Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Sanitasi Industri Keselamatan Kerja

Dosen : H. Hamsir Ahmad. SKM., M.Kes

MAKALAH

“INSTRUMNEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”

OLEH :
KELOMPOK 7

NUR IKHWAN PO714221201067

MUHAMMAD NURHIDAYAT R PO714221201063

LULU EVERLITA PO714221201085

PUTRI ISLAMIYAH AZZAHRA PO714221201077

PRANESTI ELYZA PABURE PO714221201076

SIRKA WANDA PO714221201095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
SANITASI LINGKUNGAN
DIV. TK. III.B
2023

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.............................................7


B. Instrumentasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3).............................10
C. Instrumentasi Alat Pelindung Diri (APD)...................................................11
D. Instrumentasi Sebagai Alat Ukur................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................23

A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
KATA PENGATAR

Puji Syukur Kita Ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Merupakan
Satu Kata Yang Pantas Penulis Ucapkan Yang Karena Bimbingan-Nya Maka
Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah Dengan “Instrumen Kesehatan Dan Ke-
selamatan Kerja” Penulis Ucapkan Terima Kasih Kepada Pihak Terkait Yang
Telah Membantu Penulis Dalam Menghadapi Berbagai Tantangan Dalam
Penyusunan Makalah Ini.

Penulis Menyadari Bahwa Masih Sangat Banyak Kekurangan Yang Men-


dasar Pada Makalah Ini. Oleh Karena Itu Penulis Mengundang Pembaca Untuk
Memberikan Kritik Dan Saran Yang Bersifat Membangun Untuk Kemajuan Ilmu
Pengetahuan Ini.

Terima Kasih Dan Semoga Makalah Ini Dapat Memberikan Sumbangsi


Positif Bagi Kita Semua.

Makassar, 07 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi kita untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja tetapi
juga dapat merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat.
Kesehatan Kerja Mempengaruhi Manusia Dalam Hubungannya Dengan Peker-
jaan Dan Lingkungan Kerjanya, Baik Secara Fisik Maupun Psikis Yang Meliputi:
Metode Bekerja, Kondisi Kerja Dan Lingkungan Kerja Yang Mungkin Dapat
Menyebabkan Kecelakaan, Penyakit Ataupun Perubahan Dari Kesehatan Seso-
rang. Dengan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Maka Para Pihak Diharapkan
Dapat Melakukan Pekerjaan Dengan Aman Dan Nyaman. Pekerjaan Dikatakan
Aman Jika Apapun Yang Dilakukan Oleh Pekerja Tersebut, Risiko Yang
Mungkin Muncul Dapat Dihindari. Perkerjaan Dikatakan Nyaman Jika Para
Pekerja Yang Bersangkutan Dapat Melakukan Pekerjaan Dengan Merasa Nyaman
Dan Betah, Sehingga Tidak Mudah Capek Dan Tidak Akan Menyebabkan Kece-
lakaan. Meskipun Ketentuan Mengenai Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Telah
Diatur Sedemikian Rupa, Tetapi Dalam Praktiknya Tidak Seperti Yang Harapkan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan menciptakan terwujudnya pemeli-
haraan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini akan di-
tanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan
dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja
bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, maka
tenaga kerja banyak yang menderita, angka absensi di perusahaan meningkat,
hasil produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin membesar. Ini semua
akan menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan yang
bersangkutan, karena mungkin tenaga kerja terpaksa berhenti bekerja sebab sakit
sementara atau cacat tetap yang diakibatkan oleh proses kerja yang tidak aman
atau peralatan kerja yang salah dalam pengoperasiannya.
Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja, maka
untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja juga untuk melindungi tenaga kerja, maka pemerintah mengeluarkan Un-
dang-Undang tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2
yang menyatakan “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh per-
lindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja; moral 3 dan kesusilaan; dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama”. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produk-
tivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja”
Proses penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diterapkan
dengan tujuan agar penerapan K3 disuatu perusahaan dapat berjalan dengan efek-
tif sehingga tercipta suatu keadaan yang aman dan juga tindakan yang aman dari
pekerja seperti mematuhi peraturan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dan juga peraturan yang lainnya. (Caroline, 2021).

