Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT

Dosen Pembimbing :

Oleh:

MUHAMMAD ZIDNY RIF'AT


NIM. A2P20086

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH SARJANA ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas
petunjuk dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Peran
Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakt dengan lancar
tanpa kendala yang berarti.
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas kami sebagai
mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami tentang mata kuliah ini. Dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat
bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata
kuliah ini.
Dalam penyelesaian Makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai
pihak. Untuk itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Tentunya dalam penyusunan Makalah ini kami belumlah cukup sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi
makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun
makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang
dan masa depan. Semoga segala ikhtiyar kita diridhoi Allah SWT, Amin.

Tulungagung, April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover.................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja................................ 3
B. Bahaya yang Sering ada di Rumah Sakit................................... 8
C. Peran Perawat Dalam Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah
Sakit............................................................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 14
B. Saran........................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan
kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh
klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu
seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku perawat.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.

1
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan
fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor
potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan
program keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti
misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi,
penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain
sebagainya
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien
secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan
berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator
dan pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?
2. Bagaimana Bahaya yang sering didapatkan di rumah sakit?
3. Apasaja peran perawat dalam Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah
Sakit?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan kesehatan dan keselamatan kerja
2. Menjelaskan Bahaya yang sering didapatkan di rumah sakit
3. Menjelaskan peran perawat dalam Kesehatan dan keselamatan kerja di
Rumah Sakit

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja
2. Bagi pembaca

2
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang
manajemen keperawatan terutama tentang kesehatan dan keselamatan
kerja sehingga dapat diterapkan dalam bidang keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/ masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-
usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,

4
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi
kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat
keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan kerja
memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia

5
b. Bersifat medis.
Sedangkan keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya)
bermacam macam; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam
istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
2. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,
1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
3. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut
diharapkan dapat mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan
( malprektek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari
kesalahan kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi
manajemen tesebut menjadi :
A. /Planning /(perencanaan)
B. /Organizing/ (organisasi)
C. /Actuating /(pelaksanaan)
D. /Controlling /(pengawasan)
a. Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan
yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja

6
di rumah sakit dan instansi kesehatan. Perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat
(hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter, serta masyarakat
umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi:
1) Hal apa yang dikerjakan
2) Bagaiman cara mengerjakannya
3) Mengapa mengerjakan
4) Siapa yang mengerjakan
5) Kapan harus dikerjakan
6) Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
7) hubungan timbal balik (sebab akibat).
b. Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari
tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke
tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi
ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan.
Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi
ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping
memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat
daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi
Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa:
1) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan.
2) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.
3) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan.
4) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin rumah sakit / instansi kesehatan.

7
5) Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
rumah sakit / instansi kesehatan.
6) Dan lain-lain.
c. Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan
mendorong semangat kerja, mengerahkan aktivitas,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas
yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap
individu yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi
kesehatan wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam
rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi
berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen
reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini
timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi
tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
d. Controlling/ (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan,
perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
1) Adanya rencana
2) Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah
sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi
keselamatan kerja bersama di rumah sakit / instansi kesehatan.

8
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan
bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan
diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk
pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara lain:
1) Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek
rumah sakit / instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
2) Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan
memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah
sakit / instansi kesehatan.
3) Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
atau kecelakaan.
4) Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
5) Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya
dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.
6) Dan lain-lain.

B. Bahaya yang Sering ada di Rumah Sakit


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam:
a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
c. Bahaya radiasi.
d. Luka bakar.
e. Syok akibat aliran listrik.
f. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam.
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

9
C. Peran Perawat Dalam Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
1. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa
pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai
dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria,
dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan
tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian
khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan
dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.
Dalam hal ini, perawat memegang peranan yang cukup besar
dalam upaya pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan dalam
pelaksanaannya, perawat tidak dapat bekerja secara individual. Perawat
perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lintas profesi maupun lintas
sektor.
2. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja)
Pelayanan kesehatan kerja memerlukan pula ilmu terapan berbagai
disiplin seperti kesehatan masyarakat, toksikologi industri, psikologi kerja,
gizi, ergonomic, hygiene perusahaan dan peraturan mengenai
ketenagakerjaan. Perawat yang melayani pelayanan kesehatan kerja,
memiliki kebebasan professional dalam melaksanakan tugasnya, bebas
memasuki tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan yang diperlukan.
Secara umum perawat perlu mengenal dan mengetahui proses
produksi, peralatan dan bahan yang digunakan dalam produksi, system dan
cara kerja di perusahaan, lingkungan kerja seta beberapa aspek lainnya.
Tugas yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja antara lain berupa tugas administrasi dan pelaporan, tugas
pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/ pelatihan/

10
pendidikan kesehatan, keselamatan kerja yang diberikan kepada seluruh
tenaga kerja. Perawat memberikan keterangan tentang pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja kepada pegawai pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja bila diperlukan.
Disamping itu perawat perlu mengetahui arah dan tujuan
perusahaan secara umum, merencanakan dan menerapkan program beserta
evaluasinya, dan dapat mengembangkan kemampuan menajerialnya,
selaras dengan pengetahuan kedokteran yang telah dimilikinya.
Dengan demikian, perawat yang memimpin suatu unit pelayanan
kesehatan kerja harus mampu menjalin kerja sama dengan pihak pengurus
perusahaan, tenaga kerja, dinas atau instansi terkait dan tetap berpedoman
pada etika profesinya.
Peranan perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional perawat
dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utamaperawatan
kesehatan kerja adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja
denganpenekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini
senada dengan tujuan K3. Hanya saja perawatan kesehatan kerja di
Indonesia belum seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi/antara lain karena
perkembangan yang sangat pesat dari industri di Indonesia dan
perkembangan fasilitas pendidikan di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada diIndonesia. Pengaruh lain adalah hambatan jenjang
pendidikan dasar perawat yang berbeda-beda. Peranan profesi dalam
mengembangkan tingkat profesi-onalisme belum terlihat bermakna.
Untukmenjaga mutu profesionalisme, sudah saatnya kita semua
memikirkan upaya yang perlu dilakukan. Salah satunya diharapkan
organisasi profesi meningkatkan peranannya dalam membina
danmemantau anggotanya, serta menerus aktif dalam meningkatkan
kemampuan dan ketrampilananggotanya
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada
kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha
kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam

11
perusahaan. Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full
time di perusahaa, maka fungsinya adalah :
a. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes
di perusahaan
b. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasi kesehatan kerja.
c. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan
pengobatan
d. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
e. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telah disetujui.
f. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
g. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan
faktor pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
h. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan
sesuai kemampuan yang ada.
i. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
j. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumah sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
k. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang
dilayani.
l. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
m. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan
evaluasi.
n. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
o. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
p. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
q. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.

12
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in
Industry, beberapa fungsi specific dari perawat hiperkes adalah :
a. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana
bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang
sebaik mungkin kepada tenaga kerja
b. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -
penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan
akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
c. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit ,
klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan /
pengobatan lebih lanjut
d. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan
follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada
e. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan
dan keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan
f. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis
perawatan
g. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik)
dapatkan data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan
pekerjaan. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi
mengenai hasil yang positif.
h. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan
jadilaj perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik
emosional maupun personal.
i. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,
dan memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek
kesehatan.
j. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and
Restoration

13
k. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari
jalan bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan
kerja dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap
karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatannya.
l. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan
keselamatan kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek
perawatan dan pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
m. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan
dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi
kebutuhan serta efisiensi.
3. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja)
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah
sebagai berikut (Effendy, Nasrul, 1998) :
Fungsi:
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Penilaian
Tugas Pengawasan terhadap lingkungan pekerja:
a. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
b. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
c. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
d. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
e. Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
f. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
g. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja
dan keluarga pekerja.
h. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
i. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3

14
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan
kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh
klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu
seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku perawat.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

B. Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi
persaingan global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping
perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan
peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Roymond H., Setiawan. 2017. Pengembangan Kompetensi Perawat


Pelaksana Ruang Rawat Inap dalam Manajemen Pelayanan Pasien Melalui
Pelatihan Penerimaan Pasien Berbasis Caring. Jurnal Riset Keperawatan
Indonesia.

Simamora, Roymond H., Butar-butar, J. 2016. Hubungan Mutu Pelayanan


Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD
PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH. Jurnal Ners Indonesia.

Simamora, Roymond H. 2015. Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap


Pembelajaran Klinik Pendidikan Ners dengan Pengetahuan dan
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Jurnal Riset
Keperawatan Indonesia.

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. EGC.

Simamora, R. H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta. EGC

Simamora, R. H. 2005. Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana terhadap


Penerapan Fungsi Pengorganisasian yang dilakukan oleh Kepala Ruangan
dengan Kinerja di Ruang Rawat Inap.

Simamora, R. H. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta. EGC

Simamora, Roymond. H. dkk. 2017. Penguatan Kinerja Perawat dalam Pemberian


Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan.

Simamora, Roymond. H. dkk. 2016. Pelatihan Strategi Optimalisasi Pelaksanaan


Supervisi Pelayanan Keperawatan dalam rangka Peningkatan Kualitas
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum.

Simamora, Roymond. H. 2016. Effect of Educational Approaches and Video


Module on the role of health workers in TB case finding.

Simamora, Roymond. H, dan Ahmad Fathii. 2017. Penguatan Pengetahuan


Perawat dalam Pelaksanaan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan
Nursing Hand Over Berbasis Komunikasi SBAR.

Ahmad Fathii, Simamora, Roymond. H. 2017. The Quality of Nursing Hand Over
and Effective Communication Implementation of SBAR in the Utilization
of Patient Safety at Private Hospital Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai