Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium melapisi
kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam
kandung kemih. Infeksi kandung kemih menunjukkan adanya invasi mikroorganisme dalam
kandung kemih, dapat mengenai laki-laki maupun perempuan semua umur yang ditunjukkan
dengan adanya bakteri didalam urin disebut bakteriuria (Agus, T., 2001).
Infeksi ini ditemukan pada semua umur, pria dan wanita mulai bayi baru lahir hingga orang
tua. Wanita lebih sering mengalami sistitis dibanding pria. Kejadian sistitis rata-rata 9.3% pada
wanita diatas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun (Smyth & OConnell, 1998). Sistitis
pada neonatus banyak terdapat pada laki-laki (2,7%) dibanding bayi perempuan (0,7%). Insidensi
sistitis menjadi terbalik seiring bertambahnya usia, yaitu pada masa sekolah sistitis pada anak
perempuan sekitar 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insidensi sistitis pada usia remaja wanita
meningkat 3,3-5,8% yang akan terus meningkat insidensinya pada usia lanjut (Purnomo, 2003).
Morbiditas dan mortalitas sistitis paling banyak terjadi pada pasien usia kurang dari satu tahun dan
usia lebih dari 65 tahun.

II. Tujuan umum


Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas dan
memahami tentang sistitis secara menyeluruh.
III. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistitis
2. Mengetahui etiologi atau penyebab sistitis
3. Mengetahui patofisiologi sistitis
4. Mengetahui tanda dan gejala sistitis
5. Mengetahui cara pencegahan sistitis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang sistitis
7. Mengetahui penata laksanaan sistitis
8. Mengetahui askep sistitis

pg. 1
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN CYSTITIS

I. Pengertian
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden
dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih.
Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop. (Brunner & Suddarth, 2002).
Sistitis atau radang kandung kemih lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria, karna
dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram-gram negatif dapat sampai
ke kandung kemih selama bersetubuh, trauma uretra, atau karena kurang higienis. Biasanya
organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu berkemih (miksi). Pada pria, sekret prostat memiliki sifat
antybacterial. (dr jon tambayong,2000)
Jadi sistitis adalah infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam kandung kemih yang sering terjadi pada wanita tetapi tidak menutup
kemungkinan terjadi juga pada laki-laki.

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;


1. Cystitis primer;
Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit
lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder;
Merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis.

pg. 2
II. Etiologi
Sistitis disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, terbanyak
adalah bakteri. Bakteri gram negatif yang sering dilaporkan sebagai penyebab
tersering ISK adalah Escherichia coli. Akhir-akhir ini bakteri gram positif
ternyata mulai menunjukkan peningkatan kecenderungan sebagai penyebab ISK,
antara lain Staphylococcus aureusdan Staphylococcus saprophyticus(Anwar,
2008). Penyebab lain meskipun jarang ditemukan adalah jamur, virus, parasit.
Berdasar hasil pemeriksaan biakan urin, penyebab sistitis terbanyak adalah bakteri
gram negatif aerob yang biasa ditemukan di saluran pencernaan
(Enterobacteriaceae), dan jarang disebabkan bakteri anaerob (Baron et al, 1994).

1. Sangat mungkin sebabnya dari diri anda pribadi ,misalnya :anda sering kali menahan kencing
/ buang air kecil.
2. Buang air kecil tidak memperhatikan segi kesehatan ,sehingga air seni yang tersisa menjadi
sumber infeksi. Itulah gunanya mengerikan dengan tissue.
3. Bagi Wanita ,arah membersihkan sehabis buang air BESAR (BAB) juga sering menjadi
awal masalah.Pasalnya adalah bila arah anda membilas dari dubur kedepan ,maka kuman-
kuman yang ada pada dubur masuk ke saluran kem
4. Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli.
5. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
6. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi
rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli
atau obstruksi.
7. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus
terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering
disebabkan karena infeksi E.coli.
8. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine
sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena
infeksi dari usus.

