Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Di antara ke empat organ tersebut, ginjal adalah organ yang paling
penting. Ginjal berfungsi menyaring sampah dari saluran darah, mengatur
keseimbangan cairan, dan memproduksi beberapa hormon. Ureter
berfungsi mengalirkan cairan hasil penyaringan ginjal ke kandung kemih
untuk disimpan semantara dan bila kandung kemih telah penuh maka akan
dikeluarkan keluar melalui uretra. Gangguan pada system urinaria yang
umum terjadi yaitu sistitis (chystitis), hematuria, gromeluronefritis, batu
ginjal, dan gagal ginjal. Chystitis merupakan inflamasi kandung kemih
yang lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pada pria, dan juga
sering disertai dengan dysuria urgency atau demam ringan. Bagi kaum
wanita, radang selaput lendir kandung kemih dapat terjadi satu atau dua
hari sesudah bersenggama. Peradangan pada kandung kemih juga dapat
terjadi karena terjadinya peradangan pada pada ginjal. Bagi kaum pria,
jenis penyakit ini ada hubungannya dengan peradangan pada ginjal atau
prostat. Sesuatu yang menghalangi mengalirnya air kencing sehingga
menyebabkan tertinggalnya air kencing didalam kandung kemih dapat
mengakibatkan peradangan. Peradangan selaput lendir kandung kemih
atau chystitis dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa zat asam di dalam tubuh
yang muncul karena makan daging, zat asam oxalat dari bayam, atau sisa-
sisa makanan berkanji lainnya (Nainggolan, 2006).
Kekambuhan meskipun penanganan infeksi saluran kamih khususnya
chystitis selama 3 hari biasanya adekuat pada wanita, tetapi kambuhnya
infeksi pada 20% wanita yang mendapat penanganan untuk infeksi saluran
kemih non komplikasi (Suhartono dkk, 2008). Chystitis merupakan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi
pada wanita. Pada populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar 1-3% pada
anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring
dengan peningkatan aktivitas seksual pada dewasa.
ISK sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun. Sedangkan pada
populasi pria, ISK akut terjadi pada usia-usia pertama kehidupan dan ISK
jarang ditemukan padapasien di bawah usia 50 tahun. Wanita lebih sering
mngalami sistitis dari pada pria dikarenakan uretra wanita lebih pendek
dibandingkan dengan uretra pria. Selain itu juga getah pada cairan prostat
pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi
saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat
berupa sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi
klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom
uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis. Sedangkan
ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epididimitis, dan
uretriti (Benson & Pernoll, 2009).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuannya adalah untuk mengetahui konsep teori chystitis dan asuhan
keperawatan yang tepat.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian chystitis.
2. Mengetahui etiologi chystitis.
3. Mengetahui faktor presdisposisi chystitis.
4. Mengetahui patofisiologi chystitis.
5. Mengetahui tanda dan gejala chystitis.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang chystitis.
7. Mengetahui pathway chystitis.
8. Mengetahui pengkajian chystitis.
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan chystitis.
10. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
chystitis.

C. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang gambaran dari Cystitis dan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Cystitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Chystitis adalah inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh
infeksi bakteri (biasanya escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau
karena respon alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih
(Sloane, 2004). Chystitis juga merupakan inflamasi kandung kemih yang
paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra, dimana ada
aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks
uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop
(Baughman & Hackley, 2000). Menurut Tambayong (2000), chystitis atau
radang kandung kemih lebih sering terdapat pada wanita daripada pria,
karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme
gram negatif dapat sampai ke kandung kemih selama bersetubuh, trauma
uretra, atau karena kurang higienis. Biasanya organisme ini cepat
dikeluarkan sewaktu berkemih (miksi). Pada pria, sekret prostat memiliki
sifat antibakterial.
Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung
kemih, dimana akan terasa nyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing
yang tidak tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis
(chystitis) merupakan peradangan yang terjadi di kantung urinaria.
Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh
(Ferdinand & Ariebowo, 2007). Chystitis virus dan kimiawi harus
dibedakan dari chystitis bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan
hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan displastik, atau
ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan pielonefritis
kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks
vesikureter.
Chystitis heoragik akut sering kali disebabkan oleh E. Coli, telah
dihubungkan juga dengan adenovirus tipe 11 dan 21. Chystitis adenovirus
lebih sering terdapat pada laki-laki, sembuh dengan sendirinya, dan
dengan hematuria yang berlangsung kira-kira selama 4 hari. Chystitis
eosinofilik adalah bentuk jarang chystitis yang asalnya tidak jelas dan
kadang-kadang ditemukan pada anak. Gejala umumnya adalah chystitis
dengan hematuria, dilatasi ureter, dan gagalnya pengisian kandung kemih
yang disebabkan oleh masa yang secara histologis terdiri atas infiltrat
radang dengan eosinofil (Behrman dkk, 2000).
Cystitis interstisial adalah lesi yang dapat timbul dalam jenis
kelamin mana pun, tetapi lebih lazim terjadi pada wanita. Etiologi tepat
kelainan ini tidak jelas, walaupun dianggap suatu fenomena autoimun.
Pasien dengan chystitis interstisial tampil dengan diuria, frekuensi dan
berkemih yang nyeri. Secara endoskopi ada perdarahan diskrit kecil
dengan distribusi bercak-bercak. Pemeriksaan histologi lesi ini
menunjukkan perdarahan, edema, dan infiltrat limfositik (Sabiston, 1994).
Sebagian besar terjadi pada wanita perimenopause. Dapat menggambarkan
adanya defek pada epitel transisional (dengan sebab yang tidak pasti).
Chystitis interstisial yang disertai dengan stress incontinence atau
inkontinensia urgensi, harus dipastikan dengan pemeriksaan urodinamik.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan
cystitis sekunder. Cystitis primer merupakan radang yang mengenai
kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu
pada kandung kemih, divertikel atau penonjolan mukosa buli, hipertropi
prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya pembentukan
jaringan fibrotic atau jaringan parut pada uretra atau daerah urethra).
Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian
sebagai akibat dari penyakit primer misalnya urethritis atau peradangan
yang terjadi pada uretra dan prostatitis atau peradangan yang terjadi pada
prostat (Benson & Pernoll, 2009).
Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
infeksi dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan
kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui penyebabnya atau
ideopatik).

B. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negative Escheriachia Coli
yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa
kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk
proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung
jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme
ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren
dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi. Pada wanita biasanya karena bakteri-
bakteri daerah vagina ke arah uretra atau dari meatus terus naik ke
kandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang
tersering disebabkan karena infeksi E coli. Pada pria biasanya sebagai
akibat dari infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urin sisa
(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder)
atau karena infeksi dari usus. Jalur infeksi :
Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih
sering
1. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit
ini lebih sering ditemukan pada wanita.
2. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk ke
kandung kemih.
3. Penyebaran infeksi secara local dari organ lain dapat mengenai
kandung kemih, misalnya appendiksitis.
4. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Jalur utama infeksi yang terjadi pada sistitis adalah ascending melalui
periurethral atau vaginal dan flora pada tinja. Mikroorganisme penyebab
utama adalah E coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang
masuk ke dalam buli-buli melalui uretra. Selain akibat infeksi. inflamasi
pada buli-buli juga disebabkan oleh bahan kimia, seperti deodorant,
detergent, atau obat-obatan yangdimasukkan intravesika untuk terapi
kanker buli-buli (siklofosfamid). Sistitis disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke
dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sitoskopi
(Sloane, 2004).
Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber
(1994), yaitu :
1. Infeksi
a. Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coli yang secara
normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi
yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa
menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
b. Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
c. Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit jarang terjadi.
Contohnya adalah trichomonas, parasite ini terdapat dalam
vagina, juga dapat berada dalam urin.
2. Non infeksi
a. Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya
cyclophosphamidel/cytotaxan, procycox).
b. Radio terapi.
c. Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus
Erytematous).

C. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan,


kandung kemih neurogenis, keadaan-keadaan obstruktif, dan diabetes
militus ( Tambayong, 2000). Pada umumnya factor-faktor resiko yang
berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah :

a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.


Factor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari
urethra dekat kepada rectum dan kurang proteksi sekresi prostat
dibandingkan dengan pria.
b. Abnormalitas structural dan fungsional mekanisme yang
berhubungan termasuk statis urin yang merupakan media untuk
kultur bakteri, refluks urin yang infeksi lebih tinggi pada saluran
kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik.
Contoh : striker, anomaly ketidaksempurnaan hubungan uratero
vesikalis.
c. Obstruksi
Contoh : tumor, hipertrofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic.
d. Gangguan inervasi kandung kemih
Contoh : malformasi sum-sum tulang belakang congenital, multiple
sclerosis.
e. Penyakit kronis
Contoh : gout/asam urat, DM, hipertensi, penyakit sickle cell.
f. Instrumentasi
Contoh : prosedur kateterisasi.
g. Penggunaan fenasetin secara terus-menerus dan tidak pada
tempatnya.

D. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang
secara umum disebabkan oleh bakteri gram negative yaitu Escheriachia
Coli, peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun
akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik
dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut
berkolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia
eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu
tempat diperiutenial dan masuk kekandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme
gram negative seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang
berasal dari sluran infestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra
ke kandung kemih. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir
kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari
kandung kemih atas ke ureter dank e pelvis renalis. Kapan saja terjadi
urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga
menyuburkan pertumbuhannya. Infeksi saluran kemih dapat terjadi jika
resistensi dari orang itu terganggu. Factor-faktor utama dalam
pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas jaringan dan suplai
darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan
bakteri masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Pada
kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromi bila tekanan
didalam kandung kemih meningkat sangat tinggi {Tambayong, 2000).
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme pathogen yang masuk
melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih
yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang
disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi.

Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri


E.Colli. tipikal ini berada pada saluran kencing dari urethra luar sampai
keginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga
factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah virulensi
(kemampuan untuk menimbulkan penyakit) dari organisme, ukuran dari
jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh dan keadekuatan dari
mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang
menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami
pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya
infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding
mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-el urotenial
yang mempproduksi mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan
integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi
bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain
itu pH urin yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi
urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas
mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan system urin akan
mengeluarkannya.
Bentuk anatomi saluran kencing, keduanya mencegah dan merupakan
konstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI (Urinary Tract
Infection). Urin merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi
darah pada glumerolus dari nefron ginjal, dan dianggap sebagai system
tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang
terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai
jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus
karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada
wanita didaerah tersebut diduga karena perubahan flora normal dari daerah
perineum, berkurangnya antibody normal, dan bertambahnya daya lekat
oeganisme pada sel spitel pada wanita. Cystitis lebih banyak pada wanita
dari pada laki-laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat
dengan anus. Mikroorganisme naik ke bladder pada waktu miksi karena
tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih
setelah mengeluarkan urine.
E. Pathway

Invasi mikroorganisme
(bekteri, virus)

Ke saluran kemih

Inflamasi/kerusakan TU Infeksi

Hipertermi
Pertahanan tubuh menurun

Ginjal Ureter Vesika ureterine Uretra

Penurunan sel Iritasi Iritasi Iritasi


darah merah

Ureum Nyeri pinggang


Penurunan kreatinin Daya tampung
Hb meningkat vesika urinaria
turun
Krisis
situasional
Suplai O2
Nausea
kurang
Disuria
Kurang
Anoreksia pengetahuan
Lemah Leukosit
fisik meningkat
Nyeri

Ketidakseimbangan Ansietas
Perubahan
Intoleransi Resti nutrisi kurang dari pola
aktivitas infeksi kebutuhan tubuh eliminasi

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (Cystitis) adalah nyeri yang
sering dan rasa panas ketika berkemih (disuria), spasme pada area kandung
kemih dan suprapubis, hematuria (disertai darah dalam urin), urgensi
(terdesak rasa ingin berkemih), nikturia (sering berkemih pada malam
hari), piuria (adanya sel darah putih dalam urin), dan nyeri punggung.
Secara umum tanda dan gejala cystitis adalah :
1. Disuria
2. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
3. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.
4. Urgensi ( cenderung sering pada malam hari akibat penurunan
kapasitas kandung kemih).
5. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna.
6. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan)
7. Retensi yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
8. Nyeri suprapubic.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis urin
Jika anda dicurigai mengidap infeksi kandung kemih, dokter mungkin
akan meminta sampel urin untuk menentukan apakah ada bakteri,
darah, atau nanah dalam urine anda. Jika demikian, ia dapat meminta
kultur bakteri urin
2. Cystoscopy
Selama tes ini, dokter akan menyisipkan cystoscopy ( tabung tipis
dengan cahaya dan kamera terpasang - melalui uretra ke dalam
kandung kemih untuk melihat saluran kemih anda dan mencari tanda-
tanda penyakit).
3. Pencitraan
Tes pencitraan biasanya tidak diperlukan, tetapi dalam beberapa kasus
terutama ketika tidak ada bukti infeksi ditemukan, pencitraan dapat
membantu. Misalnya, X-ray atau USG dapat membantu dokter
menemukan penyebab potensial lain dari peradangan kandung kemih,
seperti tumor atau kelainan struktural.

H. Komplikasi Cystitis
Jika diabaikan atau tidak ditangani secara benar, penyakit cystitis berisiko
menimbulkan komplikasi. Contoh komplikasi yang dapat timbul akibat
penyakit ini adalah :
1. Perdarahan saluran kemih (hematuria).
2. Infeksi ginjal (pyelonephritis).

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemberian antimicrobial dan analgesic.
2. DIIT
Peningkatan asupan cairan 3000-4000 cc.
3. Aktivitas
Pembatasan aktivitas selama fase akut, bantu, dan dorong klien untuk
mengosongkan bladder secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai