Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PLKK KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

DENGAN HIPERTENSI

I GUSTI PUTU ARDANA

NIM: 203221122

B13-A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PLKK KOMPLEMENTER
DENGAN HIPERTENSI

1. Definisi
Hipertensi adalah hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau

tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Riskesdas 2013).Hipertensi adalah gangguan yang

terjadi pada sistem peredarah darah sehingga tekanan darah menjadi di atas batas

normal.Karena itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah tinggi. Pada

saat pengukuran tekanan darah, biasanya akan menghasilkan dua angka yang mana

masing-masing menunjukkan angka yang lebih tinggi dan lebih rendah. Angka yang lebih

tinggi didapatkan ketika jantung kita berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih

rendah ketika jantung sedang berelaksasi (Noviyanti, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam

masyarakat.Tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah pada arteri utama di dalam

tubuh terlalu tinggi (Shanty, 2011).

2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya
hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah
kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

3. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah yang tinggi secara akut yang dapat dipicu oleh beberapa
faktor seperti kelainan hormonal tertentu, misalnya krisis tiroid, krisis feokromositoma,
kehamilan dengan preeclampsia/eklampsia, penyalahgunaan obat – obat tertentu seperti
cocaine dan amfetamin, luka bakar, trauma kepala, glomerulonephritis akut, pembedahan
dan lain – lain akan memicu terjadinya peningkatan resistensi vascular sistemik yang
selanjutnya bisa berdampak terjadinya kerusakan organ target melalui dua jalur, yaitu
peningkatan tekanan darah yang demikian akan menimbulkan kerusakan sel – sel endotel
pembuluh darah yang akan diikuti dengan pengendapan sel – sel platelet dan fibrin
sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis fibrinoid dan proliferasi intimal. Disisi lain
terjadi peningkatan sekresi zat – zat vasokontriktor ,seperti renninangiotensin dan
katekolamin,sebagai mekanisme kompensasi yang semakin mempertinggi peningkatan
tekanan darah sehingga terjadi pula natriuresis spontan yang mengakibatkan penurunan
volume intravascular.Kedua jalur mekanisme tersebut akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah yang semakin tinggi sehingga menimbulkan iskemia jaringan dan pada
akhirnya menyebabkan disfungsi organ.

Kerusakan organ target yang sering dijumpai pada pasien dengan hipertensi
emergensi terutama berkaitan dengan otak, jantung dan ginjal. Berbagai kerusakan organ
target yang bisa dijumpai : hipertensi malignant dengan papiledema, berkaitan dengan
cerebrovaskular (seperti Infark cerebral, intracerebral hemorrhage, subarachnoid
hemorrhage ), trauma kepala, berkaitan dengan kardiak (seperti diseksi aorta akut, gagal
jantung akut, infark miokard akut / mengancam), setelah operasi bedah pintas koroner (by
pass coronary), berkaitan dengan ginjal (seperti glomerulonephritis akut, hipertensi
renovaskular, krisis renal akibat penyakit kolagen – vascular dan hipertensi berat setelah
transpalntasi ginjal), berkaitan dengan kadar katekolamin yang berlebihan( seperti krisis
feokromositoma, interaksi antara makanan atau obat – obatan dengan monoamine oxidase
inhibitor, pemakaian obat simpatomimetik (kokain), rebound hipertensi akibat penghentian
mendadak obat – obat antihipertensi dan hiperrefleksia automatic setelah cedera tulang
belakang), preeklampsi / eklampsi, berkaitan dengan pembedahan (seperti hipertensi berat
pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca
operasi), luka bakar yang luas / berat, epistaksis yang berat, purpura trombotik
trombositopenia (Varon & Marik, 2003).

