Anda di halaman 1dari 24

“UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

DALAM KEPERAWATAN”
Mata kuliah:

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

Dosen pembimbing:
Arifianto, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh :

Kelompok 9

Mudhoifah (2317058)
Muhamad Ulin Nuha (2317059)
Soimun (2317104)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya .
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan
Kerja. Dunia dan Indonesaia dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman
serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang Mengidentifikasi Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Dalam Keperawatan. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik
dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Semarang, Maret 2024

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah. ........................................................................................................ 2


C. Tujuan. ........................................................................................................................... 2

BAB II KERANGKA TEORI ................................................................................................ 3

A. Mengenali dan Berespon Terhadap Adverse Events .................................................... 3


1. Klasifikasi Adverse Events................................................................................3
2. Penyebab Adverse Events ................................................................................. 3
3. Akibat yang Ditimbulkan..................................................................................4
4. Perlakuan Terhadap Alkes. .............................................................................. 4
5. Pencegahan dan Penurunan Adverse Events .................................................... 4
B. Penggunaan Tekhnologi dalam Peningkatan Keselamatan Pasien ............................. 6
C. Peran Kerja Tim Untuk Keselamatan Pasien ............................................................... 7
D. Peran Pasien dan Keluarga sebagai Partner di Pelayanan Kesehatan untuk Mencegah
Terjadinya Bahaya dan Adverse Events ....................................................................... 7
E. Pengertian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan kerja ............................................. 9
F. Penyakit Akibat Kerja pada Perawat .......................................................................... 12
G. Penyakit atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat .................................. 16
H. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat........................................... 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 20


A. Kesimpulan. ........................................................................................................... 20
B. Saran. ..................................................................................................................... 20
.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas
dari adanya masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK) di Indonesia tahun 2011 tercatat 96.314 kasus dengan korban
meninggal 2.144 orang dan cacat 42 orang. Pada tahun 2012 kasus PAK dan
KAK meningkat menjadi 103.000 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan K esehatan Kerja (SMK3) di
Indonesia belum berjalan dengan baik. Masalah K3 tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi tanggung jawab dari semua pihak terutama
pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Pelaksanaan SMK3 adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
PAK dan KAK, pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja (JKS 2015;2: 91-95).
Rumah Sakit adalah satu unit pelayanan publik dalam bidang kesehatan. Agar
bisa mendapatkan kelebihan serta daya saing maka rumah sakit harus
mendapatkan perhatian khusus dalam peningkatan mutu layanannya dengan
profesional pada customer, yaitu pasien yang dirawat atau rawat jalan. Dimata
publik, rumah sakit berfungsi sebagai unit dalam layanan penyuluhan,
mencegah seta mengobati penyakit.
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah
sakit,baik tenaga medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan
fisik didalam lingkungan kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit
merupakan tempat berkumpulnya ornag-orang sakit maupun sehat, atau
anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung serta pasien yangyang
mendapat perawatan karena penyakitnya baik menular ataupun tidak menular.
Hal tersebut membuat rumah sakitmerupakan tempat kerja yang memiliki
risiko terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas.
Berbagai macam penyakit yang ada di lingkungan rumah sakit menjadi
tempat penularan penyakit infeksi baik bagi pasien, tenaga
1
kesehatan maupun pengunjung. Petugas berisiko dengan kontak langsung
terhadapagen penyakit menular melalui darah, sputum,jarum suntik dan lain-
lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
Pada Pasal (9) menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan dan
moril. Oleh sebab itu diperlukan adanya upaya mitigasi resiko ataupun
pencegahan terhadapresiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan
yang dijalankan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengenali dan berespon terhadap adverse events?
2. Bagaimana penggunaan tekhnologi dalam peningkatan keselamatan
pasien?
3. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien?
4. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner dimpelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events
5. Apa saja penyakit akibat kerja?
6. Apa saja penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja?
7. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara mengenali dan berespon terhadap adverse events.
2. Mengetahui penggunaan tekhnologi dalam peningkatan keselamatan
pasien
3. Mengetahui peran kerja tim untuk keselamatan pasien
4. Mengetahui peran pasien dan keluarga sebagai partner dimpelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events.
5. Mengetahui penyakit akibat kerja
6. Mengetahui cidera akibat kecelakaan kerja
7. Mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja

2
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Mengenali dan Berespon Terhadap Adverse Events


Adverse Events atau kejadian tidak diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan (omission), dan bukan karena “underlying
disesase” atau kondisi pasien.

1. Klasifikasi Adverts Events


a. Mengakibatkan kematian atau cedera yang serius disebut Kejadian Sentinel
b. Belum sampai terpapar ke pasien disebut Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
c. Sudah terpapar ke pasientapi tidak menyebabkan cedera disebut Kejadian
Tidak Cedera (KTC)
d. Berpotensi untuk menimbulkan cedera disebut Kondisi Potensial Cedera
(KPC)

2. Penyebab Adverse Events


a. Alat kesehatan
1) Defect (bawaan alat)
2) Pemeliharaan yang tidak memadai
3) Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
4) Penyimpanan alatkesehatan yang tidak memadai
5) Penggunaan yang tidak sesuaiprosedur
6) Tidak mengacu SOP alat kesehatan
7) Minimnya buku manual atau kurangnya pelatihan
b. Sumber Daya Manusia
Interaksi SDM dengan tekhnologi, dengan sistem, dengan situasi yang dinamis
pada tiga tingkatan:
1) Organisasi : budaya, kebijakan dan prosedur, standar
2) Tim : pelatihan, komunikasi dan kepedulian
3) Individu :personal error control, self awareness, compliance

3
3. Akibat yang Ditimbulkan
a. Diagnosis yang salah menyebabkan pengobatan tidak tepat.
b. Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
c. Perlunya intervensi medis atau bedah
d. Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
e. Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur
tubuh
f. Menyebabkan cacat permanen sampai dengan kematian.

4. Perlakuan Terhadap Alkes


a. Hanya mengadakan alkes yangberkualitas
b. Lankukan uji fungsi/ uji coba
c. Lakukan pemeliharaan (preventif dan korektif)
d. Kalibrasi rutin
e. Recall
f. Dipergunakan oleh operator yang kompeten
g. Dipelihara oleh teknisi yang berkompeten
h. Dokumentasi yang handal
i. Monev selama umur hidup
j. Analisa untuk mempertimbangkan pengganti.

5. Pencegahan dan Penurunan Adverse Events


Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)mendorong RS-RS di Indonesia
untuk menerapkan sembilan solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan
kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
a. Identifikasi Pasien
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadapidentitas
pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standarisasi dalam
metode identifikasi disemua rumah sakitdalam suatu sistem layanan kesehatan,
dan partisipasi pasiendalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
b. Komunikasi efektif

4
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis,
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan saat serah terima, dan melibatkan para pasien serta
keluarga dalam proses serah terima.
c. Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (look alike, sound alike
medication names)
Solusi LASA ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko
dan memastikan terbacanya resep, label, ataupenggunaan perintah yang dicetak
lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
d. Ketepatan dalam prosedur operasi dan penandaan
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap terhadap kesalahan-
kesalahan ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah yang
distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan.
Pemberian tanda pada sisi pembedahan yang akan dibedah oleh petugas yang
akan melaksanakan prosedur dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur ime
out” sesaat sebelum memilai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas
pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis, unit,
ukuran, istilah,dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Rekomendasinya adalah menciptakan sustu daftar yang paling lengkap dan
akurat. Seluruh medikasi yangsedang diterima pasien juga disebutsebagai
“home mediction list:, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi,
penyerahan dana atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah
medikasi, dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang
berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari salah kateter dan salah sambungselang (tube)

5
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi sacara
detail atau rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian
makan, dan ketika menyambung alat-alat kepada pasien.
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
Rekomendasinya adalahpelatihan periodik para petugas di pelayanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap
pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah dan
praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
Nosokomial
Rekomendasinya adalah mendoronag penggunaan “alkohol based hand rubs”
tersedia pada titik-titik pelayanan, tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidika staff mengenai teknik mencuci tanganyang benar dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan
teknik-teknik yang lain.

B. Penggunaan Tekhnologi dalam Peningkatan Keselamatan Pasien


Isu keselamatan pasien merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan.
Para pengambil kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan, dan konsumen menempatkan
keamanan sebagaiprioritas utama pelayanan. Keselamatan pasien merupakan
sesuatuyang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko
akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien.
Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari pelaksanaan
konsep keselamatan pasien.
Penggunaan tekhnologi informasi diharapkan dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektifitas penggunaan sistem komputer
untuk memperbaiki praktek peresepan, meningkatkan kepatuhan terhadap standar
pelayanan medik dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan.
Penggunaan tekhnologi dalam pelayanan kesehatan diharapkan dapatmenghasilkan
output:
1. Peningkatan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan klinik
2. Meningkatnya kepatuhan petugas layanan kesehatan terhadap guideline
3. Mengurangi terjadinya medication erroryang serius.

