KEPERAWATAN
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3)
Dosen: Melisa Frisilia,S.Kep.,M.Kes
Disusun oleh :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................
D. METODE PENULISAN.........................................................................................
BAB II RUMUSAN MASALAH.........................................................................................
A. Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasif.............................
B. Pentingnya K3 Dalam Keperawatan.......................................................................
C. Tujuan K3, Manfaat Dan Etika Dalam Keperawatan .............................................
D. Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan................................................................
E. Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dalam Keperawatan Di Indonesia........................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A. KESIMPULAN.....................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat resiko
bahaya. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah untuk
mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak diharapkan dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
melakukan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
manusia, bahan, dan metode yang digunakan. Ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka disetiap perusahaan yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki resiko besar terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan program Keselamatan dan
Kesehatan kerja ( Permenaker No.5 tahun 1996 ).
Menurut ILO (International Labour Organization), Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
seluruh para pekerja dan pada semua sector pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari resiko yang
berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan
yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan
pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.
B. Rumusan Masalah
a) Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedur Invasif.
b) Pentingnya Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Keperawatan.
c) Tujuan, Manfaat dan Etika dalam Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) dalam Keperawatan.
d) Ruang Lingkup Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
dalam Keperawatan.
e) Kebijakan Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Keperawatan.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga
kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan
kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
1
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini saya susun secara deskritif dengan cara
mengumpulkan data atau bahan dari beberapa Referensi dan internet terpercaya pada
pokok bahasan “Resiko dan Hazard K3 pada Pasien dan Perawat” yang kemudian
memilah bagian yang terpenting.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Hasil dari suatu suatu kelalaian medis, yang dimaksud dengan kelalian medis
adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan hal ini akan menyebabkan cedera, kerugian pada pasien, atau
bahkan meninggal.
4. Hasil dari suatu kesengajaan, untuk mengetahui penyebab suatu hasil yang tidak
diharapkan perlu dilakukan penelitian mendalam, bahkan bila diperlukan dapat
dlakukan pada pemeriksaan mendalam terhadap pasien. ( Pubati, Aumas. 2011)
1) Alat Kesehatan
Dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 Alat kesehatan adalah
instrument,apparatus,mesin,implant yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah,mendiagnosis,menyembuhkan dan meringankan penyakit,merwat
orang sakit serta memulihkan kesehtaan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan perbaiki fungsi tubuh.Meenurut Permenkes RI No.
220/Men.Kes/Per/IX/1976 , Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat
termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau
dimaksud untuk digunakan dalam:
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringan/
pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b.Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan manusia.
c.Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d.Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.
Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat adalah
instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Adapun yang terrmasuk dalam alat kesehatan dalam adverse event yaitu :
1. Defect (bawaan Pabrik)
2. Pemeliharaan yang tidak memadai
3. Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
4. Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
5. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
6. Tidak mengacu SOP alat kesehatan
7. Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan
4
Jenis-Jenis Advers Events
1. Kejadian sentinel
Kejadian sentinel dalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera
serius biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata
‘sentinel’terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi kaki
yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengugkapkan adanya
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. (Abib, A.Yahya.2014)
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unprevwentabel advers event)
Merupakan salah satu jenis KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang muktahir. (Abib, A.Yahya.2014)
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diiambil. (Abib, A.Yahya.2014)
4. Kondisi Potensial cidera
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi
insiden. (Abib, A.Yahya.2014)
5. Kejadian tidak cidera
Merupakan insiden yang sudah terpapar pada pasien, tetapi tidak menimbulkan
cedera, dapat terjadi karena ‘keberuntungan’ (misalnya pasien terima obat
kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) atau ‘peringanan’ (suatu obat dengan
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya). (Abib,
A.Yahya.2014)
5
Kejadian tidak diharapkan perlu ditangani dan diselesaikan untuk tercapainya
keamanan pada pasien. Ada bebarapa upaya yang dapat diterapkan sebagai solisi
untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan di RS. Sebagai upaya untuk
mengurangi adverse event diperlukan pendidikan khususnya kepada tenaga medis
dalam melakukan tidakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur yang ada. Salah satu peran penting perawat adalah sebagai pemberi
asuhan keperawatan pada klien yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi
optimal tubuh. Untuk melaksanakan perannya tersebut, perawat melakukan berbagai
tindakan keperawatan, baik tindakan invasif maupun non-invasif (Nurachman dan
Sudarsono, 2010). Tindakan invasif memiliki resiiko lebih besar dibandingkan
tindakan non-invasif.
Kebijakan Tindakan Invasif
1.Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan tindakan
kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik.
2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dicatat dalam rekam medis pasien.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar tindakan
invasif yang didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang lain seperti perawat.
5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga kesehatan yang
lain.
6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan terintegrasi.
7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain :
a. Pasang IV kateter.
b. Lepas IV kateter.
c. Pasang urine kateter.
d. Lepas urine kateter.
e. Pasang NGT.
f. Lepas NGT.
g. Injeksi IM, IC, dan IC.
h. Kumbah Lambung.
i. Tindakan hecting dan lepas hecting.
j. Ekterpasi kuku.
k. Isisi Abses.
l. Cross Insisi.
6
m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit.
n. Irigasi telinga dan mata.
Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna tindakan
tersebut sangat berpanguh pada kesehatan pasien. Tetapi masih banyak saja perawat
yang melakukan kesalahan atau lalai dalam mengerjakan tugasnya akibat kecemasan
dan kurangnya pengalaman yang pernah dilakukan dan hal-hal diatas walaupun
dianggap sepele sangat sering sekali terdapat kesalahan pelaksanaan tindakan tersebut.
Oleh karena itu sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tindakan invansif
ini sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
7
2003 tentang Kesehatan, Pasa 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung.
a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
8
d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Selviana,
2017)
Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk perawat antara
lain:
9
harus senantiasa mendapatkan tempat yang layak untuk bekerja. Penerangan, ventilasi
dan kebersihan tempat pekerja harus sangat memadai.
10
Bahaya kimia
Bahaya jenis ini merupakan jenis bahaya yang umum terjadi ketika
terdapat bahan kimia dalam proses produksi yang digunakan. Jenis bahaya kimia
ini terjadi ketika kontak secara langsung terjadi antara tubuh atau indera
penciuman pekerja dengan bahan kimia yang ada
11
7.ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8.ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan(UKS)
12
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/413263097/6-Kel-5-Penyebab-Adverse-Events-Terkait-
Prosedur-Invasif-Medication-Safety
https://voi.co.id/k3-adalah/
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/202-pentingnya-k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-dalam-meningkatkan-produktivitas-kerja
file:///C:/Users/Asus/Downloads/PENTINGNYA%20K3%20DALAM
%20KEPERAWATAN%20(4).pdf
https://id.scribd.com/document/385624349/Kebijakan-K3-Yang-Berkaitan-Dengan-
Keperawatan-Di-Indonesia
https://keselamatankerja.com/ruang-lingkup-k3/
14