Anda di halaman 1dari 16

Makalah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan

“Analisis Risiko dan Hazard di Rumah Sakit”

DISUSUN OLEH:
Kelompok 4 Reguler B 2020

Adhelia Rieza Devita 04021282025056


Afifah Sabrina 04021282025060
Hartanti Dwi A.J. 04021282025065
Aulia Tri Ambar Rini 04021282025069
Wilda Permata Yanti 04021282025073
Yusri Yatela 04021382025077
Maryani 04021382025081
Nadia Zahra Amalia 04021382025086
Dwiputri Elrosa 04021382025090
Diah Anggrainy 04021382025094
Rahmah Dhona 04021382025100

DOSEN PENGAMPU:
Antarini Idriansari, S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.An.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis Risiko dan Hazard di Rumah Sakit”
ini tepat pada waktunya. Adapun tugas dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Analisis Risiko dan Hazard
di Rumah Sakit” bagi kami dan pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bu Antarini Idriansari, S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.An.


yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang akan membangun kami untuk menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah.

Indralaya, 27 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ 1


Daftar Isi ................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................... 5
D. Manfaat Pembahasan................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6


A. Pengertian Resiko Dan Hazard ................................................................................... 6
B. Macam-macam Bahaya Hazard .................................................................................. 6
C. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya .......................................................................... 7
D. Pengendalian Resiko Bahaya ...................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13


A. Kesimpulan................................................................................................................ 13

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di
semua tempat kerja, baik pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat
kerja yang memiliki risiko atau bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan
kerja maupun penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya
diterapkan pada semua pihak yang terlibat dalam proses kerja, mulai dari tingkat manager
sampai dengan karyawan biasa. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang
menyatakan bahwa setiap tenaga kerja memiliki hak untuk mendapat perlindungan bagi
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas Nasional.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Karena merupakan suatu institusi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan, maka rumah sakit juga termasuk dalam kategori tempat kerja. Isi
dalam pasal 23 undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka rumah sakit sebagai salah satu tempat kerja juga wajib untuk
menyelenggarakan kesehatan kerja bagi para pekerjanya agar terhindar dari potensi bahaya
yang ada di rumah sakit. Menurut pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI
(2015) tentang situasi kesehatan kerja tahun 2015, Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja
yang terjadi antara tahun 2011-2014 adalah sebesar 92.453 kasus dengan jumlah kasus
paling tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 35.917 kasus. Sedangkan data untuk
kasus penyakit yang terjadi akibat kerja antara tahun 2011-2014 adalah 57.929 kasus tahun
2011, 60.322 kasus tahun 2012, 97.144 kasus tahun 2013, dan 40.694 kasus pada tahun
2014. Dari data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa situasi kesehatan kerja di
Indonesia masih belum baik.

3
Salah satu tempat kerja yang berisiko adalah Rumah Sakit, hal ini karena rumah
sakit memiliki potensi terjadinya penyakit infeksi terhadap para karyawan, pasien, bahkan
pengunjung. Beberapa contoh penyakit infeksi yang dapat terjadi di Rumah Sakit adalah
TB, Hepatitis B, Hepatitis C, dan bahkan berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Selain penyakit-
penyakit infeksi, di rumah sakit juga memiliki risiko atau bahaya lain yang mempengaruhi
situasi dan kondisi di rumah sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian ledakan,
kebakaran, kecelakaan yang diakibatkan adanya masalah pada instalasi listrik, serta faktor-
faktor yang dapat menimbulkan cidera lainnya), radiasi, paparan bahan kimia beracun dan
berbahaya, gasgas anastesi, gangguan terkait psikis dan ergonomi. Semua potensi bahaya
tersebut di atas, jelas dapat mengganggu dan menimbulkan rasa kurang aman dan nyaman
bagi pekerja di RS, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan RS.
(KEPMENKES N0.432 Tahun 2007).
Karyawan rumah sakit terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis. Tenaga
medis yaitu dokter, perawat, dan bidan sedangkan tenaga non medis yaitu petugas laundry,
petugas kebersihan, petugas penyiapan makanan atau gizi, apoteker, Pemeriksa
laboratorium, dan petugas radiologi (Wichaksana, 2002). Dilihat dari jenis pekerjaan yang
ada di rumah sakit, dapat dikatakan tenaga medis merupakan karyawan yang rentan terkena
penyakit akibat kerja, karena mereka selalu melakukan kontak dengan pasien yang sakit
setiap hari. Namun tenaga non medis juga memiliki potensi untuk terkena penyakit akibat
kerja, walaupun mereka tidak melakukan kontak langsung dengan pasien. Berbagai
penyakit infeksi menular kepada tenaga non medis melalui media udara, lantai, dinding,
ruang kerja, jarum suntik bekas, dan infus bekas.
Risk Management Standard AS/NZS 4360:2004 menyatakan bahwa analisis risiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident. Mengelola risiko harus
dilakukan secara berurutan langkah-langkahnya yang nantinya bertujuan untuk membantu
dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
kemungkinan ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian dari resiko dan hazard?
2. Apa saja macam-macam bahaya hazard?

4
3. Apa saja hirarki pengendalian resiko bahaya?
4. Bagaimana tindakan untuk mengendalikan resiko bahaya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari resiko dan hazard.
2. Mengidentifikasi macam-macam bahaya hazard.
3. Memahami hirarki pengendalian resiko bahaya.
4. Menentukan tindakan untuk mengendalikan resiko bahaya.

D. Manfaat Pembahasan
- Dapat menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dan mengaplikasikanya ke dalam
permasalahan yang nyata, khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja
- Dapat mengetahui resiko-resiko kerja yang dapat terjadi di lingkungan kerja dan
mengetahui penyebab timbulnya resiko tersebut

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko dan Hazard


Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau keuntungan. Juga, suatu takaran dari
potensi kerugian yang mempertimbangkan besarnya kerugian dan kemungkinan terjadinya
(Bird, 1996 dalam Wiwin, 2010:11). Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah
sebagai peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu
objek. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah
peristiwa) dan concequence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut).
Hazard adalah aktivitas,obyek, komponen yang dianggap dapat menimbulkan kerusakan
atau terganggunya proses/aktivitas didalamnya hingga kecelakaan kerja(Cooling,1990).
Hazard Identification (HIRA) adalah suatu metode pengukuran/penentuan resiko dari
hazard sehingga dapat diprediksi tingkat resiko dan IMPACT dari hazard yang ada
(Labovsky,J, 2006 ).

B. Macam-macam Bahaya Hazard


Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi
untuk menimbulkan kerugian. Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
bahayadiklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya

6
explosive.

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)


Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan
kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non-pengion,
suhu ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan seperti
antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.
c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual
handling dan postur janggal.
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa danfungi (jamur)
yang bersifat patogen.
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman.

C. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya


Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu
melalui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat
keparahan suatu kecelakaan atau paparan. Pada ANSI Z10: 2005.
Hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja antara lain:
1. Eliminasi
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,
tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya
merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja
dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya
tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan

7
misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya
kimia.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya,mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus
listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau
basah
3. Rekayasa teknik, regorganisasi dari perkerjaan atau keduanya
Tahapan rekayasa teknik dan reorganisasi dari pekerjakan merupakan tahapan untuk
memberikan pelindungan pekerja selama kolektif. Contoh perlindungan dalam rekayasa
teknik dan reorganisasi pekerjaan adalah pemberian pelindung mesin, system ventilasi,
mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi pekerjaan untuk
melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja dan beban kerja yang tidak sehat
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan peraturan-
peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat. Contoh
pengendalian administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan
secara periodik, melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada
aktivitas kontraktor, melaksanakan safety induction, memastikan operator forklift sudah
mendapatkan lisensi yang diwajibkan, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan
kecalakaan, mengganti shift kerja, menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan
risiko pekerjaan (missal terkait instruksi terkait s=dengan akses kontril pada sebuah area
kerja .
5. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010 adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Contoh Alat

8
Pelindung Diri adalah baju, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, perlindungan
pendengaran dan sarung tangan.

D. Pengendalian Resiko Bahaya


Pengendalian risiko (Risk Control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan
menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam
prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan pengendalian
resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko. (Wijaya, Panjaitan, Palit, 2015).
Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy of
Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara
berurutan (Tarwaka, 2008).
Setelah kita ketahui jenis-jenis resiko bahaya di rumah sakit ternyata seluruh resiko bahaya
tersebut terdapat di rumah sakit. Beberapa contoh sistem pengendalian resiko bahaya yang
telah dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Resiko bahaya fisik
a) Mekanik: resiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum dan terpeleset
atau menabrak dinding pintu kaca. Pengendalian yang sudah dilakukan antara
lain: penggunaan safety box limbah tajam kebijakan dilarang menutup kembali
jarum bekasi pemasangan keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring,
pemasangan rambut awas licin, pemasangan kaca film dan stiker pada dinding
pintu kaca agar lebih kelihatan, kebijakan penggunaan sabuk keselamatan pada
pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter dan lain-lain.
b) Resiko bahaya radiasi: resiko ini terdapat di ruang radiologi radio therapi
kedokteran nuklir ruang cath lab dan beberapa kamar operasi yang memiliki
fluoroskopi w x-ray. Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: pemasangan
rambu peringatan bahaya radiasi pelatihan proteksi bahaya radiasi penyediaan
APD radiasi pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi pada petugas radiasi dengan personal dosimetri pada petugas
radiasi.

9
c) Resiko bahaya kebisingan: terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang
chiller. Pengendalian yang telah dilakukan antara lain: substitusi peralatan dengan
alat-alat baru dengan ambang kebisingan yang lebih rendah dari penggunaan
pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara berkala oleh Instansi
Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS).
d) Resiko bahaya pencahayaan: resiko bahaya ini terutama di satuan kerja dengan
pekerjaan teliti seperti di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang
sudah dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala oleh
ISLRS dan hasil pemantauan dilaporkan ke Direkturi teknik dan Unit K3 untuk
tindak lanjut ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
e) Resiko bahaya listrik: resiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan
peralatan listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia, SNI dan harus
dipasang oleh bagian IPSRS atau orang yang kompeten. Peralatan elektronik di
RSUP dr Sardjito secara berkala dilakukan maintenance oleh bagian IPSRS dan
seluruh peralatan yang layak pakai akan diberikan label layak pakai berupa stiker
warna hijau sedangkan yang tidak layak pakai akan diberikan stiker merah dan
peralatan tersebut ditarik oleh bagian IPSRS. Selain itu unit K3 dan IPSRS secara
berkala melakukan sosialisasi ke seluruh satuan kerja tentang perilaku aman
dalam menggunakan listrik di rumah sakit.
f) Resiko bahaya akibat iklim kerja: resiko ini meliputi kondisi temperatur dalam
kelembaban ruang kerja. Pemantauan temperatur dan kelembaban dilakukan oleh
ISLRS. Acuan dari standar temperatur dan kelembaban mengacu pada keputusan
menteri Kesehatan RI nomor 1402 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
Masalah yang sering muncul adalah temperatur melebihi standar seperti di
Instalasi Binatu dan ruang produksi gizi karena belum memungkinkan untuk
distandarkan pengendalian yang dilakukan dengan pemberian minum yang cukup.
Masalah kelembaban yang tinggi beresiko terjadinya kolonisasi kuman patogen
sehingga meningkatkan angka infeksi baik bagi pasien maupun bagi pekerja.
Pengendalian secara teknis telah dilakukan akan tetapi pada musim tertentu

10
kadang tidak memenuhi persyaratan. Upaya yang dilakukan untuk menghambat
kolonisasi kuman terutama pada ruang perawatan pasien ICU dan kamar operasi
harus dilakukan disinfeksi ruangan lebih sering dan pemantauan angka kuman
secara berkala
g) Resiko bahaya akibat getaran: resiko bahaya getaran tidak terlalu signifikan. Dari
telaah yang telah dilakukan unit K3 resiko bahaya getaran ditemukan di bagian
taman akibat dari mesin pemotong rumput dan di klinik gigi akibat dari mesin bor
gigi tetapi tingkat getaran pada ke 2 lokasi tersebut masih dalam batas yang
diizinkan.
2. Resiko bahaya biology
Resiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen dari pasien
yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh droplet dan udara. Pengendalian resiko
ini telah dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) akan tetapi
termasuk dalam area pemantauan unit K3. Resiko air brone dissease dikendalikan
dengan rekayasa ruangan tekanan negatif beserta peraturan administratif dan APD.
Resiko penularan melalui droplet dikendalikan dengan menyediakan masker bagi
petugas pengantar pasien dan pasien yang batuk serta sosialisasi etika batuk oleh PPI.
Resiko air brone dissease dikendalikan dengan penggunaan alat-alat single use beserta
peraturan administratif dan APD. Selain itu untuk mencegah penularan penyakit air
brone dissease khususnya Hepatitis B dilakukan Imunisasi Hepatitis B dengan
perioritas pada karyawan dengan kadar titer anti hBs i 0i2 uwL terutama yang bekerja
pada tindakan invasif terhadap pasien. Selain itu juga telah dilakukan penanganan
paska pajanan infeksi khususnya pada HIV dan hepatitis B. Bila pekerja atau peserta
didik mengalami kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum bekas pasien atau terkena
percikan darah dan cairan tubuh pada mukosa, mata mulut atau terkena pada luka maka
wajib melaporkan kepada penanggung jawab ruangan pada saat itu dan setelah
melakukan pertolongan pertama harus segera periksa ke IGD agar dilakukan telaah
dan tindak lanjut pasca pajanan sesuai prosedur untuk mengurangi resiko tertular.
3. Resiko bahaya kimia
Resiko ini terutama terhadap bahan kimia golongan berbahaya dan beracun, B3.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan Identifikasi bahan-bahan B3

11
pelabelan standar penyimpanan standar penyimpanan MSDS penyiapan P3K, APD
dan safety shower serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Rekayasa juga
dilakukan dengan penggunaan Laminary Airflow pada penggunaan obat dan B3
lainnya.
4. Resiko bahaya ergonomi
Resiko ini banyak terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien maupun
barang. Sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut yang benar selalu dilakukan.
Selain itu dalam pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit juga harus
mempertimbangkan faktor ergonomi tersebut terutama peralatan yang dibeli dari
negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan.
5. Resiko bahaya psikologi
Resiko psikologi tidak terlalu kelihatan akan tetapi selalu ada meskipun kadarnya tidak
terlalu mencolok. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengadakan pertemuan
antar satuan kerja antar staff dan pimpinan dan pada acara-acara bersama seperti saat
ulang tahun RS dan lain-lain yang bertujuan agar terjalin komunikasi yang baik
sehingga secara psikologi menjadi lebih akrab dengan harapan resiko bahaya psikologi
dapat ditekan seminimal mungkin.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang munculnya suatu kejadian
yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek. Hazard adalah aktivitas,obyek,
komponen yang dianggap dapat menimbulkan kerusakan atau terganggunya
proses/aktivitas didalamnya hingga kecelakaan kerja. Dalam terminology keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard), merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury).
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard), merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.

Adapun hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja


antara lain:
1. Eliminasi Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia kekuranga desain
2. Substitusi bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari
yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
3. Rekayasa teknik, regorganisasi dari perkerjaan atau keduanya Bertujuan untuk
memberikan pelindungan pekerja selama kolektif.
4. Pengendalian Administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan
peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat.
5. Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja.

13
Selanjutnya, resiko-resiko bahaya antaralain:
a. Resiko bahaya fisik Pengendalian yang telah dilakukan adalah adanya kebijakan
penggunaan peralatan listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia, SNI dan
harus dipasang oleh bagian IPSRS atau orang yang kompeten.
b. Resiko bahaya biologi adalah akibat kuman patogen dari pasien yang ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh droplet dan udara.
c. Resiko bahaya kimia Pengendalian dengan Identifikasi bahan-bahan B3 pelabelan
standar penyimpanan standar penyimpanan MSDS penyiapan P3K, APD dan safety
shower serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afredo, L. W. & Tarigan, U. P. P. B., 2021. Analisis Resiko Kecelakaan Kerja di CV. Jati Jepara
Furniture dengan Metode HIRARC. JURITI PRIMA (Jurnal Ilmiah Teknik Industri Prima),
IV(02), pp. 30-37.

Alimil H. A. AZIZ. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta:Salemba Medika.

Farihah, T., 2016. Manajemen Resiko Dan Analisis Hazard Sebagai Dasar. Integrated Lab
Journal. IV(01), pp 77-86.

Putri, O. Z., Hussin, T. M. A. B. R., & Kasjono, H. S. (2017). Analisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Akademik
UGM. Jurnal Kesehatan, 10(2), 1. https://doi.org/10.23917/jurkes.v10i2.5522

Ramadhan. F., 2017. Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menggunakan Metode
Hazard. Seminar Nasional Riset Terapan, pp 164-169.

Ratnasari, S. T. (2009). Analisis Resiko. Fkmui, 62–64.

Viviyana ,2019. Makalah Kirarki Pengendalian Resiko. Surakarta : Stikes Husada

Yuantari, C., & Nadia, H. (2018). Analis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Petugas
Kebersihan di Rumah Sakit. Faletehan Health Journal, 5(3), 107–116.
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.20

15

Anda mungkin juga menyukai