PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang
rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara
maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia
angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa hal :
usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan paru yang
mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi penyebabnya, rute
infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang terkena. Dengan adanya
keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah terhadap pengenalan
(diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Tumbuh Kembang
A. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif
dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000).
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).
1. Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin
(Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-
pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa.
2. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain 1. gangguan nutrisi karena ibu kurang
mendapat asupan gizi yang baik. 2. gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus). 3. ibu yang
mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes.
4. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ
otak janin.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah
:
1). Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi
yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar
lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah.
Anak yang dibesarkan di keluarga yang ekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi
akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan status pendidikan orang tua, keluarga
dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dll dibandingka dengan
keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
4). Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim penghujan
akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan
bahan makanan, timbul penyakit menular,dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan
anak-anak. Anak yang tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi
perubahan cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.
Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi darah
sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.
mengoceh.
2. Usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis
3. Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih
benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan
4. Usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kata-
5. Usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat
6. Usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,
belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan
8. Usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,
D. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
f. Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri,
perubahan hormonal.
g. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba melakukan
hubungan dengan teman sebaya ata kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial.
h. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu seseorang ingin
mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitasnya.
i. Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang memikirkan tugas-
tugas dalam mengakhiri kehidupan.
1. Berat badan
Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh (tulang, otot, lemak, cairan tubuh ) sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh
kembang anak. BB dapat juga sebagai menghitung dosis obat. Penilaian berat badan berdasarkan
umur menurut WHO dengan baku NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut WHO, dan NCHS
yaitu; persentil ke 75 -25 dikatakan normal, persentil 10-5 malnutrisi sedang dan <>Kenaikan
berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.
2. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik.
Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penilaian TB daat berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS
yaitu dengan cara presentase dari median dengan penilaian ; ≥90& adalah normal,TB meningkat
sampai tinggi maksimaldicapai, meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan berhenti pada
usia 18 – 20 tahun.
TB dapat diperkirakan sebagai berikut :
3. Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat apabila
pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya
apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan
cerebrospinalis.
Peningkatan volume
6 -9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
Lahir-6 bulan = 2 gram/24 jam
6 blan- 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
3-6 tahun = 0,15 gram/24 jam
Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini banyak
berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB. Penilaian ini juga dapat
dipakai untuk menilai status gizi pada anak usia pra sekolah.
b. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan dengan cara melakukan pemeriksaan
fisik, dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya,
menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan
lemak dilakukan pada triseps, rambut dan geligi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status
keadaan penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan ; pemeriksaan Hb, serum protein
(albumun, globulin), hormonal, dll.
d. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan untuk menilai umur pertumbuhan dan perkembangan seperti tulang (apabila
dicurigai adanya gangguan pertumbuhan ).
Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan isiko
terjadinya perkembangan tersebut
Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan atau
konseling genetik
Mengetahui anak perlu dirujuk
Beberapa cara untuk mendeteksi perkembangan anak yaitu: KUESIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP)
KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan anak
usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab
oleh orang tuaatau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan,
mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan,dst sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan
menurut tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hri dibulatkan menjadi 1 bulan.Pertanyaan dalam
KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh orang tua.
Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik dan
alat ’kartu E’ yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E berisi 4 baris. Baris pertama
huruf E berukuran paling besar kemudian berasngsur-angsur mengecil pada baris keempat.
Apabila pada baris ketiga , anak tidak dapat melihat maka perlu di rujuk.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan ;
apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata naka, maka anak tersebut perlu dirujuk.
G. Stimulasi Perkembangan
1. Pengertian
Stimulasi dini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain
berupa latihan atau bermain (Narendra, 2002).
2. Tahap Pemberian Stimulasi
Pada tiga tahun pertama kehidupan, otak adalah organ yang sangat berat tumbuh
kembangnya. Periode ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan stimulasi (Surjadi, 2005).
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Memberikan
stimulasi dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak yang mendapat stimulus
yang terarah akan cepat berkembang dibanding anak yang kurang mendapat stimulus.
Stimulus yang diberikan mencakup 4 bidang yaitu kemampuan bergaul dan mandiri
(BM), kemampuan berbicara, bahasa, kecerdasan (BBK), kemampuan gerak kasar (GK)
dan kemampuan gerak halus (GH).
Berikut ini stimulus yang diperlukan bagi perkembangan anak (Suherman, 2000).
a.Umur 0 – 3 bulan
Mengajak bayi berbicara dengan lembut, dibuai, dipeluk, dinyanyikan lagu (BM),
memperdengarkan berbagai suara misalnya radio, burung (BBK) pada posisi telungkup
kita berikan benda digerak-gerakkan ke samping kiri dan kanan (GK) melatih bayi untuk
menggenggam benda kecil (GH).
b. Umur 3 – 6 bulan
Melatih bayi untuk mencari sumber suara (BM), melatih menirukan suara/bunyi/kata
(BBK), melatih bayi menyangga leher dengan kuat (GK), melatih bayi untuk meraup
benda kecil (BH)
c. Umur 6 – 9 bulan
Melatih dengan berjalan dengan berpegangan (GK), melatih memasukkan dan
mengeluarkan benda dan wadah (GH), melatih menirukan kata (BBK), mengajak
bermain dengan orang lain (BM).
d. Umur 9 – 12 bulan
Melatih anak berjalan sendiri (GK), mengajak menggelindingkan bola dan meminta
untuk menggelindingkannya kembali (GH), mengajak mengikuti kegiatan keluarga
(BM).
e. Umur 12 – 18 bulan
Melatih anak naik turun tangga (GK), bermain melempar dan menangkap bola besar
kemudian bola kecil (GH), melatih anak untuk menunjuk dan menyebutkan nama-nama
bagian tubuh (BBK), beri kesempatan anak untuk melepas pakaian sendiri (BM)
f.Umur 18 – 24 bulan
Melatih anak berdiri dengan satu kaki (GK), mengajari menggambar bulatan, garis,
segitiga dan gambar wajah (GH), melatih anak mengikuti perintah sederhana (BBK)
melatih anak mau ditinggal untuk sementara waktu (BM).
g. Umur 2 – 3 tahun
Melatih anak melompat dengan satu kaki (GK), mengajak anak bermain menyusun
balok (GH), melatih mengenal bentuk warna (BBK), melatih mencuci tangan, kaki, serta
mengeringkannya sendiri (BM).
h. Umur 3 – 4 tahun
Melatih anak melompat dengan satu kaki (GK), melatih anak menggunting gambar
(GH), melatih mengenal bentuk warna (BBK), melatih anak sopan santun, berterima
kasih (BM).
i. Umur 4 – 5 tahun
Beri kesempatan anak untuk bermain yang memerlukan ketangkasan, kelincahan (GK),
bantu anak belajar menggambar (GH), bantu anak mengerti separoh dengan
membagikan kue / kertas (BBK) latih anak untuk mandiri (BM).
j. Umur 5 – 6 tahun
Melatih anak naik sepeda (GK), melatih anak membuat sesuatu dari lilin (GH), melatih
mengenal waktu hari, minggu, dan bulan (BBK), melatih anak untuk bergaul, bercakap-
cakap dengan teman sebaya (BM).
Hidung merupakan suatu bangunan yang berongga dan dipisahkan oleh sebuah
sekat yang disebut septum Nasi. Bagian depan berhubungan keluar melalui naros, bagian
belakang berhubungan dengan nasofarings. Pada potongan frontal berbentuk seperti buah
alpukat dengan lateral menonjol 3 lengkungan tulang yaitu:
Konka nasalis superior
Konka nasalis media
Konka nasalis inferior
Pada konka nasalis inferior terdapat plexus vena besar yang berdinding tipis dan
dekat permukaan yang disebut jaringan kovernosus membengkak bila terjadi alergi.
Pada konka nasalis superior terdapat reseptor penghidu mukosa olfaktoria. Disekitar
rongga hidung terdapat rongga yang diisi udara yang disebut sinus paranasalis:
Sinus maxilaris
Sinus frontalis
Sinus Etmoidalis
Sinus spenoidalis
1. Farings
Naso farings
Orofarings
Laringofarings
Tuba eustachii terdapat pada nasofarings yang berfungsi
menyeimbangkan udara pada kedua sisi membrana tympani. Bila tekanan tidak sama
telinga tarasa sakit, misal pada saat naik pesawat udara. Orofarings dipisahkan dari mulut
oleh fauces pada fauces ---Tonsila. Pada larings farings bertemu sistem pernapasan dan
sistem pencernaan.
Udara melalui bagian anterior kelarings. Makanan melalui bagian posterior ke esofagus
melalui epiglotis yang flexible.
2. Larings (kotak suara)
Disamping berfungsi sebagai saluran pernapasan juga berfungsi menghasilkan
suara melalui getaran pita suara. Larings ditunjang oleh tulang rawan:
kartilago tiroidea
kartilago krikoide
Intensitas, volume atau kerasnya suara ditentukan oleh jumlah udara yang melalui
pita suara. Hasi akhir ditentukan oleh perubahan posisi bibir, lidah dan palatum molle.
3. Trakea
Merupakan tabung terbuka
Diameter kurang lebih 2 ½ cm
Panjang 10-12 cm
Meluas dari larings --- Puncak paru
Ditunjang oleh sederetan tulang rawan (16-20)
Berbentuk tapal kuda, bagian terbuka menghadap ke posteror (esopagus).