pg. 3
9. Perempuan cenderung lebih mudah infeksi karena uretra lebih pendek dari pria dan lebih
dekat pada anus. Orang tua (khususnya dalam perawatan rumah) dan orang-orang dengan
diabetes juga lebih mudah UTI.
10. Pada anak laki-laki, mereka adalah yang paling sering sebelum ulang tahun pertama. Pada
anak perempuan, UTI yang paling sering di sekitar usia 3 tahun pada saat pelatihan toilet.
11. Cystitis pada anak-anak dapat terjadi oleh karena abnormal dalam urinary tract (saluran
kencing ). Oleh karena itu, anak-anak dengan cystitis, khususnya di bawah usia 5, perlu
tindak lanjut khusus untuk mencegah kerusakan ginjal nantinya.

III. Patofisiologi dan WOC


Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan
oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara
hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat
bilateral maupun unilateral.

Cystitis terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke
uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus
urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.

Bakteri dari vagina bisa berpindah dari uretra ke kandung kemih.Wanita sering menderita
infeksi kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra
mengalami cedera pada saat melakukan hubungan seksual.

Kadang infeksi kandung kemih berulang pada wanita terjadi karena adanya hubungan
abnormal antara kandung kemih dan vagina (fistula vesikovaginal).
Infeksi kandung kemih jarang terjadi pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang
bergerak menuju prostat lalu ke kandung kemih.Selain itu, infeksi kandung kemih bisa terjadi

pg. 4
akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama pembedahan.Penyebab tersering dari
infeksi kandung kemih berulang pada pria adalah infeksi prostat karena bakteri yang bersifat
menetap. Antibiotik dengan segera akan melenyapkan bakteri dari air kemih di dalam kandung
kemih, tetapi antibiotik tidak dapat menembus prostat dengan baik sehingga tidak dapat
meredakan infeksi di dalam prostat. Karena itu, jika pemakaian antibiotik dihentikan, maka bakteri
yang berada di dalam prostat akan cenderung kembali menginfeksi kandung kemih.
Hubungan abnormal antara kandung kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang
menyebabkan bakteri pembentuk gas masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih.
Infeksi ini bisa menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung udara di dalam air kemih
(pneumaturia).
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila
bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran
kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering
menyebabkan cystitis adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
ISK ini adalah radang Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang
biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis.
Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka
saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak
diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal
dengan istilah pyelonephritis.
Pasu-ginjal (pyelitis) dan pyelobephiritis dan prostatitis, dimana jaringan-jaringan organ
terkena infeksi. Kombinasi dari infeksi dan obstruksi saluran kemih dapat menimbulkan dengan
cepat kerusakan ginjal serius. Keadaan ini merupakan penyebab penting terjadinya keracunan
(septicaemia) oleh kuman-kuman gram negative, yang dapat membahayakan jiwa.

pg. 5
pg. 6
IV. Manifestasi klinis
a. Menyengat atau terbakar saat Anda buang air kecil.
b. Melewati hanya sejumlah kecil urin atau jumlah urin yang keluar sedikit
c. Dorongan untuk buang air kecil lebih sering.
d. Merasa bahwa kandung kemih masih penuh setelah buang air.
e. Urin bau, keruh, gelap atau berdarah
f. Nyeri rendah turun di perut.
g. Merasa tidak enak badan dengan mual, demam dan sakit kepala.
h. urgency, nyeri perut dan kencing yang berbau
i. peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nocturnal
j. Disuria karena epitelium yang meradang tertekan
k. Hematuria
l. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

V. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari cystitis adalah :

1. Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine
2. Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 10 hari
3. Atropine untuk meringankan kejang otot
4. Fenazopridin untuk mengurangi nyeri
5. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di
larutkan dalam air
6. Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan struktur
7. Penatalaksanaan pada cystitis tipe noninfeksi :
8. Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari
9. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan
setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang
10. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
11. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon

pg. 7
12. Istirahat dan nutrisi adekuat

13. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

14. Gunakan pelumas saat berhubungan seks. Jika Anda mampu, cobalah untuk

15. Menghindari menggunakan spermisida dan diafragma. Anda dapat mendiskusikan lainnya
bentuk kontrasepsi dengan dokter Anda.

16. Buang air segera setelah berhubungan seks.

17. Kenakan pakaian katun dan menghindari sintetis atau ketat


pakaian seperti jeans atau stoking.

18. Hindari menggunakan sabun atau produk wangi pada alat kelamin Anda.

19. Jus cranberry / kapsul membantu mencegah infeksi jika diambil


sehari-hari (mereka berhenti bakteri menempel pada dinding kandung kemih).
Katakan kepada dokter Anda jika Anda mengambil suplemen cranberry sebagai
mereka mungkin mengganggu beberapa antibiotik.

20. Selalu gunakan kondom jika berhubungan seks anal dan menghapusnya sebelum
untuk senggama, untuk mencegah bakteri dari anus Anda
memasuki vagina dan uretra.

pg. 8
Penatalaksanaan medis :

1. Terapi obat

a. Quinolones norfloxacin (noroxin) : 400 mg di minum PO x 3 , 7.


Saat mengkonsumsi obat ini dihindari meminum kopi atau yang mengandung kafein
karna obat ini memperpanjang umur cafein
b. Ciprofloxacin (cipro) : 250 mg di minum PO x 3 , 7 atau 10 hari.
Saat mengkonsumsi obat ini hindari antacid yang mengandung aluminium dan
magnesium karna Aluminium dan magnesium bertentangan dengan penyerapan obat.
c. Nitrofuration (Macrodantin, Nephronex, Novofuran)
d. Trimetroprim / sulfamethoxazole (bactrim, Septra, Apo-Sulfatrim roubac)
Sediakan masukan cairan yang cukup dan menghindari asam ascorbich dan ammonium
klorit, yang akan mengasamkan urine, karena Sulfa mempunyai kecenderungan untuk
mengkristal, terutama pada keasaman atau konsentrasi urin
e. Amoxicillin / asam clavulanich (augmentin, clavulin)
f. Phenazopyridine (pyridium, phenzo, pyronium)
g. Pivmecillinam harus digunakan dengan hati-hati untuk
cystitis

VI. Pemeriksaan diagnostik


a. Pemeriksaan urine lengkap
b. Pemeriksaan USG abdomen
c. Tes umumnya termasuk mengambil sampel air seni.
d. Urinalysis umumnya menyatakan nitrates, sel darah putih, dan sel darah merah. Lihat
juga: RBC - urine

Contoh air seni catheterized boleh dilakukan untuk menentukan jenis bakteri dalam air seni
dan antibiotik yang sesuai untuk perawatan.

pg. 9
Beberapa Pemeriksaan Laboratorium untuk mendiagnosis sistitis adalah urinalisis,
bakteriologis, uji biokimiawi dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan urin (urinalisis) dan
pemeriksaan kimia urin merupakan pemeriksaan urin yang paling sering diminta oleh klinisi
untuk mendiagnosis sistitis. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dasawarsa terakhir ini
merupakan pemeriksaan yang sering digunakan sebagai pilihan penunjang diagnostik pada
beberapa kasus yang berhubungan dengan sistitis.Pemeriksaan nitrit urin sering digunakan
sebagai alternatif dari pemeriksaan kultur urin. Pemeriksaan ini berdasarkan kenyataan bahwa
sebagian besar bakteri penyebab sistitis dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Pemeriksaan nitrit merupakan metode diagnostik yang sederhana dan cepat. Pasien yang
dicurigai sistitis diambil sampel urinnya untuk dilakukan pemeriksaan nitrit dengan dipstick
test. Adanya perubahan warna menunjukkan hasil tes positif

Pemeriksaan USG kandung kemih yang sudah dilakukan, diantaranya pengukuran tebal
dinding kandung kemih untuk kasus yang berhubungan dengan kelainan pada kandung
kemih. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara tebal dinding
kandung kemih (bladder wall thickness) dengan beberapa kelainan. Kelainan tersebut
diantaranya bladder dysfucntionkarena neurogenic bladderpada muskulus detrussor, obstruksi
di luar kandung kemih akibat massa atau infiltrasi massa ke dinding kandung kemih dari
organ disekitarnya atau pembesaran prostat, kelainan kongenital dan beberapa kasus infeksi
pada kandung kemih (Kelly, C., 2005; Jecquier, S., 1987).

Pemeriksaan USG dapat mengidentifikasi proses infeksi karena pada pemeriksaan USG
dapat jelas terlihat adanya perbedaan echostruktur mukosa dengan echostruktur muskulus
detrussor. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan karena mudah dilakukan,
relatif murah, tersedia hampir disemua pelayanan kesehatan, non invasif dan bebas radiasi
sehingga aman dilakukan pada anak, wanita hamil maupun penderita yang mobilitasnya
terbatas.

pg. 10
VII. Pencegahan
1. Jangan douche atau menggunakan produk serupa feminine kebersihan.
2. Jangan minum cairan yang mengganggu di kandung kemih, seperti alkohol dan kafein.
3. Drink cranberry juice atau menggunakan cranberi tablet, tetapi jika anda tidak memiliki
riwayat pribadi atau keluarga dari batu ginjal.
4. Minum banyak .
5. Anda tetap bersih genital area.
6. Kencing setelah kumpul.
7. Memakai kain undergarments.
8. Usap dari depan ke belakang.
9. Penggunaan antibiotik dosis rendah setiap hari mungkin disarankan untuk mencegah UTI
jika anda sering mendapatkan infeksi.

10. Perbanyak minum. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air
putih sehari).
11. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur
tidak masuk ke dalam saluran kemih.
12. Periksakan air seni secara rutin selama kehamilan.
13. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil

VIII. Komplikasi

o Kronis atau berulang urinary tract infection - didefinisikan sebagai setidaknya dua
infeksi dalam 6 bulan atau setidaknya tiga kali dalam 1 tahun
o Infeksi ginjal
o UT

pg. 11
IX Asuhan Keperawatan Sistitis
1. Pengkajian
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien

2) Identitas penanggung

Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih

2) Riwayat pernah menderita batu ginjal

3) Riwayat penyakit DM, jantung.

Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih

2) Inspeksi daerah meatus

a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine

b) Pengkajian pada costovertebrali

Riwayat psikososial :
1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

2) Persepsi terhadap kondisi penyakit

3) Mekanisme kopin dan system pendukun

Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga


1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit

2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan

pg. 12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dipredisikan dan berlangsung < 6 bulan.

Batasan Karakteristik

Perubahan selera makan


Perubahan tekanan darah
Perubhan frekunsi jantung
Perubahan frekuensi nafa
Laporan isyarat
Diaphoresis
Perilaku distraksi (mis: berjalan mondar-mandir, mencari orang lain dan/ atau aktivitas
lain, aktivitas yang berulang)
Mengekspresikan perilaku (mis : gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas,
mendesah)
Masker wajah (mis: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu focus, meringis
sikap melindungi area nyeri
focus menyempit (mis: gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur

pg. 13
b. Hipertermi
Definisi : Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentangnormalnya.

Batasan Karakteristik

Mual
Kulit memerah
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
Frekuensi napas meningkat
Kejang/konvulsi
(Kulit) hangat bila di sentuh
Takikardi

Faktor yang berhubungan

Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak layak
Kecepatan metabolisme meningkat
Pengobatan/anastesi
Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
Aktivitas yang berlebihan

pg. 14
c.Gangguan Eliminasi Urine
Defenisi : Disfungsi pada eliminasi urine

Batasan Karakteristik

Disuria
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Inkontinensia
Nokturia
Retens

Faktor Yang Berhubungan

Obstruksi anatomic
Penyebab multipel
Gangguan sensori motorik
Infeksi saluran kemih

pg. 15
c. Defisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.

Batasan Karakteristik

Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
Ketidakdaruratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah

Faktor Yang Berhubungan

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi

pg. 16
3. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1400. Pain management


keperawatan selama . x 24
Defenisi : Pengalaman sensori dan Aktivitas keperawatan:
jam klien akan:
emosional yang tidak menyenangkan
1. Lakukan pengkajian nyeri
yang muncul akibat kerusakan jaringan 2102. Pain Level
secara komprehensif
yang actual atau potensial atau
1605. Pain control termasuk lokasi,
digambarkan dalam hal kerusakan
karakteristik, durasi,
sedemikian rupa (International for the 2101. Pain : Disruptive
frekuensi, kualitas dan
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba Effects, yang dibuktikan
faktor presipitasi
atau lambat dari intensitas ringan dengan indikator sebagai
2. Observasi reaksi nonverbal
hingga berat dengan akhir yang dapat berikut:
dari ketidaknyamanan
diantisipasi atau dipredisikan dan
(1-5 = tidak pernah, jarang, 3. Gunakan teknik
berlangsung <6 bulan.
kadang-kadang, sering, atau komunikasi terapeutik
Batasan Karakteristik selalu) untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Perubahan selera makan Kriteria Hasil : 4. Kaji kultur yang
Perubahan tekan darah
mempengaruhi respon
Perubahan frekuensi jantung Mampu mengontrol
nyeri
Perubahan frekuensi pernapasan nyeri (tahu penyebab nyeri,
5. Evaluasi pengalaman nyeri
Laporan isyarat mampu menggunakan tehnik
masa lampau
Diaphoresis nonfarmakologi untuk
6. Evaluasi bersama pasien
Perilaku distraksi (mis: berjalan mengurangi nyeri, mencari
dan tim kesehatan lain
mondar-mandir, mencari orang lain bantuan)
tentang ketidakefektifan
dan/ atau aktivitas lain, aktivitas
kontrol nyeri masa lampau
yang berulang)
7. Bantu pasien dan keluarga
Mengekspresikan perilaku (mis :
untuk mencari dan

pg. 17
gelisah, merengek, menangis, Melaporkan bahwa nyeri menemukan dukungan
waspada, iritabilitas, mendesah) berkurang dengan 8. Kontrol lingkungan yang
Masker wajah (mis: mata kurang menggunakan manajemen dapat mempengaruhi nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan nyeri seperti suhu ruangan,
mata berpencar atau tetap pada satu pencahayaan dan
Mampu mengenali nyeri
focus, meringis) kebisingan
(skala, intensitas, frekuensi
Sikap melindungi area nyeri 9. Kurangi faktor presipitasi
dan tanda nyeri)
Focus menyempit (mis: gangguan nyeri
persepsi nyeri, hambatan proses Menyatakan rasa nyaman 10. Pilih dan lakukan
berpikir, penurunan interaksi dengan setelah nyeri berkurang penanganan nyeri
orang dan lingkungan) (farmakologi, non
Indikasi nyeri yang dapat diamati Tanda vital dalam rentang farmakologi dan inter
Perubahan posisi untuk menghindari normal personal)
nyeri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
Sikap tubuh melindungi untuk menentukan
Dilatasi pupil intervensi
Melaporkan nyeri secara verbal 12. Ajarkan tentang teknik
Focus pada diri sendiri non farmakologi
Gangguan tidur 13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
Faktor Yang Berhubungan :
kontrol nyeri

Agen cedera (mis., biologis, zat 15. Tingkatkan istirahat

kimia, fisik, psikologis) 16. Kolaborasikan dengan


dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri

pg. 18
2210.Analgegesic
Administrasion

Aktivitas keperawatan:

1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri

pg. 19
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 3740. Fever Treatment


keperawatan selama . x 24
Definisi : Keadaan suhu tubuh Aktivitas keperawatan:
jam klien akan:
seseorang yang meningkat di atas
1. Monitor suhu sesering
rentang normalnya. 0800.
mungkin
Thermoregulation, yang
Batasan Karakteristik : 2. Monitor IWL
dibuktikan dengan indikator
3. Monitor warna dan suhu
Mual sebagai berikut:
kulit
Kulit memerah
(1-5 = tidak pernah, jarang, 4. Monitor tekanan darah,
Suhu tubuh meningkat di atas
kadang-kadang, sering, atau nadi dan RR
rentang normal
selalu) 5. Monitor penurunan tingkat
Frekuensi napas meningkat
kesadaran
Kejang/konvulsi Kriteria Hasil :
6. Monitor WBC, Hb, dan
(Kulit) hangat bila di sentuh
Suhu tubuh dalam rentang Hct
Takikardi
normal 7. Monitor intake dan output
8. Berikan anti piretik
Nadi dan RR dalam 9. Berikan pengobatan untuk
rentang norma mengatasi penyebab
demam
Tidak ada perubahan
10. Selimuti pasien
warna kulit dan tidak ada

pg. 20
Faktor Yang Berhubungan : pusing, merasa nyaman 11. Lakukan tapid sponge
12. Berikan cairan intravena
Dehidrasi
13. Kompres pasien pada lipat
Penyakit atau trauma
paha dan aksila
Ketidakmampuan atau menurunnya
14. Tingkatkan sirkulasi udara
kemampuan untuk berkeringat
3900. Temperature Regulation
Pakaian yang tidak layak
Kecepatan metabolisme meningkat Aktivitas keperawatan:
Pengobatan/anastesi
1. Monitor suhu minimal tiap
Terpajan pada lingkungan yang
2 jam
panas (jangka panjang)
2. Rencanakan monitoring
Aktivitas yang berlebihan
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Berikan anti piretik jika
perlu

pg. 21
6680. Vital Signs Monitoring

Aktivitas Keperawatan

1. Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
4. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
5. Monitor kualitas dari nadi
6. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor pola pernapasan
abnormal
9. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
10. Monitor sianosis perifer
11. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
12. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

pg. 22
3 Gangguan Eliminasi Urine Setelah dilakukan tindakan 0590. Urinary Elimination
keperawatan selama . x 24 Management
Defenisi : Disfungsi pada eliminasi
jam klien akan:
urine Aktivitas keperawatan:
0502. Urinary Continence
Batasan Karakteristik : 1. Lakukan pengkajian nyeri
0410. Urinary secara komprehensif
Disuria
Elimination, yang dibuktikan termasuk lokasi,
Sering berkemih
dengan indikator sebagai karakteristik, durasi,
Anyang-anyangan
berikut: frekuensi, kualitas dan
Inkontinensia
factor presipitasi
Nokturia
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Retensi
3. Gunakan
Dorongan (1-5 = tidak pernah, jarang, teknik komunikasi
kadang-kadang, sering, atau terapeutik untuk
selalu) mengetahui pengalaman
Faktor yang berhubungan:
nyeri pasien
Kriteria Hasil :
Obstruksi anatomic 4. Kurangai factor presipitasi
Penyebab multiple nyeri
Klien tidak mengalami
Gangguan sensori motorik 5. Pilih dan lakukan
disuria,
Infeksi saluran kemih penangan nyeri
Klien tidak mengalami (farmakologi,
nokturia, nonfarmakologi dan
interpersonal)
Klien tidak mengalami
6. Berikan analgetik untuk
inkontinensia,
mengurangi nyeri
Klien tidak mengalami 7. Evaluasi keefektifan
urgensi dan frekuensi kontrol nyeri
8. Monitor penerimaan
Klien tidak mengalami
pasien tentang manajemen
nyeri.

pg. 23
retensi

Klien dapat berkemih 4120. Fluid Management


setiap 3 jam
Aktivitas keperawatan:
Klien tidak kesulitan pada
1. Pertahankan catatan intake
saat berkemih
dan output yang akurat
Klien dapat bak dengan 2. Monitor status hidrasi (
berkemih kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan makanan
/ cairan dan hitung intake
kalori harian
5. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
8. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk

pg. 24
4 Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 5602. Teaching : Disease
keperawatan selama . x 24 Process
Definisi :
jam klien akan:
Aktivitas keperawatan:
Ketiadaan atau defisiensi informasi
1803. Kowlwdge : disease
kognitif yang berkaitan dengan topik 1. Berikan penilaian tentang
process
tertentu. tingkat pengetahuan pasien
1805. Kowledge : health tentang proses penyakit
Batasan karakteristik :
behavior, yang dibuktikan yang spesifik

Perilaku hiperbola dengan indikator sebagai 2. Gambarkan proses

Ketidakdaruratan mengikuti perintah berikut: penyakit, dengan cara

Ketidakdaruratan melakukan tes yang tepat


(1-5 = tidak pernah, jarang,
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, 3. Identifikasi kemungkinan
kadang-kadang, sering, atau
bermusuhan, agitasi, apatis) penyebab, dengna cara
selalu)
Pengungkapan masalah yang tepat
4. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
5. Diskusikan pilihan terapi
Faktor yang berhubungan : Kriteria Hasil :
atau penanganan
Keterbatasan kognitif Klien dan keluarga 6. Eksplorasi kemungkinan
Salah interpretasi informasi menyatakan pemahaman sumber atau dukungan,
Kurang pajanan tentang penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat
Kurang minat dalam belajar prognosis dan program 7. Rujuk pasien pada grup
Kurang dapat mengingat pengobatan atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
Klien dan keluarga mampu tepat
melaksanakan prosedur yang 8. Instruksikan pasien
dijelaskan secara benar mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
Klien dan keluarga mampu
pemberi perawatan
menjelaskan kembali apa
kesehatan, dengan cara

pg. 25
yang dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan lainny

4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

5. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan Sistitis adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah


2. Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
3. Klien bebas dari demam yang suhu tubuh normal (36-37C)

pg. 26
4. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedkikit-sedikit, perasaaan ingin berkemih,
menetes setelah berkemih.
5. Kultur urine menunjukan tidak ada bakteri
6. Perubahan warna urine
7. Mengerti tentang kondisi ,pemeriksaan dignostik, rencana pengobatan ,tindakan perawatan
diri preventif

BAB II1
PENUTUP
I. Kesimpulan
sistitis adalah infeksi saluran kemih yang disebabkan olehberkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam kandung kemih yang sering terjadi pada wanita tetapi tidak menutup
kemungkinan terjadi juga pada laki-laki.

Cystitis primer;
Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit
lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.

Cystitis sekunder;

pg. 27
Merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis
dan prostatitis.

II. Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pemakalah
sendiri ataupun halayak banyak .Dan dengan penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami apa saja yang bisa menyebabkan sistitis.

. DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, basuki b. 2000. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV.Infomedika.

Tambayong,jon.2000.Patofisiologi Untuk Keperawatan..Jakarta:Buku Kedokteran.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah volume 1.Jakarta :
EGC.

Ignatavicius, donna, dkk. 1991. Medical Surgical Nursing. United State of America.

Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi 3. Jakarta : Balai penerbit
FKUI.

pg. 28
Kahlmeter G. An international survey of the antimicrobial susceptibility of pathogens
from uncomplicated urinary tract infections: the ECO.SENS Project. J Antimicrob Chemother
2003.
Zhanel GG, Hisanaga TL, Laing NM, et al. Antibiotic resistance in Escherichia coli
outpatient urinary isolates: final results from the North American Urinary Tract Infection
Collaborative Alliance (NAUTICA). Int J Antimicrob Agents 2006.
Sandler GG, Sandler A. Patient to Patient: Managing Interstitial Cystitis & Overlapping
Conditions. New Orleans, LA: Bon Ange LLC; 2000.

pg. 29

Anda mungkin juga menyukai