Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASKEP TULI KONDUKTIF

Disusun Oleh:
Kelompok IV
1. Ade Risky Oktarina
2. Atina
3. Boby Anggara
4. Lira Mesti
5. Nikki Sulastry
6. Nurhaady
7. Defta Saputra

Dosen Pembimbing : dr. Gressi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2018
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan
Keperawatan Tuli Konduktif”” ini dengan baik. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Sensori Persepsi dan juga sebagai panduan belajar.

Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan
informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman yang telah mendukung.

Bengkulu, April 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkurangnya pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu
ataupun kedua telinga. Sedangkan Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat
berat yang bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam
telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran
konduktif). Selain itu disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau
jalur saraf pendengaran di otak yang merupakan penurunan fungsi pendengaran sensorineural
(Billy Antony, 2008).
Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi
manusia, mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia.Di dunia, menurut perkiraan WHO
pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta
diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 – 0,2% menderita
tuli sejak lahir atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 – 2 bayi yang menderita tuli. Dari
hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk 4 (empat) negara di
Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%) yang dapat menimbulkan
masalah sosial di tengah masyarakat.
Ketulian dibagi menjadi dua. Ketuliandibidang konduksi atau disebut tuli konduksi
dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengan tulang pendengaran
stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong baik dengan pengobatan atau
dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural
hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan pusat
pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.Apabila tuli
konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan disebut tuli campuran.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat menganalisa asuhan keperawatan pada klien dengan tuli konduksi dan
sensorineural.
2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi dari tuli konduksi dan sensorineural.
2) Menjelaskan etoilogi dari tuli konduksi dan sensorineural.
3) Menjelaskan klasifikasi dari tuli konduksi dan sensorineural.
4) Menjelaskan patofisiologi dari tuli konduksi dan sensorineural.
5) Menjelaskan manifestasi klinis dari tuli konduksi dan sensorineural.
6) Menjelaskan penetalaksanaan medis dari tuli konduksi dan sensorineural.
7) Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan klien tuli konduksi dan
sensorineural.
8) Menjelaskan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan klien tuli konduksi dan
sensorineural.
9) Menjelaskan rencana tindakan/intervensi pada asuhan keperawatan tuli konduksi dan
sensorineural.
10) Menjelaskan kriteria hasil pada setiap diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan
klien dengantuli konduksi dan sensorineural.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan tuli konduksi dan
sensorineural.
2. Bagi Perawat
Perawat atau tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang tuli
konduksi dan sensorineural sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara
profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TELINGA
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN
Telinga dibagi 3 bagian, yaitu:
a. Telinga luar (auris eksterna)
- Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAE
- Meatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane timpani
- Membran timpani : untuk proses resonansi
b. Telinga tengah (auris media)
- Kavum timpani : tempat tulang – tulang pendengaran berada
- Tuba Eustachius : saluran yang menghubungkan antara telinga tengah
dengan telinga dalam
- Antrum & sel-sel mastoid
c. Telinga dalam (auris interna = labirin)
- Koklea (organ auditivus) : untuk keseimbangan
- Labirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan
2. PROSES PENDENGARAN
Gelombang suara yang berasal dari udara ditangkap oleh aurikulla kemudian
diteruskan ke MAE ( Meatus Akustikus Externa ), kemudian dilanjutkan ke membran
timpani. Setelah masuk di membran timpani, gelombang udara tersebut menggerakkan
tulang – tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang incus, stapes dan maleus. Setelah itu
menuju ke foramen ovale. Dari foramen ovale, merangsang Koklea untuk mengeluarkan
cairan. Cairan koklea tersebut kemudian menuju ke membran basilaris, merangsang
pergerakan hair cells. Diteruskan ke cortex auditorius. Kemudian kita dapat mendengar
suatu bunyi.
B. KONSEP TULI KONDUKTIF
1. DEFINISI
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang
tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf
U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible”
karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997,
hal. 238).
Tuli kondusif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga
menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar
yang menyebabkan tuli kondusif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh
serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga.
Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli kondusif ialah sumbatan tuba eustachius,
otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang
pendengaran. (Indro Soetirto: 2003)
2. ETIOLOGI
Pada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan
perubahan atau kelainan diantaranya sebagai berikut :
a. Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga (pinna)
b. Atropi dan bertambah kakunya liang telinga
c. Penumpukan serumen
d. Membrane tympani bertambah tebal dan kaku
e. Kekuatan sendi tulang-tulang pendengaran
f. Kelainan bawaan (Kongenital) Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah,
kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis. Penyakit otosklerosis
banyak ditemukan pada bangsa kulit putih
g. Gangguan pendengaran yang didapat, misal otitis media
3. MANIFESTASI KLINIS
a. rasa penuh pada telinga
b. pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
c. rasa gatal
d. trauma
e. tinnitus
4. PATOFISIOLOGI
Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan
luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen
yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga
penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Audiometri
- X-ray
6. PENALAKSANAAN
Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5
% dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan,
Tes garputala.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Riwayat : identitas pasien, riwayat adanya kelainan nyeri, infeksi saluran nafas atas
yang berulang, riwayat infeksi, nyeri telinga, rasa penuh dan penurunan pendengaran,
suhu meningkat, malaise, vertigo, Aktifitas terbatas, Takut mengahadapi tindakan
pembedahan
2. Pemeriksaan fisik
B1(breathing) : infeksi saluran pernafasan atas yangberulang
B2(blood) : tidak ada kelainan pada sistem kardiovaskuler
B3(brain) : pusing, vertigo,nyeri, rasa penuh pada telingga
B4(bladder) : tidak ada kelainan
B5(bowel) : tidak ada kelainan
B6(bone&muskuluskeletal) : malaise, aktivitas terbatas, suhu meningkat

II. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telingatengah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan
7. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
8. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya pendengaran.

III. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri b.d Tujuan : 1. Kaji nyeri, 1. untuk mengukur tingkat/kualitas
proses Pasien lokasi,karasteristik, mulai nyeri guna intervensi selanjutnya
peradangan mengambarkan timbul, frekuensi dan 2. pengalihan perhatian dapat
nyeri dalam intensitas, gunakan tingkat mengurangi nyeri
keadan ukuran nyeri 3. Posisi yang nyaman dapat
minimal atau 2. Ajarkan dan bantu dengan membantu mengurangi tingkat
tidak ada nyeri alternative teknik nyeri.
pengurangan nyeri 4. analgesic dapat mengurangi nyeri.
(misalnya imajinasi,
musik, relaksasi)
3. Ubah posisi setiap 2
sampai 4 jam
4. Berikan analgesik jika
dipesankan
2 Gangguan Tujuan : Klien 1. Kaji tingkat gangguan 1. untuk mengukur tingkat
sensori / memperlihatka persepsi pendengaran pendengaran pasien guna
persepsi n persepsi klien intervensi selanjutnya
berhubunga pendengaran 2. Berbicara pada bagian sisi 2. berbicara pada bagian sisi telinga
n dengan yang baik telinga yang baik yang baik dapat membatu klien
kerusakan 3. Bersihkan bagian telinga dalam proses komunikasi
pada telinga yang kotor 3. telinga yang bersih dapat
tengah 4. Kolaborasi dengan dokter membantu dalam proses
dengan tindakan pendengaran yang baik
pembedahan 4. tindakan pembedahan dapat
membatu klien memperoleh
pendengaran yang baik
3 Intoleransi Tujuan : klien 1. Kaji tingkat intoleransi 1. Untuk mengetahui tingkat
aktifitas dapat klien aktivitas klien guna intervensi
berhubunga melakukan 2. Bantu klien untuk selanjutnya
n dengan aktivitas melakukan aktifitas 2. Bantuan terhadap aktifitas klien
nyeri dengan baik sehari-hari dapat mempermudah pemenuhan
3. Anjurkan klien untuk kebutuhan klien
melakukan aktivitas yang 3. Aktivitas yang ringan dapat
ringan membantu mengurangi energy
4. Libatkan keluarga untuk yang keluar
proses perawatan dan 4. Keluarga memiliki peranan
aktivitas klien penting dalam aktifitas sehari-hari
5. Ajurkan klien untuk klien selama perawatan
istirahat yang cukup 5. Istirahat yang cukup dapat
mebantu meminimalkan
pengeluaran energy.

IV. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan
menyesuaikan terhadap kondisi klien.
V. Evaluasi
1. Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
2. Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
3. Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
4. Pola koping klien adekuat
5. Klien dapat mengeti dengan penyakitnya
6. Klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainanterletak antara
meatus akustikus eksterna sampai dengana tulangpendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi
ini biasanya dapatditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan ataudengan suatu
tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural hearing-loss)
dimana letak kelainan mulai dari organ korti di kokleasampai dengan pusat pendengaran di
otak. Tuli persepsi inibiasanya sulit dalam pengobatannya.Apabila tuli konduksi dan tuli
persepsi timbul bersamaan,disebut tuli campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan
pemeriksaanpendengaran.
B. Saran
Untuk mencgah terjadinya tuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :
1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.
2. Hindari diet yang berlemak.Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang
berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekuranganvitamin dan insufisiensi
kardiovaskular juga harus segera diobati.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit THT,
FK UNAIR. Surabaya.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.

Soetirto, Indro.2003. Tuli Akibat Bising dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Ed.3 Editor: H. Efiaty A.Soepardi dkk. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai