Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika & Hukum Kesehatan
Dosen: Siti Santy Sianipar, S.Kep. M.Kes.
Disusun oleh :
Ketut Junarko : 2020-01-14201-018
Tania Kulansi K : 2020-01-14201-039
Tasya Putri A : 2020 -01-14201-041
Penulis
iii
DAFTAR ISI
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat dan akurat sangat diperlukan bagi tenaga
paramedis untuk dapat menyelamatkan pasien yang dihadapi. Pola - pola perilaku pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh tenaga paramedis ini melibatkan aspek-aspek fisik maupun psikis
yang sangat besar, mengandung resiko yang cukup tinggi antara keselamatan dan kematian dari
pasien yang sedang dihadapi. Kualitas pelayanan kehamilan dan persalinan ibu hamil yang masih
rendah terutama dalam hal keterlambatan tindakan selama proses pelayanan, seperti terlambat
memberi rujukan, terlambat dalam membuat diagnosa serta terlambat dalam mengambil
keputusan tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia tenaga medis pelayanan kesehatan.
Di sisi lain, tidak hanya penanganan kehamilan dan persalinan yang membutuhkan
kecepatan pengambilan keputusan saat gawat darurat. Namun, juga unit-unit lain dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang membutuhkan tenaga paramedis. Dalam hal ini perawat
yang juga bekerja di unit-unit kegawatdaruratan. Perawat juga harus siap melakukan
pengambilan keputusan saat menangani pasien dalam berbagai kondisi yang dihadapi.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori dasar pengambilan keputusan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor Yang berpengaruhi pada pengambilan keputusan.
3. Untuk mengetahui karangka dalam pembuatan keputusan.
4. Untuk mengetahui model – model yang di gunakan dalam pengambilan keputusan.
5. Untuk mengetahui otonomi pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara lebih luas teori deotologi di kembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu kemurahan
hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan.
1. Kemurahan Hati Ini dari kemurahan hati (beneficence) adalah tanggung jawab untuk
melakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan
atau membahayakan klien.
2. Keadilan Prinsip dari keadilan (justice) menurut beauchamp dan clidress adalah
mereka yang sederajat harus di perlakukan sederajat begitupun sebaliknya,
3. Sesuai dengan kebutuhan mereka. Otonomi prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap
individu mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana
yang,mereka pilih (veatch dan fry,1987).
4. Kejujuran prinsip kejujuran menurut veatch dan fry (1987) menyatakan hal yang
sebenarnya dan tidak bohong. Jujur merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antar
perawat dan klien.
5. Ketaatan prinsip ketaatan (fidelity) menurut veatch dan fry menyatakan sebagai
tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
a. Menerima Tantangan.
Pengambilan keputusan dimulai manakala seseorang dihadapkan kepada suatu
tantangan terhadap jalur tindakkanya yang berlaku.
b. Mencari Alternatif.
Bila suatu jalur tindakah yang sedang berlaku mendapat tantangan, pengambilan
keputusan yang efektif mulai mencari alternatif. Individu mempertimbangkan secara
matang-matang tujuan-tujuannya serta nilai-nilai yang relevan dengan suatu keputusan.
c. Penilaian Alternatif.
Pada tahap ini kelebihan-kelebihan serta kekurangankekurangan dari masing-
masing alternatif dipertimbangkan dengan cermat. Tahap ini sering melibatkan upaya
yang besar untuk mencari informasi yang dapat dipercayai yang relevan dengan
keputusan yang efektif, mencari fakta-fakta serta ramalan dari berbagai ragam sumber
berkenaan dengan akibat-akibat dari alternatif-alternatif yang sedang dipertimbangkan.
Individu menimbang dengan hati-hati baik aspek positif maupun negatif dari masing-
masing alternatif.
d. Menjadi Terikat.
Pada tahap ini pilihan terakhir sudah dibuat dan pengambilan keputusan menjadi
terikat kepada suatu jalur tindakan baru. Pengambilan keputusan efektif menelaah
kembali segala informasi yang telah terkumpul sebelum mengambil suatu keputusan
terakhir. Individu juga memikirkan bagaimana melaksanakan keputusan dan membuat
rencana cadangan seandainya ada sesuatu resiko yang menjadi kenyataan.
e. Berpegang pada Keputusan.
Setiap pengambil keputusan berharap segalanya akan berjalan lancar sesudah
suatu keputusan diambil, tetapi hambatan sering terjadi. Memilih alternatif terbaik
belumlah mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara memadai, hasil yang
menggembirakan tidak akan tercapai.
4. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri
seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor- faktor eksternal. Dengan
kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep
yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematic yang dihadapi. Dalam
praktek model ini digunakan apabila para pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk
melakukan pendekatan yang matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia
kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian
yang sifatnya kuantitatif.
E. Otonomi Pasien
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya Otonomi pasien adalah hak penuh pada
pasien unuk setuju atau menolak. Autonomi berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini
sebagai dasar perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien,
bahwa pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus
melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang
perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan
dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa
dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak
sewenang-wenang pada orang yang lemah. Pasien harus berkonsultasi dan berpartisipasi dalam
keputusan yang mempengaruhi perawatan mereka. Jika tidak kompeten, apakah keluarga
terdekat atau wali memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan?
Pasien juga memiliki hak untuk privasi, kompeten, dan diberitahukan mengenai prosedur
khusus dan berbagai aspek terapi. RUU Hak Pasien diterbitkan oleh American Hospital
Association menguraikan apa yang pasien dapat harapkan, dan termasuk hak untuk perawatan,
pemberitahuan, penolakan perawatan, privasi, kerahasiaan, dan komponen lain perawatan.
Perasaan dan keinginan pasien harus dipertimbangkan dan diikuti. Misalnya, jika pasien ingin
memiliki kehendak hidup atau dianggap DNR (jika ia putus asa sakit), keinginan ini harus
dihormati.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengambilan Keputusan adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi dan memilih suatu
tindakan dari beberapa alternatif pilihan yang tersedia, terutama yang dilakukan oleh tenaga
paramedis, saat gawat darurat. Ahli filsafat moral telahbmengembangkan beberapa teori etik,
yang secara garis besar dapat di klasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi
perawat untuk menjalankan pelayanan praktik keperawatan profesional.
Dalam membuat keputusan etis ada beberapa unsur yang mempengaruhi yaitu nilai dan
kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat, dan prinsip etis dan model
karangka keputusan etis dan dalam pengambilan keputusan memiliki model-model. Dimana
model ini menjadi metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah etika keperawatan
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Otonomi pasien adalah hak penuh pada pasien
unuk setuju atau menolak.
B. Saran
Dalam membua suatu keputusan banyak hal yang hrus di perhatikan seperti dibawah ini
1. Ketika ingin membuat suatu keputusan yaitu dengan proses memilih salah satu
tindakan dari alternatif.
2. Ketika ingin membuat suatu keputusan harus menetapkan masalah.
3. Ketika ingin membuat suatu keputusan harus menganalisis masalah.
4. Ketika ingin membuat suatu keputusan harus mengambil keputusan yang tepat
5. Ketika ingin membuat suatu keputusan harus mengambil keputusan menjadi tindakan
yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Amir amri. 1997. Hukum Kesehatan. Jakarta: Bunga Rampai
Suhaeni, Mimin Emi. Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik. Jakarta: EGC