Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA

TAHAP PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Dosen Pengampu :

Sari Candra Dewi, SKM, M.Kep

Mata Kuliah :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Ririh Astariyah
NIM. P07120519001
2. Moren Anjelita Wagania
NIM. P07120519002
3. Enggar Kusumaningrum
NIM. P07120519003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NURSE

2019
ii
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
hikmat, dan tuntunan-Nya sehingga kelompok bisa menyelesaikan makalah “Upaya Mencegah
Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap Pengkajian Asuhan Keperawatan”.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penyusunan makalah ini berisi pembahasan mengenai potensi
maupun kondisi bahaya pemberian asuhan keperawatan yang dapat terjadi pada tahap
pengkajian.

Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, ini tidak terlepas dari kemampuan kelompok yang masih terbatas. Menyadari akan
hal itu, maka kelompok mengharapkan bantuan baik berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, September 2019

Kelompok

i
ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Hazard .......................................................................................................... 3


B. Hazard Di Lingkungan RS .................................................................................................. 9
C. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko Hazard Pada Tahap Pengkajian Askep .... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah rumah sakit. Diantaranya meliputi
pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta proses
pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut juga dapat memberikan dampak positif
maupun dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan
kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM 2000). Rumah
sakit sebagai fasilitas kesehatan yang kompleks, memberikan banyak pelayanan kesehatan
berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat
yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Masalah di rumah sakit dapat ditinjau
dari jumlah dan karakteristik layanan yang tersedia, luas area yang diperlukan untuk
menjalankan layanan, jumlah dan ragam individu yang terlibat dalam layanan, juga termasuk
peralatan dan teknologi yang digunakan.
Potensi bahaya pada petugas rumah sakit lebih besar risikonya bila dibandingkan dengan
tenaga kerja pada umumya. Tenaga kerja rumah sakit lebih rentan terkena risiko bahaya,
kemungkinan keseleo, cidera, infeksi dan penyakit yang berasal dari parasit, dermatitis,
hepatitis dan lain-lain. Melihat perkembangan rumah sakit saat ini, fasilitas pendukung
medispun semakin berkembang sehingga potensi bahaya dan permasalahannyapun semakin
kompleks sehingga perlu adanya proteksi bagi petugas kesehatan untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan saat melakukan aktivitas pekerkerjaan. Potensi bahaya yang
timbul di rumah sakit selain penyakitpenyakit infeksi juga ada potensi bahaya lainya yang
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainya),
radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan ergonimik
(Kepmenkes 2010). Potensi bahaya tersebut mengancam jiwa para pegawai di rumah sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Berlangsungnya kegiatan terus-menerus selama 24 jam di rumah sakit menjadikan risiko
gangguan kesehatan menjadi lebih besar. National Safety Council (NSC) tahun 1988 dalam
Permenkes RI, (2010). melaporkan kecelakaan di RS, 41% lebih besar daripada kecelakaan di
industri. Kasus kecelakaan tersering adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya. Amerika Serikat setiap 3 hari,
9000 petugas kesehatan mengalami cedera saat kerja. Setiap 30 detik petugas kesehatan
tertusuk jarum suntik. Lebih dari 2,5% terinfeksi HIV/AIDS, 40% - 60% terkena hepatitis B
dan C. Ini hampir dua kali lebih besar daripada jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di
industri swasta secara keseluruhan. Luka yang diakibatkan oleh pekerjaan di rumah sakit
tercatat 93%, sedangkan sisanya 7% berupa penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena faktor K3,
1
prestasi K3 Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang disurvei. Data KAK dan
PAK di rumah sakit belum tercatat dengan baik. Data dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja secara umum
sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan
kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Angka kecelakaan
kerja dan PAK di Indonesia masih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa capaian K3 di
Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1087/MENKES/SK/ VIII/2010
bahwa untuk meningkat fasilitas pelayanan kesehatan, Rumah sakit dituntut untuk
melaksanakan upaya K3 yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga
risiko terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK) di rumah
sakit dapat dihindari. Sejalan dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
tercantum dalam pasal 165 disebutkan bahwa pengelolaan tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja. Pelaksanaan K3RS merupakan upaya yang ditempuh untuk
mengendalikan potensi bahaya, meningkatan produktivitas serta mutu pelayanan kesehatan
yang dilakukan melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses
pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melalui penerapan
PDCA (plan-do-check-action) (Dewi, dkk, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam konsep teori hazard ?
2. Apa saja kondisi maupun potensi bahasa di lingkungan kerja ?
3. Bagaimana mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard tahap pengkajian asuhan
keperawatan ?

C. Tujuan

1. Mampu memahami konsep teori hazard


2. Mampu memahami dan mengidentifikasi kondisi maupun potensi bahaya di lingkungan
kerja
3. Mampu memahami dan mengidentifikasi risiko dan hazard tahap pengkajian asuhan
keperawatan

D. Manfaat

1. Sebagai mahasiswa prodi pendidikan ners dapat menambah wawasan mengenai risiko
hazard dan upaya pencegahannya

2. Sebagai tenaga kesehatan mampu mencegah dan meminimalisir hazard tahap pengkajian
asuhan keperawatan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Hazard

a. Bahaya / Hazard

Menurut Ridley (2008), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian/ kelukaan. Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor
dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut
potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan
telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata. Bahaya kesehatan adalah sesuatu
yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau
dari waktu ke waktu. WHO (1999) telah mengidentifikasi langkah-langkah utama dalam
penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi risiko, penilaian paparan,
dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan
orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah
kesehatan di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
b. Jenis Bahaya
Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat berasal dari semua
komponen kerja berupa:
1. Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard)
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh pekerja yaitu
kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang pekerja yang buta
warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik warna-warni,
bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain di sekelilingnya
bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan ini berpotensi
menimbulkan kebakaran atau ledakan.
2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard)
Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja. Contohnya
adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang
pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling
mesin penggiling bongkahan batu (crusher).
3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard)
Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi
melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam
penyakit akibat kerja). Faktor fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja
(PAK), dari penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam
golongan faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain:

3
3.1 Bahaya mekanik
Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan.
Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara lain
adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir,
tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan. Sementara itu,
risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cedera
seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas,
jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya
mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.
3.2 Bising
Bising adalah bunya maupun suara-suara yang tidak dikeheendaki dan dapat
menggaggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan
pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi,
dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti
di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan
alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka
yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian
perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya.
3.3 Getar atau vibrasi
Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan,
white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan
pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration)
seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan pengemudi.
Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan, contohnya
adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di tangannya
adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar dan/ atau pneumatik perkusi,
seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.
3.4 Suhu ekstrem panas
Tekanan panas yang meelebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat
cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,
tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan ssuhu ekstrem panas yang
bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang
dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace),
dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau
mesin lainnya.
3.5 Suhu ekstrem dingin
Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkunag kerja, dapat menimbulkan frostbite yang
ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala
hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa. Pekerja
yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di

4
cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam ssuhu
ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.
3.6 Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus
menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek
menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan
mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat
menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi mengalami
insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memerhatikan kecukupan cahaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang
memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko
terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display
terminal seperi komputer dan televisi.
3.7 Tekanan
Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/ BAR, sering diialami oleh
orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam lokasinya semakin
tinggi tekanannya. Efek dari tekanan hiperbarik adalah barotitis dan barotrauma
yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan paru. Pekerja berisiko
terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang beekerja di bawah laut, seperti
penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, pemelihara kapal laut, tim
penyelamat (rescue team), dan pekerja konstruksi baawah laut.
3.8 Radiasi pengion
Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinarX, dan
neutron. Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka yang bekerja
dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi
pengion, seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah sakit,
pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya. Efek
buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan
perkembangan janin.
3.9 Radiasi bukan pengion (gelombang eleektromagnetik)
Radiasi bukan pengion dapat menimbulkan kelainan kulit dan mata. Radiasi bukan
pengion merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dengan gelombang yang
panjang (>100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran
energinya tidka cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh yang dilaluinya.
Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara lain sinar inframerah (infrared),
microwave, ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar ultraviolet, ponsel dan
sinar laser. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan atau
lokasi kerjanya berdekatan dengan mesin atau peralatan yang mengeluarkan