Bercabang dua: Bronchus kiri dan kanan.
4. Paru-paru
Terdiri 2 bagian:
paru kiri (tobus)
paru kanan (lobus)
Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronchiolus respiratori sampai kealveoli.
Respirasi: Proses pertukaran gas O2 dan CO2
Respirasi eksternal: Pertukaran O2 dari paru–paru kedalam darah. CO2 + air
keluar dari darah keparu.
Respirasi internal: pertukaran O2 dan CO2 ditingkat sel
Ventilasi: Proses masuk dan keluarnya udara dari paru.
Inspiras: masuknya udara kejalan napas sampai alveoli.
Expirasi: keluarnya udara dari jalan napas.
Infeksi tenggorokan (laring), atau saluran udara utama (trakea), atau saluran udara
masuk ke paru-paru (bronkus) adalah umum. Infeksi ini kadang-kadang disebut laringitis,
tracheitis, atau bronkitis. Dokter sering hanya menggunakan infeksi saluran pernapasan
bagian atas panjang (URTI) untuk memasukkan apapun, atau semua, dari infeksi ini.
URTIs Kebanyakan karena infeksi virus.
Diagram di atas menunjukkan lokasi dari berbagai infeksi saluran pernapasan.
Selebaran ini hanya berhubungan dengan URTIs. Lihat selebaran yang terpisah tentang
infeksi lain saluran pernapasan dan struktur terkait, yang disebut 'Bronchiolitis',
'Pneumonia', 'Tonsilitis', 'Sakit Tenggorokan', 'Sinusitis - akut', dan 'Pleurisy'.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
2. Manusia
A. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
B. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
C. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya
daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.
F. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan
pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
3. Lingkungan
A. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desaincross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
B. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
C. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
2.5 Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteripenyebabnya
antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara laingolongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebasakan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas yaitutenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musimkemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain
yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali
per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
Biasanya tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita ISPA (anak) yaitu :
- Pilek biasa
- Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
- Kadang bersin-bersin
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Sakit kepala
- Sekret menjadi kental
- Demam
- Nausea
- Muntah
- Anoreksia
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
Tanda-tanda laboratoris
a. Hypoxemia
b.Hypercapnia dan
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.
2.8 Patofisiologi
penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease Penularan. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara
penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun
tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun infeksi
relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai
bronchus dan alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk mencegah
infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan membuang mucus
yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari bronchus
ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mucus.
Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme yang
terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat dikeluarkan
melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai system
Eksalator mukolisiaris.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran napas
atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga yang penting
(system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya
misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan
berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang pernapasan, atau
mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran pernapasan bawah.
2.9 Pathway
Syndrom Imotil, pengobatan dengan O2 Terapi stostatika radiasi, Px
konsentrasi ↑ Neoplasma ganas
MK: Nyeri
akut Mual,muntah
MK: ganguan BB ↓
nutrisi
3. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA
pneumonia.
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
c.Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering
dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d.Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah
sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal
yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan
untuk pemeriksaan ulang.
2.12 Komplikasi
Bronchiolitis
Pneumonia
Tonsilitis
Sinusitis – akut
Pleurisy
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
Pengkajian
Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang dialaminya
sekarang)
- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami sakit seperti
penyakit klien)
-Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik :
difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
a. Inspeksi
- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringan parut pada leher
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
-Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
-Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
- Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
Pertumbuhan
Kaji BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata
8 cm) pertahun
Kenaikan lingkar kepala : 12 cm di tahun pertama dan 2 cm di tahun kedua dan seterusnya.
Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
Perkembangan
lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata, mengoceh,
usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan mengais
meringis
usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih
benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata
tanpa arti.
usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata, mengerti
usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat
usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar
makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan
mereka.
usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun
usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik, menyebut
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea,
dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi
gangguan penciuman
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit,
nyeri telan pada tenggorokan
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman(streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium)
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Didapat beberapa faktor resiko ISPA padapenderita yaitu 1) faktor agen; 2) faktor
manusia, yangterdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi; 3)lingkungan, yang terdiri
dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi, penggunaan anti nyamuk, bahanbakar
untuk memasak, dan keberadaan perokok.
Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien merasa lesu, demam,
disertai batuk dan pilek selama 5hari, sakit tenggorokan dan terdapat tonsilitis dan faringitis
akutsetelah di periksa dokter
4.2 Saran
1.Bagi orang tua hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkankejadian ISPA pada anak,
kecuali faktor resiko yang tidak dapatdiubah seperti umur dan jenis kelamin
2.Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangandan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
1. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 2000
2. Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
3. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
4. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
5. Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,
Philadelpia,USA
6. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)
PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.