Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang
rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara
maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia
angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa hal :
usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan paru yang
mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi penyebabnya, rute
infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang terkena. Dengan adanya
keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah terhadap pengenalan
(diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah :

1. Apa definisi ISPA anak ?


2. Apa etiologi dari ISPA anak ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ISPA anak ?
4. Bagaimana pathway dari ISPA anak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ISPA anak ?
6. Apa pemeriksaan penunjang pada ISPAanak ?
7. Bagaimana komplikasi pada ISPA anak ?
8. Bagaimana penatalaksaan dari ISPA anak ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan ISPA anak ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah :


1. Tujuan umum
Setelah menyusun makalah ini daharapkan mahasiswa mampu mengetahui
gambaran umum tentang penyakit ISPA dan proses asuhan keperawatannya
2. Tujuan khusus

a) Menjelaskan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan.


b) Mengetahui tentang pengertian penyakit ISPA
c) Menambah pengetahuan teori tentang penyakit gangguan pernafasan ISPA

d) Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi


saluran pernapasan atas (ISPA)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Tumbuh Kembang
A. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif
dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000).
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBANG ANAK

1. Faktor herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin
(Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-
pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa.

2. Faktor lingkungan

a). Lingkungan pra-natal

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain 1. gangguan nutrisi karena ibu kurang
mendapat asupan gizi yang baik. 2. gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus). 3. ibu yang
mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes.
4. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ
otak janin.

b). Lingkungan pos-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah
:
1). Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi
yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar
lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :


a. Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Nutrisi yang
adekuat akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang menjadikan proses pertumbuhan dan
perkembangan sedikit terhambat.
c. Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan
tidak adekuat yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

2). Budaya lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka dalam


mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk makan makanan tertentu
padahal zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan
untuk melahirkan di dukun beranak dari pada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan
di lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.
3). Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang ekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi
akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan status pendidikan orang tua, keluarga
dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dll dibandingka dengan
keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.

4). Iklim/cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim penghujan
akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan
bahan makanan, timbul penyakit menular,dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan
anak-anak. Anak yang tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi
perubahan cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.

5). Olahraga/latihan fisik

Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi darah
sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.

6). Posisi anak dalam keluarga


Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu akan
mempengaruhi pola perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.
7). Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan sejahtera maka
percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan dengan anak dalam
kondisi sakit.

8). Faktor Hormonal


Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah a)
somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan pada anak. b)
hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium
untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan
seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.

C. TAHAP PENCAPAIAN /PERIODE TUMBUH KEMBANG ANAK


1. Lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata,

mengoceh.

2. Usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan

mengais meringis

3. Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih

benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan

kata-kata tanpa arti.

4. Usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kata-

kata,mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.

5. Usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat

mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing

6. Usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,

belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan

bermain dengan mereka.


7. Usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun

kalimat dan lain-lain.

8. Usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,

menyebut warna, dan menyayangi saudara.

9. Usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.

D. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

1. Perkembangan kognitif (Piaget)


a. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan kativitas motorik. Semua gerakan akan
diarahkan ke mulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat, didengar,
disentuh dll.

b. Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)


Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris. Pada masa ini pikiran bersifat
transduktif menganggap semuanya sama. Seperti semua pria dikeluarga adalah ayah maka semua
pria adalah ayah. Selain itu ada pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda
mati. Seperti anak jatuh dan terbentur batu, dia akan menyalahkan batu tersebut dan
memukulnya.

c. Tahap kongret (7-11 tahun)


Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama
dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah mengerti tentang
keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal konsep tentang waktu dan mengingat kejadian
yang lalu. Pemahaman belum mendalam dan akan berkembang di akhir usia sekolah (masa
remaja).

d. Tahap formal operasional ( > 11 tahun)


Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol
dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan mengujinya
dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka
mampu berpikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk
memecahkan masalah.
2. Perkembangan psikoseksual anak (Freud)
a. Tahap oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara
menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta
dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah
menyapih dan makanan.

b. Tahap anal (1-3 tahun)


Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan menunjukkan
keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat
egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Masalah pada saat ini adalah obesitas, introvet,
kurang pengendalian diri dan tidak rapi.
c. Tahap oedipal/phalik ( 3-5 tahun)
Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka
pada ibunya dan anak perempuan cenderung suka pada ayahnya.

d. Tahap laten ( 5-12 tahun)


Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan
langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya, dorongan
libido mulai mereda.

e. Tahap Genital ( > 12 tahun)


Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta matang terhadap
lawan jenis.

3. Perkembangan psikososial (Erikson)


a. Tahap percaya tidak percaya (0-1 th)
Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang
mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila
terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.

b. Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)


Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti
kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak diberikan kebebasan anak
akanmerasa malu.
c. Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-6 tahun)
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa bersalah.

d. Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)


Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya sehingga
anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila pada tahap ini gagal anak akan
rendah diri.

f. Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri,
perubahan hormonal.

g. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba melakukan
hubungan dengan teman sebaya ata kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial.
h. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu seseorang ingin
mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitasnya.

i. Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang memikirkan tugas-
tugas dalam mengakhiri kehidupan.

E. Penilaian pertumbuhan anak


a. Pengukuran antropometrik

Pengukuran antropometrik meliputi :

1. Berat badan

Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh (tulang, otot, lemak, cairan tubuh ) sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh
kembang anak. BB dapat juga sebagai menghitung dosis obat. Penilaian berat badan berdasarkan
umur menurut WHO dengan baku NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut WHO, dan NCHS
yaitu; persentil ke 75 -25 dikatakan normal, persentil 10-5 malnutrisi sedang dan <>Kenaikan
berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.

Umur 10 hari : BBL


Umur 5 balan : 2 x BBL
Umur 1 tahun : 3 x BBL
Umur 2 tahun : 4 x BBL
Pra sekolah : meningkat 2 kg/tahun
Adolecent : meningkat 3-3,5 kg/tahun
Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan
Trimester I : 700-1000 gram/bulan
Trimester II : 500-600 gram/bulan
Trimester III : 350-450 gram/bulan
Trimester IV : 250-350 gram/bulan

Perkiraan BB dalam kilogram

Usia 3-12 bulan : umur (bulan) + 9 / 2


Usia 1-6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
Usia 6-12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5 / 2

2. Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik.
Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penilaian TB daat berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS
yaitu dengan cara presentase dari median dengan penilaian ; ≥90& adalah normal,TB meningkat
sampai tinggi maksimaldicapai, meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan berhenti pada
usia 18 – 20 tahun.
TB dapat diperkirakan sebagai berikut :

Umur 1 tahun = 1,5 x TB lahir


Umur 4 tahn = 2 x TB lahir
Umur 6 tahun = 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun = 3 x TB lahir
Dewasa = 3,5 x TB lahir atau 2 x TB umur 2 tahun)

Atau dengan rumus Behrman,


Lahir = 50 cm
Umur 1 tahun = 75 cm
Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Atau berdasarkan potensi genetik TB akhir :
Wanita = (TB ayah – 13 cm) +TB ibu ±8,5 cm : 2
Pria = (TB ibu + 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm : 2

3. Lingkar kepala

Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat apabila
pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya
apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan
cerebrospinalis.
Peningkatan volume
6 -9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
Lahir-6 bulan = 2 gram/24 jam
6 blan- 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
3-6 tahun = 0,15 gram/24 jam

4. Pengukuran lingkar lengan atas

Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini banyak
berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB. Penilaian ini juga dapat
dipakai untuk menilai status gizi pada anak usia pra sekolah.

b. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan dengan cara melakukan pemeriksaan
fisik, dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya,
menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan
lemak dilakukan pada triseps, rambut dan geligi.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status
keadaan penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan ; pemeriksaan Hb, serum protein
(albumun, globulin), hormonal, dll.

d. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan untuk menilai umur pertumbuhan dan perkembangan seperti tulang (apabila
dicurigai adanya gangguan pertumbuhan ).

F. Penilaian perkembangan anak


a. Tujuan

 Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan isiko
terjadinya perkembangan tersebut
 Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan atau
konseling genetik
 Mengetahui anak perlu dirujuk

b. Cara deteksi perkembangan

Beberapa cara untuk mendeteksi perkembangan anak yaitu: KUESIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP)
KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan anak
usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab
oleh orang tuaatau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan,
mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan,dst sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan
menurut tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hri dibulatkan menjadi 1 bulan.Pertanyaan dalam
KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh orang tua.

Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.


1. apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal (perkembangan baik)
2. apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai;
Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai
Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada kesalahan, maka
pemeriksaan harus diulang. Apabila setelah diteliti jawaban ’ya’ berjumlah 7-8, berarti hasilnya
meragukan dan perlu diperiksa ulang1 minggu kemudian. Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau
kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.

KUISIONER PERILAKU ANAK PRA SEKOLAH (KPAP)


KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara
dini kelainan-kelainan perilaku pada anak prasekolah (usia 3-6) tahun. Kuesioner ini berisi 30
perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada orang tua.

Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah ‘sering terdapat’, ‘ kadang-kadang terdapat’,


atau ‘ tidak terdapat’. Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘sering terdapat’ , maka jawaban
tersebut dinilai 2, ‘kadang-kadang terdapat’ diberi nilai 1 dan ‘tidak terdapat’ diberi nilai 0.
Apabila jumlah nilai keseluruhan kurang dari 11, maka anak perlu di rujuk, sedangkan jika
jumlah nilai 11 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.

TES DAYA LIHAT DAN TES KESEHATAN MATA ANAK PRASEKOLAH


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak berusia 3- 6
tahun. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia
prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani.

Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik dan
alat ’kartu E’ yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E berisi 4 baris. Baris pertama
huruf E berukuran paling besar kemudian berasngsur-angsur mengecil pada baris keempat.
Apabila pada baris ketiga , anak tidak dapat melihat maka perlu di rujuk.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan ;

1. keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing


2. perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering mengkedip-
kedipkan mata
3. kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air

apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata naka, maka anak tersebut perlu dirujuk.

G. Stimulasi Perkembangan
1. Pengertian
Stimulasi dini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain
berupa latihan atau bermain (Narendra, 2002).
2. Tahap Pemberian Stimulasi
Pada tiga tahun pertama kehidupan, otak adalah organ yang sangat berat tumbuh
kembangnya. Periode ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan stimulasi (Surjadi, 2005).
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Memberikan
stimulasi dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak yang mendapat stimulus
yang terarah akan cepat berkembang dibanding anak yang kurang mendapat stimulus.
Stimulus yang diberikan mencakup 4 bidang yaitu kemampuan bergaul dan mandiri
(BM), kemampuan berbicara, bahasa, kecerdasan (BBK), kemampuan gerak kasar (GK)
dan kemampuan gerak halus (GH).
Berikut ini stimulus yang diperlukan bagi perkembangan anak (Suherman, 2000).
a.Umur 0 – 3 bulan
Mengajak bayi berbicara dengan lembut, dibuai, dipeluk, dinyanyikan lagu (BM),
memperdengarkan berbagai suara misalnya radio, burung (BBK) pada posisi telungkup
kita berikan benda digerak-gerakkan ke samping kiri dan kanan (GK) melatih bayi untuk
menggenggam benda kecil (GH).
b. Umur 3 – 6 bulan
Melatih bayi untuk mencari sumber suara (BM), melatih menirukan suara/bunyi/kata
(BBK), melatih bayi menyangga leher dengan kuat (GK), melatih bayi untuk meraup
benda kecil (BH)
c. Umur 6 – 9 bulan
Melatih dengan berjalan dengan berpegangan (GK), melatih memasukkan dan
mengeluarkan benda dan wadah (GH), melatih menirukan kata (BBK), mengajak
bermain dengan orang lain (BM).
d. Umur 9 – 12 bulan
Melatih anak berjalan sendiri (GK), mengajak menggelindingkan bola dan meminta
untuk menggelindingkannya kembali (GH), mengajak mengikuti kegiatan keluarga
(BM).
e. Umur 12 – 18 bulan
Melatih anak naik turun tangga (GK), bermain melempar dan menangkap bola besar
kemudian bola kecil (GH), melatih anak untuk menunjuk dan menyebutkan nama-nama
bagian tubuh (BBK), beri kesempatan anak untuk melepas pakaian sendiri (BM)
f.Umur 18 – 24 bulan
Melatih anak berdiri dengan satu kaki (GK), mengajari menggambar bulatan, garis,
segitiga dan gambar wajah (GH), melatih anak mengikuti perintah sederhana (BBK)
melatih anak mau ditinggal untuk sementara waktu (BM).
g. Umur 2 – 3 tahun
Melatih anak melompat dengan satu kaki (GK), mengajak anak bermain menyusun
balok (GH), melatih mengenal bentuk warna (BBK), melatih mencuci tangan, kaki, serta
mengeringkannya sendiri (BM).
h. Umur 3 – 4 tahun
Melatih anak melompat dengan satu kaki (GK), melatih anak menggunting gambar
(GH), melatih mengenal bentuk warna (BBK), melatih anak sopan santun, berterima
kasih (BM).
i. Umur 4 – 5 tahun
Beri kesempatan anak untuk bermain yang memerlukan ketangkasan, kelincahan (GK),
bantu anak belajar menggambar (GH), bantu anak mengerti separoh dengan
membagikan kue / kertas (BBK) latih anak untuk mandiri (BM).
j. Umur 5 – 6 tahun
Melatih anak naik sepeda (GK), melatih anak membuat sesuatu dari lilin (GH), melatih
mengenal waktu hari, minggu, dan bulan (BBK), melatih anak untuk bergaul, bercakap-
cakap dengan teman sebaya (BM).

2.2 Anatomi Fisiologi 1. Hidung

Hidung merupakan suatu bangunan yang berongga dan dipisahkan oleh sebuah
sekat yang disebut septum Nasi. Bagian depan berhubungan keluar melalui naros, bagian
belakang berhubungan dengan nasofarings. Pada potongan frontal berbentuk seperti buah
alpukat dengan lateral menonjol 3 lengkungan tulang yaitu:
 Konka nasalis superior
 Konka nasalis media
 Konka nasalis inferior
Pada konka nasalis inferior terdapat plexus vena besar yang berdinding tipis dan
dekat permukaan yang disebut jaringan kovernosus membengkak bila terjadi alergi.
Pada konka nasalis superior terdapat reseptor penghidu mukosa olfaktoria. Disekitar
rongga hidung terdapat rongga yang diisi udara yang disebut sinus paranasalis:
 Sinus maxilaris
 Sinus frontalis
 Sinus Etmoidalis
 Sinus spenoidalis
1. Farings
 Naso farings
 Orofarings
 Laringofarings
Tuba eustachii terdapat pada nasofarings yang berfungsi
menyeimbangkan udara pada kedua sisi membrana tympani. Bila tekanan tidak sama
telinga tarasa sakit, misal pada saat naik pesawat udara. Orofarings dipisahkan dari mulut
oleh fauces pada fauces ---Tonsila. Pada larings farings bertemu sistem pernapasan dan
sistem pencernaan.
Udara melalui bagian anterior kelarings. Makanan melalui bagian posterior ke esofagus
melalui epiglotis yang flexible.
2. Larings (kotak suara)
Disamping berfungsi sebagai saluran pernapasan juga berfungsi menghasilkan
suara melalui getaran pita suara. Larings ditunjang oleh tulang rawan:
 kartilago tiroidea
 kartilago krikoide
Intensitas, volume atau kerasnya suara ditentukan oleh jumlah udara yang melalui
pita suara. Hasi akhir ditentukan oleh perubahan posisi bibir, lidah dan palatum molle.
3. Trakea
 Merupakan tabung terbuka
 Diameter kurang lebih 2 ½ cm
 Panjang 10-12 cm
 Meluas dari larings --- Puncak paru
 Ditunjang oleh sederetan tulang rawan (16-20)
 Berbentuk tapal kuda, bagian terbuka menghadap ke posteror (esopagus).
 Bercabang dua: Bronchus kiri dan kanan.
4. Paru-paru
Terdiri 2 bagian:
 paru kiri (tobus)
 paru kanan (lobus)
Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronchiolus respiratori sampai kealveoli.
 Respirasi: Proses pertukaran gas O2 dan CO2
 Respirasi eksternal: Pertukaran O2 dari paru–paru kedalam darah. CO2 + air
keluar dari darah keparu.
 Respirasi internal: pertukaran O2 dan CO2 ditingkat sel
 Ventilasi: Proses masuk dan keluarnya udara dari paru.
 Inspiras: masuknya udara kejalan napas sampai alveoli.
 Expirasi: keluarnya udara dari jalan napas.

