Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI HEART DISEASE (HDD)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Gawat Darurat

Disusun oleh :
Novendra Aditya Tama (PO6220119423)

REGULER V
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
2021
A.
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Hipertensi Heart Disease (HDD) adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan
dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan
berkepanjangan. HDD merujuk pada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan system reproduksi
jantung. Perubahan perubahan ini mengakibatkan komplikasi berupa Left Ventricle
Hypertrophy (LVH). Penyakit arteri coroner, gangguan system konduksi jantung,
disfungsi sistolik dan diastolic miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium)
dan gagal jantung kongestif. (Ningrum, 2020).

b. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung


(Price, 2019). Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar
ke jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus listrik ini akan
menyebar ke segala arah di seluruh permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke dalam
jantung akan membangitkan sistem konduksi pada jantung sehingga terjadi potensial
aksi. Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat dua fase yang terjadi, yaitu
depolarisasi dan repolarisasi. Depolarisasi adalah rangsangam ketika gelombang
rangsang listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem penghantar menuju
miokardium untuk merangsang otot berkontraksi. Sedangkan repolarisasi adalah
pemulihan listrik kembali.

Tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan seperti:


1. Gangguan irama jantung (disritmia)
2. Pembesaran atrium atau ventrikel
3. Iskemik atau infark miokard
4. Infeksi lapisan jantung (perikaraditis)
5. Efek obat-obatan
6. Gangguan elektrolit
7. Penilaian fungsi pacu jantung

EKG terpasang pada bagian dada, dengan titik titik berikut :


1. Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2. Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3. Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4. Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5. Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6. Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah
7. Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana lengan
kanan bermuatan ( + ), lengan kiri ( LA ) dan kaki kiri ( LF ) membentuk
elektroda indiferen.
8. Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri ( LA ), di mana lengan
kiri bermuatan ( + ), lengan kanan (RA) dan kaki kiri ( LF ) membentuk
elektroda indiferen.
9. Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan kiri
bermuatan ( + ), lengan kanan ( RA ) dan lengan kiri ( LA ) membentuk
elektroda indiferen

2. Etiologi/Penyebab
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang meningkat,
ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac
output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai
darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan
jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang
akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi
pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan jantung dan
stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi (Miller, 2019).

3. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala


Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan.
Bila simtomatik, maka binasanya disebabkan oleh:
a. Peninggian tekanan darah itu sendiri. Seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy)
dan impoten.
b. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada
(iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan
retina, transient serebralischemic.
c. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan kelemahan
otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi yang labil pada
sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit
kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy)
(Marulam, 2020).

Menurut Alsagaff (2018), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

4. Patofisiologis dan Pathway


a. Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensi adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah
perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel
kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor
humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
b. Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan
yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya,
karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik,
akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
c. Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran
darah koroner, yaitu :
d. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-
pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
e. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan
serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
f. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik
ventrikel kiri. (Chang, 2017)
Pathway

Genetik Respon neurologi terhdp


stress
Kurang terpajang
Stress lingkungan informasi

Insulin
Kebiasaan hidup Obesitas meningkat Kurang
pengetahuan

Merokok, alkohol, Hipertensi primer


konsumsi garam
ANSIETAS
berlebihan

Elastisitas dinding aorta Hipertrofi ventrikel kiri


menurun, katub jantung
menebal dan kaku,
kemampuan memompa
Usia lanjut Terbatasnya aliran darah
darah menurun,
koroner
hilangnya elastisitas
pembuluh darah,
meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. Iskemia miokard

PENURUNAN CURAH
Saraf stroke, Hipertensi JANTUNG
ensephalitis, SGB sekunder

Ginjal: glomurulonefritis, Kurangnya suplai oksigen


Peningkatan ke jaringan
piolenefritis, nekrosis
vaskuler serebral
tubular akut, tumor

Kelemahan umum
Vaskular: arteroklerosis, NYERI
hiperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli
INTOLERANSI
kolesterol, vaskulitis Suplai darah ke AKTIVITAS
otak menurun

Kelainan, DM,
hipertiroidisme, RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
hipotiroidisme PERFUSI JARINGAN OTAK
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2018), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan

6. Penatalaksanaan Medik
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan

7. Terapi Pengobatan dan Implikasi Keperawatan


Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit
diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman
(2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
3. Diet kaya buah dan sayur.
4. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

c. Penurunan Berat Badan


Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan
seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah
atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.

d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.digunakan
pada pasien gagal jantung adalah 2-3 x 25 mg/hari.19,20 Pengobatan lain yang
diberikan pada pasien ini adalah furosemid 1 x 40 mg. Furosemid merupakan obat
golongan loop diuretik yang bekerja di ansa henle. Pemberian diuretik pada pasien
gagal jantung bertujuan untuk menurunkan preload. Adapun dosis yang dianjurkan
oleh AHA adalah 0,5-1 mg/kgbb/kali. Namun, Furosemid merupakan diuretik yang
dapat menyebabkan efek samping berupa hipokalemia. Mengingat efek samping
tersebut maka sebaiknya pemberian furosemid disertai pemberian spironolakton yang
berperan dalam meretensi kalium darah atau dapat diberikan substitusi kalium
eksternal seperti KSR tablet.21- 24 Pengobatan lain yang juga diberikan adalah
Bisoprolol. Bisoprolol merupakan golongan betablocker yang bersifat selektif
jantung. Golongan obat ini lebih aman dibandingkan dengan betablocker yang bersifat
tidak selektif, misalnya seperti propanolol. Dalam pengobatan gagal jantung obat ini
memiliki peran dalam meningkatkan afterload, sehingga dapat mengurangi beban
kerja jantung.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data fokus pengkajian
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2019)
adalah:
1. Aktivitas istirahat
Gejala :
 Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan trauma jantung (takipnea)

2. Sirkulasi
Gejala :
 Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :
 Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menaikkan diagnosis
 Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
 Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
 Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
 Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
 Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan
vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).

3. Integritas ego
Gejala :
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis
(dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :
 Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi
Gejala :
 Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda :
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
 Kongestiva
 Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pening/pusing
 Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
 Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan
 Episode epistaksis

Tanda :
 Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses
fikir atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala :
 Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
 Nyeri abdomen / massa

8. Pernapasan
Gejala :
 Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
 Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda :
 Distres respirasi
 Bunyi nafas tambahan
 Sianosis

9. Keamanan
Gejala :
 Gangguan koordinas / cara berjalan
 Hipotesia pastural
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala :
 Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Genetik Penurunan curah
- Pasien ↓ jantung
mengatakan Respon neurologi terhadap
merasa pusing. stress
- Pasien ↓
mengatakan Hipertensi primer
merasa ↓
kelelahan. Hipertrofi ventrikel kiri
- Klien ↓
mengatakan Terbatasnya aliran darah
kesulitan koroner
bernafas ↓
Do: Iskemia miokard
- Pasien tampak ↓
lemah Penurunan curah jantung
- Pada abdomen
adanya edema
- Turgor kulit
buruk
- Tanda-tanda
vital
TD: 140/90
N: 90x
S: 36,7
RR: 28x
2 Ds: Hipertensi Primer Resiko
- Pasien ↑ ketidakefektifan
mengatakan Hipertensi sekunder perfusi jaringan
merasa pusing. ↓ otak
Peningkatan vaskuler serebral

Do: Nyeri
- Tanda-tanda ↓
vital Suplai darah ke otak menurun
TD: 140/90 ↓
N: 90x Resiko ketidakefektifan
S: 36,7 perfusi jaringan otak
RR: 28x
3 Ds: Kurang terpajan informasi Kurang
- Pasien ↓ pengetahuan
mengatakan Kurang pengetahuan
belum tahu cara
perawatan
terhadap
penyakitnya
Do:
- Pasien bertanya
cara perawatan
terhadap
penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipertensi.
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit.

3. Perencanaan Keperawatan
No Dx Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah 1. Monitor tanda- 1. Agar tanda-
jantung b.d dilakukan tanda vital. tanda vital
peningkatan tindakan pasien terpantau
afterload, keperawatan 2. Catat adanya
vasokontriksi, selam 3 x 24 tanda dan gejala 2. Agar tidak
iskemia miokard, jam penurunan penurunan terjadi
hipertropi curah jantung cardiac putput penurunan
ventricular teratasi dengan cardiac output
3. Monitor balance
kriteria hasil: yang lebih
cairan
- TTV dalam parah
rentang
normal 3. Agar status
- Tidak ada cairan pasien
edema paru, terpantau
perifer, tidak
ada asites
2 Resiko Setelah 1. Monitor tanda- 1. Agar tanda-
ketidakefektifan dilakukan tanda vital. tanda vital
perfusi jaringan tidakan pasien
otak b.d keperawatan 2. Pantau dan catat terkontrol.
hipertensi selama 3 x 24 status neurologis
jam, diharapkan dan bandingkan 2. Dapat
suplai aliran dengan keadaan mengurangi
darah ke otak normalnya. kerusakan otak
lancar dengan lebih lanjut
kriteria hasil: 3. Tinggikan posisi
- Tidak ada kepala 30-45 3. Menurunkan
keluhan derajat dalam tekanan arteri
nyeri kepala posisi anatomis. dengan
- TTV dalam meningkatkan
batas normal 4. Kolaborasi dalam drainase dan
pemberian meningkatkan
oksigen sesuai sirkulasi atau
indikasi. perfusi cerebral.

4. Menurunkan
hipoksia yang
dapat
menyebabkan
vasodilatasi
cerebral dan
tekanan
meningkat atau
terbentuknya
edema
3 Kurangnya Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk
pengetahuan b.d dilakukan penegetahuan mengetahu
kurangnya tindakan pasien tingkat
informasi tentang keperawatan pengetahuan
proses penyakit selama 3 x 24 2. Berikan penkes pasien
jam mengenai 2. Agar pasieen
pengetahuan hipertensi mengetahui
pasien tentang
bertambah 3. Jelaskan hipertensi
dengan kriteria mengenai 3. Agar pasien
hasil: penyebab dari tahu penyebab
- Pasien dapat hipertensi dari hipertensi
mengetahui 4. Agar pasien
4. Jelaskan cara
penyebab dari tahu perawatan
perawatan
penyebab dari hipertensi
hipertensi
penyakitnya
- Pasien dapat
mengetahui
cara
perawatan
terhadap
penyakitnya

4. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan mlibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut Craven
dan Himle, evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien
yang tampil.
DAFTAR PUSTAKA

Ningrum.2020. Volume 8 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Jakarta :


Kedokteran Universitas Indonesia
Adnil Basha.2019.Penyakit Jantung Hipertensif. Buku Ajar Kardiologi.Balai Penerbit:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Marulam M. Panggabean; Penyakit Jantung Hipertensi; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi Keempat
Morton,et al. (2018). Volume 1 Keperawatan kritis pendekatan asuhan holistik Jakarta:
kedokteran EGC
Price, S. A. and Wilson, L.M. (2019). Fisiologi: Proses-Proses Penyakit Ed 4. Jakarta: EGC
Alsagaff, H dan Mukty, 2018. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.Jakarta: Airlangga University
Perss

Anda mungkin juga menyukai