B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang Permasalahan didapatkan perumusan masalah yaitu :
1. Apa Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Apa Instrumentasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
3. Apa instrumentasi Alat Pelindung Diri (APD)
4. Apa instrumentasi Sebagai Alat Ukur

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Untuk Mengetahui Apa Instrumentasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
3. Untuk Mengetahui instrumentasi Alat Pelindung Diri
4. Untuk Mengetahui instrumentasi Sebagai Alat Ukur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Merupakan Suatu Program Yang Di
Buat Sebagai Upaya Mencegah Timbulnya Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Aki-
bat Kerja. Tujuannya Untuk Menciptakan Tempat Kerja Yang Nyaman Dan Sehat
Sehingga Dapat Menekan Serendah Mungkin Risiko Kecelakaan Dan Penyakit
Kerja, Peningkatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Diharapkan Berdampak
Pada Penurunan Angka Kecelakaan Kerja Diperusahaan. Perusahaan Menyadari
Bahwa Pekerja Adalah Aset Utama. Oleh Karena Itu, Mereka Harus Memper-
hatikan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Guna Mengurangi Angka Kece-
lakaan Kerja.
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja Adalah Bagian Dari Ilmu Kesehatan Yang Bertujuan Agar
Tenaga Kerja Memperoleh Keadaan Kesehatan Yang Sempurna Baik Fisik,
Mental Maupun Social. Selain Itu, Kesehatan Kerja Menunjuk Pada Kondisi
Fisik, Mental Dan Stabilitas Emosi Secara Umum Dengan Tujuan Memelihara
Kesejahteraan Individu Secara Menyeluruh (Malthis Dan Jackson, 2002).
Kesehatan Kerja Di Perusahaan Adalah Spesialisasi Dalam Ilmu Kesehatan
Beserta Prakteknya Dengan Mengadakan Penilaian Kepada Faktor-Faktor
Penyebab Penyakit Dalam Lingkungan Kerja Dan Perusahaan Melalui Pen-
gukuran Yang Hasilnya Dipergunakan Untuk Dasar Tindakan Korektif Dan
Bila Perlu Pencegahan Kepada Lingkungan Tersebut, Agar Pekerja Dan
Masyarakat Sekitar Perusahaan Terhindar Dari Bahaya Akibat Kerja, Serta
Dimungkinkan Untuk Mengecap Derajat Kesehatan Setinggi-Tinginya
(Muhammad Sabir, 2009). Roy Erickson (2009) Mendefinisikan Kesehatan
Kerja Sebagai Suatu Kondisi Kesehatan Yang Bertujuan Agar Masyarakat
Pekerja Memperoleh Derajat Kesehatan Yang Setinggi-Tingginya, Baik Jas-
mani, Rohani Maupun Sosial, Dengan Usaha Pencegahan Dan Pengobatan Ter-
hadap Penyakit Atau Gangguan Kesehatan Yang Disebabkan Oleh Pekerjaan
Dan Lingkungan Kerja Maupun Penyakit Umum. Kesehatan Dalam Ruang
Lingkup Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Tidak Hanya Diartikan Sebagai
Suatu Keadaan Bebas Dari Penyakit.
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I
Pasal 2, Keadaan Sehat Diartikan Sebagai Kesempurnaan Yang Meliputi
Keadaan Jasmani, Rohani Dan Kemasyarakatan, Dan Bukan Hanya Keadaan
Yang Bebas Dari Penyakit, Cacat Dan Kelemahan-Kelemahan Lainnya. Pe-
mantauan Kesehatan Kerja Dapat Dilakukan Dengan Cara Sebagai Berikut:
1. Mengurangi Timbulnya Penyakit. Pada Umumnya Perusahaan Sulit