6
C. Peran Kerja Tim Untuk Keselamatan Pasien
Dalam memahami kerja tim, Baker et al (2005) menggambarkan kerja tim dengan
sistem teori, yang terdiri dari input dari tim, proses tim, dan output tim. Input tim
termasuk didalamnya karakteristik dari tugas yang akan ditampilkan. Elemen-
elemennya terdiri atas pekerjaan dan sikap yang membawa kepada situasi tim. Proses
tim merupakan interaksi dan kondisi yang diperlukan anggota tim untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Sedangkan output dari tim terdiri atas produk yang dihasilkan dari
kumpulan usaha-usaha yang dilakukan oleh tim. Jadi, kerja tim terjadi pada fase proses,
selama naggota tim saling berinteraksi dan berkolaborasi untuk mencapai outcome
yang diinginkan.

Dalam patient safety kerja tim merupakan salah satu faktoryang harus diperhatikan dan
ditingkatkan. (Baker et al, 2005) menyatakan bahwa koordinasi tim yang baik diantara
tim medis dan pekerja yang lain dapat meningkatkan patient safety melalui
pengurangan atau penurunan kesalahan yang dilakukan dalam proses asuhan pasien.
Hal ini berarti tim yang baik dapat meningkatkan produktivitas, perilaku untuk
bekerjasama dan kepuasan kerja.

Dari berbagai manfaat dalam melaksanakan kerja tim ini, perlu diperhatikan bahwa
kerja tim harus ditingkatkan. Upaya yang dilakukan dapat berupa pelatihan khusus yang
berhunbungan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, manajemen tim untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Peters dan Peters, 2008)

D. Peran Pasien dan Keluarga sebagai Partner di Pelayanan Kesehatan untuk Mencegah
Terjadinya Bahaya dan Adverse Events

Rumah sakit dalamupaya memberikan pelayanan kesehatan melibatkan tim kerja dari
berbagai profesi, maka rumah sakit menyiapkan sistem layanan terintegrasi yang
berfokus pada pasien untuk memberi pelayanan yang aman.
Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerjasama antara tim kesehatan,
pasien dan keluarga dalam menjagakeselamatan pasien.
Peran pasien dan keluarga yaitu:

7
1. Identifikasi pasien
a. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftarsesuai dokumen data diri
yang dimiliki.
b. Selama dirawat inap pasien menggunakan gelang.pasien dan keluarga hrus
memahami fungsi gelang tersebut. Gelang berfungsi untuk memastikan
kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat memberikan pelayanan.
c. Pasien dan keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas
saat dilakukan tindakan, memberi obat, mengambil preparat, dan pemeriksaan
laboratorium lainnya.

2. Konunikasi efektif
a. Menunjuk atau menetapkan anggotakleuarga yang diberi kewenangan untuk
berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukan ini diperlukan untuk
memastikan komunikasi berlangsung efektif dan berkesinambungan, tidak
mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko
menyebabkan perubahna makna isi informasi.
b. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim kesehatan
dengan benar dan jelas.
c. Memberikan informasi kepada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.
d. Meminta inforamasiyang diperluakan kepada petugas kesehatan.

3. Pemberian obat secara aman.


a. Memberikan informasi yang lengkap tentangriwayat obat yang pernah
dipergunakan sebelum masuk rumah sakit.
b. Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
menggunakan obat tertentu.
c. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara
memastikan identitas pasien benar, menanyakanjenis obat yang diberikan, dosis
dan waktu pemberian obat.

4. Kepastian tepat – lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi


a. Verifikasi lokasi, prosedur dan pasien benar. Proses ini dilakukan dengan
membuat tanda pada lokasi yang dioperasi. Penandaan lokasi ini melibatkan
pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan dilaksanakan

8
saat pasien dalam keadaan sadat. Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus
terlihat samapai saat akan disayat.
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemmeriksaan
relevan tersedia, diberi label dengan baik.
c. Melakukan verifikasi ketersediaan alat khusus yang dibutuhkan.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar.
b. Membatasi pengunjung pasien
c. Menerapkan etikabatuk yang benar

6. Pengurangan risiko pasien jatuh


a. Pastikan penanda pasien berisiko jatuh berupa gelang kuning dipakai pasien
b. Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau disepan kamar pasien karena kartutersebut merupakan
penanda untuk mewaspadai klien yangberisiko jatuh.
c. Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan jatuh.
Informasi yang perlu diketahui adalah:
1) Faktor risiko jatuh yang teridentifikasi seperti obatyang dipergunakan,
kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan, dll.
2) Tindakan pencegahan jatuh yang diperlukan
3) Cara untuk meminta bantuan
4) Cara menggunakan bel atau sarana komunikasi di ruangan
5) Cara mengatur pengamanan tempat tidur
6) Penggunaan tali pengaman, dll.

E. Pengertian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan
kerja. Lebih rinci disampaikan pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja, yang dimaksud penyakit akibat kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja termasuk
penyakit terkait kerja, penyakit terkait kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa

9
agen penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan
bersama dengan faktor risiko lainnya.
Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan
oleh penyebab yang spesifik, ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja, ada tau tidaknya
kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbal (Pb), Asbeskosis dan silikosis (B.
Sugeng, 2003)
1. Penyebab penyakit akibat kerja
Adapun penyebab Penyakit Akibat Kerja dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu:
a. Golongan fisika
Suhu ektsrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non pengion dan
tekanan udara
b. Golongan Kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain
c. Golongan Biologi
Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain
d. Golongan Ergonomi
Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif,
penerangan Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain
e. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981 dan pada
Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja disebutkan jenis-jenis penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Penumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,
antrasilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor
utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yan
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep (serat yang diperolah dari tanaman cannabis
sativa) dan sisal (serat yang diperolah dari tumbuhan Agave Sisalana)

10
4. Asma akibat kerja yang disebabakan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat penghirup
debu organic
6. Penyakit yang diakibatkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang beracun
7. Penyakit yang disebabkan oleh cadmium (Cd) atau persenyawaannya yang beracun
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang beracun
9. Penyakit yang disebabkan oleh Kromium (Cr) atau persenyawaannya yang beracun
10. Penyakit yang disebabkan oleh Mangan (Mn) atau persenyawaannya yang beracun
11. Penyakit yang disebabkan oleh Arsenik (As) atau persenyawaannya yang beracun
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau persenyawaannya
yang beracun
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plumbum (Pb) atau persenyawaannya
yang beracun
14. Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F) atau persenyawaannya yang beracun
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatic yang beracun
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzana atau homolognya yang beracun
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzana atau homolognya
yang beracun
19. Penyakit yang diakibatkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya
20. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol atau keton
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfide atau derivatnya yang beraun,
amoniak, seng, braso, dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang persendian
dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi)
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan tinggi
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologis

11
27. Kanker kulit epiteloma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyaeaan, produk, dan residu zat-zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontamintasi khusus
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi atau
kelembapan udara yang tinggi
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
(Nursalam,2009)

F. Penyakit Akibat Kerja pada Perawat


Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan
ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha intuk
mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan
jarum suntik yang dipakai berulang-ulang) atau perlindungan bagi parapekerja rumah sakit
yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk
mengatasi permasalahan ini, maka langkah awal yang penting adalah pengenalan dan
identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan pengendalian.
Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh
tiga langkah utama sebagai berikut:
1. Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
(walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali
dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2. Evaluasi lingkungan kerja
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang
mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam
mengatasi permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau
bahan yang berbahaya yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,
pengenalan dan evaluasi,tidak dapat menjamin sebuah lingkungan

12
kerjayang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan tekhnologi pengendalian yang adekuat
untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja.

a. Pengendalian lingkungan (environmental control measures)


1) Desain dan tata letak yang adekuat
2) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya
b. Pengendalian perorangan (personal control measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung harus sesuai dan adekuat.
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan zat tertentu yang berbahaya dapat
menurunkan risiko terkena bahaya kesehatan dilingkungan kerja.

Suatu penyakit bersifat multifaktor, oleh karena itu suatu penyakit tidak dapat disebabkan
oleh satu faktor saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks antara berbagai macam
agen, pejamu, dan lingkungan. Berdasarkan Agen penyebabnya penyakit dapat dibedakan
menjadi :
1. Agen Biologi
Agen biologi adalah seperti bakteri, mikroba dan lain-lain dimana penyakit yang dapat
timbul baik dalam suatu komunitas maupun fasilitas kesehatan yang dapat
mengkontaminasi warga fasilitas kesehatan, termasuk perawat antara lain seperti
Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus (MRS), vancomycin resistant
Mycobacterium enterococcus (VRE) dan multidrugresistant Mycobacterium
tuberculosis (MDR-TB). Bahaya biologic ditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan
kronis, parasite, bahan beracun, reaksi alergi dan iritan. Perawat sangat rentan terhadap
risiko lecet ataupun tertusuk jarum yang kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh
agen biologi yang terdapat di fasilitas kesehatan.
Penyakit akibat kerja berdasar agen biologi yang dapat menjangkiti pekerja rumah sakit
seperti Brucellosis dapat disebabkan oelh brucella abortus dapat terpajan pada petugas
laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B, HBV) dan Tuberculosis juga beresiko
pajanan pada pekerja medis.
2. Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya pada manusia
orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat terjangkit penyakit dermatitis
dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama pada agen kimi tersebut, seperti

13
penggunaan lateks, hydrogen peroksida, merkuri, gas anastesi, obat-obatan sitotoksik,
Aldehid (formaldehid) di kamar mayat, dan glutaraldehid untuk endoskopi dapat
menimbulkan masalah pernafasan.
3. Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi dapat menyebabkan
penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan seperti Konjungtivitis akibat
pajanan sinar ultraviolet (UV).
Agen fisika seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah untuk
pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah sakit. Agen
fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan pekerja terhadap
ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi pengion juga tidak luput
terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan radiasi elektromagnetik bukan pengion
sperti laser yang dipakai dibagian bedah, dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga
dapat menimbulkan resiko kerusakan mata.

Dalam lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor :


PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. dibagi dalam beberapa bidang antara lain :
1. Penyakit Kulit adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja yang berupa factor risiko mekanik, fisik, kimia, bilogik dan
psikologik. Dapat berupa dermatitis kontak, acne, neoplasi kulit, kelainan pigmentasi,
infeksi kulit.
2. Neurologi adalah setiap penyakit yang mengenai system saraf pusat dan perifer yang
penyebabnya antara lain trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan,
gangguan metabolism dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan subjektif
seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur, gangguan
kognitif dan emosi dengankeluhan objektif berupa system motorik, system sensorik ,
system autonomy.
3. Penyakit Dalam adalah penyakit yang timbul akibat paparan factor risiko yang dapat
mengenai organ seperti Penyakit Jantung dan Pembuluh darah, penyakit ginjal dan
saluran kemih, penyakit saluran cerna dan hati, penyakit system endokrin, penyakit
darah dan system pembuluh darah, penyakit otot dan rangka serta penyakit infeksi
lainnya.

14
4. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) adalah penyakit atau kelainan pada
telinga, hidung dan tenggorok akibat paparan factor risiko di tempat kerja seperti,
rhinitis alergi, afoni, disfoni, disfagia, ganggauan pendengaran karena bising ataupun
cidera kepala dll.
5. Orthopedi adalah penyakit yang mengenai system musculoskeletal sehingga
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan yang menimbulkan hambatan pada kegiatan
penderita.
6. Penyakit Paru adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh pajanan factor-
faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa debu, gas, uap.
7. Penyakit Mata adalah penyakit atau kelainan pada mata akibat pemaparan factor- faktor
risiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan yang dapat
mengurangi kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan
akivitas normal.
8. Penyakit akibat radiasi mengion adalah penyakit akibat kerja karena paparan radiasi
mengion di tempat kerja.

Penyakit akibat kerja yang dapat dialami petugas medis sangat beragam tergantung pada
agen, pejamu dan lingkungan fasilitas kesehatan tempat perawat bekerja baik disebabkan
oleh agen biologi, agen kimia maupun agen fisika yang dapat menyebabkan sakit
diberbagai bidang baik dalam bidang penyakit kulit,penyakit mata, penyakit paru dan lain-
lain. Untuk menegakkan diagnose penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
pendekatan sistematis antara lain :
1. Langkah 1 : Diagnosa Klinik harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan
anamnesa dan pemerikasaan fisik bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang
dan pemeriksaan khusus
2. Langkah 2 : Menetukan pajanan yang dialami pekerja ditempat kerja, petugas medis
harus melakukan anamnesa yang lengakap pada pekerjaan pasien
3. Langkah 3 : Menentukan hubungan antara ajanan dengan diagnosis klinis, pajanan
tersebut diidentifikasi berdasarkan efidence based yang dihubungkan dengan penyakit
yang dialami
4. Langkah 4 : Menentukan besarnya pajanan dilakukan secara kualitatif (pengamatan
cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungan lama kerja dan masa kerja
serta Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi

15
besarnya pajanan ) dan dilakuakn secara kuantitatif yaitu dengan melakukan
pengukuran lingkungan kerja secara periodik dan data monitoring biologis.
5. Langkah 5 : Menentukan faktor individu yang berperan antara lain jenis kelamin, usia,
kebiasaan, genetik, riwayat atopi dan penyakit penyerta.
6. Langkah 6 : Menentukan pajanan diluar tempat kerja maka diperlukan informasi
tentang kegiatan yang dilakukan diluar tempat kerja
7. Langkah 7 : Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja berdasarkan langka-langkah
diatas apakah termasuk penyakit akibat kerja atau bukan

G. Penyakit atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor:03/MEN/1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwayang dimaksud dengan kecelakaan
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendakidan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya- bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagen yang toksik , peralatan listrik maupun
peralatan kesehatan yang dapat menimbulkan cidera.

1. Penyebab kecelakaan Kerja


a. Penyebab dasar
1) Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologis, kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan
(keahlian), stress, motivasi yang tidak cukup atau salah.perawatan
(maintanance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan,
standar kerja serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.
2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan
kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau
pengadaan barang, perawatan (maintanance), alat-alat, perlengkapan, dan
barang-barang atau bahan-bahan, standar kerja serta berbagai penyalahgunaan
yang terjadi di lingkungan kerja.
b. Penyebab langsung
1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar – unsafe condition), yaitu
tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan. Misalnya peralatan pengaman,
pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat,

16
bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda
peringatan yang kurang memadai, bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan,
kerapian atau tata letakyang buruk,lingkungan berbahaya atau beracun (gas,
debu, asap, uap dan lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan
penerangan yang kurang (B.Sungeng, 2003)
2) Tindakan berbahaya (tindakan yaang tidak standar – unsafe act) yaitu tingkah
laku, tindak-tanduk, atauperbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan.
Misalnya mengoperasikan alattanpa wewenang, gagal untuk memberi
peringatan dan pengamanan, bekerja dengan kecepatan yang salah,
menyebabkan alat-alat keseluruhan tidak berfungsi, memindahkan alat-alat
keselamatan, menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat dengan cara
yang salah, serta kegagalan memakai alat pelindung dan atau keselamatan diri
secara benar (B.Sugeng, 2003)

2. Klasifikasi Jenis Cidera dan tingkat keparahan kibat Kecelakaan Kerja :


a. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit
akibat kerja
b. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah suatu
kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja
selama satu hari kerja atau lebih.
c. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) karyawan tidak
dapat masuk karena cidera.
d. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted Duty) adalah
karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin sehingga ditempatkan pada
pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi termasuk perubahan jadwal ataupun pola
kerja.
e. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury ) adalah kecelakaan kerja
yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang memeiliki kualifikasi untuk
menangani atau memberikan pertolongan pada kecelakaan
f. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat seperti ; luka lecet
dll.( Badraningsih, 2015)

17
H. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat
Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat irreversible sehingga tindakan
pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit
akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan
penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat
kerja, melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya
yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja,
memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang benar dan
memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurt Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida
diganti dengan triklor –etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-bahan
ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat menghisap udara
dari suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut
dapat dialirkan keluar
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung
antara kontaminan dengan petugas
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik secara fisik, psikologis maupun
dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi
secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah
sebagai berikut :
1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :

18
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi
dan desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja ditempat
infeksius dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen yang benar
f. Pengolahan limbah yang baik
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga
2. Agen Kimia
a. Material safety data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tetelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri
3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan ventilasi serta penyediaan air minum yang cukup
b. Menggunakan alat pelindung diri

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya pencegahan penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi
bahaya penyakit akibat kerja, melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil
identifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi
bahaya di tempat kerja, memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri
yang benar dan memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit,baik tenaga
medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik didalam lingkungan
kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya ornag-
orang sakit maupun sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung
serta pasien yangyang mendapat perawatan karena penyakitnya baik menular ataupun
tidak menular. Hal tersebut membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas.
Berbagai macam penyakit yang ada di lingkungan rumah sakit menjadi tempat
penularan penyakit infeksi baik bagi pasien, tenaga kesehatan maupun pengunjung.
Petugas berisiko dengan kontak langsung terhadapagen penyakit menular melalui
darah, sputum,jarum suntik dan lain-lain.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca agardapat


memahami dan menerapkan apa yang penulis sampaikan. Sehingga penulisanini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Badraningsih. 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja . dalam
https://staff.uny.ac.id diakses pada minggu, 14 September 2019.

Efendy, Ferry dam Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor:03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan Akibat Kerja.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor : PER.25/MEN/XII/2008 tentang
Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Kerja.

21

Anda mungkin juga menyukai