Oleh :
1. ACHMAD SUCIPTO
2. AGNES SARI PERMANA
3. DEDEH ROSITA
4. EKA RIZKY SETIAWAN
5. ELSA AINUN INNAYAH
6. ELVERDA KIRANA NADIA
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan dan
Indramayu.
i
Penulis menyadari tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan penyediaan
fasilitas dari berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan
Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi penulis untuk terus semangat
kepada kami.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ners., M.Kep., Selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dan selaku
serta masukan yang bermanfaat selama penyusunan tugas ini yang telah
ii
selalu membantu apa yang penulis butuhkan dalam proses pengerjaan tugas
atas segala bantuan dan dukungan kepada penulis. Serta semoga tugas ini dapat
PENULIS,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
iii
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Ruang Lingkup ................................................................................ 3
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
A. Konsep Penyakit ........................................................................... 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 32
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 38
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 55
A. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 55
B. Analisis Pengkajian.......................................................................... 55
C. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)........ 56
D. Analisis Tindakan Keperawatan...................................................... 58
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 59
A. Kesimpulan .................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................. 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi dan Fisiologi ................................................................ 6
Gambar 2. Pathway ...................................................................................... 25
Gambar 3. Genogram ................................................................................... 40
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Saraf otak .................................................................................. 11
Tabel 2. Organ Tubuh dan system .......................................................... 15
Tabel 3. Perbedaan Stroke non hemoragic dan stroke hemoragic .......... 19
Tabel 4. Perbandingan Stroke Kiri dan Kanan ....................................... 19
Tabel 5. Faktor Resiko Stroke ................................................................. 20
Tabel 6. Definisi Neurologi Stroke ......................................................... 20
v
vi
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua
puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia
hingga saat ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian
akibat penyakit degeneratif diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia.
Peningkatan terbesar akan terjadi dinegara –negara berkembang dan negara
miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih
dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit
degeneratif (Buletin Kesehatan, 2011). Beberapa penyakit degeneratif yang
banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes,
stroke dan kanker. Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui
tidak hanya oleh orang yang berusia lanjut namun juga di kalangan umur muda
(Indrawati, 2009).
Masalah stroke di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak baik
stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Di Indonesia sendiri, stroke
menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker.
Dari data nasional yang didapat, angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit
stroke sebesar 15,4%. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Kementerian Kesehatan Indonesia diketahui bahwa prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan ang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,7% (Depkes, 2013).
Faktor resiko terjadinya stroke tidak hanya selalu pada pola makan saja. Ada
berbagai macam faktor pencetus munculnya penyakit stroke seperti stress baik itu
stress psikologi maupun stress pekerjaan dimana stress meningkatkan resiko
terjadinya stroke 10% kali.
RSUD Indramayu merupakan salah satu rumah sakit rujukan terbesar di
Kabupaten Indramayu. Data pasien stroke dari januari sampai desember 2014
sebanyak 658. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui rata-rata pasien stroke
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah
pelaksanaan Asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang
Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu?”.
a. Bagaimana asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di
Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu yang meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi ?
b. Bagaimana pendokumentasian Asuhan keperawatan Tn.L dengan
stroke non hemoragik di Ruang di Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab.
Indramayu?
3
C. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab.
Indramayu.
2. TUJUAN KHUSUS
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam:
a. Melaksanakan asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik
di Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu dengan menerapkan
proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
b. Melaksanakan proses pendokumentasian asuhan keperawatan Tn.L
dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab.
Indramayu.
c. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan asuhan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu.
D. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Mata Ajar
Asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini merupakan bagian dari stase keperawatan
medikal bedah profesi ners.
2. Lingkup Waktu
Asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini dilaksanakan selama 3 hari.
4
3. Lingkup Kasus
Asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu. Pada tugas ini menggunakan atau
menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengakjian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. digambarkan tentang
penyakit tidak menular yaitu penyakit stroke non hemorogic.
4. Lingkup Tempat
Asuhan keperawatan Tn.L dengan stroke non hemoragik di Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini dilaksanakan di Ruang Cengkir 1 RSUD
Indramayu Kab. Indramayu.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu penulis maupun penulis
lainnya untuk mengembangkan pengetahuan ,wawasannya dan menambah
pengalaman nyata dalam asuhan keperawatan pada pasien yang menderita stroke
non hemoragik.
2. Bagi Ruangan
Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat bagi Ruang di Ruang Cengkir
1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu. dan menjadi masukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu program kesehatan yang ada
khususnya tentang untukstroke non hemoragik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien Tn.L dengan
stroke non hemoragik di Ruang Cengkir 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak (GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan saraf
pusat (Dewanto, 2009).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di
tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.(Arif Muttaqin, 2008).
2. Anatomi
A. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1 Anatomi otak
6
7
menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melipat sebuah
benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung yang sebenarnya.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga dibagi menurut fungsi dan
banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian:
1) Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri
yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori
bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan
yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain.
Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan dengan fungsi luhur dan
disebutpsikokortek.
3) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian
tubuhkontralateral.
4) Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap mental dan kepribadian.
10
b. Batang otak
Batang otak terdiri :
1) Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang otak. yang
terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang
terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul interna dengan sudut
menghadap kesamping. Fungsinya dari diensephalon yaitu:
a) Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
b) Respirator, membantu prosespernafasan.
c) Mengontrol kegiatan refleks.
d) Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari mesensefalon
terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah selaput korpus kuadrigeminus
inferior. Serat nervus toklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis
tengah ke sisi lain. Fungsinya:
1. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata. II.
Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
2) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum diantara otak
tengah dan medulla oblongata. Disini terdapat premoktosid yang mengatur
gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya adalah:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medulla oblongata dengan serebellum.
b) Pusat saraf nervustrigeminus.
3) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medulla oblongata merupakan persambungan medulla spinalis ke atas, bagian atas
medulla oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerag tengah bagian
ventral medulla oblongata. Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan
sel dari berbagai saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-
pusat vital” yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
11
Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat
membawa akibat yang sangat serius
.c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas
medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil
pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pundunkulus
serebri inferior. Permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebellum
tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebellum ini
mengandung zat kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh substansia grisia,
terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye dan lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati
serebellum.
d. Saraf otak
Tabel 1. Saraf otak
Urutan
Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk dan fungsi
saraf
Nervus Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
I
olfaktorius
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
Nervus Motorik Penggerak bola mata dan mengangkat
III okulomotoris kelopak
mata
Nervus Motorik Mata, memutar mata dan penggerak bola mata
IV
troklearis
V Nervus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata atas
trigeminus sensorik Rahang atas, palatum dan hidung
N. Oftalmikus Motorik dan Rahang bawah dan lidah
N. Maksilaris sensorik
N. Sensorik
Mandibularis
12
Motorik dan
sensorik
Nervus Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VI
abdusen
Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah dan
VII Sensorik selaput
lendir rongga mulut
Nervus Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
VIII
auditorius
Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan citarasa
IX
motorik
Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru dan esophagus
X
motorik
Nervus Motorik Leher, otot leher
XI
asesorius
Nervus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah
XII
hipoglosus
e. Saraf otonom
1) Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan
sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis
terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen
lumbalis 1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel
saraf simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion
yang keluar dari kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan
nucleus spinalis. Setelah keluar dari foramen intervertebralis, serabut – serabut
preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan masuk ke
trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini membentuk sinap terhadap sel
– sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada pula serabut –
serabut preganglion setelah berada di dalam trunkus simpatikus terus keluar
13
Dari ganglion – ganglion ini keluar cabang – cabang saraf simpatis yang
menuju ke jantung dari arteri karotis. Disekitar arteri karotis membentuk pleksus.
Dari pleksus ini keluar cabang – cabang yang menuju ke atas cabang lain
Misalnya faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot – otot dilatators, pupil
ganglion ini keluar cabang – cabang simpatis seperti cabang yang mensarafi
sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan
16
Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu simpatis
menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar organ
dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan
Defisit Motorik
Hemiparesis Kelemahan wajah, Tempatkan objek dalam jangkauan pasien pada
lengan, dan sisi yang tidak sakit
kaki pada sisi yang Instruksikan pasien untuk latihan
sama dan meningkatkan kekuatan pada sisi yang tidak
(karena lesi pada sakit.
hemisfer yang
Hemiplegia belawanan).
Paralisis wajah, Dorong pasien untuk memberikan latihan
lengan dan kaki rentang
pada sisi yang sama gerak pada sisi yang
(karena lesi pada sakit.
hemisfer yang Berikan mobilisasi sesuai kebutuhan pada sisi
berlawanan). yang sakit.
Pertahankan kesejajaran tubuh dalam
posisi
fungsional.
Ataksia Berjalan tidak Latih
Dukung tungkai yangfasetidak
pasien selama ambulasisakit
awal. untuk
mantap, tegak Berikan alat penyokong untuk ambulasi
Tidak mampu (mis. walker, kruk, tongkat).
menyatukan Instruksikan pasien untuk tidak berjalan
kaki, tanpa bantuan atau alat penyokong.
perlu dasar berdiri
Disartria yang luas.
Kesulitan dalam Memberikan pasien metode alternatif untuk
membentuk kata berkomunikasi
Memberi pasien cukup waktu untuk
berespons
untuk komunikasi
verbal.
Dukung pasien dan keluarga untuk
Disfagia Kesulitan menelan menghilangkan frustasi yang b.d. kesulitan
Uji refleks faring pasien sebelum memberikan
makanan dan cairan.
Bantu pasien saat
makan.
Tempatkan makanan pada sisi mulut yang
tidak sakit.
Defisit Sensori Berikan waktu yang cukup untuk makan.
Parestesia Kebas dan Instruksikan pasien untuk menghindari
(terjadi pada kesemutan pada penggunaan bagian tubuh ini sebagai
sisi berlawan bagian tubuh tungkai domain
dari lesi) Kesulitan dalam Berikan rentang gerak pada area yang sakit
proporsional dan berikan alat korektif yang diperlukan.
Tempatkan barang perawatan pasien ke arah
sisi yang tidak sakit.
22
Defisit Verbal
Afasia Tidak Dorong pasien untuk mengulang bunyi alfabet.
ekspresif mampu
membentuk kata
yang dapat
dipahami;
mungkin
mampu bicara
Afasia dalam
Tidak respons kata
mampu Bicara perlahan dan jelas untuk membantu pasien
reseptif memahami membentuk bunyi.
kata yang
dibicarakan:
mampu bicara tetapi
Afasia global tidak masuk akal.baik
Kombinasi Bicara perlahan dan dalam kalimat sederhana;
afasia reseptif dan gunakan sikap tubuh atau gambaran bila mampu.
ekspresif
Defisit Kehilangan Reorientasikan pasien pada waktu, tempat, dan
kognitif memori jangka situasi dengan sering.
pendek dan Gunakan petunjuk verbal dan auditorius
panjang untuk mengorientasikan pasien.
Penurunan Berikan objek keluarga (foto keluarga,
lapang perhatian foto
Kerusakan favorit)
kemampuan Gunakan bahasa tidak rumit dengan pasien.
untuk Cocokan tugas visual dengan petunjuk
berkonsentrasi verbal:
Perubahan memegang sakit gigi, mensimulasikan sakit
penilaian gigi
dengan mengatakan “Saya ingin menyikat
gigi
Defisit Kehilangan Dukung pasien selama kejadian tidak terkontrol
Emosional kontrol diri Diskusikan dengan pasien dan keluarga
bahwa
Labilitas emosional Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
Depresi Menarik diri Rasa takut, bermusuhan, dan marah Perasaan isolasi kejadian tersebut
karena proses penyakit. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
kelompok Berikan stimulasi untuk pasien Kontrol situasi penimbul stress bila mungkin.
Berikan lingkungan yang aman Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
frustasi yang berkaitan dengan proses penyakit.
5. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah
ke area tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti
lokasi dan besarnya pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
23
otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami
pelambatan atau terjadi turbulensi
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar
area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
25
6. Pathway
Gambar 2. Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
26
7. Klasifikasi
Menurut Corwin (2009), klasifikasi stroke adalah:
1. Stroke non hemoragik
a. Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak
perlahan karna proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak
akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya menyumbat arteri
cerebral tengah atau cabang- cabangnya,yang merusak sirkulasi cerebral.
2. Stroke Haemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
8. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya: a. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka
akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi. c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa
batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan cairan terkumpul di
paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumoni. d. Atrofi dan kekakuan sendi
(Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi. e. Depresi
dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.
27
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) sebagai berikut :
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan
jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan
cairan kristaloid/koloid ; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam
H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks,
darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT,
glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis
gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap
tenang.
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan
edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap
pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan
keluarga.
a. Stroke Iskemik
o
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30 ,
kepala dan dada pada satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2
gula darah > 60 mg% atau > 80 mg% dengan gejala) diatasi
diastol > 120 mmHg. Mean arterial Blood Pressure (MAP) > 130
selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat
APTT
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
Viskositas plasma
2. Foto Thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung. Serta mengidentifikasi kelainan
paru yang potensial mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk
prognosis.
3. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
4. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
5. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara
pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
6. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
32
7. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
8. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
10) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
11) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi
fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
posterior dari girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area
Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak
dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti
terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
h. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf
kranial I-X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
37
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Paoman
Tanggal Masuk : 2 November 2021
Tanggal Pengkajian : 3 November 2021
No. Rm : 085083
Diagnosa Medis : Stoke Non-Hemoragic
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 45 Tahun
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Paoman
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
38
39
a. Keluhan Utama
Hemiparase sinistra
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kerumah sakit pada tanggal 02 November 2021 dengan
keluhan tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakan, keluhan sudah dirasakan sejak 1
minggu yang lalu, keluhan disertai nyeri pada perut, mual dan muntah sebanyak
2x dan bicara tidak jelas. Pasien juga mengatakan sulit untuk menelan, kalau
makan atau minum sering tersedak. Sebelum dibawa ke RSUD Indramayu pasien
sempat dibawa ke tenaga kesehatan terdekat namun tidak kunjung sembuh, lalu
pasien langsung dibawa ke RSUD Indramayu oleh leuarga beserta istrinya,
keadaan fisik lemah, gerakan terbatas, kekuatan otot menurun, Saat dilakukan
pemeriksaan tingkat kesadaran GCS 15 : compos mentis ( E4 M6 V5) . Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapat TD: 240/150 mmHg Nadi: 95x/menit suhu:
37,00 Frekuensi nafas ; 22x/menit.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Keluarga pasien mengatakan1 tahun yang lalu pasien menderita penyakit
darah tinggi atau hipertensi, pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan
maupun obat-obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit turunan seperti DM, jantung,
Ginjal, namun mempunyai riwayat hipertensi dari orang tuanya.
Genogram :
Keluarga pasien mengatakan mempunyai anak 3, wanita 2 dan laki-laki 1.
Anak pertama wanita sudah menikah dan mempunyai anak 1, sedangkan anak
kedua laki-laki dan anak ketiga perempuan belum menikah. Pasien tinggal
bersama anak kedua dan ketiga.
40
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Hubungan keluarga
Mandi
Toileting
Berpindah
Berpakaian
42
Keterangan 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit : pasien jarang berolah raga, keseharian pasien adalah
bekerja.
Saat sakit : tidak melakukan apapun hanya tirah baring
e. Pola kognitif dan persepsi
Orientasi baik, bicara tidak jelas, bicara menggunakan bahasa Indonesia,
kemampuan bicara kurang baik, komponen interaksi sesuai, respon pasien
terhadap penyakit yang menerima, pengetahuan pasien tentang penyakit mengerti.
f. Pola persepsi-konsep diri
tidak terkaji
g. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien jarang tidur siang, pasien tidur 7-8 jam pada malam
hari, kualitas nyenyak, tidak ada keluhan
Saat sakit : pasien tidur 6-7 jam dan jarang tidur siang.
h. Pola peran-hubungan Hubungan
Keluarga pasien mengatakan pasien dengan tetangga di rumah baik, dengan
anak-anaknya baik, pasien menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga.
i. Pola seksual-reproduksi
Tidak dikaji
j. Pola toleransi stres-koping
keluarga pasien mengatakan ketika ada masalah selalu dibicarakan secara
baik-baik dan diselesaikan secara baik-baik, sehingga masalah itu dapat
terpecahkan dan diselesaikan.
k. Pola nilai-kepercayaan
Pasien beragama Islam, menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya,
dan selalu berdoa untuk meminta kesembuhan
Bawah : kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/0 , jari-jari utuh, tidak ada
faktur
h. eurologis Status mental dan emosi : pasien sabar dan menerima
penyakitnya Pengkajian saraf kranial : -
Pemeriksaan refleks : -
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 02 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
1. Laboraturium
Leukosit 12.000 6.400-11.300/ul Meningkat
2. Pemeriksaan radiologi
Kesimpulan hasil rontgen:
- Perdarahan intracerebri (volume kurang lebih 4,4 ml) di nucleus
lentiformis sinistra sampai substansia alba ventikuler lateralis sinistra dan di pons
sinistra (volume 0,5 ml) disertai edema perifokal.
