Disusun Oleh :
2020
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) (Adib,
2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan tekanan darah
secara mendadak tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini
tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan
obat – obatan anti hipertensi oral. Sedangkan hipertensi emergensi
(darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget.
Hipertensi emergensi ini harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu
jam dengan memberikan obat – obatan anti hipertensi intravena.
1. Hipertensi refrakter: respons pengobatan tidak memuaskan dan
Tekanan darah > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan
pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan
pasien.
2. Hipertensi akselerasi : Tekanan darah meningkat (Diastolik) > 120
mmHg disertai dengan kelainan fundudkopi KW III. Bila tidak
diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan Tekanan
darahdiastolik > 120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV
disertai papiledema, peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang
cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita
tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada
penderita dengan riwayat hipertensi essensial atupun sekunder dan
jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai Tekanan
darah normal.
4. Hipertensi enselofati: kenaikan Tekanan darah dengan tiba-tiba
disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan
kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi teversible bila Tekanan
darah diturunkan.
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, keseluruh tubuh
alcohol, konsentrasi garam, obesitas sedangkan nutrisi dalam
sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah
Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema
(Pathway Hipertensi)
(Amin Huda Nurarif, 2015)
E. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi
yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,
2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD.
b. Urine : Urinelisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana)
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus
tertentu), biopsi renald ( kasus tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal
tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
(Sodoyo, 2006).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Hipertensi Urgensi
a. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi urgensi tidak membutukan obat-obatan parenteral.
Pemberan obat-obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk
menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (Mean Arterial
Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase
awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg.
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mau oral
bukan tanpa resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian
loading dose obat oral anti hipertensi dapat menimbulkan efek
akumulasi dan pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke
rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral merupakan
pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.
2. Hipertensi Emergensi
a. Penatalaksanaan Umum.
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Managemen tekanan darah
dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikonrol dengan pemantauan yang tepat.
Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi
Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2 – 3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah
secara cepat dan berlebihan akan mengakibatkan jantung dan
pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.
I. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala seperti
sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.
pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan
karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat dalam
waktu singkat, menyebabkan gangguan atau kerusakan pada organ target.
1. Jantung
a. Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada
ventrikel kiri, sehingga terjadi payah jantung sering dalam bentuk
edema paru.
b. Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan
sirkulasi koroner, maka peningkatan tekanan darah dapat
menyebakan insufisiensi koroner akut. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya preload menyebabkan kebutuhan oksigen oleh
miokard meningkat, sehingga terjadi iskemia miokard akut.
2. Pembuluh darah
a. Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang
berperan penting dalam timbulnya kerusakan target organ.
b. Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta adalah diseksi aorta. Di
sini terjadi robekan pada intima aorta yang disertai masuknya darah
ke dalam dinding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya.
3. Retina
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis
hipertensi. Pada umumnya terjadi eksudat, perdarahan, dan papil
bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
4. Ginjal
Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik
daeri nefron. Hal ini disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan
proliferasi sel-sel intima pada arteri interlobular. Akibatnya ialah
menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
5. Otak
a. Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang
berat. Gejala-gejala ensefalopati seperti nyeri kepala hebat,
muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkan karena spasme
pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-
arteri otak dan nekrosis fibrinoid dari arteriol yang luas. Dilatasi
arteri ini disebabkan gagalnya sistem autoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema
otak.
b. Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh karena tekanan
darah yang tinggi dan disertai adanya mikroaneurisma pembuluh
darah otak.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
2. Pengkajian Primer
1) Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak
ahli anestesi dan bawa segera mungkinke ICU
2) Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahan kansaturasi > 92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang
mengindikasikan kongesti paru
3) Circulation
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)
4) Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVP.
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis
segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
5) Exposure
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, hifertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan
cairan intravaskular
4. Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan
dengan penurunan suplai O2 ke otak
C. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC
jantung/ Risiko keperawatan selama 3 x 24 jam Managemen asam basa
penurunan curah diharapkan tidak terjadi
jantung penurunan curah jantung dengan Pertahankan kepatenan jalan
Batasan criteria hasil: nafas
Karakteristik: Tujuan : Posisikan klien untuk
Perubahan Keefektifan pompa mendapatkan ventilasi yang
Frekuensi/Irama jantung adekuat (mis., membuka
Jantung Status sirkulasi jalan nafas dan menaikkan
□ Bradikardia Kriteria Hasil : posisi kepala ditempat tidur)
□ Perubahan EKG 1. Keefektifan pompa Monitor kecenderungan Ph
(Contoh : aritmia, jantung arteri, PaCO2 dan HCO3
abnormalitas Tekanan darah sistol dalam rangka
konduksi, iskemia) normal mempertimbangkan jenis
□ Palpitasi Tekanan darah ketidakseimbangan yang
□ Takikardia diastole normal terjadi (mis., respiratorik atau
Perubahan Preload Denyut jantung apical metabolic) dan kompensasi
□ Penurunan tekanan normal mekanisme fisiologis yang
vena sentral Denyut nadi perifer terjadi (mis., kompensasi
(Central venous normal paru atau ginjal dan
pressure, CVP) penyangga fisiologis)
Tekanan vena sentral
□ Peningkatan Pertahankan pemeriksaan
normal
tekanan vena berkala terhadap pH arteri
Keeimbangan intake
sentral (Central dan plasma elektrolit untuk
dan output dalam 24
venous pressure, membuat perencanaan
jam
CVP) perawatan yang akurat
2. Status sirkulasi
□ Penurunan tekanan Ambil specimen yang
Tekanan darah sistol
arteri paru diinstruksikan untuk
normal
(Pulmonary artery mendapatkan analisa
Tekanan darah
wedge pressure, keseimbangan asam basa
diastole normal
PAWP) (mis., analisa gas darah,
Tekanan nadi normal
□ Peningkatan urine, dan serum)
Saturasi oksigen
tekanan arteri paru Monitor pengelolaan yang
normal
(Pulmonary artery mencampur asam-basa (mis.,
Tekanan vena sentral
wedge pressure, alkalosis respiratorik dan
normal
PAWP) Tekanan darah rata- metabolic asidoseis primer)
□ Edema rata normal Monitor pola pernafasan
□ Keletihan PaO2 (Tekanan parsial Menitor penentuan
□ Murmur oksigen dalam darah pengangkutan oksigen ke
□ Distensi vena arteri) normal jaringan (mis., rendahnya
jugularis PaCO2 (Tekanan PaO2 SaO2 level hemoglobin
□ Peningkatan berat parsial dan kardia output) jika
badan karbondioksida) tersedia
Perubahan Afterload normal Monitor adanya gejala
□ Warna kulit yang kegagalan pernapasan
abnormal misalnya rendahnya PaO2
(Contoh : pucat, dan meningkatnya level
kehitam- PaCO2 dan kelelahan otot
hitaman/agak pernapasan
hitam, sianosis) Monitor intake dan output
□ Perubahan tekanan Monitor kehilangan asam
darah (mis., muntah pengeluaran
□ Kulit lembab nasogastric, diare, dan
□ Penurunan nadi diuresis) dengan cara yang
perifer tepat
□ Penurunan
Monitor neurologi (mis.,
resistensi vaskular
tingkat kesadaran dengan
paru (Pulmonary
tepat
Vascular
Berikan pengobatan nyeri
Resistance, PVR)
dengan tepat
□ Peningkatan
Berikan terapi oksigen
resistensi vaskular
dengan tepat
paru (Pulmonary
Vascular
Cardiac Care
Resistance, PVR)
Evaluasi adanya nyeri dada
□ Penurunan
(Intesitas, lokasi, rambatan,
resistensi vaskular
durasi, serta faktor yang
sistemik Systemic menimbulkan dan
Vascular meringankan gejala).
Resistance, PVR) Monitor EKG untuk
□ Peningkatan perubahan ST, jika
resistensi vaskular diperlukan.
sistemik (Systemic Lakukan penilaian
Vascular komprehenif untuk sirkulasi
Resistance, PVR) perifer (Cek nadi perifer,
□ Dispnea edema,CRT, serta warna dan
□ Oliguria temperatur ekstremitas)
□ Pengisian kapiler secara rutin.
memanjang Monitor tanda-tanda vital
Perubahan secara teratur.
Kontraktilitas Monitor status
□ Batuk kardiovaskuler.
□ Crackle Monitor disritmia jantung.
□ Penurunan indeks Dokumentasikan disritmia
jantung jantung.
□ Penurunan fraksi
Catat tanda dan gejala dari
ejeksi
penurunan curah jantung.
□ Penurunan indeks
Monitor status repirasi
kerja pengisian
sebagai gejala dari gagal
ventrikel kiri (Left
jantung.
ventricular stroke
Monitor abdomen sebagai
work index,
indikasi penurunan perfusi.
LVSWI)
Monitor nilai laboratorium
□ Penurunan indeks
terkait (elektrolit).
volume sekuncup
Monitor fungsi peacemaker,
(Stroke volume
jika diperlukan.
index, SVI)
Evaluasi perubahan tekanan
□ Ortopnea
darah.
□ Dispnea
Sediakan terapi antiaritmia
parokismal berdasarkan pada
nokturnal kebijaksanaan unit (Contoh
□ Bunyi S3 medikasi antiaritmia,
□ Bunyi S4 cardioverion, defibrilator),
Perilaku/Emosi jika diperlukan.
□ Kecemasan atau Monitor penerimaan atau
ansietas respon pasien terhadap
Gelisah medikasi antiaritmia.
Berhubungan Monitor dispnea, keletihan,
dengan: takipnea, ortopnea.
□ Perubahan
frekuensi jantung Cardiac Care : Acute
(Heart rate, HR) □ Monitor kecepatan pompa dan
□ Perubahan ritme ritme jantung.
jantung □ Auskultasi bunyi jantung.
□ Perubahan □ Auskultasi paru-paru untuk
afterload crackles atau suara nafas
□ Perubahan tambahan lainnya.
kontraktilitas □ Monitor efektifitas terapi
□ Perubahan preload oksigen, jika diperlukan.
□ Perubahan volume □ Monitor faktor-faktor yang
sekuncup mempengaruhi aliran oksigen
(PaO2, nilai Hb, dan curah
jantung), jika diperlukan.
□ Monitor status neurologis.
□ Monitor fungsi ginjal (Nilai BUN
dan kreatinin), jika diperlukan.
□ Administrasikan medikasi untuk
mengurangi atau mencegah nyeri
dan iskemia, sesuai kebutuhan.
□ Kelembaban membran
mukosa Fluid Monitoring
□ Serum elektrolit □ Monitor tanda dan gejala asites
□ Hematokrit Monitor tekanan darah, denyut
□ Berat jenis urine jantung, dan status pernapasan
□ Hipotensi ortostatik
□ Suara nafas adventif
□ Asites
□ Distensi vena leher
□ Edema perifer
□ Bola mata cekun dan
lembek
□ Konfusi
□ Kehausan
□ Keram otot
□ pusing
4. Risiko Setelah dilakukan asuhan Cerebral perfusion promotion
Ketidakefektifan keperawatan selama ...x... jam □ Konsultasi dengan dokter
Perfusi Jaringan Otak tidak terjadi peningkatan tekanan untuk menentukan parameter
Faktor Risiko: intra kranial dengan kriteria hemodinamik, dan
□ Agens hasil : mempertahankan hemodinamik
farmaseutikal NOC : dalam rentang yg diharapkan
□ Aterosklerosis Tissue Perfusion: Cerebral □ Monitor MAP
aortic □ Tekanan darah (sistolik □ Berikan agents yang
□ Baru terjadi dan diastolik) dalam memperbesar volume
infark batas normal intravaskuler misalnya (koloid,
miokardium □ MAP dalam batas normal produk darah, atau kristaloid)
□ Diseksi arteri □ Sakit kepala □ Konsultasi dengan dokter
□ Embolisme berkurang/hilang untuk mengoptimalkan posisi
□ Endocarditis □ Tidak gelisah kepala (15-30 derajat) dan
infektif □ Tidak mengalami muntah monitor respon pasien terhadap
□ Fibrilasi □ Tidak mengalami pengaturan posisi kepala
atrium penurunan kesadaran □ Berikan calcium channel
□ Hiperkoleterol blocker, vasopressin, anti nyeri,
imia anti coagulant, anti platelet, anti
□ Hipertensi trombolitik
□ Kardiomiopati □ Monitor nilai PaCO2, SaO2
dilatasi dan Hb dan cardiac out put
□ Katup untuk menentukan status
prostetik pengiriman oksigen ke jaringan
mekanis
□ Koagulasi
intravascular
diseminata
□ Koagulapati
(mis. Anemia
sel sabit)
□ Masa
prothrombin
abnormal
□ Masa
trombaplastin
parsial
abnormal
□ Miksoma
atrium
□ Neoplasma
otak
□ Penyalahguna
an zat
□ Segmen
ventrikel kiri
akinetic
□ Sindrom sick
sinus
□ Stenosis
carotid
□ Stenosis mitral
□ Terapi
trombolitik
□ Tumor otak
(mis.Ganggun
serebrovaskul
ar, penyakit
neurologis,
trauma,
tumor)
(NANDA, 2015., Bulechek, GM. Butcher, HK. Dochterman, JM. Wagner, CM.
2016., Moorhead,S. Johnson, L. Maas, ML. Swanson, E. 2016.)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.
E. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap
klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai
status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights