Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN RESIKO

Oleh:

NURMADINAH JAMILA YUSRI


(J012231002)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Bahruddin Thalib, drg., M.Kes.,


Sp.Pros (K)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Resiko” tepat pada
waktunya.
Penulisan tugas makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan pada Program Pendidikan Magister Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. Selain itu tugas makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran
gigi maupun masyarakat umum lainnya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Bahruddin Thalib, drg.,
M.Kes., Sp.Pros (K) selaku dosen yang membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Makassar, 10 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah......................................................................... 3
C. Tujuan .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Definisi Manajemen Risiko........................................................... 4
B. Tujuan Manajemen Risiko ............................................................ 5
C. Manfaat Manajemen Risiko .......................................................... 6
D. Tipe Resiko .................................................................................. 6
E. Prinsip Manajemen Risiko............................................................... 7
F. Ruang lingkup manajemen resiko .................................................... 9
G. Resiko di Puskesmas .................................................................... 18
H. Tabel identifikasi di Puskesmas Kawatuna .................................... 21
I. Daftar resiko di Puskesmas Kawatuna ........................................... 24
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 26
3.2 Saran ............................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen risiko melalui konsep pengelolaan pada sistem pelayanan kesehatan
merupakan metode yang banyak dikembangkan. Risikorisiko yang mungkin terjadi dalam
pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan
keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat yang dilayani.7 Fasilitas kesehatan yang
menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup
seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. (Nurma Puryakasari, 2017)
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan merupakan upaya untuk mereduksi
KTD, terlepas dari KTD tersebut karena resiko yang melekat ataupun memang setelah
dianalisis karena adanya error atau kelalaian (negligence ) dalam pelayanan. Apabila KTD
sudah terjadi, beban pelayanan tidak hanya pada sisi finansial semata, namun beban
psikologis dan sosial kadang-kadang terasa lebih berat. Beberapa pendekatan dapat
dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik pada faktor manusianya (pasien dan
tenaga kesehatannya), maupun dari sisi organisasinya, untuk mencegah KTD dan
menempatkan risiko KTD secara proporsional. (Nurma Puryakasari, 2017)
Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentangbagaimana
suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemensecara komprehensif dan
sistematis. Pada bidang kesehatan, konsep manajemenrisiko diterapkan guna menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas karenamerupakan hak bagi setiap pasien dan seluruh
masyarakat di instansi kesehatan, hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan
termasuk rumahsakit untuk secara serius berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikanmutupelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan pelayanan.
(H Jumrotin · 2020)
Pasal 17 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan merupakan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari pemakai jasa
pelayanan (pasien). Pasien mengharapkan penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas
dan penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman dan aman.Pelayanan tidak lagi hanya
berfokus pada kepuasan pasien tetapi lebih penting lagi adalah keselamatan pasien,
sehingga pelayanan profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada keselamatan dan
kepuasan pasien dapat terlaksana. (Nurma Puryakasari, 2017)
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) tetap harus
mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat tanpa mengabaikan
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja, pasien, dan
pengunjung Puskesmas. Kasus terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada Fasyankes
pernah beberapa kali terjadi seperti kasus tersengat listrik, kebakaran, terjadinya banjir, dan
bangunan runtuh akibat gempa bumi. (Nurma Puryakasari, 2017)
Fasilitas kesehatan perlu menjamin berjalannya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu Puskesmas. Keselamatan pasien
menjadi aspek penting dalam setiap tindakan medis baik tindakan medis ringan maupun
tindakan medis berat. Keselamatan pasien memberikan pengaruh besar terhadap citra,
tanggung jawab sosial, moral serta kinerja petugas kesehatan sehingga keselamatan pasien
memiliki keterkaitan dengan isu mutu dan citra sebuah pelayanan kesehatan termasuk
Puskesmas. (Nurma Puryakasari, 2017)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi manajemen resiko ?


2. Apa saja tujuan manajemen resiko ?
3. Apa saja manfaat dari manajemen resiko?
4. Apa saja tipe resiko ?
5. Apa saja prinsip manajemen resiko ?
6. Apa saja ruang lingkup manajemen resiko ?
7. Apa saja resiko yang ada di puskesmas ?
8. Bagaimana Tabel identifikasi Puskesmas Kawatuna ?
9. Bagaimana daftar resiko di puskesmas kawatuna ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi manajemen resiko
2. Mengetahui tujuan manajemen resiko
3. Mengetahui manfaat dari manajemen resiko
4. Mengetahui tipe resiko
5. Mengetahui prinsip manajemen resiko
6. Mengetahui ruang lingkup manajemen resiko
7. Mengetahui resiko yang ada di puskesmas
8. Mengetahui Tabel identifikasi Puskesmas Kawatuna
9. Mengetahui daftar resiko di puskesmas kawatuna
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Resiko

Manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan digunakan untuk memberikan


lingkungan yang aman dan efektif bagi pasien, pengunjung, dan karyawan sehingga dapat
mencegah dan mengurangi kerugian institusi. Pontensial menjadi fokus kegiatan
manajemen risiko termasuk biaya.
Berikut ini definisi manajemen risiko menurut beberapa para ahli :
1. Smith, 1990 : Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,
dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari
sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
perusahaan tersebut.
2. Clough and Sears, 1994 : Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan
yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
3. Menurut William, 1995 : Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari
manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani
sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
4. Menurut Dorfman, 1998 : Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis
dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Menurut Vibiznews.com, manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang
tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun
seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti
perencanaan, pengorganisasiian, penggerakan dan pengendalian atau pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Manajemen Resiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu pengetahuan yang
mempelajari berbagai jenis resiko, bagaimana resiko itu terjadi dan mengolah resiko
tersebut dengan tujuan agar terhindar dari kerugian.
Manajemen risiko merupakan proses identifikas, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajeman risiko
layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenai keadaan yang menempatkan
pasien pada suatu risiko dan Tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko
akibat adanya layanan klinis oleh tenaga Kesehatan di puskesmas yang dapat berdampak
pada pasien maupun petugas.
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola resiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk
meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisi resiko yang ada.
Pendekatan manajemen resiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan
berkelanjutan.

B. Tujuan Manajemen Resiko


1. Mencegah dan mengurangi risiko potensial.
2. Melakukan antisipasi/bersiap-siap sebagai respons dan perbaikan jika risiko menjadi
kenyataan: mengendalikan derajat kerusakan, cidera, beban, kehilangan, atau kejadian
negatif seminimal mungkin.
3. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat pencapaian
tujuan perusahaan.
4. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada
pada proses bisnis dan fungsi dalam perusahaan.
5. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian,
menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan juga
keunggulan kinerja perusahaan.
6. Mendorong setiap perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko
perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
7. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan
pentingnya pengelolaan risiko.
8. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko yang
digambarkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen dalam
pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara terus menerus
dan berkesinambungan.

C. Manfaat Manajemen Resiko

Adapun beberapa manfaat dari manajemen resiko adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian terhadap timbulnya adverse event.


2. Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu masalah
terjadi.
3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas.
4. Efisiensi.
5. Mempererat hubungan stakeholders.
6. Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan.
7. Memperbaiki citra.
8. Proteksi terhadap tuntutan.
9. Akuntabilitas, jaminan, dan governance.
10. Meningkatkan personal health and well being.

D. Tipe Resiko
Salah satu cara untuk mengelompokkan resiko dengan melihat tipe-tipe resiko yaitu
sebagai berikut :
1. Risiko Murni
Resiko murni (pure risk) yaitu resiko dimana kemungkinan kerugian ada, namun
kemungkinan keuntungan tidak ada. Untuk resiko ini antara lain risiko kecelakaan,
banjir, kebakaran, dan sebagainya.
2. Risiko spekulatif
Risiko ini mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh risiko ini
antara lain risiko bisnis. Disamping mengharapkan keuntungan, ada potensi untuk rugi.
Oleh karena itu risiko spekulatif sering juga dinamakan risiko bisnis.

E. Prinsip Manajemen Risiko


Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan Kesehatan kerja
pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga
semakin maraknya isu lingkungan dan Kesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk
menimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat
terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat
memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian
maupun accident.
Menurut ISO 31000, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti 11 prinsip
dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut penjabaran prinsip-prinsip tersebut
1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)
Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan
peningkatan, antara lain kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja keuangan,
kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan.