45
V. ANALISA DATA
Nama klien : Tn. L Tanggal Masuk : 2 November
2021
Ruangan : Cengkir 1 Tanggal Pengkajian : 3 November 2021
Data Senjang (DS dan Etiologi/penyebab Masalah
DO) Keperawatan
DS: Hipertensi, DM, gaya hidup Gangguan Mobilitas
keluarga pasien yang tidak baik, obesitas dan Fisik
mengatakan kaki dan kolesterol yang meningkat. (D.0054)
tangan kiri tidak bisa
digerakan, keluhan Penimbunan lemak yang
sudah dirasakan ± 1 meningkat dalam darah
minggu yang lalu.
DO:
Lemak yang sudah nekrotik
Kekuatan otot dan berdegenerasi
menurun
rentang gerak
Pembulu darah menjadi kaku
46
(ROM) menurun
Pembulu darah menjadi
gerakan fisik pecah
terbatas
pasien tampak Kompresi jaringan otak
lemah
TTV:
Peningkatan TIK
TD 240/150 mmHg
N 95x/mnt
RR 21x/mnt Arteri vertebria basilasris
Suhu 36.00
SpO2 99%
Disfungsi N. XI (Assesoris)
- Batuk sebelum
Penyumbatan pembulu darah
menelan
ke otak
- Pasien terpasang
NGT Suplai oksigen ke otak
- Hasil TTV: menurun
TD 240/150 mmHg
N 95x/mnt Hipoksia
47
RR 21x/mnt
Stroke Non hemoragic
Suhu 36.00
SpO2 99%
Iskemik pada arteri serebral
medial
Disfagia
Gangguan Menelan
ekstremitas kanan
Penyumbatan pembulu darah
atas bawah
ke otak
- HB : 8.7 g/dl
- Hasil CT-SCAN : Suplai oksigen ke otak
perdarahan menurun
intracerebri
(Volume ± 4.4 ml) Iskemik jaringan otak
di nucleus
lentiformis sinistra
Syok hemoragic
sampai akba
ventrikular lateralis
sisnistra dan di pons Resiko perfusi serebral
sinistra ( vol ± 0,5 tidak efektif
perifokal
SpO2 99%
Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
menelan tindakan keperawatan kemampuan mengetahui
selama 3x24 jam menelan gangguan
DS: diharapkan masalah 2. Atur posisi menelan pada
Pasien teratasi dengan yang nyaman pasien
50
SpO2 99%
Resiko perfusi Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
serebral tidak tindakan keperawatan penyebab mengetahui
efektif selama 3x24 jam peningkatan penyebab
51
perifokal
Gangguan menelan
menelan R: pasien mengeluh
kesulitan menelan
2. Mengatur posisi
yang nyaman untuk
makan/minum
R: mengatur posisi semi
fowler
3. Menyediakan
sedotan untuk
minum, sesuai
kebutuhan
R: agar tidak tersedak
4. Mengkolaborasi
pemberian obat
(analgesik,
antiemetik)
R: agar tidak nyeri dan
mual
3 3/10/2021 1. Mengidentifikasi Kelompok 2
Resiko perfusi penyebab
serebral tidak peningkatan TIK
efektif R: -
2. Memonitor
peningkatan TD
R: 240/150 mmHg
3. Memonitor
penurunan tingkat
kesadaran
R: compos mentis
4. Mendokumentasikan
54
hasil pemantauan
R: untuk perencanaan
selanjutnya
5. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
R: keluarga mengetahui
tujuan tindakan pasien.
O: Batuk sebelum
menelan
Pasien terpasang
NGT
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
I:
E: -
R: -
3 S:
O: kesadaran
composmentis
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
I: monitor
peningkatan TD
E:-
R:-
BAB IV
PEMBAHASAN
56
57
A. Simpulan
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di
tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Perawat dapat memberikan health education bagi keluarga mengenai stroke,
pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan pasien pasca stroke di rumah. Perawat
juga diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan
motivasi pasien untuk sembuh.
2. Bagi keluarga pasien pasca stroke
Keluarga perlu meningkatkan motivasi bagi pasien pasca stroke untuk lebih
mandiri dengan pengawasan dan tidak memberikan efek negatif ketergantungan
dalam melakukan perawatan diri.
3. Bagi Masyarakat pada Peguyuban
Masyarakat pada peguyuban dapat meningkatkan rasa kepedulian dengan
memberikan dukungan, berdiskusi dan tanya jawab dengan pasien pasca stroke
61