5
gelombang elektromagnetik, misalnya tukang las, operator telepon, operator VDT.
Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas
spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang berat
seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan
menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang
terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat merupakan suatu zat
yang toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik. Pekerja
berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia.
Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun
bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah
logam berat, solvent/ Pelarut organic, gas dan uap. Faktor Biologik berpotensi
menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari penyakit yang ringan seperti flu
biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis
mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja
berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkulosis,
Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit
(Hookworm, Malaria).
4. Bahaya ergonomik (ergonomic hazard)
Berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi Bahaya
ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang
digunakan oleh pekerja termasuk work station.
5. Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja
(work culture hazard)
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian
pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan
kehidupan sosial pekerja.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Bahaya Mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik
yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda,
press, tempa, pengaduk, dan lain-lain, Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung
bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan
bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
2. Bahaya Listrik
Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan
berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di
lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun
peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

6
3. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
3.1 Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).
3.2 Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki
3.3 Kebakaran dan peledakan.
3.4 Polusi dan pencemaran lingkungan.
4. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:
4.1 Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran
4.2 Tekanan
4.3 Getaran
4.4 Suhu panas atau dingin
4.5 Cahaya atau penerangan
4.6. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah
5. Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti
flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja.
Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia,
pertambangan, minyak dan gas bumi.

c. Sumber Informasi Bahaya


Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari
peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan
wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data
keselamatan bahan (material safety data sheet.
1. Kejadian Kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian
yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya
akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak
informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya lokasi kejadian, peralatan atau alat
kerja, pekerja yang terlibat dalam kecelakaan, data-data korban berkaitan dengan usia,
pengalaman, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta
informasi lainnya, waktu kejadian, bagian badan yang cedera dan keparahan kejadian.
2. Kecenderungan Kejadian
Identifikais bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan atau trend
kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja
yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari

7
tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di
tempat kerja (Ramli, 2010).

d. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan
oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini terdapat dua
permasalahan penting, yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan
terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1987).

e. Penyebab Terjadinya Kecelakaan


Menurut Djati (2001) penyebab kecelakaan dapat dibagi dua :
1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di
lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial Hygiene, yang mengatur
agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan
kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah konsisi yang
tidak aman sebagai contoh, lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya
seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.
2. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang
melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh:
2.1 Karena tidak tahu
2.2 Karena tidak mampu/ tidak bisa
2.3 Karena tidak mau melaksanakan

g. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis untuk
mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan
landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat
terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya (Ramli, 2010).
Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan
dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya. Untuk itu perlu
dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap langkahnya:
1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan suatu
objek?
2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?
3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah dapat terjatuh, pada
lantai yang sama atau yang lain?
4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir?

8
5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan?
Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko
antara lain:
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.
2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.
3. Laporan pengamatan kerja.
4. Peraturan kerja khusus di lokasi.
5. Kebutuhan alat pelindung diri.
6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

h. Tujuan Identifikasi
Bahaya Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau
pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:
1. Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab
kecelakaan, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan
pemicu kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.
2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait
lainnya) sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi
perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan
pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penanganannya
sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan leih efektif.
4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya kepada semua
pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh
gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli, 2010).

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:
1. Manusia
2. Peralatan
3. Proses
4. Sistem dan Prosedur

B. Hazard Yang Sering Terjadi Di Lingkungan Rumah Sakit

a. Hazard fisik
1. Alat-alat gelas
Peralatan gelas yang dipakai dalam kegiatan Rumah Sakit antara lain botol-botol, labu
volumetric, tabung reaksi, pipet, ampul obat-obatan, dan peralatan gelas lainya.
Kuranganya hati-hati dalam pengunaan gelas tersebut dapat menyebabkan pecahnya alat
dan pecahan tersebut merupakan potensi bahaya tergores, tertusuk, ataupun melukai
pekerja dan menyebabkan infeksi.

9
2. Radiasi Ultraviolet
Sinar Ultraviolet digunakan pada biological safety cabinet dalam menyiapkan obat-
obatan kanker dan sering juga untuk mencuci hamakan ruangan yang terkontaminasi
dengan virus, misalnya campak, varisella. Efek yang ditimbulkan: kulit terbakar,
kebutaan, dan kerusakan mata.
3. Laser
Sinar laser digunakan diruang operasi minor dan mayor untuk proteksi dan kateterisasi
jaringan. Pernapasan umumnya terjadi jika proses tersebut dilaksanakan secara kurang
tepat. Efek yang ditimbulkan : kulit terbakar, kebutaan, iritasi mata dan infeksi saluran
pernapasan dan mual.
4. Radiasi Ionisasi
Pernapasan dapat terjadi pada pekerja di radiologi yang tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD) dan berada didekat pesawat rontgen. Derajat pernapasan
tergantung pada jumlah radiasi, lama pernapasan, jarak sumber radiasi dan jenis alat
pelindung diri yang digunakan. Spesimen jaringan maupun sekret manusia yang
mengandung isotop radioaktif dapat berbahaya. Efek yang ditimbulkan: eritema dan
dermatitis, mual,muntah, diare dan dapat menyebabkan kematian. Efek kesehatan
kronik dapat menimbulkan kangker kulit, tulang, kelainan genetik, dan dapat terjadi
cacat bawaan.
5. Radiasi Magnetik
Berasal dari instrumentasi resonasi magnetik yang berasal dari ruang MRI
6. Kebisingan
Kebisingan merupakan kesehatan kerja yang selalu timbul. Batasan pengertian
kebisingan adalah merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Musik keras
merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Musik keras merupakan kebisingan
bagi sebagian orang tua. Sebaliknya musik kelasik merupakan ‘’suara’’ yang tidak
dikehendaki kebisingan bagi sebagian orang muda. Bising bagi setiap orang mempunyai
makna berlainan tergantung situasi dan kondisi (Achmadi, 1990).

b. Hazard Elektrikal
Proses pernapasan dapat terjadi jika pemakaian peralatan yang kurang tepat, kurang
pemahaman terhadap peralatan, kurang pengawasan maupun pemeliharaan alat kurang
diperhatikan. Kondisi yang berbahaya dapat terjadi karena adanya oksigen dan uap air
udara. Efek yang ditimbulkan: painful shocks, susah bernapas, kulit terbakar (listrik dan
panas), denyut jantung tidak teratur, dapat meenyebabkan kematian.

c. Hazard Kimia
1. Karbon monoksida dan Nitrogen Oksida
Sumber utama karbon monoksida adalah dari asap rokok, pembakaraan yang tidak
sempurna, asap dari kendaraan dariemisi buangan kendaraan bermotor. Efek yang
ditimbulkan : pusing, mual, iritasi mata dan saluran pernapasan.

10
2. Ozon
Sumber utama ozon dari sarana sterilisasi yaitu air ozon yang merupakan sumber air
minum dari mesin fhoto copy. Efek yang ditimbulkan: iritasi mata dan saluran
pernapasan, pusing dapat menimbulkan kelainan genetik.
3. Etilen Oksida
Bahan kimia ini digunakan untuk desinfektan dan bahan untuk mensterilisasikan alat.
Pernapasan umumnya terjadi karena aerasi yang kurang tepat pada wadah penampungan
etilen oksida setelah proses sterilisasi selesai. Efek yang ditimbulkan : iritasi saluran
pernapasan, mata, diare, perubahan prilaku, anemia, infeksi saluran nafas sekunder,
sensitisasi pada kulit, gangguan reproduksi dan karsinogen.
4. Metil Matakrilat (MMA)
Umumnya digunakan untuk proses fiksasi sedian di labortorium. Efek kesehatan akut;
iritasi mata, kulit dan membrane mulosa. Efek yang ditimbulkan: sangat bervariasi
mulai dari penurunan tekanan darah hingga serangan jantung. Efek kesehatan kronik :
degenerasi, mutagenesis dan teratogenesis.
5. Formaldehid
Efek kesehatan akut : iritasi pada mata dan pernapasan, nyeri ulu hati, mual, hilang
kesadaran (jika tertelan dalam jumlah yang besar). Efek kesehatan kronis: terpapar
dalam konsentrasi yang tinggi dalam uap pormalin selama beberapa waktu dapat
menyebabkan laryngitis , bronchitis, atau bronkopneumonia. Terpapar dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan conjungtivitas dan diperkirakan dapat menyebabkan
kanker.
6. Tolueene dan Xylene
Bahan kimia ini digunakan untuk proses fiksasi sfesimen jaringan dan pembersihan saja
noda. Dan juga pada umumnya ditemukan di laboratorium histology, hemology,
makrobiology, dan sitilogy. Efek kesehatan akut: uap maupun cairannya dapat
menyebabkan iritasi mata dan lapisan mukosa, hilangan kesadaran, pusing dan
penurunan mental. Tertelan atau absorbsi bahan kimia ini melalui kulit dapat
menyebabkan kulit terbkar dan bersifat mudah terbakar (flammable). Efek kesadaran
kronik: jika bahan kimia ini mengandung campuran benzena, maka dapat menyebabkan
leukemia. Kontak kulit yang berkepanjangan dapat menyebabkan dermatitis. Toluene
diperkirakan dapt menyebabkan kerusakan sistem reproduksi.

d. Hazard Biologis
Pemaparan kontak melalui produk darah dan cairan tubuh. Terjadi kontak dengan produk
dan cairan tubuh mungkin saja terjadi selama melakukan tindakan medis, tindakan
keperawatan maupun pembedahan. Pemaparan terhadap agen biologis ini umumnya terjadi
karena penerapan prosedur kerja yang tidak tepat.

11
e. Hazard Ergonomi
Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja dapat
menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya melakukan pekerjaan memindahkan pasien
dari tempat tidur ke restul atau sebaliknya, kalau tidak dilakukan dengan tehnik yang benar
akan menimbulkan gangguan kesehatan mulai dari gangguan yang ringan seperti mialgia
sampai berat terjadi HNP.

C. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap Pengkajian
Asuhan Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social,
dan lingkungan baik melalui pasien pribadi atau melalui keluarga, rekam medis, tenaga
kesehatan, dan lainnya. Informasi yang dikumpulkan perawat haruslah berupa fakta dan
actual. Keselamatan awal seorang pasien ditentukan dari cara seorang perawat melakukan
proses pengkajian.

1. Contoh Hazard Dan Resiko Bagi Perawat Saat Melakukan Pengkajian

1.1 Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga


1.2 Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian
1.3 Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan perawat
1.4 Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.
1.5 Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya

2. Upaya Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap Pengkajian
Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja

2.1 Batasi akses ketempat isolasi


2.2 Menggunakan APD dengan benar
2.3 SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup APD
2.4 Petugas tidak boleh menyembunyikan wajahnya sendiri
2.5 Membatasi sentuhan langsung ke pasien
2.6 Cuci tangan dengan air dan sabun
2.7 Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan tempat melepas
APD.
2.8 Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
2.9 Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi

3. Upaya Pencegahan Dari Rumah Sakit dan Perawat

3.1 Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja

12
a. RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.
Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang dapat
terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai perlindungan
diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika perawat menggunakan APD lengkap
mengingat cara penularan difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.
b. Menyediakan sarana untuk mencui tangan dengan alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur
terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal memakai prinsip 5 moment cuci
tangan.
c. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan baik
akan menimbulkan penyebaran penyakit.
d. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan ( chek list
) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama pekerja. Supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan
mutu pelayanan.

3.2 Upaya pencegahan pada perawat

a. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci
tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
b. Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-
hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan
ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya
dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien
juga merasa aman.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu
kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan
sedang dilakukan.
Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/ kelukaan. Jenis
bahaya dapat diklasifikasikan menjadi bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya kimiawi,
bahaya fisis, bahaya biologis. Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur
produksi antara lain:
1. Manusia
2. Peralatan
3. Proses
4. Sistem dan Prosedur
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social, dan
lingkungan. Contoh hazard dan resiko bagi perawat saat melakukan pengkajian adalah
pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, kekerasan fisik pada
perawat ketika melakukan pengkajian, pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan
yang di ajukan perawat, pesiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat
pemeriksaan fisik, perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan agar selalu menerapkan kewaspadaan standar (universal precautions)
dalam melakukan tindakan medis.

14
DAFTAR PUSTAKA
Sarastuti Dewi. Analisis Kecelakaan Kerja Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016. diakses pada http://eprints.ums
.ac.id/46459/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf tanggal 6 September 2019
Mauliku Novi. Kajian Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3RS Di Rumah Sakit. Jurnal
Kesehatan Kartika. diakses pada http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/filesx/2011
/201104/201104-005 tanggal September 2019
Nazirah Riska, Yuswardi. Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal. 2017 diakses pada http://www.jurnal.
unsyiah.ac.id/INJ/article/download/9578/8131 tanggal 6 September 2019
Shella Diah. K3 Hazard. Academia Edu. diakses pada https://www.academia.edu/37749605
/k3_hazard.doc tanggal 7 September 2019

15

Anda mungkin juga menyukai