Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH RESIKO DAN HAZARD K3 PADA PASIEN DAN

KEPERAWATAN
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3)
Dosen: Melisa Frisilia,S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :

Arista Benu : 2020-01-14201-004


Aulia Wati : 2020-01-14201-006
Rahmad Nurhuda : 2020-01-14201-029
Stevanie Anjelie : 2020-01-14201-036
Syalvira Rossi M : 2020-01-14201-037
Tania Kulansi K : 2020-01-14201-039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena atas ijinya penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan sesuai dengan rencana.
Penulisan makalah ini berjudul “Resiko dan Hazard K3 pada pasien dan
perawat“ dapat di selesaikan dengan bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itulah kami menerima kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik untuk kedepannya. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami mengucapkan Terima kasih.

Palangkaraya, 14 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................
D. METODE PENULISAN.........................................................................................
BAB II RUMUSAN MASALAH.........................................................................................
A. Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasif.............................
B. Pentingnya K3 Dalam Keperawatan.......................................................................
C. Tujuan K3, Manfaat Dan Etika Dalam Keperawatan .............................................
D. Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan................................................................
E. Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dalam Keperawatan Di Indonesia........................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A. KESIMPULAN.....................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat resiko
bahaya. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah untuk
mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak diharapkan dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
melakukan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
manusia, bahan, dan metode yang digunakan. Ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka disetiap perusahaan yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki resiko besar terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan program Keselamatan dan
Kesehatan kerja ( Permenaker No.5 tahun 1996 ).
Menurut ILO (International Labour Organization), Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
seluruh para pekerja dan pada semua sector pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari resiko yang
berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan
yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan
pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.

B. Rumusan Masalah
a) Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedur Invasif.
b) Pentingnya Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Keperawatan.
c) Tujuan, Manfaat dan Etika dalam Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) dalam Keperawatan.
d) Ruang Lingkup Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
dalam Keperawatan.
e) Kebijakan Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Keperawatan.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga
kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan
kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

1
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini saya susun secara deskritif dengan cara
mengumpulkan data atau bahan dari beberapa Referensi dan internet terpercaya pada
pokok bahasan “Resiko dan Hazard K3 pada Pasien dan Perawat” yang kemudian
memilah bagian yang terpenting.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedur Invasif

1). Pengertian Adverse Event dan Tindakan Invasif


Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak diinginkan adalah suatu
kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission). (Komalawati,Veronica. 2010)
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnos, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan
merespon hasil pemerisaan asuhan yang tidak layak, tahap preventive seperti tidak
memberi terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat, atau
pada pada hal teknis yang lain seperti kegagalan alat atau sistem.
(Komalawati,Veronica. 2010)
Advers event juga diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan, atau
memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak diinginkan
sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk pasien) atau orang
lain. Kejadian tidak terduga atau tidak diinginkan sebagai akibat negative dari
manajemen dibidang kesehatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah
penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi. (Komalawati,Veronica.
2010)
Tindakan invasive adalah tindakan medik langsung yang dipengaruhi oleh
keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang membahayakan pasien salah
satunya infeksi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu petugas kesehatan, alat-
alat kesehatan,kondisi pasien, dan lingkungan. (Komalawati,Veronica. 2010)

2). Penyebab Kejadian Tidak Diharapkan


Kejadian yang tidak diharapkan terjadi karena beberapa penyebab yaitu
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi penyakit,
tidak berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan dokter.
2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari.
 Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
 Resiko yang mungkin telah diketahui sebelumnya tetapi dianggap dapat diterima
dan telah diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui oleh pasiren untuk
dilakukan tindakan.

3
3. Hasil dari suatu suatu kelalaian medis, yang dimaksud dengan kelalian medis
adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan hal ini akan menyebabkan cedera, kerugian pada pasien, atau
bahkan meninggal.
4. Hasil dari suatu kesengajaan, untuk mengetahui penyebab suatu hasil yang tidak
diharapkan perlu dilakukan penelitian mendalam, bahkan bila diperlukan dapat
dlakukan pada pemeriksaan mendalam terhadap pasien. ( Pubati, Aumas. 2011)

1) Alat Kesehatan
Dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 Alat kesehatan adalah
instrument,apparatus,mesin,implant yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah,mendiagnosis,menyembuhkan dan meringankan penyakit,merwat
orang sakit serta memulihkan kesehtaan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan perbaiki fungsi tubuh.Meenurut Permenkes RI No.
220/Men.Kes/Per/IX/1976 , Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat
termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau
dimaksud untuk digunakan dalam:
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringan/
pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b.Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan manusia.
c.Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d.Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.
Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat adalah
instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Adapun yang terrmasuk dalam alat kesehatan dalam adverse event yaitu :
1. Defect (bawaan Pabrik)
2. Pemeliharaan yang tidak memadai
3. Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
4. Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
5. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
6. Tidak mengacu SOP alat kesehatan
7. Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan

4
Jenis-Jenis Advers Events
1. Kejadian sentinel
Kejadian sentinel dalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera
serius biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata
‘sentinel’terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi kaki
yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengugkapkan adanya
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. (Abib, A.Yahya.2014)
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unprevwentabel advers event)
Merupakan salah satu jenis KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang muktahir. (Abib, A.Yahya.2014)
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diiambil. (Abib, A.Yahya.2014)
4. Kondisi Potensial cidera
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi
insiden. (Abib, A.Yahya.2014)
5. Kejadian tidak cidera
Merupakan insiden yang sudah terpapar pada pasien, tetapi tidak menimbulkan
cedera, dapat terjadi karena ‘keberuntungan’ (misalnya pasien terima obat
kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) atau ‘peringanan’ (suatu obat dengan
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya). (Abib,
A.Yahya.2014)

Jenis-Jenis Tindakan Invasif


Tindakan invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu
teknik yang dimasukkan di dalam tubuh melalui kebocoran atau pengirisan. Adverse
event atau kejadian tidak diharapkan berdampak secara langsung kepada pasien.
Pelayanan kesehatan yang didampingidengan kejadian tidak diharapkan dapat
mempengaruhi kesehatan pasien seperti menyebabkan cedera/kecatatan dan
merugikan pasien. KTD disebabkan oleh beberapa faktor ketidaktahuan
pengetahuan pasien safety, tidak menerapkan prosedur secara tepat, fasilitas
kesehatan kurang memadai, dan kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu.

5
Kejadian tidak diharapkan perlu ditangani dan diselesaikan untuk tercapainya
keamanan pada pasien. Ada bebarapa upaya yang dapat diterapkan sebagai solisi
untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan di RS. Sebagai upaya untuk
mengurangi adverse event diperlukan pendidikan khususnya kepada tenaga medis
dalam melakukan tidakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur yang ada. Salah satu peran penting perawat adalah sebagai pemberi
asuhan keperawatan pada klien yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi
optimal tubuh. Untuk melaksanakan perannya tersebut, perawat melakukan berbagai
tindakan keperawatan, baik tindakan invasif maupun non-invasif (Nurachman dan
Sudarsono, 2010). Tindakan invasif memiliki resiiko lebih besar dibandingkan
tindakan non-invasif.
Kebijakan Tindakan Invasif
1.Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan tindakan
kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik.
2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dicatat dalam rekam medis pasien.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar tindakan
invasif yang didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang lain seperti perawat.
5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga kesehatan yang
lain.
6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan terintegrasi.
7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain :
a. Pasang IV kateter.
b. Lepas IV kateter.
c. Pasang urine kateter.
d. Lepas urine kateter.
e. Pasang NGT.
f. Lepas NGT.
g. Injeksi IM, IC, dan IC.
h. Kumbah Lambung.
i. Tindakan hecting dan lepas hecting.
j. Ekterpasi kuku.
k. Isisi Abses.
l. Cross Insisi.

6
m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit.
n. Irigasi telinga dan mata.

Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna tindakan
tersebut sangat berpanguh pada kesehatan pasien. Tetapi masih banyak saja perawat
yang melakukan kesalahan atau lalai dalam mengerjakan tugasnya akibat kecemasan
dan kurangnya pengalaman yang pernah dilakukan dan hal-hal diatas walaupun
dianggap sepele sangat sering sekali terdapat kesalahan pelaksanaan tindakan tersebut.
Oleh karena itu sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tindakan invansif
ini sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan.

B. Pentingnya K3 dalam Keperawatan


Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di Rumah Sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada di Rumah Sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan
kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit
infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri
dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah
sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan
hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety. Pelaksanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi
juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang
pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-
nilai agama. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

7
2003 tentang Kesehatan, Pasa 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung.

