Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN : ISOLASI SOSIAL

I. MASALAH UTAMA
ISOLASI SOSIAL
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

B. Manifestasi Klinis
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindari orang lain (menyendiri) (klien nampak memisahkan
diri dari orang lain, misalnya pada saat makan)
3. Komunikasi kurang / tidak ada (Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat)
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk
5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah (Klien kurang mobilitasnya)
6. Menolak berhubungan dengan orang lain (Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap)

1
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan

C. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah
kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua
yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba
tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah
,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,
tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.

2. Faktor Presipitasi
Faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga faktor
dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah
dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 1995).

RENTANG RESPON ISOLASI SOSIAL


Respon Adaptif Respon Maladaptif
- Menyendiri - Merasa - Menarik diri
- Otonomi sendiri - Ketergantun
- Bekerja sama - Depende gan
- Interdependen nsi - Manipulasi

2
- Curiga - Curiga

D. Pohon Masalah

E. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi social: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1: Isolasi sosial
a. Tujuan Umum:
Isolasi sosial: menarik diri tidak tejadi lagi
b. Tujuan Khusus: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social
3. Berinteraksi dengan orang lain

3
c. Tindakan
1. Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling
percaya, adalah :
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan
pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama
pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai
berikut :
Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan
orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
4. Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
Dilakukan dengan cara:
Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien

4
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien,
perawat atau keluarga)
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus
agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
Tindakan Keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah,
dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.

5
Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.

4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien


Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan

6
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan

Diagnosa 3: Gangguan persepsi sensori : halusinasi


1. Tujuan umum :
Perilaku halusinasi tidak terjadi lagi
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi :
Klien mau membalas salam
Klien mau berjabat tangan
Kllien mau menyebut nama
Klien mau tersenyum
Klien ada kontak mata
Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Tindakan :
Beri salam dan panggil nama klien
Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan kontrak yang akan dibuat
Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
Lakukan kontak singkat tetapi sering
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b.Klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi.
Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Tindakan :
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.

7
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri/ kekanan/ kedepan
seolah- olah ada teman bicara.
Bantu klien mengenal halusinasinya.
1) Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang didengar.
2) Jika klien menjawab “ya” lanjutkan apa yang dikatakan.
3) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
namun perawat tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau menghakimi).
4) Katakan bahwa klien lain juga seperti klien.
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Diskusikan dengan klien tentang :
1) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi.
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore
dan malam atau jika sendiri, jengkel atau sedih).
Diskusikan apa yang dirasakan klien jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasananya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk
mengndalikan halusinasinya.
Klien dapat menyebutkan cara baru.
Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien.
Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Tindakan :

8
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain- lain).
Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian.
Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi
:
1) Katakan : “Saya tidak mau dengar kamu” (pada saat halusinasi
terjadi).
2) Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk
bercakap- cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
3) Membuat jadwal kegiatan sehari- hari agar halusinasi tidak sampai
muncul.
4) Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika tampak bicara
sendiri.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap.
Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.

d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.


Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasinya.
Tindakan :
Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami
halusinasi.
Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat
kunjungan rumah).
1) Gejala halusinasi.

9
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasinya dirumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
4) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
: halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain.
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek
samping obat.
Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.
Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
Anjurkan klien bicara sendiri dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
Diskusikan akibat berhenti obat- obat tanpa konsultasi.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

A. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
 Obat anti psikosis : Penotizin
 Obat anti depresi : Amitripilin
 Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
 Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
a. Terapi keluarga

10
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian

1. BHSP
2. Jangan memancing emosi klien
3. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4. Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
5. Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
b. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau


aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.

c. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan


kesadaran pasien.

11
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social: menarik diri

B. Tujuan Khusus
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social
3. Berinteraksi dengan orang lain

C. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengenal penyebab isolasi social, membantu klien
mangenal keuntungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, mengajarkan klien berkenalan.
SP 2 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap
berkenalan dengan orang pertama (perawat)
SP 3 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap
berkenalan dengan orang kedua (pasien lain)
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang masalah
isolasi social dan cara merawat klien dengan isolasi social.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien
dengan masalah isolasi social.
SP 3 Keluarga : Membantu perencanaan pulang bersama keluarga.

