Oleh:
Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Resiko” tepat pada
waktunya.
Penulisan tugas makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan pada Program Pendidikan Magister Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. Selain itu tugas makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran
gigi maupun masyarakat umum lainnya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Bahruddin Thalib, drg.,
M.Kes., Sp.Pros (K) selaku dosen yang membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen risiko melalui konsep pengelolaan pada sistem pelayanan kesehatan
merupakan metode yang banyak dikembangkan. Risikorisiko yang mungkin terjadi dalam
pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan
keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat yang dilayani.7 Fasilitas kesehatan yang
menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup
seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. (Nurma Puryakasari, 2017)
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan merupakan upaya untuk mereduksi
KTD, terlepas dari KTD tersebut karena resiko yang melekat ataupun memang setelah
dianalisis karena adanya error atau kelalaian (negligence ) dalam pelayanan. Apabila KTD
sudah terjadi, beban pelayanan tidak hanya pada sisi finansial semata, namun beban
psikologis dan sosial kadang-kadang terasa lebih berat. Beberapa pendekatan dapat
dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik pada faktor manusianya (pasien dan
tenaga kesehatannya), maupun dari sisi organisasinya, untuk mencegah KTD dan
menempatkan risiko KTD secara proporsional. (Nurma Puryakasari, 2017)
Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentangbagaimana
suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemensecara komprehensif dan
sistematis. Pada bidang kesehatan, konsep manajemenrisiko diterapkan guna menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas karenamerupakan hak bagi setiap pasien dan seluruh
masyarakat di instansi kesehatan, hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan
termasuk rumahsakit untuk secara serius berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikanmutupelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan pelayanan.
(H Jumrotin · 2020)
Pasal 17 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan merupakan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari pemakai jasa
pelayanan (pasien). Pasien mengharapkan penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas
dan penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman dan aman.Pelayanan tidak lagi hanya
berfokus pada kepuasan pasien tetapi lebih penting lagi adalah keselamatan pasien,
sehingga pelayanan profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada keselamatan dan
kepuasan pasien dapat terlaksana. (Nurma Puryakasari, 2017)
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) tetap harus
mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat tanpa mengabaikan
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja, pasien, dan
pengunjung Puskesmas. Kasus terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada Fasyankes
pernah beberapa kali terjadi seperti kasus tersengat listrik, kebakaran, terjadinya banjir, dan
bangunan runtuh akibat gempa bumi. (Nurma Puryakasari, 2017)
Fasilitas kesehatan perlu menjamin berjalannya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu Puskesmas. Keselamatan pasien
menjadi aspek penting dalam setiap tindakan medis baik tindakan medis ringan maupun
tindakan medis berat. Keselamatan pasien memberikan pengaruh besar terhadap citra,
tanggung jawab sosial, moral serta kinerja petugas kesehatan sehingga keselamatan pasien
memiliki keterkaitan dengan isu mutu dan citra sebuah pelayanan kesehatan termasuk
Puskesmas. (Nurma Puryakasari, 2017)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi manajemen resiko
2. Mengetahui tujuan manajemen resiko
3. Mengetahui manfaat dari manajemen resiko
4. Mengetahui tipe resiko
5. Mengetahui prinsip manajemen resiko
6. Mengetahui ruang lingkup manajemen resiko
7. Mengetahui resiko yang ada di puskesmas
8. Mengetahui Tabel identifikasi Puskesmas Kawatuna
9. Mengetahui daftar resiko di puskesmas kawatuna
BAB II
PEMBAHASAN
D. Tipe Resiko
Salah satu cara untuk mengelompokkan resiko dengan melihat tipe-tipe resiko yaitu
sebagai berikut :
1. Risiko Murni
Resiko murni (pure risk) yaitu resiko dimana kemungkinan kerugian ada, namun
kemungkinan keuntungan tidak ada. Untuk resiko ini antara lain risiko kecelakaan,
banjir, kebakaran, dan sebagainya.
2. Risiko spekulatif
Risiko ini mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh risiko ini
antara lain risiko bisnis. Disamping mengharapkan keuntungan, ada potensi untuk rugi.
Oleh karena itu risiko spekulatif sering juga dinamakan risiko bisnis.
2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral part
of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu
bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga merupakan bagian dari
seluruh proses proyek dan manajemen perubahan. Manajemen risiko bukanlah
merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas-aktivitas utama
dan proses dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of decision
making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan
informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan
dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen
risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah
suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.
6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best
available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi
seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar.
Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus
mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau
kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi
serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human
and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihak-
pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat
pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan
sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen risiko
tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan
pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut pandangnya
dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan
(dynamic, iterative and responsive to change)
Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan
pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru
bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu
organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan
menanggapi perubahan.
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan
organisasi (facilitates continual improvement and enhancement of the organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk
memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek lain dalam
organisasi mereka.
3. Analisis Risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensinya yang
akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua
variable (probabilitas X konsekuensi)
Analisis risiko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko. Analisis risiko
memberikan masukan mengambil risiko untuk dilakukan evaluasi dan keputusan apakah
risiko perlu ditangani, dan pada strategi risiko dan metode penanganan yang paling
tepat. Analisis risiko juga dapat memberikan masukan dalam membuat keputusan dan
pilihan yang melibatkan berbagai jenis dan tingkat risiko.
Analisis risiko melibatkan pertimbangan penyebab dan sumber risiko, konsekuensi
positif dan negatif, dan kemungkinan bahwa konsekuensi dapat terjadi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsekuensi dan kemungkinan harus diidentifikasi.
Analisis Risiko dilakukan dengan menilai Risiko dari sisi tingkat Risiko. Tingkat
Risiko ditentukan berdasarkan tingkat dampak Risiko dan kemungkinan terjadinya
Risiko.
Perangkat yang dibutuhkan dalam melakukan analisis risiko adalah sebagai berikut:
1) Tabel Kemungkinan (Probabilitas) terdiri atas:
2) Tabel Dampak (Konsekuensi) terdiri dari:
3) Skala Risiko
Level Risiko ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu level
kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak (konsekuensi) risiko. Kedua dimensi
tersebut harus dikombinasikan dan diperhitungkan secara bersamaan dalam penentuan
level Risiko. Level kemungkinan terjadinya risiko, level dampak, dan level risiko
masing- masing menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level). Penentuan level risiko
beserta dengan urutan prioritasnya menggunakan matriks analisis risiko sebagai
berikut:
Analisis Risiko menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil analisis Risiko yang berisi:
1. Identifikasi akar permasalahan terjadinya Risiko;
2. Penentuan tingkat Risiko, profil Risiko, dan
3. Masukan bagi pejabat pengambil keputusan untuk memilih berbagai opsi
penanganan Risiko yang ada sesuai bobot biaya dan manfaat, peluang dan
ancaman.
4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingakt risiko yang ada dengan kriteria besar. Setelah itu tingkatan
risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemenya. Jika
tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
Evaluasi Risiko dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya
dilakukan penanganan Risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.
Tahap pelaksanaan evaluasi Risiko meliputi kegiatan:
a. Menetapkan hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan evaluasi Risiko,
Hal tersebut meliputi:
1. Risiko yang perlu mendapatkan penanganan
2. prioritas penanganan Risiko dan
3. besarnya dampak penanganan Risiko.
b. Melakukan evaluasi Risiko secara berkala.
Evaluasi Risiko menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil evaluasi Risiko. Hasil
evaluasi Risiko berisi urutan prioritas Risiko dan daftar Risiko yang akan
ditangani.
5. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk
memodifikasi risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan,
penanganannya atau modifikasi proses pengendalian risiko. Penanganan risiko terdiri
atas siklus prosedur sebagai berikut:
a. menilai penanganan risiko
b. memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada
c. jika tidak ditoleransi, menghasilkan penanganan risiko baru, dan
d. menilai efektivitas penanganan itu.
Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala situasi.
Pilihan yang dapat dilakukan mencakup hal berikut:
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
dengan kegiatan yang menimbulkan risiko
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang
c. Menghilangkan sumber risiko
d. Mengubah kemungkinan
e. Mengubah konsekuensi
f. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak dan
pembiayaan risiko), dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan.
G. Resiko di Puskesmas
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam peningkatan mutu pelayanan untuk menghindarkan dari kesalahan yang
mungkin akan terjadi di pelayanan puskesmas maupun rumah sakit di haruskan seluruh
SDM khususnya tenaga medis dan paramedis membuat rancangan proses manajemen
risiko ( Menetapkan konteks, Identifikasi risiko,Analisis resiko, Evaluasi resiko,
Pengendalian resiko Monitor dan review, Koordinasi dan komunikasi serta Pencatatan
laporan).
Manajemen risiko adalah suatu layanan kesehatan yang digunakan untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah
tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan, dan juga untuk menghindari risiko
cidera baik bagi pasien, pengunjung, maupun tenaga kesehatan itu sendiri.
B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus adanya komunikasi, kolaborasi, motoring,
konsolidasi dengan sesama tenaga kesehatan, agar terciptanya manajemen risiko yang
berjalan dengan baik dan kondusif.
DAFTAR ISI