Anda di halaman 1dari 64

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL


PERAWAT DENGAN PENERAPAN PASIEN
SAFETY PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI RUANG RAWAT
INAP INTERNA RSUD.
MARIA WALANDA
MARAMIS

Disusun dan Diajukan Oleh :

DWI NINGTIAS HANGGI


1701076

Kepada :

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL
PERAWAT DENGAN PENERAPAN PASIEN
SAFETY PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI RUANG INTERNA
RSUD. MARIA WALANDA
MARAMIS MINAHASA
UTARA

Diajukan oleh :

DWI NINGTIAS HANGGI


1701076

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Kristine Dareda SKM, M.Kes


NIDN : 0901019002

Pembimbing II

Ns. Norman Alfiat Talibo, S.Kep, M.Kep


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Beban Kerja...................................................................8
B. Konsep Dasar Perawat..........................................................................18
C. Konsep Dasar Paisen Safety.................................................................20
D. Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan Pasien Safety..................24
E. Kerangka Teori.....................................................................................25
F. Peneliti Terkait......................................................................................26
BAB III. KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep..................................................................................28
B. Hipotesis Penelitian..............................................................................29
C. Variabel Penelitian................................................................................29
D. Definisi Operasional.............................................................................30
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..................................................................................32
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................32
C. Populasi dan Tekhnik Sampel...............................................................32
D. Instrumen Penelitian.............................................................................34
E. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................35
F. Analisis Data.........................................................................................38
G. Etika Penelitian.....................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................40
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan
Penerapan Pasien Safety...................................................................................25
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan
Penerapan Pasien Safety...................................................................................28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja Manusia.....................................................15
Tabel 3.1 Definisi Operasional Beban Kerja Fisik dan Mental Perawat dengan
Penerapan Pasien Safety...................................................................................31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Informed consent
Lampiran 2 : Pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 3 : Lembar Kuisioner
Lampiran 4 : Surat balasan dari RSUD. Maria Walanda Maramis.
Lampiran 5 : ;Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pelayanan keperawatan tidak terlepas dari kedudukan klasifikasi

pasien di ruang rawat inap, sebab dengan klasifikasi tersebut pasien merasa

lebih di hargai sesuai dengan haknya serta bisa dikenal bagaimana keadaan

serta beban kerja perawat di masing– masing ruang perawatan. Keadaan serta

beban kerja diruang rawat inap butuh dikenal supaya bisa didetetapkan

kebutuhan kuantitas serta mutu tenaga perawat yang dibutuhkan dalam ruang

rawat inap sehingga tidak terjalin beban kerja yang tidak cocok yang

kesimpulannya menimbulkan pelayanan tidak maksimal ( Ilyas 2002 dalam


Virginia Runtu, dkk. 2016).

Tiap tempat kerja dituntut untuk menerapkan penerapan Kesehatan serta

Keselamatan Kerja( K3). Bagi America Society of Safety and Engineering

( ASSE) Kesehatan serta Keselamatan Kerja( K3) yang berkaitan dengan area

serta suasana kerja ialah sesuatu bidang aktivitas yang bertujuan untuk

menghindari seluruh jenis kecelakaan ( Widayana serta Wiratmaja, 2014).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia di beberapa negara, KTD untuk

pasien rawat inap berkisar antara 3 hingga 16% . di new zaeland KTD

dilaporkan berkisar 12,9 % “dari angka rawat inap, di inggris KTD dilaporkan

10,8 %, dan sekitar 7,5% di Kanada (Boker,2004 dalam Renoningsih, dkk 2018).

Dari tahum 2014 hingga juli 2017, 28 insiden terkait keselamatan pasien

dilaporkan di Indonesia 16 diantaranya sebagaian besar merupakan kejadian


nyaris cedera (KNC) dan untuk kejadian tidak diharapkan (KTD) menduduki

posisi kedua sebanyak 10 insiden.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih dan Fatmawati (2016) di

ruang rawat Inap RSUD Tugrejo Jawa Tengah, beban kerja perawat diruang

rawat inap dalam kategori berat sebanyak 91 responden (48,7%) di pengaruhi

oleh jumlah pasien, kondisi pasien dan system kerja perawat. Fenomena

terkait beban kerja di beberapa negara adalah bahwa sebagian perawat tidak

melakukan pekerjaan sesuai standart praktik keperawatan, hal itulah yang

menyebabkan perawat tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan

praktek yang komprhensif “bagi klien. Fenomena ini masih terjadi di

Indonesia dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas kinerja seorang

perawat (Africia,2017).

Penelitian yang dilakukan oleh PPNI kurang lebih 50, 9% perawat yang

bekerja di 4 propinsi alami tekanan pikiran kerja, kerap pusing, tidak dapat

istirahat sebab beban kerja sangat besar serta menyita waktu, dan pendapatan

rendah tanpa diikuti intensif yang memadai, namun kondisi yang sangat

mempengaruhi stress perawat ialah kehidupan kerja (PPNI, 2008 dalam Desima,
2013).

Penelitian yang dilakukan di ruang Dahlia RSUD Jombang pada tanggal 5

Maret 2018 terdapat 49 perawat dengan jumlah rata-rata pasien per bulan

390, di dapatkan perawat yang merasa beban kerjanya berat karena

mengalami banyaknya jumlah pasien dan tidak sebanding dengan jumlah

perawat yang ada diruangan. Permasalahan beban kerja perawat dapat dilihat

dari banyaknya kegiatan perawat yang harus beralih ke profesi lain, seperti
mengantar resep, dan mengambil obat, membawa pasien ke radiologi dan

laboratorium, mengambil makanan diet pasien dll. (Kurniadi,2013).

Bersumber pada hasil riset yang dilakukan oleh Kifly Franco Barahama, Mario

Katuuk, serta Wenda Meter 0roh. melalui hasil observasi serta wawancara dengan

kepala ruangan serta sebagian perawat di RSU. GMIM Pancaran Kasih

Manado pada bulan Februari 2018, di dapatkan informasi jika jumlah perawat

di lima ruangan perawatan dewasa ( Yehezkial, Lukas, Hana,Ribka dan Sara)

sebanyak 58 orang perawat. Banyak pasien pada tiga bulan terakhir yakni

bulan November 2017 sampai dengan Januari 2018 berjumlah 1065 orang

dengan kapasitas berjumlah tempat tidur. Sistem pemberian asuhan

keperawatan dengan menggunakan metode-tim, setiap tim mempunyai satu

orang ketua tim perawat primer serta enam orang anggota tim, tiap perawat

bertanggung jawab terhadap tiga sampai empat pasien. Seringkali terdengar

keluhan dari sebagian perawat mengenai agenda shift ataupun lembur yang

tidak menentu serta beban kerja yang lumayan besar dialami oleh perawat

pada shift sore ( 3- 4 perawat) serta malam hari ( 2- 3 perawat) sehingga

jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien, sehingga setiap

perawat harus bertanggung jawab terhadap 10- 11 pasien, dengan demikian

beban kerja perawat juga bertambah.

Apabila dikontekskan pada tenaga medis yang lagi bekerja dalam pandemi

COVID- 19, gejala kelebihan beban kerja dapat tampak jelas dari tuntutan

yang tidak sesuai dengan realita yang ada. Bersumber pada data World Bank

yang dilansir Jayani( 2020) dalam katadata. co. id yakni sebesar 0, 4 yang
berarti bila dalam mengatasi 10. 000 penduduk hanya ditangani oleh 4 dokter.

Tidak jauh berbeda dengan para dokter, rasio perawat yakni sebesar 2, 1 per

1000 penduduk, dimana hanya ada dua perawat untuk mengatasi 1000

penduduk. Tingginya beban kerja tersebut memunculkan kelelahan fisik pada

perawat dimana mereka tharus melakukan shift lebih dari umumnya. Mereka

pula harus senantiasa waspada dan memakai APD sepanjang 10 jam ( BBC
Indonesia- detik News, 2020).

Salah satu penyebab yang dapat menyebabkan penurun- keselamatan

pasien (pasien safety) ialah keluhan meningkatnya beban kerja. Beban kerja

perawat memiliki unsur yang mesti diperhatikan agar mendapatkan

keserasian dan produktifitas yang tinggi, apabila beban kerja perawat yang

ditanggung oleh perawat tersebut melebihi kapasitasnya- maka akan

berdampak buruk bagi perawat dalam melakukan perawatan kepada pasien.

Kinerja perawat yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan akan

menjamin tingginya suatu mutu pelayanan keperawatan kepada pasien

Survei awal yang dilakukan. pada tanggal 14 juni 2021 di ruangan

Interna yang terdiri dari tiga ruangan yaitu klabat, metuari dan tumatenden.

Dengan total perawat sebanyak 30 perawat dengan jumlah pasien rata-rata 75

orang per bulan. Sebelum melakukan wawancara terlihat dengan jelas bahwa

perawat di rumah sakit tersebut hanya memakai APD level satu yaitu nurse

cup, masker dan juga handscoon karena bisa saja beresiko saat melakukan

perawatan. Selain itu saya melihat para perawat tidak melakukan sterilisasi

tubuh sebelum memasuki ruangan sehingga bisa berpengaruh dalam

penerapan pasien safety seperti yang kita ketahui bahwa pada masa pandemic
COVID-19 APD yang lebih lengkap dan sterilisasi sangat diperlukan

tujuannya untuk menghindari terjadinya paparan infeksi antara perawat dan

pasien.

Setelah dilakukan wawancara dengan 3 orang perawat di dapatkan bahwa

sebagian besar dimasing- masing. ruangan memiliki beban kerja yang

berbeda-beda. Perawat dengan beban kerja berat mengatakan sering merasa

kelelahan dan bekerja diluar kapasitas kemampuan. Salah satunya yakni

banyaknya pasien yang tidak sebanding dengan jumlah perawat/shift, serta

harus bekerja selama 12 jam/hari. Dari hasil observasi terlihat sering kali

perawat tidak berada di ruang nurse station karena sibuk melayani pasien,

dan ketika kembali di ruang nurse station mereka harus melengkapi

dokumen-dokumen yang kosong. Ditambah lagi mereka sering melakukan

pekerjaan diluar tugas mereka sebagai perawat. Seperti mengambil hasil

laboratorium, mengantar sampel darah, mengambil resep, mengantar pasien

keruang radiologi. Hal itu membuat beban kerja mereka menjadi meningkat.

Perawat juga mengatakan beban kerja yang meningkat sering kali membuat

konsentrasi mereka menurun terutama ketika melakukan tindakan dan

terkadang cuaca yang sangat panas juga menjadi satu factor pendukung, di

tambah lagi tuntutan keluarga pasien agar melakukan pelayanan secara

optimal. Sehingga semua hal tersebut mempengaruhi mereka dalam

menerapkan pasien safety seperti pasien total care, resiko jatuh tinggi. (RSUD,
Maria Walanda Maramis Minahsa Utara, 2021).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah ditemukan pada latar belakang tersebut, maka

rumusan masalah dalam usulan penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan

Beban Kerja Fisik dan Mental Perawat Dengan Penerapan Pasien Safety Pada

Masa Pandemi Covid-19 di Ruang Interna RSUD. Maria Walanda Maramis

Minasaha Utara”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Apakah ada Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental

Perawat Dengan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 di

RSUD. Walanda Maramis Minahasa Utara’’

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengidentifikasi Beban Kerja Fisik Dengan Penerapan Pasien

Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Ruang Interna RSUD.

Walanda Maramis Minahasa Utara.

b. Untuk Mengidentifikasi Beban Kerja Mental Dengan Penerapan Pasien

Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Ruang Interna RSUD. Maria

Walanda Maramis Minahasa Utara.

c. Untuk Mengidentifikasi Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Ruang Interna RSUD. Walanda Maramis Minahasa

Utara.

d. Untuk Menganalisis Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat

Dengan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Ruang Interna RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara.


D. Manfat Penelitian

1. Bagi Instalasi Pendidikan

Usulan penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

evidence based research keperawatan khusunya di bidang keperawatan

dan dapat menambah informasi untuk memperkaya bahan pustaka tentang

beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan pasien safety.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan usulan penelitian ini bisa menjadi sumber masukan mengenai

kebijakan serta penanganan masalah terkait beban kerja akibat beban

kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan pasien safety di rumah

sakit sehingga dapat meningkatskan kesehatan dan keselamatan pasien.

Maka baik pasien dan juga perawat bisa mendapatkan jaminan kesehatan

serta keselamatan dalam bekerja di rumah sakit tersebut.

3. Bagi Peneliti

Usulan penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan

penelitian lebih lanjut kepada peneliti-peneliti yang berminat untuk

mengembangkan penelitian dalam lingkungan pembahasan yang sama.

4. Bagi Responden

Usulan penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang

bermanfaat bagi responden serta menambah ilmu pengetahuan terkait

penerapan pasien safety pada masa pandemi covid-19.

5. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan di

perpustakaan Stikes Muhammadiyah Manado Khusunya Mahasiswa

Keperawatan, dan juga bisa menjadi referensi untuk mahasiswa yang akan

melakukan penelitian khusunya terkait masalah beban kerja fisik dan

mental pada perawat dirumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Beban Kerja

1. Definisi Beban Kerja

Beban kerja adalah semua aktifitas yang dilakukan oleh seoang

perawat selama bekerja dalam unit pelayanan keperawatan . (africia, 2017).

Beban kerja perawat adalah sebagai adalah suatu keadaan dimana seorang

perawat dihadapkan pada suatu beban kerja yang harus diselesaikan

dalam jangka waktu tertentu. Pekerjaan yang terlalu sering banyak dapat

menurunkan produktivitas perawat. Hal ini mengurangi kualitas

pelayanan keperawatan. Beban kerja yang berat dialami oleh perawat

disebabkan oleh keterbatasan waktu yang harus mereka kerjakan dalam

menyelesaikan tugas. Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan

(perawatan langsung atau tidak langsung). Permasalahan suatu beban

kerja memililiki dampak yang besar dan harus menjadi perhatian bagi

tenaga medis khusunya profesi perawat. (Saputra,2016).

2. Jenis Beban Kerja


Menurut Bowling & Kirkendall (2012) menjelaskan secara khusus jenis dari

beban kerja antara lain :

a. Beban kerja kuantitatif, meliputi:

1) Harus melakukan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.

2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan.

3) Kontak langsung perawat dengan pasien secara terus-menerus

selama jam kerja.

4) Resiko perawat dan pasien.

b. Beban kerja kualitatif, meliputi :

1) Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu

mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

2) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien

kritis.

3) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas.

4) Tututan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

5) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

6) Tugas memberikan obat secara intensif.

7) Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan

kondisi terminal.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja


Menurut Nurmianto dalam Utami (2012), faktor yang mempengaruhi beban

kerja, adalah:

a. Baban yang diperkenankan

b. Jarak angkut dan intensitas pembebanan

c. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat

d. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja

e. Kondisi lingkungan kerja

f. Keterampilan bekerja

g. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja

h. Peralatan kerja beserta keamanannya.

4. Definisi Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisik adalah pekerjaan yang membutuhkan vitalitas

fisik otot manusia sebagai sumber energi. Dalam beban kerja fisik,

pemanfaatan vitalitas umumnya sangat besar dibandingkan dengan beban

kerja mental. Pekerjaan fisik bisa menjadi pekerjaan yang membutuhkan

vitalitas fisik otot manusia sebagai sumber tenga atau kekuatan. Beban

kerja fisik biasa disebut sebgai “manual operation” di mana performa

kerja sepenuhnya akan bergantung pada manusia, baik yang berfungsi

sebgai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control).

Konsumsi energi merupakan faktor utama dan parameter berat ringannya

suatu beban kerja fisik. Hal ini bukan di akibatkan oleh aktivitas fisik

secara langsung, akan tetapi di akibatkan olehkerja otak kita (Sugiono et all
2018).
Beban kerja fisik perawat seperti merapikan tempat tidur pasien,

mengangkat pasien, membantu pasien ke kamar mandi, membantu pasien

melakukan personal hygiene, mendorong peralatan kesehatan, mendorong

brankart pasien (Risqiansyah, 2017).

5. Definisi Beban Kerja Mental

Beban kerja mental merupakan keadaan yang mencakup pemikiran

otak untuk total tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban

kerja mental yang dirasakan perawat yaitu bekerja shift atau bergiliran,

mempersiapkan rohani mental pasien dan keluarga terkhususnya bagi

pasien yang akan melakukan operasi atau dalam kondisi kritis, bekerja

dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien dan harus menjalin

komunikasi dengan pasien (Kasmarani, 2012).

Kerja mental yang tidak dirancang dengan baik bisa menyebabkan

terjadinya beberapa efek buruk, seperti kebosanan, perasaan lelah, serta

berkurangnya konsentrasi dan kesadaran terhadap suatu pekerjaan. Efek

buruk lainnya seperti lupa dalam menjalankan suatu aktivitas kritis atau

tidak melakukan aktivitas pada waktunya, sukar untuk mengalihkan

konsentrasi dari suatu aktivitas ke aktivitas lain, sukar beradaptasi pada

dinamika perubahan sistem, maupun kecenderungan untuk tidak

memperhatikan hal-hal yang terjadi disekeliling kita. Hal itulah yang akan

berdampak pada turunnya kinerja berupa bertambahnya waktu untuk

mengerjakan suatu aktivitas, dan juga kegagalan suatu sistem yang

bersifat fatal (Hock & Joseph, 2019).


6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja Fisik Dan Mental

a. Secara umum faktor – faktor internal yang bisa mempengaruhi beban

kerja perawat antara lain :

1) Banyaknya pasien yang dirawat setiap hari, setiap bulan, dan

setiap tahun.

2) Keadaan atau tingkat ketergantungan pasien.

3) Jumlah rata – rata hari perawatan setiap pasien.

4) Pengukuran tindakan keperawatan secara langsung dan tidak

langsung.

5) Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan.

6) Rata – rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung.

b. Adapun faktor – faktor eksternal yang bisa mempengaruhi beban

kerja perawat antara lain :

1) Masalah komunitas yaitu situasi yang ada di masyarakat sekarang

seperti padatnya jumlah penduduk, Kebiasaan kurang sehat,

lingkungan kurang bersih, dan lain sebagainya.

2) Disaster yaitu kondisi bencana alam seperti : gempa bumi,

tsunami, banjir, wabah penyakit, dan sebagainya. Hal tersebut bisa

mempengaruhi kebijakan rumah sakit karena harus menyediakan

tenaga keperawatan cadangan.

3) Hukum atau Undang – Undang dan kebijakan yaitu situasi hukum

perundang – undangan yang bisa berpengaruh terhadap kinerja

rumah sakit atau ketenagaan keperawatan.


4) Politik yaitu kebijakan pemerintahan yang berkuasa atau

berkedudukan yang bisa mempengaruhi kondisi kinerja rumah

sakit seperti banyaknya pasien karena kecelakaan yang terjadi

akibat demonstrasi.

5) Pengaruh cuaca yaitu cuaca dapat mempengaruhi jenis penyakit

sehingga mempengaruhi jumlah tenaga keperawatan.

6) Ekonomi yaitu situasi ekonomi yang ada saat ini. adanya krisis

ekonomi sehingga mengakibatkan pendapatan menurun dan

pendapatan rumah sakit ikut menurun.

7) Pendidikan konsumen’’yaitu tingkat pendidikan masyarakat sudah

semakin tinggi sehingga tenaga perawat harus profesional atau

dengan kata lain semakin banyak tenaga perawat yang dibutuhkan

satu tingkat lebih tingi dari pendidikan masyarakat dibanding

tingkatan lebih rendah dari masyarakat.

8) Kemajuan ilmu dan teknologi yaitu_kemajuan ilmu dan teknologi

termasuk bahasa harus diikuti oleh semua perawat, karena jika

tidak bisa mengikuti maka otomatis tidak akan bisa masuk bursa

tenaga kerja. Hal ini semua institusi pelayanan akan memilih

perawat yang memliki kompetensi internasional.

7. Penilaian Beban kerja Fisik

Penilaian beban kerja fisik secara obyektif bisa digunakan dengan

dua metode, ialah metode meggunakan penilaian langsung serta tidak

langsung. Metode penilaian langsung ialah mengukur tenaga yang


dikeluarkan ( energy expenditure) melalui asupan oksigen selama

bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak tenaga yang

dikonsumsi. Kelebihan metode dengan memakai konsumsi oksigen

merupakan hasil lebih akurat, tetapi kelemahannya ialah cuma bisa

mengukur waktu kerja yang pendek serta memerlukan bayaran yang

mahal.

Menurut tata cara pengukuran beban kerja fisik langsung, maka

volume oksigen yang diperlukan disaat melaksanakan kerja dapat dipakai

sebagai dasar menentukan jumlah kalori yang diperlukan selama kerja, 1

liter oksigen sama dengan 4, 7– 5 Kkal ( McCormick, 1993 dalam Sugiono et all,

2018). Pendapat lain berkata, 1 liter oksigen dikomsumsi oleh tubuh,

maka tubuh akan memperoleh 4,8 energi yang menjadi nilai kalori dari

suatu oksigen ( Grover, 2012 dalam Sugiono et all, 2018).

Sedangkan untuk metode pengukuran tidak langsung ialah dengan

menghitung denyut jantung. Penilaian beban kerja fisik melalui denyut

jantung merupakan suatu cara untuk mengetahui berat atau ringannya

beban kerja fisik yang di alami seorang perawat. Selain itu dapat

ditentukan pula oleh konsumsi tenaga, kapasitas ventilasi paru, serta

temperatur tubuh. Pada batasan tertentu denyut jantung, ventilasi paru

serta temperatur tubuh memiliki hubungan linear dengan mengkonsumsi

kalori dalam melakukan suatu pekerjaan. Sehingga berbagai alasan seperti

itulah denyut jantung bisa dipakai sebagai index beban kerja.


Lucien Brouha dalam Sugiono (2018) mendefinisikan tabel klasifikasi

beban kerja dalam reaksi fisiologis, untuk menentukan nilai beban

pekerjaan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja Manusia


Jenis Beban Kerja Konsumsi Energy Heart Rate
Oksigen Expenditure Selama Kerja
(Liter/Menit) (Kalori/Menit) (Detak/Menit)

Ringan 0,5 – 1,0 2,5 – 5,0 60 – 100


Sedang 1,0 – 1,5 5,0 – 7,5 101 – 125
Berat 1,5 – 2,0 7,5 – 10 126 – 149
Sangat Berat 2,0 – 2,5 10 – 12,5 150 – 175

8. Penilaian Beban Kerja Mental

Penilaian Objektif beban kerja mental dapat dilakaukan dengan

mengukur waktu kedipan mata. Pekerjaan yang membutuhkan perhatian

visual dikaitkan dengan berkurangnya kedipan mata dan durasi kedipan

yang lebih pendek. Pengukuran lainnya menggunakan Flicker Tool, yaitu

berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama

makin cepat hingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.

Penilaian beban kerja mental secara subyektif dapat dilakukan

dengan dua metode, yaitu:


a. NASA Task Load Index (NASA TLX)

NASA Task Load Index ialah salah satu metode penilaian beban kerja

mental secara subyektif. langkah- langkah yang wajib dilakukan untuk

pengukuran beban kerja mental dengan memakai prosedur NASA

TLX, yaitu sebagai berikut :

1) Mental Demand: Seberapa besar kegiatan mental serta perceptual

yang diperlukan untuk melihat, mengingat serta mencari. Apakah

pekerjaan tersebut gampang ataupun susah, sederhana ataupun

kompleks, longgar ataupun ketat.

2) Physical Demand: Jumlah kegiatan fisik yang diperlukan

misalnya: mendorong, menarik, mengontrol putaran, dan lain

sebagainya.

3) Temporal Demand: Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu

yang dialami sepanjang elemen pekerjaan berlangsung. Apakah

pekerjaan perlahan atau santai atau cepat serta melelahkan.

4) Performance: Seberapa besar keberhasilan seorang di dalam

pekerjaannya serta seberapa puas dengan hasil kerjanya.

