Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

INTERSITAS CYSTITIS
Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik 4
Keperawatan Medikal Bedah Sarjana Terapan Keperawatan Reguler V
Disusun Oleh :

SETTIYANA (PO6220119430)

REGULER V
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN INTERSITAS CYSTITIS

1.KONSEP DASAR
A.pengertian

Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih, dimana akan terasa nyyeri ketika buang air kecil (disuria),
kencing yang tidak tuntas, dan demam yang harus dicurigai . Sistitis (chystitis) merupakan peradangan yangterjadi di kantung urinaria.
Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh . Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitis
bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan displastik, atau ginjal kecil
akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks vesikureter.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan cystitis sekunder. Cystitis primer merupakan radang yang
mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih, divertikel/ penonjolan mukosa
buli, hipertropi prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik/jaringan parut pada uretra atau
daerah urethra). Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya
uretritis/peradangan yang terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan yang terjadi pada prostat .
Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe infeksi dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui
penyebabnya/ideopatik).

B.Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu
Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut
maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau
genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang
berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa
mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan
saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih
alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran
kemih yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra
luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah
virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan
keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan
tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat
menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsur yang
membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri
melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi
untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya.
C.ETIOLOGI
Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu :
a. Infeksi :
 Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi
yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
 Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
 Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga
dapat berada dalam urin.
b. Non infeksi :
 Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).
 Radio terapi
 Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)
D.Tanda dan gejala
Menurut Taber (1994), secara umum tanda dan gejala cystitis adalah :
1. Disuria.
2. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
3. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.
4. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).
5. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih).
6. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna.
7. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).
8. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
9. Nyeri suprapubik

D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan chystitis menurut Grace dan Borley (2007) yaitu :
a. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau, dan dengan mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan
bakteriuria. Leukosuria atau piuria terdapat >5/lapang pandang besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen air
kemih.
b. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
c. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk
mengetahui asal dari perdarahan yang ada.
d. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).
e. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi penyebab dasar.
f. Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung kemih, IVU (kelainan struktural), dan sistoskopi.
E.Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) berbeda-beda pada wanita, pria, dan anak-anak karena masing-masing memiliki kecenderungan
etiopatogenesis yang berbeda sehingga memerlukan terapi yang berbeda pula.
Tujuan penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) adalah eradikasi infeksi, mencegah komplikasi dan menghilangkan gejala pada pasien.
Pengobatan dini direkomendasikan untuk mengurangi risiko progresi penyakit ke arah yang lebih berat.  Penelitian menunjukkan bahwa hasil
ISK yang mendapat terapi antibiotik jauh lebih baik dibandingkan terapi plasebo.  Pilihan dari penatalaksanaan ISK bergantung pada jenis ISK
tersebut, simpleks atau rumit.
Terapi antibiotik yang adekuat untuk ISK sangatlah penting untuk mencegah kegagalan terapi dan peningkatan dari resistensi antibiotik. 
Pemilihan antibiotik harus berdasarkan dari: spektrum dan pola kerentanan uropatogen, kemanjuran pada indikasi tertentu pada studi klinikal,
harga, ketersediaan obat, tolerabilitas dan efek yang merugikan

F.Terapi obat dengan implikasi keperawatan


obat-obatan yang bisa Anda minum untuk mengatasi gejala interstitial cystitis adalah
:
 Ibuprofen atau naproxen
mengurangi nyeri, bengkak, dan kemerahan akibat peradangan yang disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti penyakit
asam urat, rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, atau ankylosing spondylitis
sodium untuk menghilangkan nyeri.
 Amitriptyline atau imipramine
untuk membantu melemaskan kandung kemih dan mencegah nyeri.
 Loratadine
untuk mengurangi rasa ingin kencing.
 Pentosan polysulfate sodium
untuk melindungi kandung kemih dari zat-zat yang dapat menyebabkan iritasi.

2.Konsep asuhan keperawatan


a.pengkajian
1. Identitas
a. Nama : NY,W
b. Umur : Paling sering usia 25 tahun
c. Jenis kelamin : petempuan
d. Alamat : -
e. Pekerjaan :-
2. Keluhan Utama :
Klien mengatankan . Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan hesistancy serta perubahan dalam urin

3. Riwayat Penyakit Dahulu :-

4. Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami infeksi traktus
urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan hesistancy serta perubahan dalam urin dikaji didokumentasikan dan
dilaporkan. pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius.
Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinariu

5. Riwayat dalam keluarga :-

6. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : biasanya klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung bawah hingga pangkal paha dan
gangguan dalam berkomunikasi.
b. Kesadaran : -
c. Tanda-tanda vital :
• Nadi : 60-100 x/menit • Respirasi : 16-2 0x/menit
• Suhu tubuh : 37 ◦C • Tekanan darah :110/80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna rambut hitam
2. Mata Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3. Telinga Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak ada lesi.
4. Hidung Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5. Mulut Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang timbul stomatitis.
6. Leher Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan vena jugularis.
7. Dada Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris
saat inspirasi dan ekspirasi. Perkusi : suara resonan. Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8. Abdomen Inspeksi : tidak ada lesi Auskultasi : terdengar bising usus Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi
timpani. Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah
9. Ekstremitas atas Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik.
10. Ekstremitas bawah Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif.
11. Genetalia Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik
12. Urin:warna:keabu-abuan,dan bau

b.analisa data
c.diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

d.intervensi keperawatan:tujuan,renvana Tindakan,rasional


1. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Berguna dalam pengawasan
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan nyeri meliputi lokasi, intensitas, kefektifan obat, kemajuan
dengan agen hilang/berkurang, dengan kriteria hasil: kualitas, durasi, dan skala penyembuhan, perubahan
cidera biologis. dengan PQRST. dalam karakteristik nyeri.
Indikator Awal Target 2. Kontrol faktor lingkungan yang 2. Dengan lingkungan yang
Pasien mengatakan
mempengaruhi nyeri, seperti nyaman rasa nyeri bisa
nyeri hilang/ suhu ruangan, pencahayaan, dan berkurang.
berkurang.
kebisingan. 3. Dengan menggunakan
Skala nyeri
3. Gunakan komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik akan
berkurang/turun
untuk mengetahui pengalaman mudah menggali pengalaman
Ekspresi wajah
dan penerimaan respon pasien pasien terhadap respon nyeri.
tampak rileks
Pasien mengerti terhadap nyeri. 4. Supaya pasien dapat
penyebab nyeri dan 4. Jelaskan faktor penyebab nyeri. memahami nyerinya dan
cara 5. Ajarkan teknik relaksasi dan mengurangi kecemasan.
Mencegahnya distraksi untuk mengurangi 5. Teknik relaksasi dan distraksi
TTV dalam batas nyeri. dapat menurunkan nyeri dan
normal 6. Ukur Tanda-tanda Vital (TTV) kecemasan.
Pasien menunjukkan pasien. 6. Ketika seseorang mengalami
teknis relaksasi yang 7. Kolaborasi medis untuk nyeri, maka TTV akan
efektif untuk pemberian analgetik. menigkat.
mengurangi nyeri 7. Pemberian analgetik yang
5 : tidak ada keluhan tepat dapat membantu pasien
untuk beradaptasi dan
mengatasi nyeri.
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ukur dan catat urin setiap kali 1. Untuk mengetahui adanya
eliminasi urin selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berkemih. perubahan warna dan untuk
berhubungan mempertahankan eliminasi urin secara mengetahui input/output.
2. Anjurkan untuk berkemih
dengan infeksi adekuat, dengan kriteria hasil:
setiap 2-3 jam. 2. Untuk mencegah terjadinya
saluran kemih.
Indikator Awal Target penumpukan urin dalam
3. Palpasi kandung kemih setiap 4
Pasien dapat vesika urinaria.
berkemih setiap 3 jam jam
Pasien tidak kesulitan 3. Untuk mengetahui adanya
4. Bantu pasien ke kamar kecil,
pada saat berkemih distensi kandung kemih.
memakai pispot/urinal.
Pasien dapat BAK
4. Untuk memudahkan pasien di
dengan berkemih 5. Bantu pasien untuk
dalam berkemih.
mendapatkan posisi berkemih
yang nyaman. 5. Supaya pasien tidak sukar
untuk berkemih.
6. Melanjutkan terapi sesuai
program untuk pemberian 6.Terapi farmakologis dibutuhkan
obat. untuk mengurangi nyeri
ketika berkemih dan
melancarkan eliminasi urin.
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ukur TTV dan kaji suhu tubuh 1. Tanda vital menandakan
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan risiko infeksi pasien setiap 4 jam dan lapor adanya perubahan di dalam
dengan tidak terjadi, dengan kriteria hasil: jika suhu di atas 38,5oC. tubuh.
ketidakadekuata 2. Catat karakteristik urin. 2. Untuk mengetahui/mengiden-
Indikator Awal Target 3. Anjurkan pasien untuk minum tifiasi indikasi kemajuan atau
n pertahanan TTV dalam batas
sekunder. 2-3 liter jika tidak ada kontra penyimpangan dari hasil
normal
indikasi. yangdiharapkan.
Jumlah leukosit
4. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk mencegah stasis urin
dalam batas normal
Urin berwarna mengosongkan kandung kemih 4. Untuk mencegah adanya
bening dan tidak bau secara komplit setiap kali distensi kandung kemih.
kemih. 5. Untuk menjaga kebersihan dan
5. Berikan perawatan perineal, menghindari bakteri yang
pertahankan agar tetap bersih membuat infeksi uretra.
dan kering. 6. Terapi farmakologis
6. Lanjutkan terapi sesuai dibutuhkan untuk mencegah
program untuk pemberian terjadinya infeksi.
antibiotik.
3.literatur rujukan
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Buku SDKI Edisi 1
Buku SIKI Edisi 1

Anda mungkin juga menyukai