Infeksi tenggorokan (laring), atau saluran udara utama (trakea), atau saluran udara
masuk ke paru-paru (bronkus) adalah umum. Infeksi ini kadang-kadang disebut laringitis,
tracheitis, atau bronkitis. Dokter sering hanya menggunakan infeksi saluran pernapasan
bagian atas panjang (URTI) untuk memasukkan apapun, atau semua, dari infeksi ini.
URTIs Kebanyakan karena infeksi virus.
Diagram di atas menunjukkan lokasi dari berbagai infeksi saluran pernapasan.
Selebaran ini hanya berhubungan dengan URTIs. Lihat selebaran yang terpisah tentang
infeksi lain saluran pernapasan dan struktur terkait, yang disebut 'Bronchiolitis',
'Pneumonia', 'Tonsilitis', 'Sakit Tenggorokan', 'Sinusitis - akut', dan 'Pleurisy'.

2.3 Definisi ISPA


ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia)ke dalamsaluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsungsampai 14 hari. ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA


1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,
Coxsackie, dan Echo.

2. Manusia
A. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.

B. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.

C. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya
daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.

D. Berat Badan Lahir


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada
bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah
penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
E. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6
hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting
untuk melindungi bayi dari infeksi.

F. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan
pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
3. Lingkungan

A. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desaincross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.

B. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

C. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

D. Kepadatan Hunian Rumah


Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar
9 kali.
E. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

F. Bahan Bakar Untuk Memasak


Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar
nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

G. Status Ekonomi dan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa
anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

2.5 Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteripenyebabnya
antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara laingolongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebasakan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas yaitutenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musimkemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain
yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

2.6 Klasifikasi ISPA


Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

 Pneumonia: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali
per menit atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

 Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
 Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.

2.7 Manifestasi klinis

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

Biasanya tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita ISPA (anak) yaitu :
- Pilek biasa
- Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
- Kadang bersin-bersin
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Sakit kepala
- Sekret menjadi kental
- Demam
- Nausea
- Muntah
- Anoreksia

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
 Tanda-tanda klinis
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.

 Tanda-tanda laboratoris
a. Hypoxemia
b.Hypercapnia dan
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

2.8 Patofisiologi
penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease Penularan. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara
penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun
tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun infeksi
relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai
bronchus dan alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk mencegah
infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan membuang mucus
yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari bronchus
ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mucus.
Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme yang
terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat dikeluarkan
melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai system
Eksalator mukolisiaris.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran napas
atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga yang penting
(system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya
misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan
berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang pernapasan, atau
mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran pernapasan bawah.

2.9 Pathway
Syndrom Imotil, pengobatan dengan O2 Terapi stostatika radiasi, Px
konsentrasi ↑ Neoplasma ganas

Lapisan mucosa ↓ kemampuan lg A ↓


dengan silia magrofak untuk
terganggu membunuh bakteri Daya tahan tubuh ↓ MK: resti penularan

Penyempitan saluran nafas

inflamasi membran Bakteri, virus, Infeksi saluran nafas atas


mukosa faring dan riketsra menumpuk
tonsil
MK: peningkatan TIK ↑
suhu tubuh

MK: Nyeri
akut Mual,muntah

MK: ganguan BB ↓
nutrisi

2.10 Pemeriksaan Diagnostik


Laboratorium:
Pada pemeriksaan ditemukan gambaran sebagai berikut:

a. Hb menurun, nilai normal L: 13-16gr%, P: 12-14gr%


b. Leukosit meningkat, nilain normal 500-1000/mm3
c. Eritrosit menurun, nilai normal 4,5-5,5 juta/mm3
d.Urine biasanya lebih tua, mungkin terdapat albuminuria karena suhu tubuh meningkat.

2.11 Penatalaksanaan dan Pencegahan


1. Penatalaksanaan A. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu
kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil
penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

2. Pencegahan / perawatan dirumah


 Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA
pada anak antara lain:
A. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan
cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
B. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
C. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
D. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah
memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota
keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

3. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA
pneumonia.

a. Mengatasi panas (demam)


Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

c.Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering
dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d.Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah
sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal
yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan
untuk pemeriksaan ulang.

2.12 Komplikasi

 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Tonsilitis
 Sinusitis – akut
 Pleurisy

BAB III
ASKEP TEORITIS

3.1. Pengkajian

 Pengkajian
Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang dialaminya
sekarang)
- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami sakit seperti
penyakit klien)
-Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik :
difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
a. Inspeksi
- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringan parut pada leher
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

b. Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
-Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi
-Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi
- Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
 Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST

 Pertumbuhan

 Kaji BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata

8 cm) pertahun
 Kenaikan lingkar kepala : 12 cm di tahun pertama dan 2 cm di tahun kedua dan seterusnya.

 Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam tahun

 LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

 Perkembangan

 lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata, mengoceh,

 usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan mengais

meringis

 usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih

benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata

tanpa arti.

 usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata, mengerti

ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.

 usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat

mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing

 usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar

makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan

mereka.

 usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun

kalimat dan lain-lain.

 usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik, menyebut

warna, dan menyayangi saudara.

 usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.

Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea,
dan hiperventilasi

2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi

B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi
gangguan penciuman

B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit,
nyeri telan pada tenggorokan

B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman(streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium)
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

3.2 Diagnosa keperawatan


1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Dx

1. Tujuan : setelah di 1. Observasi tanda-tanda vital. 1. Pemantauan tanda vital


lakukan tindakan 1x24 yang teratur dapat
jam diharapkan klien menentukanperkembangan
tidak menunjukkan perawatan selanjutnya.
2. Anjurkan klien/keluarga untuk
tanda-tanda hipertermi
kompres pada kepala/aksila. 2. Dengan memberikan
Kriteria Hasil : Suhu kompres, maka akan terjadi
tubuh kembali normal 3. Anjurkan klien untuk proses konduksi/perpindahan
(36 – 37,5 °C) menggunakan pakaian yang panas dengan bahan perantara.
Nadi : 60-100 denyut per tipis dan dapatmenyerap 3. Proses hilanganya panas
menit keringat seperti pakaian dari akan terhalangi untuk
Tekanan darah : 120/80 bahan katun. pakaian yang tebaldan tidak
mmHg 4. Atur sirkulasi udara akan menyerap keringat.
RR : 16-20 kali per
5. Anjurkan klien untuk minum 4.Penyediaan udara bersih
menit
banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
5. Kebutuhan cairan meningkat
Tujuan: setelah di
6. Anjurkan klien istirahat di karena penguapan tubuh
lakukan tindakan 1x24
tempat tidur selama fase febris meningkat
jam di harapkan Klien
penyakit.
dapat mencapai BB yang 6. Tirah baring untuk
direncanakan mengarah 7. Kolaborasi dengan dokter: mengurangi metabolisme dan
pada Bbnormal, Klien - Dalam pemberian terapi, obat panas.
dapat menoleransi diet antimikrobial
7. Untuk mengontrol infeksi
yang dianjurkan,Tidak - Antipiretika
pernafasan dan menurunkan
menunjukkan tanda panas
malnutrisi, Nutrisi 1. Kaji kebiasaan diet, input-
kembali seimbang output dan timbang BB setiap
1. Berguna untuk menentukan
Kriteria hasil : A. hari.
kebutuhan kalori, menyusun
Antropometri: berat tujuan BBdan evaluasi
badan, tinggi badan, keadekuatan rencana nutrisi.
lingkar lengan 2. Berikan makan porsi kecil tapi 2. Untuk menjamin nutrisi
Berat badan tidak turun sering dan dalam keadaan adekuat/meningkatkan kalori
(stabil) hangat. total
B. Biokimia: 3. Tingkatkan tirah baring 3. Untuk mengurangi
- Hb normal (laki-laki
4. Kolaborasi: konsultasi ke kebutuhan metabolik
13,5-18 g/dl dan
ahli gizi untuk memberikan 4. Metode makan dan
perempuan 12-16 g/dl)
diet sesuaikebutuhan klien. kebutuhan kalori didasarkan
- Albumin normal
pada situasi ataukebutuhan
(dewasa 3,5-5,0 g/dl)
1.Teliti keluhan nyeri, catat individu untuk memberikan
C. Klinis: intensitasnya (dengan skala 0 – nutrisi maksimal.
- Tidak tampak kurus 10 ), faktoryang memperburuk 1. Identifikasi karakteristik
- Rambut tebal dan atau meredakan nyeri, lokasi, nyeri dan faktor yang
hitam lama, dankarakteristiknya. berhubunganmerupakan suatu
- Terdapat lipatan lemak
2. Anjurkan klien untuk hal yang amat penting untuk
subkutan
menghindari alergen/iritan memilih intervensi yangcocok
D. Diet: terhadap debu, bahankimia, dan untuk mengevaluasi
- Makan habis satu porsi asap rokok, dan keefektifan dari terapi yang
- Pola makan 3X/hari diberikan.
mengistirahatkan/meminimalkan
bicara bila suara serak. 2. Mengurangi
Tujuan: setelah di 3.. Anjurkan untuk melakukan bertambahberatnya penyakit
lakukan tindakan 1x24 kumur air hangat
jam di harapkan nyeri 3. Peningkatan sirkulasi pada
4. Kolaborasi: berikan obat
berkurang/terkontrol daerah tenggorokan serta
sesuai indikasi (steroid oral, IV,
Kriteria hasil : Nyeri menguranginyeri tenggorokan.
dan inhalasi, & analgesik)
berkurang skala 1-2 4. Kortikosteroid digunakan
untuk mencegah reaksi
Tujuan:setelah di 1. Batasi pengunjung sesuai alergi/menghambatpengeluaran
lakukan tindakan 1x24 histamin dalam inflamasi
indikasi
pernafasan.
jam di harapkan tidak 2. Jaga keseimbangan antara
terjadi penularan, tidak istirahat dan aktivitas 1.Menurunkan potensi terpajan
terjadi komplikasi
3. Tutup mulut dan hidung jika pada penyakit infeksius
Meminimalisir penularan
hendak bersin 2. Menurunkan
infeksi lewat udara
Kriteria hasil : Anggota 4. Tingkatkan daya tahan konsumsi/kebutuhan
keluarga tidak ada yang tubuh, terutama anak dibawah keseimbangan O₂ dan
tertular ISPA usia 2 tahun,lansia, dan memperbaikipertahanan klien
penderita penyakit kronis. terhadap infeksi, meningkatkan
Konsumsi vitamin C, A penyembuhan.
danmineral seng atau anti 3. Mencegah penyebaran
oksidan jika kondisi tubuh patogen melalui cairan
menurun/asupanmakanan 4. Malnutrisi dapat
berkurang. mempengaruhi kesehatan
umum dan
5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai hasil kultur menurunkantahanan terhadap
infeksi.

5. Dapat diberikan untuk


organisme khusus yang
teridentifikasi dengankultur
dan sensitifitas atau
diberikan secara profilaktik
karena risiko tinggi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Didapat beberapa faktor resiko ISPA padapenderita yaitu 1) faktor agen; 2) faktor
manusia, yangterdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi; 3)lingkungan, yang terdiri
dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi, penggunaan anti nyamuk, bahanbakar
untuk memasak, dan keberadaan perokok.
Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien merasa lesu, demam,
disertai batuk dan pilek selama 5hari, sakit tenggorokan dan terdapat tonsilitis dan faringitis
akutsetelah di periksa dokter

4.2 Saran
1.Bagi orang tua hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkankejadian ISPA pada anak,
kecuali faktor resiko yang tidak dapatdiubah seperti umur dan jenis kelamin
2.Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangandan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

1. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 2000
2. Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
3. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
4. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
5. Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,
Philadelpia,USA
6. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)
PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai