OLEH :
ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGENALAN BENIGN PROSTATE HYPERPLASI (BPH)
A. LATAR BELAKANG
BPH (Benign Prostate Hyperplasia) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan
dimana terjadipertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat;
pertumbuhan tersebut di mulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa dan pembesaran bagian periuretral
akan menyebakan obstruksi leher kandung kemih dan urertra pars prostatika yang
mengakibatkankan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih (Price & Wilson, 2006).
BPH (Benign Prostate Hyperplasia) juga dianggap menjadi bagian dari proses penuaan
yang normal. Walaupun demikian, jika menimbulkan gejala yang berat dan tidak segera
ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita BPH yang
dibiarkan tanpa pengobatan adalah pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin
setelah buang air kecil, sehingga terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra vesika yang
selalu tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan
hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
Di seluruh dunia, hampir 30 juta pria yang menderita gejala yang berkaitan dengan
pembesaran prostat, di USA hampir 14 juta pria mengalami hal yang sama. BPH
merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran
kemih. Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan
sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di Indonesia berusia 60 tahun atau lebih dan 2,5 juta
pria diantaranya menderita gejala saluran kemih bagian bawah (Lower Urinary Tract
Symptoms/LUTS) akibat BPH.7 BPH mempengaruhi kualitas kehidupan pada hampir 1/3
populasi pria yang berumur > 50 tahun. Penyakit ini akan ditemukan pada umur kira kira
1
45 tahun dan ferkuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga
diatas umur 80 tahun kira kira 80% menderita penyakit ini.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang benigna prostat hiperplasi (BPH).
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat :
a) Mengetahui pengertian benigna prostat hiperplasi (BPH)
b) Mengetahui penyebab benigna prostat hiperplasi (BPH)
c) Mengetahui tanda dan gejala benigna prostat hiperplasi (BPH)
d) Mengetahui derajat benigna prostat hiperplasi (BPH)
e) Mengetahui penatalaksanaan benigna prostat hiperplasi (BPH)
f) Mengetahui Tips Hidup Sehat Agar Terhindar BPH
C. MATERI
(Terlampir)
D. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
E. MEDIA
a. Leaflet
b. Lembar Balik
F. SETTING TEMPAT :
Keterangan :
: Keluarga
: Penyuluh
2
G. JADWAL KEGIATAN
3
H. KRITERIA EVALUASI
a. Kriteria evaluasi struktur :
a) Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Benigna Prostat Hiperplasi (BPH)
b) Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun dengan
pembimbing
c) Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
d) Membentuk pengorganisasian dalam pelaksanaan penyuluhan, dengan susunan
sebagai berikut .
1. Penyaji : Ni Made Putri Setiawati
2. Moderator : Kadek Anjasmiyana
3. Observer : Dewa Ayu Windewati
4. Fasilitator : I Wayan Sudiana
Ni Nyoman Darmini
Anak Agung Ayu Mirah Adi
Luh Ketut Suprapti Astuti
I Made Suasmita
Ni Wayan Suprapti Rahayu
Ayu Made Ariani
I Putu Dedy Suryawan
Gusti Ayu Putu Putri Setiari
Anak Agung Ketut Kurniawati
Ni Luh Putu Widiasih
e) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan
b. Kriteria Evaluasi Proses :
a) Penyuluhan diharapkan berjalan dengan lancar
b) Peserta penyuluhan datang tepat waktu
c) Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan aktif bertanya
d) Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
e) Penyuluhan dapat berlangsung sesuai dengan kontrak waktu
f) Struktur organisasi dapat melaksanakan tugas sesuai peran dengan baik
4
c. Kriteria Evaluasi Hasil :
5
MATERI PENYULUHAN
PENGENALAN BENIGN PROSTATE HYPERPLASI (BPH)
6
d. Apoptosis
Kematian sel berakibat terjadinya kondensasi dan fragmentasi sel. Sel yang telah mati
tersebut akan difagositosis sel sekitarnya dan didegradasi oleh enzim lisosom. Hal ini,
menyebabkan pertambahan massa prostat.
8
c) Stadium III, reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat
sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya
dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans
vesika, retropubik dan perineal.
d) Stadium IV, yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin
total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR
atau pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan
dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat
adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti
androgen yang menekan produksi LH.
9
d. Berhenti merokok
e. Minum air putih minimal 8 gelas/hari
f. Mengurangi konsumsi daging dan lemak hewan
g. Asupan produk kedelai
h. Konsumsi sayur-sayuran & buah-buahan khususnya yg mengandung antioksidan tinggi
10