C. Tujuan K3, Manfaat dan Etika dalam Keperawatan


Setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat mempunyai potensi bahaya berupa
bahaya fisik, biologi, dan ergonomi. Bahaya fisik didapatkan pada pekerjaan yang
menggunakan alat yang tajam, seperti memasang infus dan menjahit luka. Bahaya
biologi terdapat pada tindakan invasif, merawat luka, memasang infuse, dan
memberikan obat melalui rektal. Sedangkan postur janggal ketika membungkuk
merupakan bahaya pekerjaan karena faktor ergonomi. Paparan hazard biologis terdiri
dari tertusuk jarum, luka gores, terpapar spesimen atau materi biologis lainnya, terkena
penyakit yang ditularkan lewat udara, penyakit infeksi, penyakit yang ditularkan melalui
darah, dan vektor penyakit. Sementara itu hazard nonbiologis terdiri dari stress;
kekerasan fisik, psikologis, seksual, dan kekerasan verbal; gangguan muskuloskeletal,
terjatuh atau terpeleset, patah tulang; dan terpapar bahan kimia berbahaya. (Ramdan &
Abd, 2017)

Sebagai badan kesehatan dunia WHO menjelaskan mengenai K3. WHO


mengartikan K3 sebagai upaya yang dilakukan guna memelihara dan meningkatkan
kesehatan mental, fisik, dan sosial pekerja. Pekerja yang dimaksudkan adalah semua
pekerja di perusahaan apapun. K3 tidak hanya memelihara saja tapi juga mencegah
terjadinya gangguan kesehatan akibat pekerjaan. Perusahaan juga harus memberikan
perlindungan kepada pekerja agar terhindar dari resiko yang menyebabkan kesehatan
pekerja menurun (Roro, 2020). Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen K3
harus memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai
positif yang ada dalam dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya
dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan selama bekerja (Nazirah & Yuswardi,
2017).

Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk mencari dan mengungkapkan


kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara
(2000), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 

a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

8
d)  Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja. 
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Selviana,
2017) 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan


kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
akibat kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan
resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk perawat antara
lain:

 Perawat mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya


 Perawat memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
 Perawat memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait
dengan Keselamatan dan kesehatan kerja
 Perawat mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
 Perawat mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih aman

D. Ruang Lingkup K3 dalam Keperawatan


Ruang Lingkup K3 Secara Umum
Ruang lingkup K3 merupakan suatu tata aturan dalam penerapan K3 di
lingkungan kerja. Walau pun masing – masing tempat kerja memiliki aturan
keselamatan dan kesehatan kerja sendiri – sendiri untuk karyawannya, namun secara
garis besar aturan tersebut dibuat untuk tujuan yang sama.
Adapun tujuan diberlakukannya K3 di lingkungan kerja meliputi :
1. Memelihara dan memberikan perlindungan kesehatan serta keselamatan setiap
pekerja dan meningkatkan produktivitas atau kinerja.
2. Memastikan serta menjaga kesehatan dan keselamatan terhadap semua orang yang
berada di wilayah lingkungan kerja.
3. Memastikan sumber produksi agar terpelihara dengan baik dan dapat digunakan
secara efisien dan aman.
4. Penerapan K3 dianggap sebagai upaya untuk mencegah resiko bahaya, potensi
bahaya dan berbagai hal yang berkaitan dengan kecelakaan kerja. Dengan adanya K3,
keteraturan di dalam suatu lingkungan kerja akan didapatkan.
Mengenai ruang lingkup K3 dalam lingkungan kerja itu sendiri diantaranya meliputi :
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan suatu lokasi tempat dimana setiap pekerja melakukan
berbagai macam aktivitas kerja. Pada lingkungan kerja tersebut tentu setiap pekerja

9
harus senantiasa mendapatkan tempat yang layak untuk bekerja. Penerangan, ventilasi
dan kebersihan tempat pekerja harus sangat memadai.

Tujuannya adalah dalam rangka meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan


kerja yang dapat membahayakan semua orang dan asset yang ada didalamnya. Misalnya
pada lingkungan kantor dan pabrik, penerangan harus memadai mengapa?
Tanpa adanya penerangan yang cukup tentu kesehatan mata pekerja yang
bekerja di kantor akan terganggu. Demikian juga dengan di pabrik. Utamanya pabrik
dengan penggunaan alat – alat berat, maka penerangan yang cukup sangat diperlukan
karena jika tidak sangat besar kemungkinan tenaga kerja akan mengalami cedera karena
alat berat tersebut.

Alat dan bahan kerja


Alat kerja serta berbagai macam bahan yang digunakan menunjang aktivitas
kerja akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Semua bahan
serta alat yang digunakan tersebut menjadi salah satu faktor yang akan sangat
menentukan efektivitas produksi bagi setiap perusahaan.
Karena itu kelengkapan serta kondisi alat kerja atau pun bahan harus dipastikan
pengecekannya dilakukan secara berkala. Selain itu, bahan yang digunakan pada
aktivitas kerja juga harus diperhatikan dengan sebaik mungkin. Misalkan penggunaan
bahan kimia untuk proses tertentu, pekerja harus menggunakan berbagai macam alat
keselamatan sebaik mungkin sehingga potensi bahaya yang terjadi akibat penggunaan
bahan kimia dapat diminimalisir dengan cara yang tepat.

Prosedur dan metode kerja


Prosedur dan metode kerja merupakan suatu standar kerja yang diperlukan oleh
setiap pekerja dalam menjalankan berbagai macam aktivitas kerjanya dimana aktivitas
kerja tersebut telah ditentukan oleh perusahaan.
Pembuatan standar operasional prosedur tersebut dibuat dengan tujuan supaya
pekerjaan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin dan secara efektif serta efisien.
Sebagai contoh, prosedur penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) di pekerjaan
konstruksi. APD harus digunakan sebagaimana standar yang berlaku.
Ruang lingkup pengawasan K3 konstruksi bangunan dalam hal ini berperan
penting untuk mengawasi perilaku pekerja. Jika terdapat pekerja yang abai dengan APD
yang perlu digunakan saat bekerja, maka teguran perlu dilayangkan kepadanya.
Pemberian batas kerja juga penting untuk menjaga kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Pekerja tidak boleh bekerja di luar batas kerja yang sudah ditetapkan karena hal tersebut
menyalahi hak pekerja dan melanggar hak asasi manusia.

Bahaya Di Lingkungan Kerja Karena Ruang Lingkup K3


Ketika K3 tidak diterapkan dengan baik sesuai ruang lingkupnya, maka
ketidakteraturan akan didapatkan. Ketidakteraturan inilah yang berpotensi menimbulkan
bahaya di lingkungan kerja. Adapun beberapa hal yang termasuk kategori bahaya di
lingkungan kerja karena ruang lingkup K3 tidak diterapkan dengan baik meliputi :

10
 Bahaya kimia
Bahaya jenis ini merupakan jenis bahaya yang umum terjadi ketika
terdapat bahan kimia dalam proses produksi yang digunakan. Jenis bahaya kimia
ini terjadi ketika kontak secara langsung terjadi antara tubuh atau indera
penciuman pekerja dengan bahan kimia yang ada

E. Kebijakan K3 yang berkaitan dalam Keperawatan


Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di indonesia Relevansi kebijakan
K3 Nasional dengan tugas perawat :
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6. Pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu

Peran perawat dalam melaksanakan K3RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )


American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat
hiperkes sebagai
“Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga kerja”.
Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai Orang
yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau
pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita
kecelakaan di tempat kerja. Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah
perawat dan memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja
melayani kesehatan tenaga kerja di perusahaan. Fungsi seorang perawat hiperkes sangat
tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha
kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka
fungsinya adalah :
1.Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan.
2.Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
3.Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan dan pengobatan.
4.Memelihara alat perawatan, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5.membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai dengan cara yang telah
disetujui.
6.ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta menindaklanjuti sesuai
wewenang yang diberikan kepadanya.

11
7.ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8.ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan(UKS)

12
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.

B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/413263097/6-Kel-5-Penyebab-Adverse-Events-Terkait-
Prosedur-Invasif-Medication-Safety
https://voi.co.id/k3-adalah/
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/202-pentingnya-k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-dalam-meningkatkan-produktivitas-kerja
file:///C:/Users/Asus/Downloads/PENTINGNYA%20K3%20DALAM
%20KEPERAWATAN%20(4).pdf
https://id.scribd.com/document/385624349/Kebijakan-K3-Yang-Berkaitan-Dengan-
Keperawatan-Di-Indonesia
https://keselamatankerja.com/ruang-lingkup-k3/

14

Anda mungkin juga menyukai