.
Berbagai kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam mengurus dan
merawat anak dapat menjadi sarana untuk memberikan beraneka jenis
stimulasi untuk memicu perkembangan otaknya. Stimulasi yang
diberikan akan diterima oleh panca indera dan selanjutnya akan disampaikan
ke otak. Bagi otak maupun panca indera anak yang belum mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, stimulasi tersebut merupakan pelajaran
baru. Hal ini akan memicu otak belajar, menganalisa, memahami dan
memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi tersebut. Kegiatan stimulasi
meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang perkembangan anak seperti
melatih gerakan, bicara, berpikir, mandiri serta bergaul. Stimulasi dapat
dilakukan oleh orang tua atau keluarga lainnya. Tujuan stimulasi yaitu
membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai
dengan yang diharapkan.
2.3 Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak. (Suriani, 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (2006) Pneumonia
ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme dan kadang non infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

2.4 Etiologi
Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:

1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.

2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.

3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,ryptococosis,


pneumocytis carini.
22
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.

5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus,


Virus influenza,Virus parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks,
Micoplasma (pada anak yang relatif besar). Pada bayi dan anak-anak penyebab yang
paling sering adalah:

a. Virus sinsisial pernafasan

b. Adenovirus

c. Virus parainfluenza

d. Virus influenza. (Huda A, 2013 : 483)

2.5 Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada


beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut
akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun
sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah


mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering

23
terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke
saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme


pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke
orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut


yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi dan terdiri dari:

1. Susunan anatomis rongga hidung

2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring

3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret
fiat yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.

4. Refleks batuk

5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

24
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬
noglobulin A (IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mem¬pengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun,
misal¬nya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen
seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan antibiotika yang tidak
sempurna. (Huda A, 2013 : 484)

2.6 Pathway
Bakteri Virus Parasit

Masuk kejaringan parenkim melalui udara

Infeksi saluran pernafasan bawah

Produksi pneumokokkus meningkat

Hospitalisasi
Pneumonia

Ketidak efektifan Makrafag masuk ke


Permebilitas paru meningkat Ansietas orang tua Anak
25 kehilangan
bersihan jalan alveoli terhadappenyakit
Merangsang hipotalamuskebiasaan dirumah
Terganggunya
Gangguan
Metabolismetumbuh
sistem
sel Gangguan
Batuk,
Sekret sesak
menumpuk pola
napas, Pelapasan
Merangsang
Sinyal
Pembentukan
mencapai
pirogen
saraf
napas anak
Alveoli penuh
Gangguan
Penurunan
Edema
pertukaran
organdifusi o2
terganggu
kembang Metabolisme pada napas
meningkat
dispnea
bronkus
Perubahan
Mengigil
endogen otak titikGangguan pola tidur
peran
meningkatkan
meningkatkan
sistem
prostagladin
vagus
saraf
(sitokin)
pusat
leukosit
Hipoksia
Penurunan &gas
sel aritrosit
saturasi
terganggu o2 Intoleransi
Penggunaan
Kelemahan
Eksudat aktifitas
Keletihanenergi
otot
meningkat Hipertermia
orang
suhu
patokan tua basal
suhu (sel point)
2.7 Manifestasi Klinis
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
1. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
2. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
3. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-
kadang terdapat nasal discharge (ingus).
4. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
5. Frekuensi napas :
- Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
- Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
- Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
6. Nadi cepat dan bersambung.
7. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
8. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
9. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
10. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
11. Malaise, gelisah, cepat lelah.
12. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
13. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis. (Riyadi S, 2009 : 69)

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
26
2.9 Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi
sebagai berikut :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
d. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
e. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
f. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

(Riyadi S, 2009 : 70)

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata

1) Identitas klien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : 2) Identitas orang tua

Agama : Ayah

Alamat : Nama :

Tanggal MRS : Umur :

Jam MRS : Pendidikan :

Tgl pengkajian : Pekerjaan :

Jam pengkajian : Agama :

Diagnosa medis : Alamat :

No. Registrasi : Ibu

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaa :

Agama :

28
Alamat :

29
3) Identitas saudara kandung

Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)

3.1.2 Keluhan utama/ alasan kunjungan

a. Keluhan utama : Biasanya sesak nafas

b. Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3
hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.

3.1.3 Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk
berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.

b) Riwayat kesehatan masa lalu

1) Prenatal care

a) Pemeriksaan kehamilan:

b) Keluhan selama hamil:

c) Riwayat terkena sinar dan terapi obat:

d) Kenaikan berat badan selama hamil:

e) Imunisasi TT:

f) Golongan darah ayah:

g) Golongan darah ibu:

2) Natal

36
a) Tempat melahirkan:

b) Lama dan jenis persalinan

c) Penolong persalinan:

d) Cara memudahkan persalinan:

e) Obat perangsang:

f) Komplikasi waktu lahir:

3) Post natal

a) Kondisi bayi :

- BBL:

- PBL:

b) Bayi kemerahan setelah lahir, tidak ada cianosis

“untuk semua usia”

4) Penyakit yang pernah dialami:

5) Kecelakaan yamg pernah dialami:

6) Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya:

7) Alergi makanan obat-obatan:

8) Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:

9) Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama:

c) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga ada yang menderita penyakit sebelumnya.

3.1.4 Riwayat Imunisasi

37
No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian

1 BCG

2 DPT (I, II, III)

3 POLIO (I, II, III, IV)

4 CAMPAK

5 HEPATITIS (I, II, III)

3.1.5 Riwayat tumbuh kembang

a. Pertumbuhan fisik

1) Berat badan baru lahir :

2) Panjang badan:

b. Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat

1) Berguling :

2) Duduk :

3) Merangkak :

4) Senyum kepada orang lain pertama kali:

5) bicara pertama kali:

6) Berpakaian tanpa bantuan orang lain:

38
3.1.6 Riwayat nutrisi

a. Pemberian asi

a. Pertama kali disusui:

b. Cara pemberian:

b. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini

Usia 0 – 6 bulan:

Usia 7 bulan :

3.1.7 Riwayat psikososial

a. Anak tunggal

b. Lingkungan berada di kota

c. Rumah dekat dengan masjid

d. Tidak ada tempat bermain

e. Tidak punya kamar sendiri

f. Ada tangga yang berbahaya

g. Anak tidak punya ruang bermain

h. Hubungan antara anggota keluarga harmonis

i. Pengasuh anak adalah ibunya sendiri

3.1.8 Riwayat spiritual


Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat
sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
39
3.1.9 Reaksi hospitalisasi

a. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap

1) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit:

2) Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya:

3) Perasaan orang tua pada saat ini:

b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya
mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

3.1.10 Aktivitas sehari-hari

- Pola makan dan Minum

- Pola Eliminasi

- Pola istirahat / tidur

- Pola personal higine

- Pola aktivitas

3.1.11 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :

a. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

b. Antropometri : Panjang badan, berat badan, LILA, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar perut

c. Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

40
d. Sistem Respirasi : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru,

e. Sistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,


kualitas darah menurun

f. Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

g. Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan

h. Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal,

i. Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare

3.1.12 Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL

2) LED = 7 mm/jm

3) kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan

3.1.13 Penatalaksanaan

a. Terapi oksigen

b. Cairan glukosa 10%

c. Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada bronkus.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

41
3. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan metabolisme tingkat sel
4. Hipertermia berhubungan dengan metabolisme meningkat
5. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran
terhadap penyakit anak
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses hospitalisasi

3.2.1 INTERVENSI

No Diagnosa Rencana Keprawatan


Tujuan Ttd
Dx Keperawatan
Intervensi Rasional
1. 7. Ketidakefektif Setelah -
1) Observasi RR 1) Mengetahui
an jalan nafas dilakukan
tiap 4 jam, keefektifan pola
berhubungan tindakan
bunyi napas, napas
dengan asuhan
kedalaman
penumpukan keperawatan
inspirasi, dan
secret pada selama 1x24
2) Mengindikasi
gerakan dada
bronkus. jam
terdapatnya
diharapkan
2) Auskultasi penyempitan
bersihan jalan
bagian paru, bronkus oleh
nafas klien
catat area sputum
kembali
penurunan atau
efektif. 3) Mencegah
tak ada aliran
Dengan KH : terjadinya sianosis
42
1) RR :
udara dan keparahan
<35/menit
2) Tidak ada
3) Berikan 4) Meningkatkan
ronchi
posisi fowler hidrasi sputum dan
atau semifowler mengurangi
tinggi kekentalan sputum,
sehingga mudah
4) Berikan
dikeluarkan.
cairan
sedikitnya
1000ml/hari(ke
5) Mengkompensasi
cuali kontra
ketidakadekuatan
indikasi)
O2 akibat inspirasi
tawarkan air
yang kurang
hangat daripada
maksimal
dingin

6) Mukolitik untuk
5) Berikan
menurunkan batuk,
O2 (oksigenasi)
ekspektoran untuk
membantu
memobilisasi
sekret,
bronkodilator
6) Berikan
menurunkan
obat sesuai
spasme bronkus
dengan indikasi
dan analgetik
mukolitik,
diberikan untuk
ekspetoran,
meningkatkan
bronkodilator
kenyamanan

7) Membantu pasien
untuk
mengeluarkan
sekret yang

43
7) Ajarkan menumpuk
batuk efektif
8) Membantu
pada pasien
melapangkan
ekspansi paru

8) Ajarkan
terapi napas
dalam pada
pasien
2. Gangguan Setelah 1) Kaji frekuensi, 1) Distres pernafasan -
pertukaran gas dilakukan kedalamandank yang dibuktikan
berhubungan tindakan emudahan dengan dispnea
dengan asuhan bernafas dan takipnea
perubahan keperawatan sebagai indikasi
membrane selama 1x24 penurunan
kapiler jam kemampuan
alveolus. diharapkan menyedihkan
keadaan pasien oksigen bagi
kembali jaringan
2) Sianosis
normal. 2) Observasi
kukumenunjukkan
Dengan KH : warna kulit,
vasokonstriksi.
1. Penurunan catat adanya
Sedangkan
dispnea sianosis pada
sianosis daun
2.Menunjukan kulit, kuku dan
perbaikan telinga, membran
jaringann
ventilasi dan mukosa dan kulit
sentral.
oksigen sekitar mulut
jaringan (membran hangat)
adekuat menunjukan
hipoksemia
sistematik.

3) Gelisah, mudah
3) Kaji status
44
mental dan terangsang,
penurunan bingung dan
kesadaran somnolen sebagai
petunjuk
4) Awasi hipoksemia
frekuensi 4) Takikardia
jantung atau biasanya ada
irama sebagai akibat
demam atau
dehidrasi tetapi
dapat sebagai
respons terhadap
5) Berikan terapi hipoksemia
oksigen
5) Tujuan terapi
dengan benar,
oksigen adalah
misalnya :
mempertahankan
dengan nasal
PaO2 di atas 60
prong,
MmHg (normal
masker,
PO2 80-100
masker
MmHg). Oksigen
venturi
diberikan dengan
metode yang
memberikan
pengiriman tepat
dalam toleransi
pasien
6) AGD yang
6) Pemantauan menunjukan
AGD (Analisa penurunan PO2
Gas Darah) sebagai indikasi
penurunan
Oksigen jaringan.
3. Gangguan Setelah 1) Pantau tinggi 1) Berat badan -
tumbuh dilakukan dan berat membantu
kembang tindakan badan, mengetahui grafik
45
berhubungan keprawatan gambaran pertumbuhan dan
dengan selama 1 x 24 pada grafik perkembangan
gangguan jam, pasien pertumbuhan anak
metabolisme mengikuti untuk
tingkat sel kurva menentukan
pertumbuhan kecenderunga
berat badan n
dan tinggi pertumbuhan
2) Dorong
badan. Anak 2) Aktifitas seusianya
aktivitas yang
mempunyai akan membantu
sesuai usia
kesempatan anak dalam
untuk beradaptasi dalam
berpasrtisipasi pergaulan
dalam aktivitas seusianya
3) Tekanan 3) Dukungan dan
yang sesuai
bahwa anak nasehat
dengan usia
mempunyai memperkuat
Kriteria Hasil :
kebutuhan koping anak
1. Anak
yang sama
mencapai
terhadap
pertumbuhan
sosialisasi
yang adekuat
2. Anak seperti anak
melakukan yang lain
4) Isinkan anak
aktivitas 4) Aktivitas yang
untuk menata
sesuai usia berlebihan dapat
Anak tidak ruangnya
memperberat kerja
mengalami sendiri dan
jantung anak.
isolasi batasan
sosial aktivitas
karena anak
akan
beristirahat
bila lelah
kepatuhan
penderita utk

46
menghindari
penyebab /
pencetus
alergi

4. Hipertermia Setelah 1) Kaji suhu 1) Untuk mengetahui


berhubungan dilakukan tubuh dan nadi tingkat
dengan tindakan setiap 4 jam perkembangan
metabolisme asuhan pasien
2) Sianosis
meningkat keperawatan 2) Pantau warna
menunjukan
selama 1x24 kulit dan suhu
vasokontriksi atau
jam
respon tubuh
diharapkan
terhadap demam
hiperyermi
3) Berikan 3) Peningkatan suhu
hilang. Dengan
dorongan tubuh
KH :
untuk minum menimbulkan
1. Suhu
sesuai aturan. peningkatan IWL,
normal
sehingga banyak
kembali
cairan tubu yang
o
36,5 C
keluar dan harus
2. Pasien
diimbangi
tampak
pemasukan cairan.
tidak
4) Demam tinggi
menggigil 4) Lakukan
sangat
lagi tindakan
meningkatkan
pendinginan
kebutuhan
sesuai
metabolik dan
kebutuhan,
kebutuhan oksigen
misalnya :
dan menganggu
kompres
oksigen seluler.
hangat 5) Mempercepat
5) Berikan
penurunan suhu
antipiretik
tubuh.
yang
diresepkan
47
sesuai
kebutuhan

5. Perubahan Setelah 1) Motivasi 1) Dukungan dan


peran orang dilakukan orang tua suport yang positif
tua tindakan untuk akan
berhubungan keprawatan mengekspreik menenangkan
dengan selama 1 x 24 an perasaanya perasaan keluarga
hospitalisasi jam, tidak sehubungan
anak, terjadi dengan
kekhawatiran perubahan anaknya
2) Berikan
terhadap peran orang 2) Informasi yang
informasi
penyakit anak tua akurat dan jelas
yang jelas dan
KH : akan menambah
akurat
1. Orang tua kepercayaan
mengekspr keluarga
3) Libatkan 3) Anak akan merasa
esikan
orang tua aman ketika
perasaany
2. Orang tua dalam didampingi oleh
yakin perawatan orang tua
memiliki anak selama
peranan dirumah sakit
4) Motivasi
penting 4) Banyaknya
keluarga
dalam keluarga yang
untuk
keberhasila mendukung
melibatkan
n mengurangi beban
anggota
pengobatan orang tua dan
keluarga lain
membantu
dalam
mengurangi
perawatan
kecemasan anak
anak
6. Gangguan pola Setelah 1) Segera buat 1) Tindakan ini
tidur dilakukan perubahan mendorong
berhubungan tindakan apapun yang istirahat dan tidur
dengan proses keperawatan mungkin
hospitalisasi selama 1 x 24 untuk

48
jam, gangguan mengakomoda
pola tidur akan si pasien;
Contoh :
berkurang
mengurangi
KH :
kegundahan,
1. Pasien
mengubah
dapat tidur
pecahayaan
9-10 jam
2) Rencana
perhari 2) Untuk
jadwal
2. Pasien
memungkinkan
pemberian
tidak
nistirahat yang
pengobatan
menunjuka
maksimal
disekitar
n gejala
jadwal tidur
perilaku
pasien
gangguan
tidur
3) Berikan
3) Susu dan beberapa
bantuan tidur
kudapan tinggi
normal seperti
protein
mengusap-
menagndung L-
usap
trytophan yang
punggung,
dapat
makanan,
mempermudah
minuman
4) Tanyakan pada tidur
4) Tindakan ini
paseien
memungkinkan
perubahan apa
pasien untuk
yang dapat
berperan aktif
memfasilitask
dalam penanganan
an tidur

49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditegakkan pada klien penderita pneumonia
antara lain:
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada bronkus.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan metabolisme tingkat sel
4. Hipertermia berhubungan dengan metabolisme meningkat
5. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhwatian
terhadap penyakit anak
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses hospitalisasi
50
4.2 Saran

Di dalam asuhan keperawatan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,
baik dari segi bahasa, kata-kata, maupun penjelasan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, yang sifatnya membangun dan dapat
dijadikan bahan untuk lebih baik dari sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Riyadi Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Andresni H, 2013. Makalah Tumbuh Kembang Anak.
http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-tumbuh-kembang-anak.html

Diakses tgl 25.04.2014. pukul 17.00 WIB

Fadilah A, 2012. Anatomi sistem pernafasan.

http://ainunfadilahdianhusada.blogspot.com/p/blog-page_5781.html

Diakses tgl 25.04.2014. pukul 20.00 WIB

51
52

Anda mungkin juga menyukai