4. Pohon Masalah

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, keseluruh tubuh
alcohol, konsentrasi garam, obesitas sedangkan nutrisi dalam
sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah

Metode koping tidak


Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional efektif

Penyumbatan Informasi yang Defisiensi Pengetahuan Ketidakefektifan


pembuluh darah minim koping

vasokontriksi Resistensi Nyeri kepala


pembuluh darah
otak
Resiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak perfusi jaringan otak

ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb. Spasme arteriol


Darah ginjal sistemik Koroner

Blood flow darah Risiko Cedera Vasokontriksi Iskemia miokard


Respon RAA Penurunan curah Afterload Nyeri
jantung

Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema

(Pohon Masalah Hipertensi)

5. Klasifikasi Hipertensi

Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment of High Blood Pressure,

badan penelitian hipertensi di Amerika Serikat yang dikenal dengan sebutan JPC-V, membuat

suatu klasifikasi baru sebagai berikut.

Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi menurut JPC-V AS

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih

Katagori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99


Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Satdium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

(Sumber : Dalaimartha & Wijaya dalam Reny, 2015)

a. Tanda dan gejala hipertensi


Menurut Martha (2012), gejala-gejala hipertensi pada masing-masing individu hampir

sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya antara lain:

a. Sering gelisah

b. Wajah merah

c. Tengkuk terasa pegal

d. Mudah marah

e. Telinga berdengung

f. Sukar tidur

g. Sesak nafas

h. Rasa berat ditengkuk

i. Mudah lelah

j. Mata berkunang-kunang

k. Epistaksis

b. Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu

hipertensi essensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi

sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes, ginjal, pembuluh darah, atau
berhubungan dengan kehamilan, Rilantono (2002). Meskipun hipertensi essensial atau primer

belum diketahui penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi esensial. Faktor tersebut ada yang bisa diubah dan ada yang

tidak bisa diubah (Gunawan, 2001).

a. Faktor yang tidak dapat diubah

1) Usia

Peningkatan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun

penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa

yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia

memang sangat wajar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh

darah dan hormon. Namun jika perubahan ini disertai dengan faktor risiko lain bisa memicu

terjadinya hipertensi (Yulianti dan Sitanggang, 2006).

2) Genetik

Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Apabila salah satu dari orangtua kita mengalami

hipertensi, maka kita memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 25%.Apabila kedua orang tua

menderita hipertensi, maka risiko terkena hipertensi lebih besar yaitu sebanyak 60%. Penelitian

telah dilakukan pada penderita hipertensi di kalangan orang kembar dan anggota keluarga yang

sama menunjukan ada faktor keturunan yang berperan dalam kasus tertentu. Namun, kemungkinan

itu tidak selamanya terjadi.Ada seseorang yang sebagaian besar keluarganya menderita hipertensi,

tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut (Yulianti dan Sitanggang, 2006).

3) Jenis kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki lebih banyak yang

menderita hipertensi. Namun hal ini akan terjadi sebaliknya setelah berusia 55 tahun ketika

sebagian besar wanita mengalami menopause. Hipertensi lebih banyak dijumpai terhadap wanita

(Yulianti dan Sitanggang, 2006).

b. Faktor yang dapat diubah

1) Konsumsi alkohol

Hampir 5-20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi alkohol yang

berlebihan.Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol setiap hari dapat

meningkatkan risiko terserang hipertensi sebesar dua kali (Yulianti dan Sitanggang, 2006).Faktor

konsumsi alkohol ditemukan pada satu dari sepuluh orang yang menderita hipertensi.Pada

umumnya orang yang menderita tekanan darah tinggi harus menjaga agar konsumsi alkoholnya

rendah.Batas yang masih aman yaitu dua unit sehari.Satu unit berupa satu seloki minuman keras,

atau satu gelas anggur atau seperempat liter bir. Batas aman mengkonsumsi alkohol untuk pria 21

unit dalam 1 minggu dan untuk wanita 14 unit dalam 1 minggu (Semple, 1991).

2) Faktor olah raga

Kurang melakukan aktivitas fisik (olah raga) dapat meningkatkan risiko seseorang

terserang penyakit hipertensi.Penelitian menunjukan bahwa latihan olah raga dapat menurunkan

tekanan sistolik dan diastolik pada orang dewasa yang sehat dan penderita tekanan darah tinggi

yang ringan.Sedangkan pada penderita hipertensi yang berat olahraga memang tidak dapat

menurunkan tensi, namun dapat membuat penderita menjadi lebih santai.Senam aerobik dapat

menenangkan sistem saraf simpatik, sehingga melambatkan denyut jantung, dapat mengeluarkan

banyak cairan tubuh yang berefek pada penurunan tekanan darah (Noviyanti, 2015).