12
D. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien
mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan
pasien berkenalan.
1. Orientasi
“Assalamualaikum…”
“Bagaimana kabarnya hari ini mba ?. Sehat ya …Mba, perkenalkan nama
saya V, saya biasa di panggil suster vita. Saya perawat yang bertugas
pada pagi hari ini dari pukul 07.00 – 14.00 nanti ya. Selama mba di
sisni saya yang akan merawat mba. Kalau boleh tau nama mba siapa ?
senang di panggil siapa ?.oohhh mba B ya ..Mba, coba lihat kea rah
saya. Nah …begitu.”
“Saya lihat dari tadi mba sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang
lain ?. Mba sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?.
Apa yang mba rasakan ?. Mba kesepian ? Kalau begitu bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang mengenal orang lain ? Tujuannya
supaya mba tidak sendirian terus, tidak kesepian lagi. Bagaimana mba
mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di
ruang tamu saja ?. Mba mau berapa lama kita akan bercakap-cakap?
10 menit saja ya ..”

2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


“ Tadi mba bilang, mba merasa kesepian, lalu sewaktu di rumah mba
tinggal dengan siapa ? Siapa orang tersekat mba? Lalu orang yang
mba ajak bicara siapa ? Kenapa mba tidak mau berbicara dengan

13
mereka ? Apakah mereka pernah berbuat salah dengan mba ? Kalau
begitu mengapa mba menjauhi mereka ?.”
“Lalu apa keseharian mba selama di rumah ? Menurut mba apa keuntungan
mempunyai banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi
tidak kesepian lagi, ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah
kita. Nah kalau begitu kerugiannya apa mba ? Iya …benar. Jadi
seperti yang mba sebutkan tadi ternyata banyak juga ya kerugian
kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu mba mau kan
mempunyai benyak teman ?.”
“Baik, sekarang saya akan mengajarkan mba cara berkenalan yang benar.
Pertama, kita harus bersalaman dengan orang yang diajak
berkenalan. Ayo mba ulurkaan tangannya. Kemudian tatap wajah
orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya sebutkan nama, nama
panggilan, asal,dan hobi. Nama saya V, saya senang dipanggil vita,
asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita harus
menyebutkannya dengan jelas.Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama
orang yang diajak bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan
hobinya. Seperti ini: nama kamu siapa? Kamu senang dipanggil
siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu apa?.Seperti itu
ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya mba
kelihatan manis, ya ?”
“Coba mba berkenalan dengan susuter, misalnya mba B belum kenal dengan
suster. Ya, benar seperti itu. Mba pintar sekali.Setelah mba B
berkenalan dengan orang lain, mba bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan. Seperti keluarga, teman atau yang
lainnya”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan mba B setelah kita belajar berkenalan ? oia mba,
mba masih ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu
kerugiannya apa?. Kalau begitu coba sekarang mba B ulangi lagi cara

14
berkenalan yang seperti saya ajarkan tadi.Wahh …mba B sudah bisa
ya.”
“Mba B besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak mba
berkenalan dengan teman saya, perawat di ruang mawar sana. Jam 10
ya mba ? Baik, besok jam 10 saya akan mengenalkan mba ke perawat
yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit, kalau begitu sampai jumpa
besok ya?. Assalamualaikum”

SP 2 Klien :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara


bertahap berkenalan dengan orang pertama (perawat)

1. Orientasi
“Assalammualaikum B! ”
“Bagaimana perasaan B hari ini?
« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan
lagi sambil bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, B masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan
mengajak B mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak
lama kok, sekitar 5 menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


« Selamat pagi perawat N, ini ada yang ingin berkenalan dengan
anda »
« Baiklah B, B bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita
praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N :
memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan
seterusnya)
« Ada lagi yang B ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan
tentang keluarga perawat N »

15
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, B bisa sudahi perkenalan
ini. Lalu B bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya
jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena B sudah selesai berkenalan, saya dan B
akan kembali ke ruangan B. Selamat pagi »

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah B lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. B juga dapat berkenalan
dengan perawat lain yang ada di sini. Mari kita masukkan pada jadwal
harian B. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti B
coba sendiri. Besok suster akan mengajak B berkenalan dengan pasien-
pasien lain yang ada di sini. B mau kan ?. B, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya B.Assalamualaikum ”

16
DAFTAR PUSTAKA

Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,


Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia..
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Alih bahasa:
Hafid. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai