A. PENGERTIAN
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-
duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progesif pada lensa atau
kapsul lensa,umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua
orang yang lebih dari 65 tahun. ( Doenges,2000;412)
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
c. Katarak komplikata
- terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi
gangguan kejernihan lensa.
- dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia
tinggi, ablasio retina, dan glaukoma.
- akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua
mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
d. Katarak traumatik, kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma
tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Trauma (kecelakaan) pada mata.
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
C. MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan
yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
D. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada
kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti
kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Pathway Katarak :
Keruh
Pembedahan Katarak
Perdarahan
intraokuler.
E. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas
hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes
dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya
12-25 mmHg.
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma,
dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
A. PENGKAJIAN
1. PRE OPERATIF
Subyektif : keluhan penglihatan
1. Sifat prosedur
2. Resiko dan keuntungan
3. Obat anestesi
4. Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
Jumlah informasi yang dicari klien.
Obyektif :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. PRE OPERATIF
1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien dalam 1. Membantu pasien
mengidentifikasi tindakan menemukan tindakan yang
penghilangan nyeri yang dapat menghilangkan atau
efektif. mengurangi nyeri yang
efektif.
2. Nyeri dapat terjadi sampai
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat
anestesi local habis,
terjadi sampai beberapa jam
memahami hal ini dapat
setelah pembedahan.
membantu mengurangi
kecemasan yang
berhubungan dengan yang
tidak diperkirakan.
3. Lakukan tindakan
3. Latihan nyeri dengan
mengurangi nyeri dengan
menggunakan tindakan yang
cara:
non farmakologi
- Posisi : tinggikan bagian
memungkinkan klien untuk
kepala tempat tidur, ganti
memperoleh rasa kontrol
posisi dan tidur, ganti
terhadap nyeri.
posisi dan tidur pada sisi
yang tidak dioperasi
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Analgesik dapat
4. Berikan obat analgetik sesuai
menghambat reseptor nyeri.
program
5. Tanda ini menunjukkan
5. Lapor dokter jika nyeri tidak
peningkatan tekanan intra
hilang setelah ½ jam
pemberian obat, jika nyeri ocular atau komplikasi lain.
disertai mual.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.
ASUHAN KEPERAWATAN
KATARAK
Disusun oleh :
1. Bayu Saktiatama (01214005)
2. Miftahul Huda (01214025)
3. Muhammad Hasan (01214026)
4. Nur Indah M (01214027)
5. Ulfa Nurfadilah (01214037)