Anda di halaman 1dari 13

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

OLEH :
KELOMPOK 5

1. NI NYOMAN AYU VIRSE SUTRISNI (213221194)


2. PUTU SUMARTINI (213221195)
3. KADEK DWI SUMARTINI (213221197)
4. NI WAYAN WINDARI (213221201)
5. NI KADEK ERNI NURLIANI (213221233)
6. I PUTU YOGA JAYA PERDANA (213221191)
7. NI LUH PUTU AYUMI PARAMITHA SURIANA (213221192)
8. NI KETUT SUSILAWATI (213221204)
9. NI WAYAN JUNIASIH (213221209)
10. GUSTI AYU KETUT PUTRI WIDNYANI (213221222)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karen aberkat rahmat dan
karunia Beliaulah kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Pengambilan
Keputusan Etik” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Proses Keperawatan dan berpikir kritis.

Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Karena keterbatasan
kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi..

Denpasar, 9 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan membuat keputusan klinis oleh perawat merupakan inti dari praktik
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien menuntut
perawat untuk mengambil keputusan dalam setiap tindakan dan proses keperawatan.
Keputusan klinis adalah suatu proses yang meliputi diagnosis klinis, penilaian dan
keputusan tentang apa yang harus dilakukan. Proses pengambilan keputusan dalam
praktik klinis keperawatan dipahami sebagai serangkaian keputusan yang dibuat oleh
perawat dalam interaksinya dengan pasien mengenai jenis pengamatan yang akan
dilakukan dalam situasi yang di alami klien (pengkajian keperawatan), perumusan
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan yang harus diambil, tindakan
keperawatan yang akan diambil serta evaluasi. Dalam pengambilan keputusan klinis
asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa menjunjung kode etik keperawatan dan
menerapkan prinsip etik keperawatan agar tidak menimbulkan kerugian bagi klien
sebagai penerima asuhan keperawatan dapat menimbulkan injury atau bahaya fisik
seperti nyeri, kecacatan atau kematian, serta bahaya emosional seperti perasaan tidak
berdaya atau terisolasi.
Pengambilan keputusan sangat penting keberadaannya dalam asuhan maupun dalam
manajemen keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang
mencakup semua penilaian kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan
meperlihatkan pilihan terbaik dalam menyelesaiakan suatu masalah tertentu. Setiap
keputusan adalah akibat dari sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak
kekuatan. Pengambilan keputusan bukan merupakan prosedur yang tetap akan tetapi
sebuah proses yang beruntun. Seorang perawat harus mampu mengambil keputusan
dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan keperawatannya sehingga proses
keperawatan yang diberikan kepada klien ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi
perawat ataupun klien.
Keterlibatan pasien merupakan inti dari proses keperawatan, sehingga partisipasi
pasien dalam proses keperawatan menjadi penting dalam penentuan kualitas dan
efektifitas dalam pelayanan asuhan keperawatan. Membina hubungan ini didasarkan
pada hubungan yang saling percaya, menghormati dan hubungan profesional dengan
mengedepankan nilai etik dan disiplin profesi. Pengambilan keputusan perawat

i
dilakukan pada semua tahap proses keperawatan. Sehingga seorang perawat harus
mampu berpikir kritis dan berkomunikasi dengan baik sebagai suatu elemen penting
dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga terjadi pembelajaran berkelanjutan bagi
pasien dan dapat meningkatkan tingkat kemandirian pasien. Ketepatan pengambilan
keputusan akan di pengaruhi oleh kompetensi perawat, kemampuan berkomunikasi,
lingkungan serta budaya. Penting bagi perawat untuk selalu meningkatkan kapasitas
dirinya dalam pemberian asuhan keperawatan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap perawat yang selanjutnya akan meningkatkan profesionalisme
perawat. Pengambilan keputusan yang tepat akan meningkatkan kemandirian klien
dalam asuhannya serta membantu klien untuk menentukan pilihan bantuan yang tepat
sesuai dengan kondisinya. Klien yang mandiri akan menurunkan beban kerja perawat
sehingga pelayanan keperawatan akan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan
sumber daya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari proses pengambila keputusan etik?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan etik?
3. Factor factor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan Etik?
4. bagaimana penerapan pengambilan keputusan keperawatan perkara etik dalam
bidang keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu pengertian dari proses pengambilan keputusan etil
2. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan etik
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Etik
4. Untuk mengetahuai bagaimana penerapan pengambilan keputusan keperawatan
perkara etik dalam bidang keperawatan
D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan
buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.

i
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Etik


Teori dasar pembuatan keputusan yaitu teori Teleologi dan teori Deontologi.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan. Teleologi dibedakan menjadi Rule Utilitarianisme dan Act Utilitarianisme.
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar
atau salah.
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai
komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait
dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi
layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang
ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari
pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk
individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.
Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu
dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan
penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik. Pendapat
Kepner dan George tentang pengambilan keputusan adalah “A decision is always choice
between various ways of getting a particular thing done on end accomplished”.
Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau
kemungkinan.
Pengambilan keputusa dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun
model dari beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi, politik, psikologi,
sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu kperawatan itu sendiri.
B. Proses pengambilan keputusan Etik
Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola
berpikir kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis
merupakan elemen- elemen yang yang berasal dari dimensi dasar yang memberikan
logika umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan tersubut dilakukan. Elemen-elemen
tersebut meliputi tujuan, pusat masalah atau pertanyaan yang mengarah pada isu yang

i
berkembang, sudut pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris, dimensi konsep,
asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta kesimpulan.
Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis dan kreatif
mempunyai keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan proses-proses pemecahan
masalah secara kreatif, membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-situasi yang
menantang, memahami peran paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari
bagaimana curah- gagasan(brain Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif bagi
berbagai masalah, dan menemukan keberhasilan dalam “berpikir tentang hasil(outcome
thinking)”.
Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme
berpikir dari otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan
konseptualyang digunakan untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri
adalah analisis dan rangkaian-rangkaian. Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan
bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7 istilah yang sering digunakan, yakni
berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang hasil, dan juga
berpikir kreatif.
Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan,
yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara
pemecahan masalah, situasi dari permasalahan dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses
pengambilan keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang
bermasalah, dengan demikian situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat
seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual.
Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan keperawatan (Hasyim, Prasetyo, 2002) :
1. Menjaga otonomi setiap individu khususnya
perawat dan klien
2. Menjaga agar selalu melakukan tindakan kebaikan dan mencegah dari
tindakan yang merugikan atau membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai
dengan porsinya
5. Dengan etika kita mengetahui apakah suatu tindakan
dapat diterima dan apa alasannya(berdasarkan pada moral
yang berlaku pada umumnya)

i
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau
dalam menganalisis suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yang benar
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
9. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
10. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika
11. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
12. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib
masyarakat maupun tatacara di dalam organisasi profesi
13. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya yang biasa disebut dengan kode etik profesi

C. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan etis

1. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan perawatakan membantu perawat dalam membuat
keputusan etis. Salah satu tujuan dan program pendidikan tinggi bagi perawat adalah
meningkatkan keahlian kognitif dan kemampuan membuat keputusan
2. Pengalaman
Pengalaman seringkali disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi pembuatan
keputusan dan hal ini perlu diperhatikan secara lebih jauh. Hasil penelitian oleh Cassels
dan Redman (1989) tentang perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana
menunjukkan bahwa pengalaman yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau
dilema etik dalam asuhan keperawatan dapat membatu proses pembuatan keputusan yang
beretika. Oleh karena itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman
keperawatan secara umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.
3. Faktor agama dan adat istiadat
Agama dan latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya.
Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat dan pasien sangat berpengaruh dalam
pembuatan keputusan etis. Misalnya : setiap rumah sakit mempunyai aturan menunggu
dan persyaratan pasien yang boleh ditunggu, hal ini sering tidak dihiraukan oleh keluarga
pasien dengan alasan rumah jauh atau pasien tidak tenang bila tidak ditunggu keluarganya.

i
Ini sering menimbulkan masalah etik bagi perawat, antara mebolehkan atau tidak
membolehkan keluarga menemani pasien di Rumah Sakit ( Suhaemi, 2003)
4. Komisi etik
Komisi etik tidak hanya memberikan pendidikan dan menawarkan nasehat melainkan juga
mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang ditemukan dalam
praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan keputusan yang etis
dalam organisasi perawat kesehatan

5. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi


Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta mampu
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru dan bahan/obat baru. Misalnya wanita yang mengalami kesulitan hamil
dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan yang
berhubungan dengan etika

6. Faktor legislasi dan keputusan yuridis


Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang
banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk
mengantisipasi perkembangan masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, perlu undang-
undang praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi
dan praktik perawat

D. Penerapan Pengambilan Keputusan Keperawatan Perkara Etik Dalam Bidang


Keperawatan
Prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik
1. Otonomi (Autonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh
yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.
2. Beneficence (Berbuat Baik) Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati
i
klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
3. Justice (Keadilan) Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan
kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan
karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang
ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat
tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi
dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari. Pengambilan Keputusan Klinis Pengambilan keputusan

i
klinis keperawatan merupakan serangkaian keputusan yang dibuat oleh perawat, dalam
interaksi dengan klien mengenai pengkajian yang didapat dari klien, evaluasi data yang
diamati, variasi diagnosa yang muncul serta tindakan keperawatan yang harus diambil
Pengambilan keputusan keperawatan dilakukan pada semua tahap proses
keperawatan. Sehingga seorang perawat harus mampu berpikir ktitis, berkomunikasi
dengan baik sebagai suatu elemen penting dalam pengambilan keputusan klinis,
sehingga terjadi pembelajaran berkelanjutan bagi pasien sehingga meningkatkan tingkat
kemandirian pasien. Pengambilan keputusan klinis oleh perawat dapat berdasarkan
prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik. Pengambilan keputusan klinik juga
dapat melibatkan klien dalam menyelesaikan masalahnya. Keterlibatan klien dalam
pengambilan keputusan Yaitu sebagai upaya pemberdayaan klien sehingga
meningkatkan tingkat kemandirian klien sebagaimana dijelaskan dalam teori Dorothea
Orem (1980): self care dimana konsep ini menekankan pada perawatan diri secara
mandiri, kemandirian dipandang sebagai bentuk praktik kebiasaan/tingkah laku yang
dilakukan oleh klien dalam mempertahankan kesehatan dan kondisinya. Tingkat
kemandirian ini akan dicapai jika pasien dan keluarga mampu mengambil keputusan
dengan baik dan tepat dalam memilih asuhan dan bantuan terkait kondisinya. Sehingga
diperlukan peran aktif pasien dan keluarga daalam pengambilan keputusan klinis
tersebut. Ketepatan pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh kompentisi perawat,
kemampuan berkomunikasi, lingkungan serta budaya. Penting bagi perawat untuk selalu
meningkatkan kapasitas dirinya dalam pemberian asuhan keperawatan hal ini akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perawat yang selanjutnya akan
meningkatkan profesionalisme perawat.
Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan etik adalah sebagai
berikut:
1. Kerangka kerja pemecahan dilema etik
Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah etik
 Identifikasi masalah etik pada kasus tersebut
 Berikan beberapa pandangan tentang masalah ini

2. Mengumpulkan data
 Siapa saja yang terlibat ?
 Siapa saja yang berhak mengambil keputusan?
 Apa kepentingan masalah ini ?

i
 Sebutkan faktor-faktor yang memmpengaruhi pengambilan keputusan

3. Mengidentifikasi pilihan-pilihan pemecahan masalah


 Identifikasi batas waktu pembuatan keputusan
 Identifikasi setiap tindakan yang memungkinkanS
 Sebutkan hal positif dan negatif dari masing-masing pilihan (juga resiko dan
manfaatnya)
 Perlu adanya pertemuan dengan komite etik
 Sumber-sumber apa yang bisa membantu dalam proses pembuatan keputusan ?
 Pilihan mana yang direkomendasikan oleh profesi dan jelaskan mengapa ?
4. Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan diatas
5. Melakukan Tindakan
Sebutkan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dengan jelas
6. Evaluasi
 Apakah semua pihak terlibat dalam proses pembuatan keputusan ?
 Apakah semua pihak puas dengan proses pembuatan keputusan ?
 Apakah hasil sesusai dengan yang diantisipasi ?
 Bagaimana rekomendasi selanjutnya ?

Berikut adalah beberapa Model Pengambilan Keputusan Etik yaitu :


1. Kozier, dkk (1997)
a. Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik
b. Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan
c. Mengacu kepeda kode etik keperawatan
d. Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien
e. Mengacu pada nilai yang dianut komitmen, dan kecemasan
f. Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, penggunaan
waktu, kurangnya pengalaman, ketidaktahuan atau terhadap hukum, dan
adanya loyalitas terhadap publik
2. Potter dan Perry (2005)
a. Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai
maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.
b. Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu
i
c. didengar pendapatnya.
d. Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data
tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis,
e. pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan. Mengidentifikasi prinsip etik yang
dianggap penting.
f. Mengusulkan tindakan alternatif
g. Melakukan tindakan terpilih

Anda mungkin juga menyukai