3) Faktor konsumsi garam berlebih


Penderita hipertensi perlu membatasi asupan garam, karena kandungan mineral natrium

(sodium) di dalamnya memegang peranan penting terhadap meningkatnya takanan darah yang

menyebabkan timbulnya hipertensi.Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium, baik yang

berupa garam dapur yang ditambahkan sewaktu memasak, maupun semua bahan makanan yang

mengandung natrium tinggi seperti penyedap makanan dan natrium karbonat (Noviyanti,

2015).Konsumsi garam dapur yang mengandung sodium dianjurkan tidak lebih dari 6 gram

perhari, setara dengan 1 sendok teh.

4) Faktor konsumsi kopi

Minum banyak kopi dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk

sementara waktu. Seseorang yang memiliki kecenderungan timbul denyut jantung tambahan atau

jantung berdebar-debar, maka kafein dalam kopi dapat memperburuk keadaan tersebut (Semple,

1991).

5) Faktor pola makan

Mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol, sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan

meningkatkan pembentukan plak dalam arteri. Akibatnya arteri menyempit dan sulit untuk

mengembang.Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah (Yulianti dan Sitanggang,

2006).Menurut Kuntaraf dalam Lidya (2009) makanan-makanan yang berkontribusi

meningkatkan hipertensi adalah makanan–makanan seperti lobster (udang besar), otak, jeroan,

lemak hewani, keju, gorengan dan santan kental. Makanan ini memiliki risiko hipertensi karena

makanan ini mengandung kadar kolesterol yang tinggi yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi darah tinggi. Hal pertama dan utama

yang perlu diubah adalah menu makanan. Ganti menu makan dengan buah-buahan dan sayuran

segar. Buah dan sayur yang baik dikonsumsi sehari-hari untuk mengatasi tekanan darah tinggi
seperti seledri, tomat, buah beri, mengkudu, buah jeruk, semangka, pisang, avokad, belimbing,

buah naga, sayuran hijau (brokoli, bayam), air putih (Noviyanti, 2015).

1. Mekanisme terjadinya hipertensi


Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh Angiotencin

Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peranan penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengendung angiotensinogen yang diproduksi dalam hati. Selanjurnya hormon renin

(diproduksi oleh ginjal) akan dirubah menjadi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensi II

inilah yang memiliki peranan kunci untuk meningkatkan tekanan darah melalui dua aksi utama

(Noviyanti, 2015).

Pertama, dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH

diproduksi di hipotalakmus (kelenjar pituitary).Meningkatnya ADH menyebabkan urine yang

dieksekresikan keluar tubuh sangat sedikit, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik

cairan dari bagian intraseluler. Kemudian terjadi peningkatkan volume darah, sehingga tekanan

darah meningkat (Noviyanti, 2015).

Kedua, dengan menstimulus sekresi aldosteron (hormon streoid yang memiliki peranan

penting pada ginjal) dari korteks adrenal. Pengaturan volume cairan ekstraseluler oleh aldosteron

dilakukan dengan mengurangi ekskresi natrium klorida (garam) dengan cara mereabsorsinya dari

tubulus ginjal. Pengurangan ekskresi natrium klorida, menyebabkan naiknya konsentrasi natrium

klorida yang kemudian diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler, maka terjadilah peningkatan volume dan tekanan darah. Terjadi peningkatan

tekanan darah dapat disebabkan sebagai berikut :


a. Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga volume cairan yang mengalir

setiap detik bertambah besar.

b. Arteri besar dan kaku, tidak lentur, sehingga pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut tidak dapat mengembang. Darah kemudian akan mengalir melalui pembuluh yang

sempit sehingga tekanan darah naik. Menebal dan kakunya dinding arteri pada orang yang

berusia lanjut dapat terjadi karena arterioklerosis (penyumbatan pembuluh arteri). Peningkatan

tekanan darah mungkin juga terjadi karena adanya rangsangan saraf atau hormon di dalam

darah, sehingga arteri kecil mengkerut untuk sementara.

c. Pada penderita kelainan fungsi ginjal, terjadi ketidakmampuan membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik

(Noviyanti, 2015).

2. Komplikasi hipertensi

Hipertensi memiliki dampak yang mengakibatkan kematian.Komplikasi hipertensi

sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ akibat tekanan darah tinggi kronis. Jika hipertensi

ini terjadi secara berkepanjangan maka akan meningkatkan risiko terkena stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan gagal ginjal kronis (Noviyanti, 2015).

A. Perilaku Kontrol Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Perilaku kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan oleh penderita hipertensi untuk melakukan perawatan,

pengobatan, serta kontrol tekanan darah di pelayanan kesehatan, baik dapat diamati secara

langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Berdasarkan hasil penelitian Sukarja (2013) di Puskesmas 4 Denpasar Selatan yang

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terkontrolnya tekanan


darah pada hipertensi primer menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan

terkontrolnya tekanan darah adalah gizi, kepatuhan minum obat antihipertensi, aktifitas fisik,

sedangkan yang tidak berhubungan yaitu kebiasaan merokok dan tingkat stress.

Hasil penelitian oleh Gama, dkk (2014) di Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar

yang melakukan penelitian tentang faktor penyebab ketidakpatuhan kontrol penderita

hipertensi didapatkan hasil bahwa dari 64 orang responden yang diteliti, mayoritas responden

berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 30 orang responden (47%), sebanyak 48 orang

responden (75%) sebagian besar berjenis kelamin pria, responden pendidikan sebagian besar

27 orang responden tidak sekolah (42%), sedangkan 40 orang responden (63%) sebagian

besar bekerja sebagai petani, sebagian besar dari 40 orang respnden (63%) ketidakpatuhan

kontrol terbukti disebabkan oleh faktor pemahaman tentang instruksi.Berdasarkan hasil

penelitian oleh Ria (2015) tentang gambaran kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di

Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor pendorong dalam melakukan kontrol tekanan darah

ke pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi adalah 70% arahan petugas kesehatan

untuk mengontrol tekanan darah, sementara faktor penghambat dalam melakukan kontrol

tekanan darah sebagian besar tidak ada transportasi dan merasa tidak butuh karena tidak ada

keluhan.

1. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

2. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Sodoyo, 2006).

7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium,
dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik - teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

8. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan
jantung. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan
mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral
(otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah
parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke,
lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola
makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti
kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.
kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen
utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata

B. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
1. Pengobatan farmakologisya itu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter.
2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan :
a. Mengurangi asupan garam dan lemak
b. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol
c. Berhenti merokok bagi yang merokok
d. Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan
e. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
f. Menghindari ketegangan
g. Istirahat cukup
h. Hidup tenang
3. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
a. Kontrol teratur
b. Minum obat teratur
c. Diit rendah garam dan lemak
C. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya.
2. Buah-buahan keculi buah durian.
3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna.
4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih
telurnya saja.
5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak).

D. Makanan yang perlu dihindari


1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng.
2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing.
3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin.

E. Pengobatan tradisional hipertensi


Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan mengkonsumsi secara
teratur jus:
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Buah naga
4. Buah melon

Therapi Jus Mentimun untuk Menurunkan Tekanan Darah

Alat dan Bahan : 100 gram timun, jeruk nipis, es,gula,air,gelas, blender
1. Manfaat Buah Mentimum(Cucumis Sativus )
Kandungan pada mentimun yang mampu membantu menurunkan tekanan darah,
kandungan pada mentimun diantaranya kalium (potassium), magnesium, dan fosfor efektif
mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya
yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah . Kalium merupakan elektrolit
intraseluler yang utama, dalam kenyataan, 98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2%
sisanya berada di luar sel, yang penting adalah 2% ini untuk fungsi neuromuskuler. Kalium
mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung. Peran kalium telah banyak
diteliti dalam kaitannya dengan regulasi tekanan darah, beberapa mekanisme bagaimana
kalium dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut:
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan menimbulkan efek vasodilatasi sehingga
menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.
Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan
intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.
Tak hanya itu saja, mentimun juga kaya vitamin C, kalium, dan antioksidan, seperti
karotenoid dan tokoferol. Nutrisi-nutrisi ini dibutuhkan tubuh untuk mengontrol atau
menurunkan tekanan darah.

2. Indikasi dan Kontraindikasi pemberian Jus mentimun


Indikasi: a. Untuk menurunkan tekanan darah
b. Meningkatkan imunitas tubuh
c. Mencegah osteoporosis
d. Meningkatkan sistem saraf
e. Membantu menurunkan berat badan
Kontraindikasi : a.Menyebabkan kehilangaan cairan berlebihan dari dalam tubuh karena
mentimun mengandung cucurbitin,yakni senyawa yang mempunyai sifat
diuretik
b.Mengganggu proses pembekuan darah karena mentimun mengandung
vitamin K yang cukup tinggi
c.Dapat menyebabkan perut kembung
3. Cara Pengolahan Buah Mentimun
a. Bersihkan buah mentimun lalu potong kecil-kecil sesuai selera.
b. Masukkan ke dalam blender
c. Tambahkan 1/2 gelas air putih dan blender buah mentimun hingga hancur.
d. Tambahkan gula, air jeruk nipis dan sedikit es serut lalu blender lagi hingga mentimun
halus.
e. Saring jus mentimun ke dalam gelas dan tambahkan es serut ke dalam gelas.
f. Jus buah mentimun telah siap untuk disajikan dan menjadi minuman penurun darah
yang menyehatkan.
g. Minum 1 gelas sehari
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hifertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak dibuktikan dengan turunya suplai O2
ke otak
8. Risiko cedera dibuktikan dengan penurunan kesadaran atau penglihatan ganda
(diplopia)

3. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC
jantung berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Managemen asam basa
peningkatan jam diharapkan tidak terjadi 1. Pertahankan kepatenan jalan
dengan
penurunan curah jantung nafas
afterload,
dengan criteria hasil: 2. Posisikan klien untuk
vasokontriksi,
mendapatkan ventilasi yang
hipertrofi atau rigiditas Tujuan :
1. Keefektifan pompa adekuat (mis., membuka jalan
vaskuler, iskemia
jantung nafas dan menaikkan posisi
miokard
2. Status sirkulasi kepala ditempat tidur)
Kriteria Hasil : 3. Monitor kecenderungan Ph
1. Keefektifan pompa arteri, PaCO2 dan HCO3 dalam
jantung rangka mempertimbangkan jenis
a. Tekanan darah ketidakseimbangan yang terjadi
sistol normal (mis., respiratorik atau
b. Tekanan darah metabolic) dan kompensasi
diastole normal mekanisme fisiologis yang
c. Denyut jantung terjadi (mis., kompensasi paru
apical normal atau ginjal dan penyangga
d. Denyut nadi fisiologis)
perifer normal
e. Tekanan vena 4. Pertahankan pemeriksaan
sentral normal berkala terhadap pH arteri dan
f. Keeimbangan plasma elektrolit untuk
intake dan output membuat perencanaan
dalam 24 jam perawatan yang akurat
2. Status sirkulasi 5. Ambil specimen yang
a. Tekanan darah diinstruksikan untuk
sistol normal mendapatkan analisa
b. Tekanan darah keseimbangan asam basa (mis.,
diastole normal analisa gas darah, urine, dan
c. Tekanan nadi serum)
normal 6. Monitor pengelolaan yang
d. Saturasi oksigen mencampur asam-basa (mis.,
normal alkalosis respiratorik dan
e. Tekanan vena metabolic asidoseis primer)
sentral normal 7. Monitor pola pernafasan
f. Tekanan darah 8. Menitor penentuan
rata-rata normal pengangkutan oksigen ke
g. PaO2 (Tekanan jaringan (mis., rendahnya PaO2
parsial oksigen SaO2 level hemoglobin dan
dalam darah kardia output) jika tersedia
arteri) normal 9. Monitor adanya gejala
h. PaCO2 (Tekanan kegagalan pernapasan misalnya
parsial rendahnya PaO2 dan
karbondioksida) meningkatnya level PaCO2 dan
normal kelelahan otot pernapasan
10. Monitor intake dan output
11. Monitor kehilangan asam (mis.,
muntah pengeluaran
nasogastric, diare, dan diuresis)
dengan cara yang tepat
12. Monitor neurologi (mis., tingkat
kesadaran dengan tepat
13. Berikan pengobatan nyeri
dengan tepat
14. Berikan terapi oksigen dengan
tepat

Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada
(Intesitas, lokasi, rambatan,
durasi, serta faktor yang
menimbulkan dan meringankan
gejala).
2. Monitor EKG untuk perubahan
ST, jika diperlukan.
3. Lakukan penilaian komprehenif
untuk sirkulasi perifer (Cek nadi
perifer, edema,CRT, serta warna
dan temperatur ekstremitas)
secara rutin.
4. Monitor tanda-tanda vital secara
teratur.
5. Monitor status kardiovaskuler.
6. Monitor disritmia jantung.
7. Dokumentasikan disritmia
jantung.
8. Catat tanda dan gejala dari
penurunan curah jantung.
9. Monitor status repirasi sebagai
gejala dari gagal jantung.
10. Monitor abdomen sebagai
indikasi penurunan perfusi.
11. Monitor nilai laboratorium
terkait (elektrolit).
12. Monitor fungsi peacemaker, jika
diperlukan.
13. Evaluasi perubahan tekanan
darah.
14. Sediakan terapi antiaritmia
berdasarkan pada kebijaksanaan
unit (Contoh medikasi
antiaritmia, cardioverion,
defibrilator), jika diperlukan.
15. Monitor penerimaan atau respon
pasien terhadap medikasi
antiaritmia.
16. Monitor dispnea, keletihan,
takipnea, ortopnea.

Cardiac Care : Acute


1. Monitor kecepatan pompa dan ritme
jantung.
2. Auskultasi bunyi jantung.
3. Auskultasi paru-paru untuk crackles
atau suara nafas tambahan lainnya.
4. Monitor efektifitas terapi oksigen,
jika diperlukan.
5. Monitor faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran oksigen (PaO2,
nilai Hb, dan curah jantung), jika
diperlukan.
6. Monitor status neurologis.
7. Monitor fungsi ginjal (Nilai BUN
dan kreatinin), jika diperlukan.
8. Administrasikan medikasi untuk
mengurangi atau mencegah nyeri
dan iskemia, sesuai kebutuhan.
2. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Pain Management

dengan agen cedera keperawatan asuhan


1. Kaji secara komprehensip
keperawatan selama …x 2
biologis
terhadap nyeri termasuk lokasi,
jam, nyeri yang dirasakan
karakteristik, durasi, frekuensi,
klien berkurang dengan
kualitas, intensitas nyeri dan
criteria hasil :
faktor presipitasi
NOC label : Pain Control 2. Observasi reaksi
ketidaknyaman secara
1. Klien melaporkan
nonverbal
nyeri berkurang
3. Gunakan strategi komunikasi
2. Klien dapat
terapeutik untuk
mengenal lamanya
mengungkapkan pengalaman
(onset) nyeri
nyeri dan penerimaan klien
3. Klien dapat
terhadap respon nyeri
menggambarkan
4. Tentukan pengaruh pengalaman
faktor penyebab
nyeri terhadap kualitas hidup(
4. Klien dapat
napsu makan, tidur,
menggunakan teknik
aktivitas,mood, hubungan
non farmakologis
sosial)
5. Klien menggunakan
5. Tentukan faktor yang dapat
analgesic sesuai
memperburuk nyeri
instruksi
6. Lakukan evaluasi dengan klien
dan tim kesehatan lain tentang
Pain Level
1. Klien melaporkan ukuran pengontrolan nyeri yang
nyeri berkurang telah dilakukan
2. Klien tidak tampak 7. Berikan informasi tentang nyeri
mengeluh dan termasuk penyebab nyeri,
menangis berapa lama nyeri akan hilang,
3. Ekspresi wajah klien antisipasi terhadap
tidak menunjukkan ketidaknyamanan dari prosedur
nyeri 8. Control lingkungan yang dapat
4. Klien tidak gelisah mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara)
9. Hilangkan faktor presipitasi
yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri klien(
ketakutan, kurang pengetahuan)
10. Ajarkan cara penggunaan terapi
non farmakologi (distraksi,
guide imagery,relaksasi)
11. Kolaborasi pemberian analgesic

3. Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan NIC


cairan berhubungan keperawatan diharapkan Fluid Management

edema, pasien enunjukkan 1. Timbang berat badan setiap hari dan


dengan
cairan keseimbangan volume monitor status pasien
peningkatan
cairan dengan kriteria hasil : 2. Jaga intake/asupan yang akurat dan
intravaskuler
NOC catat output
1. Masukan dan haluaran 3. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika
seimbang. ada
2. BB stabil. 4. Monitor hasil laboratorium yang
3. Tanda vital dalam sesuai dengan retensi cairan
rentang normal (N:70- (peningkatan BUN, penurunan
80x/menit, R:16- hematokrit, peningkatan
20x/menit, S:36-37,2°C, osmolaritas urin)
T:120/80 mmHg) 5. Monitor tanda-tanda vital (tekanan
4. Oedema tidak ada. darah dan nadi)
6. Berikan deuretik, furosemide yang
diresepkan

Fluid Monitoring
1. Monitor tanda dan gejala asites.
2. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda vital (6680)
berhubungan dengan keperawatan selama…..x24 1. Periksa tanda vital sebelum dan

umum, jam terjadi peningkatan sesudah aktivitas


kelemahan
toleransi pada klien dengan 2. Catat respon kardiopulmonal
ketidakseimbangan
dan kriteriahasil : terhadap aktivitas, catata
antara suplai
1. Energi psikomotor takikardi, disritmik, dispnea,
kebutuhan oksigen
(0006) berkeringat, pucat
a. Menunjukkan 3. Kaji penyebab kelemahan
tingkat energy 4. Evaluasi peningkatan intoleransi
yang stabil aktivitas
2. Tanda-tanda vital Bantuan perawatan diri: IADL
(0802) (1805)
a. Denyut jantung 1. Berikan bantuan dalam aktivitas
apical perawatan diri sesuai indikasi
3. Status pernafasan:
pertukaran gas Perawatan jantung : Rehabilitatif
(0402) (4046)
a. Dispnea dengan 1. monitor toleransi pasien
aktivitas ringan terhadap aktivitas
2. instruksikan kepada pasien dan
keluarga mengenai modifikasi
faktor risiko jantung (milasnya
menghentikan kebiasaan
merokok, diet dan olahraga)
sebagaimana mestinya.

5. Setelah dilakukan asuhan NIC


Ketidakefektifan
individu keperawatan selama 3x 24 1. Bantu pasien dalam
koping
dengan jam diharapkan tidak terjadi mengidentifikasi tujuan jangka
berhubungan
koping ketidakefektifan koping panjang dan jangka pendek
mekanisme
tidak efektif, harapan dengan criteria hasil: yang tepat
2. Bantu pasien untuk
yang tidak terpenuhi, NOC
1. Mampu menyelesaikan masalah dengan
persepsi tidak realistik
mengidentifikasi cara yang konstruktif
pola koping yang 3. Dukung pasien untuk
efektif mengidentifikasi deskripsi yang
2. Mencari informasi realistic terhadap adanya
terpercaya tentang perubahan dalam peran
diagnosis 4. Dukung verbalisasi
3. Menghindari situasi perasaaan,persepsi dan rasa
stress yang terlalu takut
banyak 5. Dukung keterlibatan keluarga
4. Mencari informasi secara tepat
terpercaya tentang 6. Instruksikan pasien untuk
pengobatan menggunakan teknik relaksasi
sesuai dengan kebutuhan
6. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan NIC

berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 1. Targetkan sasaran dalam

informasi jam diharapkan tidak terjadi kelompok beresiko tinggi dan


kurangnya
rentang usia yang akan
tentang penyakit defisiensi pengetahuan mendapat manfaat besar dari
hipertensi dengan criteria hasil: pendidikan kesehatan
NOC 2. Berikan informasi terkait
1. Kisaran normal hipertensi
untuk tekanan darah 3. Tekankan pentingnya pola
sistolik makan yang
2. Kisaran normal sehat,tidur,olahraga dan lain-
untuk tekanan darah lain bagi individu dan keluarga
diastolic 4. Sediakan materi informasi
3. Mengetahui kesehatan tertulis yang mudah
komplikasi potensial dipahami
hipertensi 5. Evaluasi pemahaman pasien
4. Penggunaan yang dengan meminta pasien
benar dari obat yang mengulangi kembali
diberikan menggunakan kata-kata sendiri
atau memperagakan
keterampilan
7. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Cerebral perfusion promotion
keperawatan selama ...x... 1. Konsultasi dengan dokter untuk
Perfusi Jaringan Otak
dengan jam tidak terjadi menentukan parameter
dibuktikan
peningkatan tekanan intra hemodinamik, dan
turunnya O2 ke otak
kranial dengan kriteria hasil mempertahankan hemodinamik
: dalam rentang yg diharapkan
NOC : 2. Monitor MAP
Tissue Perfusion: Cerebral 3. Berikan agents yang memperbesar
1. Tekanan darah volume intravaskuler misalnya
(sistolik dan (koloid, produk darah, atau
diastolik) dalam kristaloid)
batas normal 4. Konsultasi dengan dokter untuk
2. MAP dalam batas mengoptimalkan posisi kepala (15-
normal 30 derajat) dan monitor respon
3. Sakit kepala pasien terhadap pengaturan posisi
berkurang/hilang kepala
4. Tidak gelisah 5. Berikan calcium channel blocker,
5. Tidak mengalami vasopressin, anti nyeri, anti
muntah coagulant, anti platelet, anti
6. Tidak mengalami trombolitik
penurunan kesadaran 6. Monitor nilai PaCO2, SaO2 dan Hb
dan cardiac out put untuk
menentukan status pengiriman
oksigen ke jaringan
8. Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Enviromental
Management
dibuktikan dengan keperawatan selama …x… 1. Ciptakan lingkungan yang
penurunan kesadaran jam diharapkan risiko cidera aman untuk pasien
atau penglihatan ganda dapat diminimalisir dengan 2. Identifikasi kebutuhan
(diplopia) keamanan pasien,
criteria hasil:
berdasarkan tingkat fisik,
fungsi kognitif dan sejarah
NOC Label : Risk Control tingkah laku

3. Hilangkan bahaya
1. Pasien lingkungan
mengenal tanda
dan gejala yang 4. Jauhkan objek berbahaya
mengindikasika dari lingkungan
n faktor resiko
5. Menjaga dengan siderail
cidera skala 5
jika diperlukan
2. Pasien dapat
6. Sediakan tempat tidur yang
mengidentifikas
rendah jika diperlukan
i resiko
kesehatan yang 7. Tempatkan furniture
mungkin terjadi diruangan dengan susunan
skala 5 terbaik untuk akomodasi
ketidakmampuan pasien
dan keluarga
8. Jauhkan dari pajanan yang
tidak diperlukan,
mengerikan dan panas

9. Manipulasi pencahayaan
untuk keuntungan
terapeutik

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.

5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai status kesehatan
klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ____. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). www.medicastore.com. Diakses: 6


Maret 2012
Astawan, Made, Prof. dr. Ir. Ms. ___ .Cegah Hipertensi dengan Pola
Makan.www.depkes.co.id. Diakses: 6 Maret 2012
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W,
“KapitaSelektaKedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius FakultasKedokteran
UI, Jakrta, 1999

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapore: Elsevier Global Rights
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin H. Dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid II. Yogyakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai