Disusun Oleh:
Putra Fajar Melgispa
NIM:23011008
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha kuasa karena telah memberikankesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini, atas rahmat dan hidayah-Nyakami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan kerja” secara tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak Mokamul Amin SKM,M.Kes
pada mata kuliah Keperawatan Dewasa di Universitas Hangtuah Pekanbaru. Selain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkanterimakasih sebesar-besarnya kepada bapak Mokamul Amin
SKM,M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikirankepada pembaca khususnya paramahasiswa Universitas Hang Tuah
Pekanbaru. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
katasempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
1
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
a). Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi
kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan
produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja
yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering
mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam
sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya
pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor
lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi
pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
ganB. Tinjauan Tentang Tenaga Kesehatan
5
2.3 Prilaku Kesehatan dan Keselamatan kerja
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami
kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah
sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat
besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak
buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah
diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam
hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar
industri kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbalasan tersebut rumah sakit
pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan
menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan
(ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi
pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja
sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan
nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis
kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian
rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama
berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya
dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan
UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga
kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun
2000 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
6
2.3.1 Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan
kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu
sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan
kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan
produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan
sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi :
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar
waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang
dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3
tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna
7
juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak
berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan
kepekaandalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan
sebagainya.
2.4 Alat Pelindung Diri
A. Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga
kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.Perlengkapan
pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories pekerjaan lain yang dirancang untuk
menciptakan sebuah penghalang terhadap bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap
di kontrol oleh pihak yang bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.
B. Ruang Lingkup Alat Pelindung Diri (APD)
Ruang lingkup APD antara lain :
1. Alat-alat pelindung diri
2. Manfaat alat pelindung diri
3. Cara memilih alat pelindung diri
C. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrative tidak
dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
D. Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga
8
Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari
alat tersebut adalah :
1. Safety Helmet Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
2. Sabuk Keselamatan (safety belt)
Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan
alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-
lain).
3. Sepatu Pelindung (safety shoes)
Sepatu karet (sepatu boot) berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang
becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya..
4. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
5. Tali Pengaman (Safety Harness)Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai
pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian
lebih dari 1,8 meter.
6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Penutup telinga (ear plug/ear muff) berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja
di tempat yang bising.
7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Kaca mata pengaman (safety glasses) berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja
(misalnya mengelas).
8. Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
9. Pelindung wajah (Face Shield)
Pelindung wajah (face shield) berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda
asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
10. Jas Hujan (Rain Coat)
Jas hujan (rain coat) berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja
pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan). APD harus digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah
yang memadai, memastikan APD yang dugunakan aman untuk keselamatan pekerja, selain
itu APD juga harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan
K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan
dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Affidah, Alqia Nur & Vivien Dwi Purnama Sari. 2016. Pengaruh Motivasi dan Tindakan
Tidak Aman terhadap Kecelakaan Kerja pada Karyawan Bagian
Produksi dalam Masa Giling Shift 3 PG X Kediri. Jurnal Wiyata. 3(1), hal. 106-112.
Ajib, Annas Lovita. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Kubota Indonesia. Skripsi
Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Alhamid, Farah & Prayogo. 2017. Analisis Penerapan Keselamatan Kerja dalam Upaya
Pengendalian Kecelakaan Kerja di PT. Budi Dwiyasa Perkasa. Fakultas Teknik Universitas
Tulang Bawang Lampung. 1(2), hal. 1-8.
Gresik.The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 6(1), hal. 37-47.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(4), hal. 300-308.Bolavita. 2012. Mengenal Sejarah Bnadara
Indonesia,
Dahlan, Andi Kasrida & Andi St. Umrah. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dalam Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan. Jurnal
Voice of Midwifery. 7(9), hal. 1-14.
Dewi, I.P. dkk. 2019. Analisis Tingkat Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Mahasiswa
Profesi Dokter Gigi Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
Unsoed. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi (JEBA). 21 (4), hal. 1-14.
11