ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI HEART DISEASE (HDD)
Disusun oleh :
Novendra Aditya Tama (PO6220119423)
REGULER V
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
2021
A.
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Hipertensi Heart Disease (HDD) adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan
dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan
berkepanjangan. HDD merujuk pada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan system reproduksi
jantung. Perubahan perubahan ini mengakibatkan komplikasi berupa Left Ventricle
Hypertrophy (LVH). Penyakit arteri coroner, gangguan system konduksi jantung,
disfungsi sistolik dan diastolic miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium)
dan gagal jantung kongestif. (Ningrum, 2020).
2. Etiologi/Penyebab
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang meningkat,
ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac
output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai
darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan
jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang
akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi
pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan jantung dan
stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi (Miller, 2019).
Menurut Alsagaff (2018), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Insulin
Kebiasaan hidup Obesitas meningkat Kurang
pengetahuan
PENURUNAN CURAH
Saraf stroke, Hipertensi JANTUNG
ensephalitis, SGB sekunder
Kelemahan umum
Vaskular: arteroklerosis, NYERI
hiperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli
INTOLERANSI
kolesterol, vaskulitis Suplai darah ke AKTIVITAS
otak menurun
Kelainan, DM,
hipertiroidisme, RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
hipotiroidisme PERFUSI JARINGAN OTAK
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2018), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan
6. Penatalaksanaan Medik
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.digunakan
pada pasien gagal jantung adalah 2-3 x 25 mg/hari.19,20 Pengobatan lain yang
diberikan pada pasien ini adalah furosemid 1 x 40 mg. Furosemid merupakan obat
golongan loop diuretik yang bekerja di ansa henle. Pemberian diuretik pada pasien
gagal jantung bertujuan untuk menurunkan preload. Adapun dosis yang dianjurkan
oleh AHA adalah 0,5-1 mg/kgbb/kali. Namun, Furosemid merupakan diuretik yang
dapat menyebabkan efek samping berupa hipokalemia. Mengingat efek samping
tersebut maka sebaiknya pemberian furosemid disertai pemberian spironolakton yang
berperan dalam meretensi kalium darah atau dapat diberikan substitusi kalium
eksternal seperti KSR tablet.21- 24 Pengobatan lain yang juga diberikan adalah
Bisoprolol. Bisoprolol merupakan golongan betablocker yang bersifat selektif
jantung. Golongan obat ini lebih aman dibandingkan dengan betablocker yang bersifat
tidak selektif, misalnya seperti propanolol. Dalam pengobatan gagal jantung obat ini
memiliki peran dalam meningkatkan afterload, sehingga dapat mengurangi beban
kerja jantung.
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :
Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menaikkan diagnosis
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan
vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala :
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis
(dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda :
Berat badan normal atau obesitas
Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
Kongestiva
Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pening/pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan
Episode epistaksis
Tanda :
Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses
fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala :
Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala :
Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda :
Distres respirasi
Bunyi nafas tambahan
Sianosis
9. Keamanan
Gejala :
Gangguan koordinas / cara berjalan
Hipotesia pastural
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala :
Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Genetik Penurunan curah
- Pasien ↓ jantung
mengatakan Respon neurologi terhadap
merasa pusing. stress
- Pasien ↓
mengatakan Hipertensi primer
merasa ↓
kelelahan. Hipertrofi ventrikel kiri
- Klien ↓
mengatakan Terbatasnya aliran darah
kesulitan koroner
bernafas ↓
Do: Iskemia miokard
- Pasien tampak ↓
lemah Penurunan curah jantung
- Pada abdomen
adanya edema
- Turgor kulit
buruk
- Tanda-tanda
vital
TD: 140/90
N: 90x
S: 36,7
RR: 28x
2 Ds: Hipertensi Primer Resiko
- Pasien ↑ ketidakefektifan
mengatakan Hipertensi sekunder perfusi jaringan
merasa pusing. ↓ otak
Peningkatan vaskuler serebral
↓
Do: Nyeri
- Tanda-tanda ↓
vital Suplai darah ke otak menurun
TD: 140/90 ↓
N: 90x Resiko ketidakefektifan
S: 36,7 perfusi jaringan otak
RR: 28x
3 Ds: Kurang terpajan informasi Kurang
- Pasien ↓ pengetahuan
mengatakan Kurang pengetahuan
belum tahu cara
perawatan
terhadap
penyakitnya
Do:
- Pasien bertanya
cara perawatan
terhadap
penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipertensi.
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit.
3. Perencanaan Keperawatan
No Dx Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah 1. Monitor tanda- 1. Agar tanda-
jantung b.d dilakukan tanda vital. tanda vital
peningkatan tindakan pasien terpantau
afterload, keperawatan 2. Catat adanya
vasokontriksi, selam 3 x 24 tanda dan gejala 2. Agar tidak
iskemia miokard, jam penurunan penurunan terjadi
hipertropi curah jantung cardiac putput penurunan
ventricular teratasi dengan cardiac output
3. Monitor balance
kriteria hasil: yang lebih
cairan
- TTV dalam parah
rentang
normal 3. Agar status
- Tidak ada cairan pasien
edema paru, terpantau
perifer, tidak
ada asites
2 Resiko Setelah 1. Monitor tanda- 1. Agar tanda-
ketidakefektifan dilakukan tanda vital. tanda vital
perfusi jaringan tidakan pasien
otak b.d keperawatan 2. Pantau dan catat terkontrol.
hipertensi selama 3 x 24 status neurologis
jam, diharapkan dan bandingkan 2. Dapat
suplai aliran dengan keadaan mengurangi
darah ke otak normalnya. kerusakan otak
lancar dengan lebih lanjut
kriteria hasil: 3. Tinggikan posisi
- Tidak ada kepala 30-45 3. Menurunkan
keluhan derajat dalam tekanan arteri
nyeri kepala posisi anatomis. dengan
- TTV dalam meningkatkan
batas normal 4. Kolaborasi dalam drainase dan
pemberian meningkatkan
oksigen sesuai sirkulasi atau
indikasi. perfusi cerebral.
4. Menurunkan
hipoksia yang
dapat
menyebabkan
vasodilatasi
cerebral dan
tekanan
meningkat atau
terbentuknya
edema
3 Kurangnya Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk
pengetahuan b.d dilakukan penegetahuan mengetahu
kurangnya tindakan pasien tingkat
informasi tentang keperawatan pengetahuan
proses penyakit selama 3 x 24 2. Berikan penkes pasien
jam mengenai 2. Agar pasieen
pengetahuan hipertensi mengetahui
pasien tentang
bertambah 3. Jelaskan hipertensi
dengan kriteria mengenai 3. Agar pasien
hasil: penyebab dari tahu penyebab
- Pasien dapat hipertensi dari hipertensi
mengetahui 4. Agar pasien
4. Jelaskan cara
penyebab dari tahu perawatan
perawatan
penyebab dari hipertensi
hipertensi
penyakitnya
- Pasien dapat
mengetahui
cara
perawatan
terhadap
penyakitnya
4. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan mlibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut Craven
dan Himle, evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien
yang tampil.
DAFTAR PUSTAKA