2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral part
of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu
bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga merupakan bagian dari
seluruh proses proyek dan manajemen perubahan. Manajemen risiko bukanlah
merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas-aktivitas utama
dan proses dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of decision
making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan
informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan
dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen
risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah
suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.

4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses


uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.

5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic,


structured and timely)
Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap manajemen risiko
memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten, dapat dibandingkan,
serta andal.

6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best
available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi
seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar.
Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus
mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau
kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi
serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human
and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihak-
pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat
pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan
sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen risiko
tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan
pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut pandangnya
dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan
(dynamic, iterative and responsive to change)
Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan
pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru
bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu
organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan
menanggapi perubahan.
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan
organisasi (facilitates continual improvement and enhancement of the organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk
memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek lain dalam
organisasi mereka.

F. Ruang Lingkup Manajemen Risiko


1. Menetapkan Konteks
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan
menjadi strategic objective dan activity objective. Menetapkan strategi, kebijakan
organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
penetapan konteks dilakukan dengan menjabarkan kondisi lingkungan internal
dan eksternal instansi/program/kegiatan, tujuan instansi/tujuan program/kegiatan,
tugas dan fungsi unit kerja serta pihak yang berkepentingan
2. Identifikasi risiko
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau
pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif
(opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks). Mengidentifikasi
apa, mengapa dan bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk
analisis lebih lanjut.
Setiap pemilik risiko harus mengidentifikasi sumber risiko, area dampak,
peristiwa (termasuk perubahan keadaan), penyebabnya dan konsekuensi potensi risiko.
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghasilkan daftar lengkap risiko berdasarkan
peristiwa yang mungkin mendukung, meningkatkan, mencegah, menurunkan,
mempercepat atau menunda pencapaian tujuan.
Identifikasi Risiko dilakukan dengan mengidentifikasi Risiko Unit pelayanan
dan/ Risiko kegiatan. Tahap pelaksanaan identifikasi Risiko meliputi kegiatan:
(1) Mengidentifikasi kegiatan, penyebab, dan proses terjadinya peristiwa Risiko
yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya tujuan dan
sasaran unit kerja di Puskesmas Kawatuna
(2) Mendokumentasikan proses identifikasi Risiko dalam sebuah daftar Risiko.
(3) Daftar Risiko sebagaimana dimaksud pada poin (2) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedoman ini.

Untuk melaksanakan identifikasi risiko di lingkungan kerja masing-masing,


dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) memahami dan mengidentifikasi kegiatan utama unit kerja.
2) mengidentifikasi tujuan dari masing-masing kegiatan tersebut.
3) mengumpulkan data dan informasi tentang risiko yang mungkin terjadi atas
kegiatan tersebut, baik risiko yang pernah terjadi maupun yang belum pernah
terjadi.
4) mencari penyebab dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk
mendapatkan penyebab utamanya.
5) mengidentifikasi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan
(controllable) atau tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja.
6) mengidentifikasi dampak jika risiko tersebut terjadi.
7) mengisi hasil butir (a) - (f) dalam formulir identifikasi risiko dan
memperbaharui setiap saat terjadi pernyataan risiko. ldentifikasi pernyataan
risiko dapat dilakukan dengan mendasarkan pada hasil penilaian risiko
sebelumnya dengan penyelarasan terhadap perkembangan situasi lingkungan
internal dan eksternal yang terjadi

3. Analisis Risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensinya yang
akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua
variable (probabilitas X konsekuensi)
Analisis risiko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko. Analisis risiko
memberikan masukan mengambil risiko untuk dilakukan evaluasi dan keputusan apakah
risiko perlu ditangani, dan pada strategi risiko dan metode penanganan yang paling
tepat. Analisis risiko juga dapat memberikan masukan dalam membuat keputusan dan
pilihan yang melibatkan berbagai jenis dan tingkat risiko.
Analisis risiko melibatkan pertimbangan penyebab dan sumber risiko, konsekuensi
positif dan negatif, dan kemungkinan bahwa konsekuensi dapat terjadi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsekuensi dan kemungkinan harus diidentifikasi.
Analisis Risiko dilakukan dengan menilai Risiko dari sisi tingkat Risiko. Tingkat
Risiko ditentukan berdasarkan tingkat dampak Risiko dan kemungkinan terjadinya
Risiko.

Tahap pelaksanaan analisis Risiko meliputi kegiatan:


a. menetapkan jenis analisis Risiko sesuai tujuan, ketersediaan data, dan tingkat
kedalaman analisis Risiko yang dilakukan;
b. melakukan analisis Risiko terhadap sumber Risiko;
c. mengkaji kekuatan dan kelemahan dari sistem dan mekanisme pengendalian, baik
proses, peralatan, dan praktik yang ada;
d. melakukan analisis terhadap besarnya kemungkinan terjadinya suatu Risiko;
e. Melakukan analisis terhadap besarnya pengaruh/dampak terhadap pencapaian
tujuan/sasaran program/kegiatan;
f. melakukan analisis terhadap tingkat Risiko; dan
g. melakukan analisis terhadap profil Risiko .

Untuk melaksanakan analisis risiko di lingkungan kerja masing-masing, dengan


urutan langkah sebagai berikut:
1) Dapatkan data hasil identifikasi risiko.
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem
pengendalian intern yang sudahada.
3) Ukur tingkat probabilitas terjadinya risiko.
4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi.
5) Hitung tingkat/level risiko, yaitu perkalian probabilitas dengan dampak.
6) Buat peringkat risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut termasuk risiko
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi atau sangat tinggi.
7) lsikan hasil langkah (a) s.d. (f) ke dalam formulir analisis risiko
8) Dari risiko-risiko tersebut di atas, selanjutnya dibuat profil risiko.

Perangkat yang dibutuhkan dalam melakukan analisis risiko adalah sebagai berikut:
1) Tabel Kemungkinan (Probabilitas) terdiri atas:
2) Tabel Dampak (Konsekuensi) terdiri dari:

3) Skala Risiko
Level Risiko ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu level
kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak (konsekuensi) risiko. Kedua dimensi
tersebut harus dikombinasikan dan diperhitungkan secara bersamaan dalam penentuan
level Risiko. Level kemungkinan terjadinya risiko, level dampak, dan level risiko
masing- masing menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level). Penentuan level risiko
beserta dengan urutan prioritasnya menggunakan matriks analisis risiko sebagai
berikut:
Analisis Risiko menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil analisis Risiko yang berisi:
1. Identifikasi akar permasalahan terjadinya Risiko;
2. Penentuan tingkat Risiko, profil Risiko, dan
3. Masukan bagi pejabat pengambil keputusan untuk memilih berbagai opsi
penanganan Risiko yang ada sesuai bobot biaya dan manfaat, peluang dan
ancaman.

4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingakt risiko yang ada dengan kriteria besar. Setelah itu tingkatan
risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemenya. Jika
tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
Evaluasi Risiko dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya
dilakukan penanganan Risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.
Tahap pelaksanaan evaluasi Risiko meliputi kegiatan:
a. Menetapkan hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan evaluasi Risiko,
Hal tersebut meliputi:
1. Risiko yang perlu mendapatkan penanganan
2. prioritas penanganan Risiko dan
3. besarnya dampak penanganan Risiko.
b. Melakukan evaluasi Risiko secara berkala.
Evaluasi Risiko menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil evaluasi Risiko. Hasil
evaluasi Risiko berisi urutan prioritas Risiko dan daftar Risiko yang akan
ditangani.

5. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk
memodifikasi risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan,
penanganannya atau modifikasi proses pengendalian risiko. Penanganan risiko terdiri
atas siklus prosedur sebagai berikut:
a. menilai penanganan risiko
b. memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada
c. jika tidak ditoleransi, menghasilkan penanganan risiko baru, dan
d. menilai efektivitas penanganan itu.
Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala situasi.
Pilihan yang dapat dilakukan mencakup hal berikut:
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
dengan kegiatan yang menimbulkan risiko
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang
c. Menghilangkan sumber risiko
d. Mengubah kemungkinan
e. Mengubah konsekuensi
f. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak dan
pembiayaan risiko), dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan.

Langkah-langkah dalam merancang kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut:


a. Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemilik risiko mengidentifikasi apakah
kegiatan pengendalian yang ada telah efektif untuk meminimalisasi risiko.
b. Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai efektivitasnya dalam
rangka mengurangi probablitas terjadinya risiko (abatisasi) maupun mengurangi
dampak risiko (mitigasi).
c. Selain itu, juga perlu diperhatikan ada/tidaknya pengendalian alternatif
(compensating control) yang dapat mengurangi terjadinya risiko.
d. Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya maupun yang telah
ada, namun dinilai kurang atau tidak efektif, perlu dirancang kegiatan
pengendalian yang baru/merevisi kegiatan pengendalian yang sudah ada.
e. Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang dalam mengelola risiko.
6. Monitor dan review
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting
deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak
relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Monitor dan review terhadap hasil system manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubaha-perubahan yang perlu dilakukan.

Monitoring dan review dimaksudkan untuk memastikan bahwa Manajemen


Risiko dan usulan perbaikan telah dilaksanakan sesuai rencana penanganan risiko.
Pelaksanaan monitoring dan review meliputi:

a. Pengendalian rutin pelaksanaan penanganan Risiko dengan cara membandingkan


antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan;
b. Monitoring efektivitas semua langkah dalam proses penanganan Risiko
berdasarkan laporan pelaksanaan tahap sebelumnya guna memastikan bahwa
prioritas penanganan Risiko masih selaras dengan perubahan di dalam lingkungan
kerja;
c. Monitoring dan review dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan sekali dengan memeriksa ukuran dan parameter yang ada;
Monitoring dan review menghasilkan keluaran dalam bentuk laporan hasil
monitoring dan review

7. Koordinasi dan komunikasi


Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada
pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi,
arah komunikasi, dan alat komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin
disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi : appropriate, timely,
current, accurate, dan accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal.
Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-
pesan melalui media elektronis. Dengan pengambilan keputusan internal dan eksternal
untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

8. Pencatatan dan Pelaporan

Dalam pelaksanaan manajemen risiko di Puskesmas K Koordinator Manajemen Risiko


harus membuat laporan penerapan Manajemen Risiko yang terdiri dari:
a. Laporan profil risiko merupakan kumpulan risiko kunci yang disusun pada
masing-masing unit pelayanan dan program. Pelaporan profil risiko dilaksanakan
setiap tahun anggaran pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran tahap
alokasi anggaran
b. Laporan proses manajemen risiko pada masing-masing unit kerja yang memuat
informasi mengenai risiko kunci yang dikelola, rencana mitigasi/pengelolaan, dan
realisasi, mitigasi/pengelolaan Risiko yang telah dijalankan.
c. Laporan pemantauan dan reviu proses manajemen risiko masing-masing unit kerja,
merupakan hasil pemantauan.
d. Laporan penerapan Manajemen Risiko disampaikan oleh Koordinator Manajemen
Risiko sebagai laporan manajeman risiko unit pelayanan dan program kepada
Ketua Mutu dan Kepala Puskesmas.
e. Laporan Manajemen Risiko disampaikan dalam waktu 6 (enam) bulan sekali.
paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan.
Proses Pelaksanaan Manajemen Resiko

G. Resiko di Puskesmas

Secara umum risiko bahaya di puskesmas dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok


sebagai berikut :
1. Risiko Bahaya Fisik
1) Resiko bahaya mekanik :
a. Benda-benda lancip, tajam dan panas dengan risiko bahaya tertusuk, terpotong,
tergores, dan lain-lain. Contohnya tertusuk jarum suntik.
b. Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Contohnya kereta dorong untuk
mengangkut pasien dan barang-barang logistik. Risiko yang dapat terjadi adalah
pasien jatuh dari brankart/tempat tidur, terjepit /tertabrak kereta dorong, dan lain-
lain.
c. Risiko terjepit, tertimbun dan tenggelam.
d. Risiko jatuh dari ketinggian, terpeleset, tersandung, dan lain-lain.
2) Risiko bahaya radiasi :
a. Bahaya radiasi pengion adalah radiasi elektromagnetik atau partikel yang mampu
menghasilkan ion langsung atau tidak langsung. Contoh di rumah sakit : diunit
radiodiagnostik, radiotherapi dan kedokteran nuklir.
b. Bahaya radiasi non pengion adalah radiasi elektromagnetik dengan energi yang
tidak cukup untuk ionisasi, misal radiasi infra merah atau radiasi gelombang
mikro.
3) Risiko bahaya akibat kebisingan adalah kebisingan akibat alat kerja atau lingkungan
kerja yang melebihi ambang batas tertentu. Resiko ini mungkin berada di ruang
boiler, generator listrik, dan peralatan yang menggunakan alat-alat cukup besar
dimana tingkat kebisingannya tidak dipantau dan dikendalikan.
4) Risiko bahaya akibat pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja yang
kurang atau berlebih.
5) Risiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan kesetrum arus listrik.
6) Risiko bahaya akibat iklim kerja adalah berupa suhu ruangan dan tingkat
kelembaban.
7) Risiko bahaya akibat getaran adalah resiko yang tidak banyak ditemukan di rumah
sakit tetapi mungkin masih ada terutama pada kedokteran gigi yang menggunakan
bor dengan motor listrik dan pada bagian housekeeping / rumah tangga yang
menggunakan mesin pemotong rumput (bagian taman).
2. Risiko Bahaya Biologi
1) Risiko dari kuman-kuman patogen dari pasien (nosokomial).
2) Risiko dari binatang (tikus, kecoa, lalat, kucing, dan lain-lain).
3. Resiko Bahaya Kimia
1) Desinfektan, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan
dan peralatan di rumah sakit, seperti mengepel lantai, desinfeksi peralatan,
permukaan peralatan dan ruangan.
2) Antiseptik, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci
permukaan kulit pasien, seperti alkohol, iodine povidone, dan lain-lain.
3) Detergen, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan
lainnya.
4) Reagen, yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium klinik dan patologi anatomi.
5) Obat-obat sitotoksik, yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan pasien.
6) Gas medis, yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang
pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen, nitrit oxide, nitrous
oxide, dan lain-lain.
4. Risiko Bahaya Fisiologi / Ergonomi
Risiko ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan di rumah sakit, berupa kegiatan :
angkat dan angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan ukuran fisik
pekerja.
H. Tabel Identifikasi Puskesmas Kawatuna
I. Daftar Risiko di Puskesmas Kawatuna
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam peningkatan mutu pelayanan untuk menghindarkan dari kesalahan yang
mungkin akan terjadi di pelayanan puskesmas maupun rumah sakit di haruskan seluruh
SDM khususnya tenaga medis dan paramedis membuat rancangan proses manajemen
risiko ( Menetapkan konteks, Identifikasi risiko,Analisis resiko, Evaluasi resiko,
Pengendalian resiko Monitor dan review, Koordinasi dan komunikasi serta Pencatatan
laporan).
Manajemen risiko adalah suatu layanan kesehatan yang digunakan untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah
tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan, dan juga untuk menghindari risiko
cidera baik bagi pasien, pengunjung, maupun tenaga kesehatan itu sendiri.

B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus adanya komunikasi, kolaborasi, motoring,
konsolidasi dengan sesama tenaga kesehatan, agar terciptanya manajemen risiko yang
berjalan dengan baik dan kondusif.
DAFTAR ISI

1. H Jumrotin. (2020) Manajemen Resiko Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


https://repository.stikes-yrsds.ac.id/id/eprint/58/3/BAB%20I%20%20%20PEN
DAHULUAN.pdf
2. Puryakasari Nurma. (2020). Manajemen Resiko di Puskesmas http://repository
.unika.ac.id/25318/2/17.C2.0059-Nurma%20Puryakasari%20-%20BAB%20I.pdf
3. Sri Suryaningsum. (2016). http://eprints.upnyk.ac.id/13485/2/Manajemen%20Resiko
_tgl%2027-10_Sri%20Suryaningsum%202.pdf
4. Satya Galih Pangestu. (2019). Makalah Manajemen Resiko Di rumah Sakit
https://www.scribd. com/document/439906421/MAKALAH-MANAJEMEN-RESIKO

Anda mungkin juga menyukai