DENGAN HIPERTENSI
NIM: 203221122
B13-A
1. Definisi
Hipertensi adalah hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Riskesdas 2013).Hipertensi adalah gangguan yang
terjadi pada sistem peredarah darah sehingga tekanan darah menjadi di atas batas
normal.Karena itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah tinggi. Pada
saat pengukuran tekanan darah, biasanya akan menghasilkan dua angka yang mana
masing-masing menunjukkan angka yang lebih tinggi dan lebih rendah. Angka yang lebih
tinggi didapatkan ketika jantung kita berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat.Tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah pada arteri utama di dalam
2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya
hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah
kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah yang tinggi secara akut yang dapat dipicu oleh beberapa
faktor seperti kelainan hormonal tertentu, misalnya krisis tiroid, krisis feokromositoma,
kehamilan dengan preeclampsia/eklampsia, penyalahgunaan obat – obat tertentu seperti
cocaine dan amfetamin, luka bakar, trauma kepala, glomerulonephritis akut, pembedahan
dan lain – lain akan memicu terjadinya peningkatan resistensi vascular sistemik yang
selanjutnya bisa berdampak terjadinya kerusakan organ target melalui dua jalur, yaitu
peningkatan tekanan darah yang demikian akan menimbulkan kerusakan sel – sel endotel
pembuluh darah yang akan diikuti dengan pengendapan sel – sel platelet dan fibrin
sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis fibrinoid dan proliferasi intimal. Disisi lain
terjadi peningkatan sekresi zat – zat vasokontriktor ,seperti renninangiotensin dan
katekolamin,sebagai mekanisme kompensasi yang semakin mempertinggi peningkatan
tekanan darah sehingga terjadi pula natriuresis spontan yang mengakibatkan penurunan
volume intravascular.Kedua jalur mekanisme tersebut akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah yang semakin tinggi sehingga menimbulkan iskemia jaringan dan pada
akhirnya menyebabkan disfungsi organ.
Kerusakan organ target yang sering dijumpai pada pasien dengan hipertensi
emergensi terutama berkaitan dengan otak, jantung dan ginjal. Berbagai kerusakan organ
target yang bisa dijumpai : hipertensi malignant dengan papiledema, berkaitan dengan
cerebrovaskular (seperti Infark cerebral, intracerebral hemorrhage, subarachnoid
hemorrhage ), trauma kepala, berkaitan dengan kardiak (seperti diseksi aorta akut, gagal
jantung akut, infark miokard akut / mengancam), setelah operasi bedah pintas koroner (by
pass coronary), berkaitan dengan ginjal (seperti glomerulonephritis akut, hipertensi
renovaskular, krisis renal akibat penyakit kolagen – vascular dan hipertensi berat setelah
transpalntasi ginjal), berkaitan dengan kadar katekolamin yang berlebihan( seperti krisis
feokromositoma, interaksi antara makanan atau obat – obatan dengan monoamine oxidase
inhibitor, pemakaian obat simpatomimetik (kokain), rebound hipertensi akibat penghentian
mendadak obat – obat antihipertensi dan hiperrefleksia automatic setelah cedera tulang
belakang), preeklampsi / eklampsi, berkaitan dengan pembedahan (seperti hipertensi berat
pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca
operasi), luka bakar yang luas / berat, epistaksis yang berat, purpura trombotik
trombositopenia (Varon & Marik, 2003).
4. Pohon Masalah
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, keseluruh tubuh
alcohol, konsentrasi garam, obesitas sedangkan nutrisi dalam
sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah
Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema
5. Klasifikasi Hipertensi
Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment of High Blood Pressure,
badan penelitian hipertensi di Amerika Serikat yang dikenal dengan sebutan JPC-V, membuat
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi menurut JPC-V AS
Hipertensi
a. Sering gelisah
b. Wajah merah
d. Mudah marah
e. Telinga berdengung
f. Sukar tidur
g. Sesak nafas
i. Mudah lelah
j. Mata berkunang-kunang
k. Epistaksis
b. Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
hipertensi essensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi
sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes, ginjal, pembuluh darah, atau
berhubungan dengan kehamilan, Rilantono (2002). Meskipun hipertensi essensial atau primer
belum diketahui penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi esensial. Faktor tersebut ada yang bisa diubah dan ada yang
1) Usia
penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa
yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia
memang sangat wajar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah dan hormon. Namun jika perubahan ini disertai dengan faktor risiko lain bisa memicu
2) Genetik
Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Apabila salah satu dari orangtua kita mengalami
hipertensi, maka kita memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 25%.Apabila kedua orang tua
menderita hipertensi, maka risiko terkena hipertensi lebih besar yaitu sebanyak 60%. Penelitian
telah dilakukan pada penderita hipertensi di kalangan orang kembar dan anggota keluarga yang
sama menunjukan ada faktor keturunan yang berperan dalam kasus tertentu. Namun, kemungkinan
itu tidak selamanya terjadi.Ada seseorang yang sebagaian besar keluarganya menderita hipertensi,
tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut (Yulianti dan Sitanggang, 2006).
3) Jenis kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki lebih banyak yang
menderita hipertensi. Namun hal ini akan terjadi sebaliknya setelah berusia 55 tahun ketika
sebagian besar wanita mengalami menopause. Hipertensi lebih banyak dijumpai terhadap wanita
1) Konsumsi alkohol
Hampir 5-20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi alkohol yang
berlebihan.Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol setiap hari dapat
meningkatkan risiko terserang hipertensi sebesar dua kali (Yulianti dan Sitanggang, 2006).Faktor
konsumsi alkohol ditemukan pada satu dari sepuluh orang yang menderita hipertensi.Pada
umumnya orang yang menderita tekanan darah tinggi harus menjaga agar konsumsi alkoholnya
rendah.Batas yang masih aman yaitu dua unit sehari.Satu unit berupa satu seloki minuman keras,
atau satu gelas anggur atau seperempat liter bir. Batas aman mengkonsumsi alkohol untuk pria 21
unit dalam 1 minggu dan untuk wanita 14 unit dalam 1 minggu (Semple, 1991).
Kurang melakukan aktivitas fisik (olah raga) dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang penyakit hipertensi.Penelitian menunjukan bahwa latihan olah raga dapat menurunkan
tekanan sistolik dan diastolik pada orang dewasa yang sehat dan penderita tekanan darah tinggi
yang ringan.Sedangkan pada penderita hipertensi yang berat olahraga memang tidak dapat
menurunkan tensi, namun dapat membuat penderita menjadi lebih santai.Senam aerobik dapat
menenangkan sistem saraf simpatik, sehingga melambatkan denyut jantung, dapat mengeluarkan
banyak cairan tubuh yang berefek pada penurunan tekanan darah (Noviyanti, 2015).
(sodium) di dalamnya memegang peranan penting terhadap meningkatnya takanan darah yang
menyebabkan timbulnya hipertensi.Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium, baik yang
berupa garam dapur yang ditambahkan sewaktu memasak, maupun semua bahan makanan yang
mengandung natrium tinggi seperti penyedap makanan dan natrium karbonat (Noviyanti,
2015).Konsumsi garam dapur yang mengandung sodium dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
Minum banyak kopi dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk
sementara waktu. Seseorang yang memiliki kecenderungan timbul denyut jantung tambahan atau
jantung berdebar-debar, maka kafein dalam kopi dapat memperburuk keadaan tersebut (Semple,
1991).
Mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol, sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan
meningkatkan pembentukan plak dalam arteri. Akibatnya arteri menyempit dan sulit untuk
meningkatkan hipertensi adalah makanan–makanan seperti lobster (udang besar), otak, jeroan,
lemak hewani, keju, gorengan dan santan kental. Makanan ini memiliki risiko hipertensi karena
makanan ini mengandung kadar kolesterol yang tinggi yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi darah tinggi. Hal pertama dan utama
yang perlu diubah adalah menu makanan. Ganti menu makan dengan buah-buahan dan sayuran
segar. Buah dan sayur yang baik dikonsumsi sehari-hari untuk mengatasi tekanan darah tinggi
seperti seledri, tomat, buah beri, mengkudu, buah jeruk, semangka, pisang, avokad, belimbing,
buah naga, sayuran hijau (brokoli, bayam), air putih (Noviyanti, 2015).
Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peranan penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengendung angiotensinogen yang diproduksi dalam hati. Selanjurnya hormon renin
(diproduksi oleh ginjal) akan dirubah menjadi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensi II
inilah yang memiliki peranan kunci untuk meningkatkan tekanan darah melalui dua aksi utama
(Noviyanti, 2015).
Pertama, dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH
dieksekresikan keluar tubuh sangat sedikit, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Kemudian terjadi peningkatkan volume darah, sehingga tekanan
Kedua, dengan menstimulus sekresi aldosteron (hormon streoid yang memiliki peranan
penting pada ginjal) dari korteks adrenal. Pengaturan volume cairan ekstraseluler oleh aldosteron
dilakukan dengan mengurangi ekskresi natrium klorida (garam) dengan cara mereabsorsinya dari
tubulus ginjal. Pengurangan ekskresi natrium klorida, menyebabkan naiknya konsentrasi natrium
klorida yang kemudian diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler, maka terjadilah peningkatan volume dan tekanan darah. Terjadi peningkatan
b. Arteri besar dan kaku, tidak lentur, sehingga pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut tidak dapat mengembang. Darah kemudian akan mengalir melalui pembuluh yang
sempit sehingga tekanan darah naik. Menebal dan kakunya dinding arteri pada orang yang
berusia lanjut dapat terjadi karena arterioklerosis (penyumbatan pembuluh arteri). Peningkatan
tekanan darah mungkin juga terjadi karena adanya rangsangan saraf atau hormon di dalam
c. Pada penderita kelainan fungsi ginjal, terjadi ketidakmampuan membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik
(Noviyanti, 2015).
2. Komplikasi hipertensi
sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ akibat tekanan darah tinggi kronis. Jika hipertensi
ini terjadi secara berkepanjangan maka akan meningkatkan risiko terkena stroke, serangan
Perilaku kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan oleh penderita hipertensi untuk melakukan perawatan,
pengobatan, serta kontrol tekanan darah di pelayanan kesehatan, baik dapat diamati secara
terkontrolnya tekanan darah adalah gizi, kepatuhan minum obat antihipertensi, aktifitas fisik,
sedangkan yang tidak berhubungan yaitu kebiasaan merokok dan tingkat stress.
Hasil penelitian oleh Gama, dkk (2014) di Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar
hipertensi didapatkan hasil bahwa dari 64 orang responden yang diteliti, mayoritas responden
berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 30 orang responden (47%), sebanyak 48 orang
responden (75%) sebagian besar berjenis kelamin pria, responden pendidikan sebagian besar
27 orang responden tidak sekolah (42%), sedangkan 40 orang responden (63%) sebagian
besar bekerja sebagai petani, sebagian besar dari 40 orang respnden (63%) ketidakpatuhan
penelitian oleh Ria (2015) tentang gambaran kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di
Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor pendorong dalam melakukan kontrol tekanan darah
ke pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi adalah 70% arahan petugas kesehatan
untuk mengontrol tekanan darah, sementara faktor penghambat dalam melakukan kontrol
tekanan darah sebagian besar tidak ada transportasi dan merasa tidak butuh karena tidak ada
keluhan.
1. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Sodoyo, 2006).
7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium,
dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik - teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
8. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan
jantung. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan
mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral
(otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah
parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke,
lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola
makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti
kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.
kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen
utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata
B. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
1. Pengobatan farmakologisya itu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter.
2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan :
a. Mengurangi asupan garam dan lemak
b. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol
c. Berhenti merokok bagi yang merokok
d. Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan
e. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
f. Menghindari ketegangan
g. Istirahat cukup
h. Hidup tenang
3. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
a. Kontrol teratur
b. Minum obat teratur
c. Diit rendah garam dan lemak
C. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya.
2. Buah-buahan keculi buah durian.
3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna.
4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih
telurnya saja.
5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak).
Alat dan Bahan : 100 gram timun, jeruk nipis, es,gula,air,gelas, blender
1. Manfaat Buah Mentimum(Cucumis Sativus )
Kandungan pada mentimun yang mampu membantu menurunkan tekanan darah,
kandungan pada mentimun diantaranya kalium (potassium), magnesium, dan fosfor efektif
mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya
yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah . Kalium merupakan elektrolit
intraseluler yang utama, dalam kenyataan, 98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2%
sisanya berada di luar sel, yang penting adalah 2% ini untuk fungsi neuromuskuler. Kalium
mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung. Peran kalium telah banyak
diteliti dalam kaitannya dengan regulasi tekanan darah, beberapa mekanisme bagaimana
kalium dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut:
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan menimbulkan efek vasodilatasi sehingga
menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.
Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan
intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.
Tak hanya itu saja, mentimun juga kaya vitamin C, kalium, dan antioksidan, seperti
karotenoid dan tokoferol. Nutrisi-nutrisi ini dibutuhkan tubuh untuk mengontrol atau
menurunkan tekanan darah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hifertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak dibuktikan dengan turunya suplai O2
ke otak
8. Risiko cedera dibuktikan dengan penurunan kesadaran atau penglihatan ganda
(diplopia)
3. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC
jantung berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Managemen asam basa
peningkatan jam diharapkan tidak terjadi 1. Pertahankan kepatenan jalan
dengan
penurunan curah jantung nafas
afterload,
dengan criteria hasil: 2. Posisikan klien untuk
vasokontriksi,
mendapatkan ventilasi yang
hipertrofi atau rigiditas Tujuan :
1. Keefektifan pompa adekuat (mis., membuka jalan
vaskuler, iskemia
jantung nafas dan menaikkan posisi
miokard
2. Status sirkulasi kepala ditempat tidur)
Kriteria Hasil : 3. Monitor kecenderungan Ph
1. Keefektifan pompa arteri, PaCO2 dan HCO3 dalam
jantung rangka mempertimbangkan jenis
a. Tekanan darah ketidakseimbangan yang terjadi
sistol normal (mis., respiratorik atau
b. Tekanan darah metabolic) dan kompensasi
diastole normal mekanisme fisiologis yang
c. Denyut jantung terjadi (mis., kompensasi paru
apical normal atau ginjal dan penyangga
d. Denyut nadi fisiologis)
perifer normal
e. Tekanan vena 4. Pertahankan pemeriksaan
sentral normal berkala terhadap pH arteri dan
f. Keeimbangan plasma elektrolit untuk
intake dan output membuat perencanaan
dalam 24 jam perawatan yang akurat
2. Status sirkulasi 5. Ambil specimen yang
a. Tekanan darah diinstruksikan untuk
sistol normal mendapatkan analisa
b. Tekanan darah keseimbangan asam basa (mis.,
diastole normal analisa gas darah, urine, dan
c. Tekanan nadi serum)
normal 6. Monitor pengelolaan yang
d. Saturasi oksigen mencampur asam-basa (mis.,
normal alkalosis respiratorik dan
e. Tekanan vena metabolic asidoseis primer)
sentral normal 7. Monitor pola pernafasan
f. Tekanan darah 8. Menitor penentuan
rata-rata normal pengangkutan oksigen ke
g. PaO2 (Tekanan jaringan (mis., rendahnya PaO2
parsial oksigen SaO2 level hemoglobin dan
dalam darah kardia output) jika tersedia
arteri) normal 9. Monitor adanya gejala
h. PaCO2 (Tekanan kegagalan pernapasan misalnya
parsial rendahnya PaO2 dan
karbondioksida) meningkatnya level PaCO2 dan
normal kelelahan otot pernapasan
10. Monitor intake dan output
11. Monitor kehilangan asam (mis.,
muntah pengeluaran
nasogastric, diare, dan diuresis)
dengan cara yang tepat
12. Monitor neurologi (mis., tingkat
kesadaran dengan tepat
13. Berikan pengobatan nyeri
dengan tepat
14. Berikan terapi oksigen dengan
tepat
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada
(Intesitas, lokasi, rambatan,
durasi, serta faktor yang
menimbulkan dan meringankan
gejala).
2. Monitor EKG untuk perubahan
ST, jika diperlukan.
3. Lakukan penilaian komprehenif
untuk sirkulasi perifer (Cek nadi
perifer, edema,CRT, serta warna
dan temperatur ekstremitas)
secara rutin.
4. Monitor tanda-tanda vital secara
teratur.
5. Monitor status kardiovaskuler.
6. Monitor disritmia jantung.
7. Dokumentasikan disritmia
jantung.
8. Catat tanda dan gejala dari
penurunan curah jantung.
9. Monitor status repirasi sebagai
gejala dari gagal jantung.
10. Monitor abdomen sebagai
indikasi penurunan perfusi.
11. Monitor nilai laboratorium
terkait (elektrolit).
12. Monitor fungsi peacemaker, jika
diperlukan.
13. Evaluasi perubahan tekanan
darah.
14. Sediakan terapi antiaritmia
berdasarkan pada kebijaksanaan
unit (Contoh medikasi
antiaritmia, cardioverion,
defibrilator), jika diperlukan.
15. Monitor penerimaan atau respon
pasien terhadap medikasi
antiaritmia.
16. Monitor dispnea, keletihan,
takipnea, ortopnea.
Fluid Monitoring
1. Monitor tanda dan gejala asites.
2. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda vital (6680)
berhubungan dengan keperawatan selama…..x24 1. Periksa tanda vital sebelum dan
3. Hilangkan bahaya
1. Pasien lingkungan
mengenal tanda
dan gejala yang 4. Jauhkan objek berbahaya
mengindikasika dari lingkungan
n faktor resiko
5. Menjaga dengan siderail
cidera skala 5
jika diperlukan
2. Pasien dapat
6. Sediakan tempat tidur yang
mengidentifikas
rendah jika diperlukan
i resiko
kesehatan yang 7. Tempatkan furniture
mungkin terjadi diruangan dengan susunan
skala 5 terbaik untuk akomodasi
ketidakmampuan pasien
dan keluarga
8. Jauhkan dari pajanan yang
tidak diperlukan,
mengerikan dan panas
9. Manipulasi pencahayaan
untuk keuntungan
terapeutik
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.
5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai status kesehatan
klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapore: Elsevier Global Rights
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin H. Dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid II. Yogyakarta: Mediaction