5) Effort: Seberapa keras kerja mental serta fisik yang diperlukan

untuk menuntaskan pekerjaan.

6) Frustration Level: Seberapa besar tingkatan keamanan,

kenyamanan, ketenangan yang dialami sepanjang melakukan

pekerjaan tersebut.

b. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)


Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT)

digunakan untuk analisis beban kerja yang dihadapi oleh seseorang

yang melakukan aktivitas. SWAT akan memberikan penskalaan

subyektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk

mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan

oleh pekerja. SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai

model multi dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga

dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load), beban mental

(mental effort load), dan beban psikologis (psychological stress load).

Masing-masing terdiri dari 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan

tinggi.

dimensi secara definisi adalah sebagai berikut

1) Time Load : adalah menunjukkan jumlah waktu yang tersedia

dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas (beban

waktu rendah, beban waktu sedang, beban waktu tinggi).

2) Mental Effort Load : adalah menduga atau memperkirakan

seberapa banyak usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan

untuk melaksanakan suatu tugas (beban usaha mental rendah,

beban usaha mental sedang, beban usaha mental tinggi).

3) Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah resiko,

kebingungan, frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau

penampilan tugas (beban tekanan psikologis rendah, beban

tekanan psikologis sedang, beban tekanan psikologis ).


4) Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah resiko,

kebingungan, frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau

penampilan tugas (beban tekanan psikologis rendah, beban

tekanan psikologis sedang, beban tekanan psikologis tinggi).

B. Konsep Dasar Perawat

1. Definisi Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan sebuah program

pendidikan dasar untuk perawat dan telah dikonfirmasi oleh lembaga yang

terkait untuk dapat melaksanakan tugas keperawatan di negara asalnya.

Pendidikan dasar dalam perawat mungkin belajar tentang perilaku,

kehidupan, dan ilmu keperawatan yang berharga untuk merawat dan

sebagai pelopor untuk praktik keperawatan (Arini, 2018).

Perawat adalah profesi/tenaga kesehatan yang jumlah kebutuhannya

paling utama di antara yang lain . Perawat adalah seseorang yang telah

melewati instruksi yang lebih tinggi dalam perawatan, baik dalam negeri

maupun luar negeri diakui oleh pemerintah dalam undang-undang


(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

2. Peran Perawat

Dalam melaksanakan keperawatan, menurut Hidayat (2012) perawat

mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat sebagai berikut:

a. Pemberian perawatan (Care Giver)

b. Sebagai advocat keluarga

c. Pencegahan penyakit
d. Pendidik

e. Konseling

f. Kolaborasi

g. Pengambilan keputusan etik

h. Peneliti

Depkes RI (2008) menetapkan indikator mutu pelayanan keperawatan

meliputi:

a. Keselamatan pasien pasien aman dari kejatuhan, dekubitus, kesalahan

pemberian obat dan cidera akibat restrain.

b. Perawatan diri kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan

dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak menimbulkan masalah

lain, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran

kemih, dan lain-lain. Hubungan Kualitas Pelayanan, Ardita Pandu Widyana,


Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 40

c. Kepuasan pasien tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan ke perawatan tercapai, jika terpenuhinya kebutuhan pasien

atau keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan.

d. Kecemasan cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak

nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.

e. Kenyamanan rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau

nyeri terkontrol.

f. Pengetahuan kemampuan pasien mengetahui informasi tentang

penyakitnya, kondisi dan perawatan yang diterimanya. Indikator


pengetahuan terdiri dari pengetahuan tentang penyakitnya dan

discharge planning.

C. Konsep Dasar Pasien Safety

1. Definisi Pasien Safety

Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan

pasien lebih aman, meliputi asuhan keperawatan, menganalisa resiko dan

manajemen bahaya pasien, meliputi asuhan keperawatan, menganalisa

resiko dan manajemen bahaya pasien, , kemampuan belajar dari indiden

dan tindak lanjutnya, serta cara untuk menghindari kejadian yang

menyebabkan kejadian dari tindakan yang dilakukan tidak

semestinya(Menteri Kesehatan RI, 2017).

Tujuan keselamatan pasien. Adapun tujuan dari keselamatan pasien

adalah :

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan

masyarakat

c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit

d. Tercapainya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

penanggulangan KTD Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara

internasional adalah:

1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang

efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan

keamanandari pengobatan resiko tinggi)

4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery

(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan

pasien, kesalahan proseduroperasi)

5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi

risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko

pasien terluka karena jatuh).

3. Standar keselamatan pasien

Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia (2017), standar

keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu :

a. Hak pasien.

b. Mendidik pasien dan keluarga.

c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.

d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

4. Sasaran Keselamatan Patient Safety


Berikut 6 sasaran keselamatan pasien pasien safety menurut peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia (2017) :

a. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar.

b. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.

c. Meningkatkan Keamanan Obat- obatan yang harus diwaspadai.

d. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar.

e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

5. Tujuh langkah Keselamatan Menuju Keselamatan Pasien

Menurut Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit

peraturan menteri kesehatan republik Indonesia (2017) dalam menerapkan standar

keselamatan pasien maka rumah sakit harus melaksanakan tujuh langkah

menuju keselamatan pasien. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien

yaitu sebagai berikut :

a. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Menciptakan

kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil

b. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

c. Pimpinan dan Dukung Staf Anda

d. Kembangkan Sistem Pelaporan

e. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien

f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien

g. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien


6. Insiden Keselamatan Pasien

Menurut PMK No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja

dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera

yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan,

kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial

cedera. Adapun jenis-jenis insiden yang ditetapkan dalam PMK No. 11

Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi

untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Contohnya

obat-obatan LASA (look a like sound a like) disimpan berdekatan.

b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu kejadian insiden yang

belum sampai terpapar ke pasien. Contohnya suatu obat dengan

overdosis lethal akan diberikan kepada pasien, tetapi staf lain

megetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan

kepada pasien.

c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil

tindakan yang seluruhnya diambil (omission) yang dapat mencederai

pasien tetapi cedera tidak terjadi karena: 1) “keberuntungan” (misalnya

pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul

reaksi obat); dan 2) “peringatan” (misalnya pasien secara tidak sengaja

telah diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera dietahui secara
dii lalu 19 diberikan antidotumnya sehingga tidak menimbulkan cedera

berat).

d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah kejadian yang

mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan

(comission) atau tidak mengambil tindakan (omission) dan bukan

karena penyakit dasarnya (underlying disease) atau kondisi pasien.

Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan

medis. Contoh KTD yaitu pasien yang diberikan obat A dengan dosis

lebih kareba kesalahan saat membaca dosis obat pada resep sehingga

pasien mengeluhkan efek samping dari obat tersebut.

e. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian,

cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan

intervensi untuk memperthankan kehidupan, baik fisik maupun psikis,

yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.

Kejadian sentinel biasanya dipakai untuk kejadian tidak diharapkan

atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi

misalnya amputasi pada lokasi yang salah, dll, sehingga pencarian

fakta-fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah

yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

D. Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan Penerapan

Pasien Safety
Beban kerja perawat merupakan faktor predisposisi peningkatan KTD.

(Nursalam,2016). Menurut Bogaert & Clarke (2018), beban kerja dapat menimbulkan

kejenuhan terhadap praktik keperawatan dan berpengaruh terhadap keamanan

pasien. Penelitian Liu, Lee, Chia, Chi & Yin (2012) mendapati bahwa rasio perawat

dan pasien yang melebihi standar secara signifikan meningkatkan masalah

keselamatan pasien seperti ulkus dekubitus, kesalahan pengobatan dan risiko

pasien jatuh. Penelitian Salmasi, Khan, Hong, Ming & Wong (2015) di enam negara

yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Indonesia menemukan

bahwa kekurangan staf atau beban kerja yang tinggi memiliki kontribusi besar

terhadap kesalahan perawatan. Dapat diartikan, semakin berat beban kerja yang

diemban perawat berdampak pada penurunan penerapan Standar Keselamatan

Pasien.

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Beban Kerja Fisik dan Mental Perawat dengan Penerapan

Pasien Safety

Beban Kerja
1. Aktivitas Pekerjaan
Fisik 2. Kegiatan yang dilakukan
Beban Kerja
3. Pengunaan waktu kerja
Beban Kerja
1. Kebutuhan Fisik (KF)
Mental 2. Kebutuhan Mental (KM)
3. Performansi (P)
Faktor-faktor yang mempengaruhi 4. Usaha (U)
Faktor Internal : 5. Tingkat Stres (TF).
1. Jumlah pasien
2. Kondisi atau tingkat
ketergantungan pasien
3. Rata – rata hari perawatan pasien Pasien Safety
4. Pengukuran tindakan keperawatan
langsung dan tidak langsung
5. Frekuensi tindakan keperawatan
6. Rata – rata waktu perawatan a. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar.
langsung dan tidak langsung b. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.
c. Meningkatkan Keamanan Obat- obatan yang
Faktor Eksternal : harus diwaspadai.
1. Masalah komunitas d. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar,
2. Disaster Prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
3. Hukum atau uu dan kebijakan yang benar.
4. Politik e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan
5. Pengaruh cuaca kesehatan.
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat
\

F. Peneliti Terkait

1. Penelitian ini di lakukan oleh Tri Widiyanti tahun 2020 dengan judul

“Hubungan beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan pasien

safety pada masa pandemic covid-19 di UPT. Puskesmas Rawat Inap

Hanura Kec. Teluk Pandan Kab. Pesawaran” dalam penelitian ini peneliti

menggunaka penelitian kuantitatif . Penelitian ini dilakukan pada tanggal

24 sampai 29 Juli 2020 di UPT Puskesmas Rawat Inap Kabupaten

Pesawaran. Hasil analisis menggunakan uji chi-square, didapat P-Value

= 0,019 sehingga P-Value <α (0,019<0,05). Jadi dapat disimpulkan

terdapat hubungan beban kerja fisik’’perawat dengan penerapan pasien

safety pada masa pandemi covid 19 di UPT Puskesmas Rawat Inap

Kabupaten Pesawaran. Hasil analisis menggunakan uji chi-square, didapat

P-Value = 0,364 sehingga P-Value <α (0,364>0,05) . Jadi dapat


disimpulkan tIdak ada hubungan beban kerja mental perawat dengan

penerapan pasien safety pada masa pandemi covid 19 di UPT Puskesmas

Rawat Inap Kabupaten Pesawaran.

2. Penelitian ini dlakukan oleh Desiana Yudi tahun 2019 demgan judul

‘’Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan Penerapan

Patient Safety Di Igd Dan Icu Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado’’

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2018.

Dalam penelitian ini populasi adalah perawat pelaksana di IGD dan ICU

RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berjumlah 30 orang. Dalam

penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional. Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square pada

tingkat kemaknaan 95%, signifikan untuk beban kerja fisik dengan

penerapan patient safety (nilai p 0,023 ; α 0,05) dan tidak signifikan untuk

beban kerja mental dengan penerapan patient safety (nilai p 0,089 ;

α 0,05). Kesimpulan beban kerja fisik .perawat berhubungan secara

bermakna dengan penerapan patient safety dan beban kerja mental

perawat tidak berhubungan secara bermakna dengan-penerapan patient

safety di IGD dan ICU RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Yunita Sari Purba pada tahun 2015 dengan

judul “Hubungan Beban Kerja Mental Dan Perilaku Perawat Pelaksana

Dengan Keselamatan Pasien’’ dalam penelitian ini menggunakan metode

cross sectional. Populasi yaitu seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit

Menteng Mitra Afia yang berjumlah 57 orang. Hasil penelitian menjelaskan


bahwa dari 33 responden yang katagori.beban kerja mentalnya optimal

terdapat 9 responden (27.3%) hasil keselamatan pasien tidak aman, dan 24

responden (72.7%) hasil keselamatan pasiennya-aman, sedangkan dari 29

responden yang beban kerja mentalnya nya diluar kapasitas terdapat 17

responden (70%) yang hasil keselamatan pasiennya tidak aman, dan 7

responden (29.2 %) hasil keselamatan..pasiennya aman. Hasil uji

menggunakan Chi Square diketahui p value = 0, 000. . maka ada hubungan

yang bermakna antara beban kerja mental dengan keselamatan pasien.

Sehingga menunjukkan bahwa data mampu membuktikan terdapat

hubungan antara beban kerja dengan keselamatan pasien.

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yaitu bagian penelitian- yang menyajikan konsep atau

teori. Konsep merupakan visualisasi- hubungan antara berbagai variable yang

dirumuskan” oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada setelah itu

menyusun digunakan sebagai landasan dalam suatu penelitian (Imas Masturoh,

Hauri Anggita, 2018). Berikut adalah kerangka konsep dalam penelitian ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban kerja Fisik

Pasien Safety

Beban Kerja Mental


Ket :

: Variabel-independen yang diteliti

: Variabel..dependen yang diteliti

: Garis penghubung. variabel

: Garis yang. mempengaruhi variabel

Gambar 3.1 kerangka konsep beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan pasien
safety

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atau kesimpulan sementara

dari apa yang menjadi permasalahan. Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya. Jadi hipotesis

tidak dinilai benar ataupun salah. Melainkan diuji apakah valid atau tidak
(suyanto & siswanto, 2018).

Hipotesa pada penelitian adalah :

Ha :

1. Ada. Hubungan Beban Kerja Fisik Dengan Penerapan Pasien Safety Pada

Masa Pandemi Covid 19 Di Ruang Interna RSUD. Maria Walanda

Maramis Minahasa Utara.


2. Ada Hubungan Beban Kerja Mental Dengan Penerapan Pasien Safety

Pada Masa Pandemi Covid 19 Di Ruang Interna RSUD. Maria Walanda

Maramis Minahasa Utara.

3. Ada Hubungan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemic Covid-19

Di Ruang Interna RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara.

H0:

1. Tidak Ada Hubungan Beban Kerja Fisik,, Dengan Penarapan Pasien

Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Ruang Interna RSUD.. Maria

Walanda Maramis Minahasa Utara.

2. Tidak Ada Hubungan Beban Kerja Mental Dengan Penerapan Pasien

Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Ruang Interna RSUD. Maria

Walanda Maramis Minahasa Utara

3. Tidak Ada Hubungan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Ruang Rawat Inap Interna Maria Walanda Maramis

Minahasa Utara.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,

antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering di sebut sebagai variabel

bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)


(sugiyono, 2016).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Beban Kerja Fisik dan

Mental Perawat.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering di sebut sebagai variabel

terikat.variabel terikat merupakan variabel menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (sugiyono, 2016).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pasien Safety.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti

secara operasional dilapangan (Imas Masturoh, Nauri Anggit 2018) .mendefinisikan

variabel secara operasional berdasarkan kerakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan obserfasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena . Adapun definisi operasional

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1: definisi operasional beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan

pasien safety.

NO Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Skala Skor


Ukur
1 Independen Beban kerja fisik 1. Aktivitas Kuesioner Ordinal 1. Berat
Beban Kerja merupakan Pekerjaan = 13-25
Fisik pekerjaan yang membutuhk 2. Kegiatan yang 2. Sedang
an energy, yang dilakukan dilakukan = 26-38
oleh seorang perawat 3. Pengunaan 3. Ringan
selama bertugas dirumah waktu kerja = 39-52
sakit contohnya
memberikan tindakan
asuhan keperawatan baik
langsung maupun tidak
langsung. Ketika semua
pekerjaan dilakukan diluar
kapasitas seorang perawat
hal itu bisa menimbulkan
kelelahan yang bisa
mempengaruhi kinerja
kerja seorang perawat.

1. Ringan
2 Beban Kerja Kondisi dimana tekanan 1. Mental deman Kuesioner Ordinal
skor
Mental pekerjaan yang dirasakan (Kebutuhan jawaba
perawat saat melayani Mental) n = 28-
pasien sehingga 2. Phsical Demand( 55
mempengaruhi konsentrasi Kebutuhan Fisik) 2. Sedang
perawat dalam melakukan 3. Temporal skor
tindakan keperawatan yang jawaba
Demand
bisa berdampak pada n = 56-
kualitas peyananan kepada (Kebutuhan 83
pasien. Waktu) 3. Berat
4. Performance skor
(Performansi) jawaba
5. Effort (Usaha) n =84-
6. Frustration Level 112
(Frustasi)
Penerapan keselamatan
Dependen Kuesioner Ordinal
3 pasien merupakan suatu 1. Kurang
Pasien Safety 1. Identifikasi
pelayanan yang harus baik
diterapkan seorang perawat pasien =17-33
dirumah sakit sebagai 2. Peningkatan 2. Cukup
jaminan keselamatan dan komunikasi yang Baik =
kesehatan pasien agar tidak efektif. 34-50
terjadi insiden berupa : 3. Peningkatan 3. Baik=
(kejadian potensial cedera,, keamanan obat 51-68
kejadian nyaris cedera,,dan 4. Kepastian tepat
kejadian tidak diharapkan.) lokasi, tepat
Misalnya resiko jatuh, prosedur, tepat
infeksi nosocomial, pasien
kesalahan dalam pemberian 5. Pengurangan
obat. Dengan cara risiko
melakukan 6 sasaran pasien infeksi..akibat
safety dengan benar. perawatan
kesehatan.
6. Pengurangan
risiko jatuh
pasien.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat membantu peneliti untuk dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. (Sastroasmoro &

Ismael, 2016). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

deskriptif analitik yang bersifat Cross Sectional yaitu merupakan suatu


penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau faktor resiko

(independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan pengumpulan

data yang dilakukan dalam satu waktu (Imas Masturoh, Nauri Anggita, 2018).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Akan Dilakukan Di Ruang Interna RSUD. Maria Walanda

Maramis Minahasa Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2021.

C. Populasi Dan Teknik Sampel

1. Populasi

Populasi adalah objek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di

ruang Interna RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara yang

berjumlah 30 perawat. (RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara,2021).

2. Sampel dan Teknik Sampel

Sampel merupakan bagian dari suatu populasi yang dipilih dengan

cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Suyanto &

Siswanto,2018). Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel

untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian

(sugiyono,2016).
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total

sampling, yakni teknik pengambilan sampel kepada seluruh perawat

yang ada di Ruang Interna RSUD Maria Walanda Maramis Minahasa

Utara. Jadi sampel yang dapat di gunakan dalam penelitian ini berjumlah

perawat 30 perawat.

3. Kriteria Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi, target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,


2015).

1) Perawat yang sedang bekerja di ruang interna RSUD. Maria

Walanda Maramis Minahasa Utara.

2) Perawat yang bersedia untuk menjadi responden, dengan syarat

menandatangani surat persetujuan (Informed consent).

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2015).

1) Kepala Ruangan.

2) Perawat yang sedang dalam masa cuti.

3) Perawat yang sedang mengikuti pelatihan/workshop.

4) Perawat yang menolak menjadi responden.


D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan

untuk fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2016).

1. Variabel Independen

a. Beban Kerja Fisik

Pengumpulan data pada beban kerja fisik menggunakan lembar

kuisioner yang sudah baku dan pernah digunakan sebelumnya oleh

Nursalam tahun 2017 . Jumlah pertanyaan 13 dengan pilihan

jawaban yaitu tidak menjadi beban = 4, Beban kerja ringan = 3,

beban kerja sedang = 2, beban kerja berat = 1. Pengukuran

menggunakan skala likert dengan pemberian skoring 13-25

termasuk beban kerja fisik berat, 26-38 beban kerja sedang, 39-52

beban kerja ringan.

b. Beban Kerja Mental

Pengumpulan data pada beban kerja mental menggunakan lembar

kuisioner yang sudah baku dan pernah digunakan sebelumnya oleh

Gita Tri Puspitasari Tahun 2012. Jumlah pertanyaan 28 dengan

pilihan jawaban Tidak Setuju (TS) = 1, Kurang Setuju (KS) = 2,

Setuju (S) = 3, Sangan Setuju (SS) = 4. Pengukuran menggunakan

skala likert dengan pemberian skoring yaitu beban mental ringan =

28-55 beban mental sedang = 56-83, beban mental berat = 84-112.

2. Variabel Dependen

a. Penerapan Pasien Safety


Pengumpulan data pada beban kerja mental menggunakan lembar

kuisioner yang sudah baku dan pernah digunakan sebelumnya oleh

Dian Mardiani Tahun 2017. Jumlah pertanyaan 17 dengan pilihan

jawaban Tidak Pernah (TP) = 1, Jarang (JR) = 2, Sering (SR) = 3,

Selalu (SL) = 4. Pengukuran menggunakan skala likert dengan

pemberian skoring yaitu Kurang Baik = 17-33, Cukup Baik = 34-

50, Baik = 51-68.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013).

1. Prosedur Administratif

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

survey ke rumah sakit dengan :

a. Meminta surat izin survey awal penelitian di bagian akademik

STIKES Muhammadiyah Manado.

b. Menyerahkan surat izin survei penelitian kepada pihak di RSUD.

Maria Walanda Maramis Minahasa Utara. Peneliti melakukan

pendekatan pada responden dengan menjelaskan maksud dan

tujuan.

c. Meminta data survey kepada pihak di RSUD. Maria Walanda

Maramis Minahasa Utara. Penelitian bisa dilakukan setelah

mendapatkan surat ijin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado yang ditunjukan

kepada pihak RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara.

2. Prosedur Teknis

a. Peneliti meminta ijin kepada pihak di RSUD. Maria Walanda

Maramis Minahasa Utara, kemudian menyampaikan maksud dan

tujuan.

b. Penelitian mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria

setelah itu peneliti memperkenalkan diri pada responden kemudian

menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan kerahasiaan

sebagai responden.

c. Jika responden menyetujui dan ikut berpartisipasi dalam penelitian,

peneliti meminta membaca dan menandatangani lembar

persetujuan. Kemudian peneliti membagikan kuesioner dan

memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi

kuesioner. Peneliti berada didekat responden sehingga responden

mempunyai kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang tidak

dimengerti. Setelah selesai, peneliti mengumpulkan kembali dan

memeriksa serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah

dijawab oleh responden.

3. Pengelolaan Data

Menurut Notoatmodjo (2016), Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan program sistem pengolahan data


komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan

sebagai berikut :

a. Editing. (Pengecekan Data) yakni memeriksa daftar pertanyaan

yang telah diserahkan oleh responden. Pemeriksaan daftar

pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap :

a. Kelengkapan jawaban

b. Ketrbacaan tulisan

c. Relefansi. jawaban

b. Coding (Pemberian Kode) yaitu mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari para responden dalam kategori. Biasanya klasifikasi

dilakukan dengan cara memberi tanda atau code berbentuk angka

pada masing-masing jawaban.

c. Tabulating Data (Pengelompokan Data) yaitu data yang diubah

menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke dalam

tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara

memasukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi.

Pengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai kriteria dan skor

yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner.

d. Entri (Memasukan Data) yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi

kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara manual

dan melalui pengguna computer

e. Cleaning (Pengecekan Kembali) yaitu pembersihan data, apakah

data sudah benar atau belum


f. Penyajian data disesuaikan dalam ‘’bentuk mudah dibaca dan

dimengerti serta memberikan. informasi dan memudahkan

interpretasi analisis.

F. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisis data adalah kegiatan sesudah data dari seluruh responden

atau data lain terkumpul (Sugiyono 2016).

Analisis univariat berfungsi untuk meringkas sekumpulan data hasil

pengukuran yang sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna serta pengolahan datanya

hanya satu variabel saja, sehingga di namakan univariat. Tabel distribusi

frekuensi di hitung. dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :

f
p= x 100
n
Keterangan :
P = Presentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah Sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariate merupakan sebuah analisa yang di lakukan lebih

dari dua variabel. Analisa data di tujukan untuk menjawab tujuan

penelitian dan menguji hipotesis penelitian.untuk maksud tersebut,uji

statistic yang di gunakan adalah uji spearman rho dengan

menggunakan program SPSS 16,0.

G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah

etika penelitian. Etika penelitia nn meliputi (Alimul, 2017).

1. Informed concent (informasi untuk responden)

Sebelum melakukan tindakan penelitian menjelaskan maksud dan

tujuan riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut

dan tidak memaksa.

2. Anonymity (tanpa nama) untuk menjaga kerahasiaan responden dalam

penelitian, maka peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar

kuesioner dan lembar observasi cukup dengan memberi nomor kode

pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh peneliti.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data dan

tentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil ris.

DAFTAR PUSTAKA
Africia, f. (2017). Hubungan beban kerja perawat dengan kinerja perawat. Jurnal
kesehatan.https://jurnal.stikesganeshahusada.ac.id/index.php/juke/article/v
iew/76/59 Vol. 1 No.1 di akses tanggal 5 juni 2021 jam 12.05 wita.
Arini, T. (2018). Budaya Keselamatan Pasien Berbasis Pemberdayaan Struktural
Dengan Kepuasan Kerja Perawat. Thesis. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Airlangga Surabaya.
BBC Indonesia - detikNews. (2020, April 1). Cerita BBC Indonesia - detikNews:
https://news.detik.com/bbc-world/d4960635/cerita-tenaga-medis yang
jauh-dari-keluarga-dan-harus-gunakan-apd-10-jam di akses tanggal 12 juni
2021 jam 17.20 wita.
Bogaert, P. V., & Clarke, S. (2018). The Organizational Context of Nursing
Practice: Concepts, Evidence, and Interventions for Improvement. Cham
Switzerland: Springer International Publishing.
Cahyono, J.B.S. (2012). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek
kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta gunakan APD.
Desima. R. 2013.Tingkat stres kerja perawat dengan perilaku caring perawat.
Jurnal keperawatan.
Gita Tri Puspitasari, 2012 Hubungan Beban. Kerja Fisik Dan Mental Dengan
Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Dr.
Haryoto Lumajang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Jember.
Imas, M & Nauri Anggita, T. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
Selatan: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
Jayani, D. H. 2020. Rasio dokter Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/02/rasio-dokter
indonesia-terendah-kedua-diasia-tenggara di akses tanggal 14 juni 2021,
jam 19.30 wita
Kasmarani, M. K. 2012. Pengaruh beban kerja. fisik dan mental terhadap stres
kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, 1(2), 18807.
Kifly Brangko Barahama, Kifly Franco Barahama, Mario Katuuk, dan Wenda M.
Oroh 2019. Hubungan Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di
Ruangan Perawatan Dewasa Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. e-
journal Keperawatan (e-Kp) Vol: 7. No. 1.
Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2015. Metodologi ilmu keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nurasalam. 2017. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Peraturan Mentri Kesehatan. 2017. Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien
Renoningsih, D. P., Kandou, G. D., & Porotu’o, J. 2016. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Penerapan Patient Safety pada Perawat di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.
Community Health, 1(3) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado. (E-jounrnal).
Salmasi, S., Khan, T. M., Hong Y. H., Ming L. C., & Wong T. W. 2015.
Medication Errors in the Southeast Asian Countries: A Systematic Review.
Journal Plos ONE. 10 (9).
Sugiono., Putro, W.W & Sari, S.I.K. 2018. Ergonomi Untuk Pemula : Prinsip
Dasar & Aplikasinya. Malang : UB Press
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian-Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Suyanto,Siswanto. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta: Bursa Ilmu. tenaga medis yang jauh dari keluarga dan harus
Utami, A. R. D. 2012. Hubungan Antara Beban Kerja Dan Intensitas Kebisingan
Dengan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak
Kotabima Cv Serayu Indah Cilacap. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Negeri Semarang
Virginia V. Runtu, Linni Pondaag, Rivelino Hamel. 2018. Hubungan Beban Kerja
Fisik Dengan Stres Kerja Perawat Diruang Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado. e-Journal Keperawatan
(eKp) Vol. 6 No.4

Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian)

Kepada Yth
Bapak / Ibu ……………….
Di –
Tempat
Bapak / Ibu yang saya hormati
Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Manado yang
sementara ini dalam proses penyelesaian tugas akhir dan akan melakukan
penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan bapak/ibu agar bisa menjadi subjek
dalam penelitian yang akan saya lakukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “hubungan beban kerja


fisik dan mental perawat dengan penerapan pasien safety pada masa pandemic
covid-19 di RSUD. Maria Walanda Maramis Minahasa Utara’’

Partisipasi dalam penelitian ini dan atau informasi yang didapat tidak akan
digunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan bapak/ibu. Keseharian identitas
bapak/ibu akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis kode nomor saja.

Saya sangat menghargai kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan waktu


membaca dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan
bapak/ibu bersedia menjadi responden. Terima kasih.

Manado, Juni 2021

Dwi Ningtias Hanggi


Nirm: 1701076

Lampiran 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian yang berjudul :


Oleh :
DWI NINGTIAS HANGGI
Nirm : 1701076

Setelah mendapat penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian adalah


untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka:

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, atas nama sendiri menyatakan
setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden penelitian.

Tanda tangan di bawah ini menunjukan bahwa saya telah diberi penjelasan
dan menyatakan setuju dan bersedia menjadi responden.

Manado, Juni 2021

Responden

Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL


PERAWAT DENGAN PENERAPAN PASIEN
SAFETY PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI RSUD. MARIA
WALANDA MARAMIS
MINAHASA UTARA

Hari/Tanggal pengisian :

No. Responden :

A. LEMBAR KUISIONER

Nama (Inisial) :

Umur : < 30 tahun 30-40 tahun >40tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan Terakhir : D3 Keperawatan S1 Keperawatan

Ners

Masa Kerja : <5 tahun 6- 10 tahun > 10 tahun

B. KUISIONER BEBAN KERJA FISIK

Petunjuk Pengisisan:

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i

4 = TIDAK MENJADI BEBAN KERJA

3 = BEBAN KERJA RINGAN

2 = BEBAN KERJA SEDANG

1 = BEBAN KERJA BERAT

NO PERTANYAAN PILIHAN

BERAT SEDANG RINGA TIDAK

N BEBAN

1 2 4
3
1 Melakukan observasi pasien selama jam
kerja.
2 Banyak jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien.
3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien.
4 Kontak langsung perawt dengan pasien
diruangan secara terus menerus.
5 Kurangnya tenaga perawat di ruangan
dibandingkan dengan jumlah pasien.
6 Kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki tidak mampu mengimbangi tuntuan
pekerjaan
7 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap
pelayanan yang berkualitas.
8 Tuntutan keluarga terhadap keselamatan
pasien.
9 Setiap saat dihadapkan pada keputusan
yang tepat.
10 Tanggung jawab dalam melaksaanakan
perawatan klien.
11 Setiap saat menghadapi klien dengan
karakteristik. yang berbeda-beda.
12 Tugas pemberian obat-obatan. yang
diberikan secara intensif .
13 Tindakan-penyelamatan pasien.

(Nursalam,2017)

C. KUISIONER’’BEBAN .KERJA MENTAL’’

Petunjuk pengisian kuesioner beban kerja mental (NASA-TLX)

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i

TS = TIDAK SETUJU
KS = KURANG SETUJU

S = SETUJU

SS = SANGAT SETUJU

NO PERTANYAAN PILIHAN
(TS) (KS) (S) (SS)
1 2 3 4
1 Ketelitian yang- saya perlukan saat melakukan
perawatan pada pasien.
2 Ketelitian yang saya perlukan saat melakukan
tindakan. penyelamatan pasien
3 Rasa lelah yang saya alami setelah
memberikan perawata total kepada pasien.
4 Kecepatan kerja saya dalam melakukan
tindakan perawatan pada pasien.
5 Kecepatan kerja dan berfikir saya dalam
pengambilan keputusan yang harus tepat dan
cepat.
6 Kecepatan kerja saya dalam melaksanakan
perawatan pasien yang terlalu bannyak

7 Kecepatan kerja melakukan penyusunan


resume pasien.
8 Rasa ketidakpuasan saya dalam melakukan
tindakan perawatan kepada pasien.
9 Rasa ketidakpuasan. saya dalam melakukan
tindakan penyelamatan pada pasien.
10 Rasa ketidakberhasilan’’saya dalam melakukan
tindakan perawatan pada pasien.

11 Kecemasan yang saya rasakan saat


menghadapi pasien dalam kondisi lemah.
12 Rasa ketidaknyamanan. terhadap pekerjaan
yang harus dibawa pulang ke rumah.
13 Saya harus bekerja keras untuk mencapai
tingkat performansi saat ini.
14 Beban kerja saya terhadap pekerjaan yang
mengharuskan saya untuk menunda- waktu
istirahat/makan/pulang.
15 Beban kerja saya ketika harus menggantikan
perawat lain yang sedang ijin.
Beban kerja saya-terhadap berbagai tugas yang
16 harus diselesaikan secara cepat, entah ketika
saya mempunyai banyak waktu atau tidak.
17 Beban kerja saya karena-kurangnya
pengetahuan dan keterampilan yang saya
miliki terhadap pekerjaan yang sulit.
18 Beban kerja saya terhadap harapan pimpinan
rumah sakit terhadap pelayanan yang
berkualitas.
19 Beban kerja saya terhadap. tuntutan keluarga
untuk keselamatan pasien.
20 Beban kerja saya terhadap tanggung jawab
dalam melaksanakan-perawatan pasien yang
terlalu banyak.
21 Rasa ketidaknyamanan kondisi lingkungan
tempat kerja saya karena lokasi tempat kerja.

22 Rasa ketidaknyamanan kondisi lingkungan


tempat kerja saya. karena kurangnya
penerangan.

23 Rasa ketidaknyamanan’’keadaan lingkungan


tempat kerja saya karena suhu udara yang
panas.
24 Rasa ketidaknyamanan keadaan lingkungan
tempat kerja saya karena. ruangan tempat
kerja.
25 Rasa ketidaknyamanan keadaan lingkungan
tempat kerja saya karena suara yang bising.
26 Rasa ketidaknyamanan hubungan kerja di
tempat kerja saya dengan pimpinan.
27 Rasa ketidaknyamanan-hubungan kerja di
tempat kerja saya dengan bawahan.
28 Rasa ketidaknyamanan ‘’hubungan kerja di
tempat kerja saya dengan sesama rekan kerja.
(Gita Tri Puspitasari, 2012)

D. KUISIONER PENERAPAN PASIEN SAFETY

Petunjuk pengisian kuesioner pasien safety :

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i

Pilihan Jawaban :

SL = Apabila pertanyaan tersebut SELALU dilakukan.

SR = Apabila pertanyaan tersebut SERING dilakukan.

JR = Apabila pertanyaan tersebut JARANG dilakukan.

TP = Apabila pertnyaan tersebut TIDAK PERNAH dilakukan.

NO PERTANYAAN PILIHAN
TP JR SR SL

1 2 3 4
1 Saya selalu menggunakan minimal 2 cara klasifikasi
pada setiap pasien (nama dan nomor rekam medik)
2 Identifikasi pasien selalu saya lakukan saat sebelum
melakukan pemberian obat,darah,maupun produk
darah lainnya.
3 Sebelum pemberian obat, saya sudah mengetahui
jenis obat, khasiat efek samping, kontra indikasi,
dosis umum, dan cara pemberian obat.
4 Saya menjelaskan kepada pasien tentang jenis obat,
efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara
pemberian obat.
5 Identifikasi pasien dilakukan perawat sebelum
melakukan pengambilan darah dan spesimen lain
untuk uji klinis.
6 Setiap kondisi pasien sebelum dan sesudah tindakan,
perawat mendokumentasikan pada lembar grafik dan
catatan perkembangan integritas.
7 Saya memperkenalkan perawat pengganti kepada
pasien saat overan dinas.
8 Saya menulis instruksi melalui verbal atau lewat
telepon.
9 Saya melakukan prosedur pemberian obat kepada
pasien sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan
rumah sakit.
10 Penyimpanan obat yang beresiko tinggi dilakukan
terpisah dan diberi label merah.
11 Saya selalu melakukan verifikasi terhadap
konsentrasi obat yang diberikan pada pasien
12 Tim menggunakan suatu tanda yang mudah dikenali
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien saat pemberian tanda tersebut
13 Sebelum pasien dioperasi saya melakukan preoprasi
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien.
14 Saya melakukan cuci tangan enam langkah sebelum
dan sesudah bersentuhan dengan pasien.
15 Sebelum dan sesudah terkontaminasi dengan cairan
tubuh pasien saya segera mencuci tangan.
16 Setiap pasien yang baru masuk rawat inap perawat
selalu mengkaji menggunakan form pengkajian
pasien resiko jatuh.
17 Sebelum meninggalkan pasien saya selalu
memastikan lingkungan pasien aman (rem tempat
tidur terkunci, pagar tempat tidur terpasang, lantai
tidak basah dan penerangan cukup).
(Dian Mardiani,2017)
Lampiran 4
Lampiran 5

LEMBAR KONSULTASI USULAN PENELITIAN


Nama : Dwi Ningtias Hanggi

Nirm : 1701076

Judul : “Hubungan Beban Kerja Fisik dan Mental Perawat

Dengan Penerapan Pasien Safety-Pada Masa Pandemi

Covid-19 di RSUD. Maria Walanda Maramis.

Pembimbing I : Kristine Dareda, SKM, M.Kes

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf

1 Kamis/ 10 Juni Konsultasi BAB I 1. Perbaiki pada bagian Latar


2021
belakang, belum tampak masalah
penelitian.
2. Perbaiki kalimat pada bagian
tujuan penelitian.
Konsultasi BAB II 1. Tambah materi terkait penelitian.

Konsultasi BAB III 1. Pada bagian definisi operasional


variable dependen lebih
dispesifikan.

Konsultasi BAB IV 1. Cantumkan jumlah populasi.


2. Sampel harus menggunakan
rumus apa dan catat berapa
jumlahnya disesuaikan dengan
populasi.

Jumat/ 18 Juni Cover 1. Jarak spasi 1 antara nama dan


2021 nirm

Konsultasi BAB I 1. Nomor halaman pada bab 1


dihilangkan

Konsultasi BAB II 1. Pada penelitian terkait tidak perlu


terlalu panjang, cantumkan saja
bagian metode dan hasil yang
digunakan peneliti.
Daftar Pustaka 1. Tambahkan link pada artikel
dan tanggal diakses.

Manado, Juni 2021

Pembimbing I
LEMBAR KONSULTASI USULAN PENELITIAN

Nama : Dwi Ningtias Hanggi

Nirm : 1701076

Judul : “Hubungan Beban Kerja Fisik dan Mental Perawat

Dengan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi

Covid-19 RSUD. Walanda Maramis

Pembimbing I : Ns. Norman Alfiat Talibo, S.Kep.,M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf

1 Rabu/02 Juni Konsultasi Judul 1. Judul dibuat seperti piramida


2021
terbalik
1. Pada latar belakang tambahkan
data dari Indonesia tentang
Konsultasi BAB I
peningkatan beban kerja.
2. Tambahkan manfaat penelitian.

Konsultasi BAB II 1. Tambahkan materi beban kerja.

Konsultasi BAB III 2. Revisi bagian kerangka konsep


3. Revisi bagian definisi
operasional

2 Jumat/ 11 juni BAB II 1. Kerangka teorinya tambahkan


2021
indikator penilaian beban kerja
fisik dan mental.

Lampiran 3 : 1. Cantumkan nama yang


lembar kuisioner sebelumnya pernah memakai
kuisioner tersebut.

BAB III 1. Perbaiki terkai skoring pada


3 Kamis/17 juni
beban kerja mental.
2021
2. Ganti uji chi-square dengan
spearman rho.

BAB IV 1. Perbaiki kriteria inklusi dan


eksklusi
2. Perbaiki Instrumen penelitian

1. Perbaiki karakteristik responden


Lampiran
pada kuisioner beban kerja
mental pada lampiran tiga.
2. Tambahkan hasil surat balasan
dari Rumah sakit pada lampiran
empat.

Manado, Juni 2021

Pembimbing II

Anda mungkin juga menyukai