Mengembangkan Strategi Untuk Mengurangi Timbulnya Penyakit-Penyakit,
Karena Hubungan Sebab-Akibat Antara Lingkungan Fisik Dengan Penyakit-
Penyakit Yang 4 Berhubungan Dengan Pekerjaan Sering Kabur. Padahal,
Penyakit-Penyakit Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan Jauh Lebih
Merugikan, Baik Bagi Perusahaan Maupun Pekerja.
2. Penyimpanan Catatan Tentang Lingkungan Kerja. Mewajibkan Perusa-
haan Untuk Setidak-Tidaknya Melakukan Pemeriksaan Terhadap Kadar Bahan
Kimia Yang Terdapat Dalam Lingkungan Pekerjaan Dan Menyimpan Catatan
Mengenai Informasi Yang Terinci Tersebut. Catatan Ini Juga Harus Mencan-
tumkan Informasi Tentang Penyakit-Penyakit Yang Dapat Ditimbulkan Dan
Jarak Yang Aman Dan Pengaruh Berbahaya Bahan-Bahan Tersebut.
3. Memantau Kontak Langsung. Pendekatan Yang Pertama Dalam Men-
gendalikan PenyakitPenyakit Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan Adalah
Dengan Membebaskan Tempat Kerja Dari Bahan-Bahan Kimia Atau Racun.
Satu Pendekatan Alternatifnya Adalah Dengan Memantau Dan Membatasi
Kontak Langsung Terhadap Zat-Zat Berbahaya. 4. Penyaringan Genetik. Pen-
yaringan Genetik Adalah Pendekatan Untuk Mengendalikan Penyakit-Penyakit
Yang Paling Ekstrem, Sehingga Sangat Kontroversial. Dengan Menggunakan
Uji Genetik Untuk Menyaring Individu-Individu Yang Rentan Terhadap
Penyakit-Penyakit Tertentu, Perusahaan Dapat Mengurangi Kemungkinan Un-
tuk Menghadapi Klaim Kompensasi Dan Masalah-Masalah Yang Terkait Den-
gan Hal Itu. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Re-
publik Indonesia, Kesehatan Kerja Bertujuan Untuk:
1. Memberi Bantuan Kepada Tenaga Kerja.
2. Melindungi Tenaga Kerja Dari Gangguan Kesehatan Yang Timbul Dari
Pekerjaan Dan Lingkungan Kerja.
3. Meningkatkan Kesehatan. 4. Memberi Pengobatan Dan Perawatan Serta
Rehabilitasi
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan perala-
tan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kesela-
matan kerja menjadi aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahayanya
dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang
yang bekerja, setiap tenaga kerja dan juga masyarakat pada umumnya.
Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan
dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan
tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik.-
Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja menunjuk pada perlin-
dungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kece-
lakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Muhammad Sabir (2009)
mendefinisikan, keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan den-
gan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kesela-
matan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang
maupun jasa. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja sebagai berikut:
1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang dijelaskan se-
belumnya.
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
3. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
4. Teliti dalam bekerja.

B. Instrumentasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Instrumentasi Merupakan Sistem Dan Susunan Peralatan Yang Dipakai Di
Dalam Suatu Proses Kontrol Untuk Mengatur Jalannya Proses Agar Diperoleh
Hasil Sesuai Dengan Yang Diharapkan. Dalam Suatu Pabrik Kimia, Pemakaian
Instrumen Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting Karena Dengan Adanya
Rangkaian Instrumen Tersebut Maka Operasi Semua Peralatan Yang Ada Di
Dalam Pabrik Dapat Dimonitor Dan Dikontrol Dengan Cermat, Mudah Dan
Efisien, Sehingga Operasi Selalu Berada Dalam Kondisi Yang Diharapkan.
Fungsi Instrumentasi Adalah Sebagai Penunjuk (Indicator), Pencatat
(Recorder) Pengontrol (Regulator), Dan Pemberi Tanda Bahaya (Alarm). Perala-
tan Instrumentasi Biasanya Bekerja Dengan Tenaga Mekanis Atau Tenaga Listrik
Dan Pengontrolannya Dapat Dilakukan Secara Manual Maupun Otomatis. Peng-
gunaan Instrumen Pada Suatu Peralatan Proses Tergantung Pada 8 Pertimbangan
Ekonomis Dan Sistem Peralatan Itu Sendiri. Pada Pemakaian Alat-Alat Instrumen
Juga Harus Ditentukan Apakah Alat-Alat Tersebut Dipasang Diatas Papan Instru-
men Dekat Peralatan Proses (Kontrol Manual) Atau Disatukan Di Dalam Suatu
Ruang Kontrol Pusat (Control Room) Yang Dihubungkan Dengan Ruang Perala-
tan (Kontrol Otomatis).
Variabel-Variabel Proses Yang Biasanya Dikontrol Atau Diukur Oleh Instru-
men Adalah:
1. Variabel Utama, Seperti Temperatur, Tekanan, Dan Aliran Level Cairan.
2. Variabel Tambahan, Seperti Densitas, Viskositas, Panas Spesifik, Konduk-
tivitas, Ph, Humudity , Titik Embun, Komposisi Kimia, Dan Variabel
Lainnya.
Selain Itu Fungsi Lain Dari Instrumentasi Dalam Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Yaitu:
1. Sebagai Alat Ukur, Yaitu Untuk Memonitor Kondisi Operasi, Melalui Pen
gukuran Variabel Proses Yang Mempengaruhi Jalannya Operasi, Seperti
Tekanan, Temperatur, Jumlah Aliran, Level Dan Lain-Lain.
2. Sebagai Alat Kontrol, Untuk Mengendalikan Jalannya Operasi Agar Vari-
abel Proses Selalu Sesuai Dengan Harga Yang Diinginkan.
3. Sebagai Alat Safety, Untuk Mencegah Kerusakan Pada Peralatan Dan
Mencegah Kecelakaan Pada Operator.
4. Sebagai Alat Analisa, Untuk Menganalisa Produk, Apakah Sudah
Memenuhi Spesifikasi Tertentu Seperti Yang Diinginkan. Pengukuran Berarti
Membandingkan Sesuatu Yang Telah Ditentukan Sebagai Standard Dengan
Sesuatu Yang Belum Diketahui Untuk Mendapatkan Besaran Kwantitatif Dari
Sesuatu Yang Diukur Tersebut. Dengan Demikian Teknik Pengukuran Adalah
Cara-Cara Guna Mendapatkan Hasil Pengukuran Yang Setepat-Tepatnya Atau
Mengurangi Kesalahan-Kesalahan Yang Mungkin Timbul Pada Pengukuran
C. Instrumentasi Alat Pelindung Diri (APD)
Dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja
yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat 9 kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan.” Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last re-
sort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri
bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namau hanya sekedar men-
gurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).
Alat Pelindung Diri (APD) Adalah Suatu Kewajiban Di Mana Biasanya
Pekerja Atau Buruh Bangunan Yang Bekerja Di Sebuah Proyek Atau Bangunan
Yang Bekerja Disebuah Proyek Atau Pembangunan Sebuah Gedung, Diwajibkan
Menggunakannya. Alat Pelindung Diri (APD) Berperan Penting Terhadap Kese-
hatan Dan Keselamatan Kerja. Menurut Tarwaka (2014:288) Jenis-Jenis Alat
Pelindung Diri, Antara Lain:
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat Pelindung Kepala Atau Headwear Digunakan Untuk Melindungi Rambut
Yang Terjerat Mesin Berputar Dan Untuk Melindungi Kepala Dari Bahaya Ter-
bentur Benda Tajam Atau Keras, Bahaya Kejatuhan Benda Atau Terpukul Benda
Yang Melayang, Percikan Bahan Kimia Korosif, Panas Sinar Matahari Dan Lain
Sebagainya (Tarwaka, 2014: 288). Jenis-Jenis Alat Pelindung Kepala, Yaitu:

1. Topi Pelindung (Safety Helmets)


Topi Pelindung Atau Safety Helmets Digunakan Untuk Melindungi Kepala
Dari Benda-Benda Keras Yang Terjatuh, Benturan Kepala, Terjatuh Dan Terkena
Arus Listrik (Tarwaka, 2014: 288). Topi Pelindung Harus Dipakai Oeleh Setiap
Tenaga Kerja Yang Mungkin Tertimpa Pada Bagian Kepala Oleh Benda Jatuh,
Melayang Dan Benda-Benda Yang Bergerak. Topi Pelindung Harus Cukup Keras
Dan Kokoh, Tetapi Ringan. Topi Pelindung Diklasifikasikan Menjadi 3 Kelas,
Yaitu:
1. Kelas A, Yaitu Topi Atau Helm Pengaman Yang Digunakan Untuk 10
Melindungi Kepala Dari Kekuatan Benturan Benda-Benda Yang Jatuh
Dan Dari Sengatan Listrik Yang Diakibatkan Kontak Dengan Konduktor
Listrik Tegangan Rendah Atau Terbatas;
2. Kelas B, Yaitu Topi Atau Helm Pengaman Yang Digunakan Untuk
Melindungi Kepala Dari Kekuatan Benturan Benda-Benda Yang Jatuh
Dan Dari Sengatan Listrik Yang Akibat Kontak Dengan Konduktor
Listrik Tegangan Tinggi; Dan
3. Kelas C, Yaitu Topi Atau Helm Pengamann Yang Digunakan Untuk
Melindungi Kepala Dari Kekuatan Benturan Benda-Benda Yang Jatuh,
Tanpa Pengama Terhadap Listrik (B. Boedi Rijanto, 2011:291).
2. Tutup Kepala
Tutup kepala digunakan untuk melindungi kepala dari kebakaran,
korosi dan suhu panas atau dingin. Tutup kepala biasanya terbuat dari asbestos,
kain tahan api atau korosi, kulit dan kain tahan air (Tarwaka, 2014: 288).
3. Topi (Hats atau Cap)
Topi merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi
kepala atau rambut dari kotoran atau debu dan mesin yang berputar. Topi bi-
asanya terbuat dari bahan kain dari katun (Tarwaka, 2014: 289)

Gambar 2.1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

b. Alat Pelindung Mata (Eyes Protection)


Alat Pelindung Mata Atau Eyes Protection Adalah Alat Yang Berfungsi
Untuk Melindungi Mata Dari Percikan Bahan Kimia Korosif, Debu Dan Partikel-
Partikel Kecil Yang Melayang Di Udara, Gas Atau Uap Yang Dapat Menye-
babkan Iritasi Mata, Radiasi Gelombang Elektromagnetik, Panas Radiasi Sinar
Matahari, Pukulan Benda Keras Dan Lain Sebagainya (Tarwaka, 2014: 289).Je-
nis-Jenis Alat Pelindung Mata, Yaitu:

1. Kacamata (Speactacles)
Kacamata Atau Speactacles Digunakan Untuk Melindungi Mata Dari Par-
tikel-Partikel Kecil, Debu Dan Radiasi Gelombang Elektromagnetik (Tarwaka,
2014: 289).
Pemakaian Kacamata Merupakan Salah Satu Masalah Tersulit Dalam
Pencegahan Kecelakaan Yang Menimpa Mata, Para Pekerja Tidak Memakai Ka-
camata Karena Merasa Tidak Nyaman Dan Mengurangi Kenikmatan Ketika Bek-
erja, Sehingga Diperlukan Upaya-Upaya Dalam Pembinaan Kedisiplinan Melalui
Pendidikan Dan Penggairahan, Agar Para Tenaga Kerja Mau Memakai Kacamata
Ketika Bekerja (Anizar, 2009: 92).
2. Goggles
Googles merupakan alat yang berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu,
uap dan percikan larutan bahan kimia. Googles biasanya terbuat dari plastik yang
transparan dengan lensa berlapis kobait untuk melindungi dar bahaya radiasi
gelombang elektromagnetik mengion (Tarwaka, 2014: 289)

Gambar 2.2. Alat Pelindung Mata (Eyes Protection)

c. Alat pelindung Telinga (Ear Protection)


Alat Pelindung Telinga Atau Ear Protection Merupakan Alat Yang Digu-
nakan Untuk Mengurangi Intensitas Suara Yang Masuk Ke Dalam Telinga (Tar-
waka, 2014: 290). Jenis-Jenis
Alat Pelelindung Telinga, Yaitu: 1.
Sumbatan Telinga (Ear Plug) Sumbat Telinga Dikatakan Baik Apabila Dapat
Menahan Frekuensi Tertentu Saja, Sedangkan Frekuensi Untuk Berbicara Biasa
Atau Komunikasi Tidak Terganggu. Sumbat Telinga Biasanya Terbuat Dari Ba-
han Karet, Plastik Keras, Plastik Lunak Dan Lilin Kapas (B. Boedi Rijanto, 2011:
292). Ukuran Dan Bentuk Saluran Setiap Individu Dan Bahkan Untuk Kedua
Telinga Dari Orang Yang Sama Adalah Berbeda, Sehingga Ear Plug Harus Dip-
ilih Sesuai Dengan Ukuran Dan Bentuk Saluran Telinga Pemakainya. Pada
Umumnya Diameter Saluran Telinga Antara 5-11 Mm Dan Liang Telinga Berben-
tuk Lonjong Dan Tidak Lurus (Tarwaka, 2014: 290).

2. Tutup Telinga (Ear Muff)


Alat pelindung telinga ini terdiri dari 2 buah tutup telinga dan sebuah
headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau 13 busa yang berfungsi
untuk menyerap suara frekuensi yang tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas
suara sampai 30 dB(A) dan dapat melindungi telinga bagian luar dari benturan
benda keras atau percikan bahan kimia (Tarwaka, 2014: 291). Ada 2 jenis tutup
telinga yaitu atenuasinya pada frekuensi biasa antara 25-30 dB dan atenuasinya
pada frekuensi antara 35-45 dB. Pada kondisi khusus dikombinasikan antara sum-
bat telinga dan tutup telinga, sehingga diperoleh atenuasi yang lebih tinggi, tetapi
tidak lebih dari 50 dB dikarenakan hantaran suara melalui tulang masih ada (B.
Boedi Rijanto, 2011: 292).

Gambar 2.3. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

d. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)


Alat Pelindung Pernafasan Atau Respiratory Protection Merupakan Alat
YanDigunakan Untuk Melindungi Pernafasan Dari Risiko Paparan Gas, Uap,
Debu, Udara Yang Terkontaminasi Atau Beracun, Korosi Atau Yang Bersifat
Rangsangan (Tarwaka, 2014: 291). Jenis-Jenis Alat Pelindung Pernafasan, An-
tara Lain: 290). Jenis-jenis alat pelelindung telinga, yaitu:

1. Masker
Masker merupakan alat yang berfungsi untuk mengurangi paparan debu
atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan (Tar-
waka, 2014: 292). Masker dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: (1) masker pen-
yaring debu yang digunakan untuk 14 melindungi pernafasan dari serbuk-serbuk
logam, pengerindahan dan serbuk kasar lainnya; (2) Masker berhidung yang da-
pat digunakan untuk menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5 mikron.
Apabila terjadi kesulitan bernafas ketika menggunakan masker ini, maka hidung
masker harus diganti karena filter pada masker sudah tersumbat oleh debu dan
(3) masker bertabung yang digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas ter-
tentu, bermacam-macam tabung dapat dipasangkan pada masker ini dan dapat
disesuaikan tabungnya untuk melindungi dari paparan gas tertentu. Masker ini
memiliki filter yang lebih baik daripada masker berhidung (Anizar, 2009: 91)

Gambar 2.4 Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)


2. Respirator
Respirator merupakan alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan
dari paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya (Tarwaka,
2014: 292). Jenis respratori ada 2, yaitu: (1) Chemical respirator adalah catridge
respirator terkontaminasi gas dan uap dengan toksisitas rendah, yang berisi ad-
sorben dan karbon aktif, arang dan silica gel. Sedangkan, canister digunakan un-
tuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap organik; dan (2) Mechanical filter res-
pirator berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap
logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi
untuk menangkap dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi
atau partikel yang tidak terlalu kecil (Tarwaka, 2014: 292)

e. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)


Alat Pelindung Tangan Atau Hand Protection Merupakan Alat Yang Digu-
nakan Untuk Melindungi Tangan Dan Bagian Lainnya Dari Benda Tajam Atau
Goresan, Bahan Kimia, Benda Panas Dan Dingin, Serta Kontak Dengan Arus
Listrik. Sarung Tangan Dari Karet Untuk Melindungi Kontaminasi Terhadap Ba-
han Kimia Dan Arus Listrik; Sarung Tangan Dari Kulit Untuk Melindungi Ter-
hadap Benda Tajam Dan Goresan; Sarung Tangan Dari Kain Atau Katun Untuk
Melindungi Dari Kontak Panas Atau Dingin Dan Lain Sebagainya (Tarwaka,
2014: 293). Jenis-Jenis Alat Pelindung Tangan, Antara Lain:

1) Sarung Tangan Atau Gloves

2) Mitten Atau Sarung Tangan Dengan Ibu Jari Terpisah, Sedangkan Jari Lainnya
Menjadi Satu

3) Hand Pad, Yang Digunakan Untuk Melindungi Telapak Tangan

4) Sleeve, Yang Digunakan Untuk Melindungi Pergelangan Tangan Sampai


Lengan, Biasanya Digabung Dengan Sarung Tangan (B. Boedi Rijanto, 2011:
299).
Gambar 2.5. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection) Menu-


rut Tarwaka (2014: 294) Alat Pelindung Kaki Atau Feet Protection Merupakan
Alat Yang Berfungsi Untuk Melindungi Kaki Dan Bagian Lainnya Dari Benda-
Benda Keras, Tajam, Logam Atau Kaca, Larutan Kimia, Benda Panas Dan Kon-
tak Dengan Arus Listrik. Sedangkan, Menurut Anizar (2009: 94) Alat Pelindung
Kaki Atau Sepatu Pengaman Harus Dapat Melindungi Para Tenaga Kerja Dari
Kecelakaan- Kecelakaan Yang Disebabkan Oleh Beban Berat Yang Menimpa
Kaki, Paku-Paku Atau Benda Tajam Lain Yang Mungkin Terinjak, Logam Pijar,
Asam-Asam Dan Lain Sebagainya. Alat Pelindung Kaki Menurut Jenis Pekerjaan
Yang Dilakukan, Dibedakan Menjadi 4, Yaitu:

1) Sepatu Pengaman Pada Pengecoran Baja (Foundry Leggings)


Sepatu Jenis Ini Terbuat Dari Bahan Kulit Yang Dilapisi Krom Atau As-
bes Dengan Tinggi Sekitar 35 Cm. Dalam Pemakaian Sepatu Ini, Celana Dima-
sukkan Kedalam Sepatu, Kemudian Dikencangkan Dengan Tali Pengikat Sepatu
(Tarwaka, 2014: 294).

2) Sepatu Pengaman Pada Pekerjaan Yang Mengandung Bahaya Peledakan


Sepatu Jenis Ini Tidak Boleh Memakai Paku-Paku, Karena Dapat Menim-
bulkan Percikan Bunga Api (Tarwaka, 2014: 294).
3) Sepatu Pengaman Untuk Pekerjaan Yang Berhubungan Dengan Listrik Sepatu
jenis ini terbuat dari bahan karet anti elektrostatik, yang tahan terhadap tegangan
listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit (Tarwaka, 2014:295)

Gambar 2.6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

4.) Sepatu Pengaman pada Pekerjaan Bangunan Kontruksi


Sepatu jenis ini terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada
setiap ujung depan sepatu atau yang disebut dengan steel box toe (Tarwaka,
2014:295).

Gambar 2.7. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

g. Pakaian Pelindung Badan (Body protection)


Pakaian Pelindung Badan Atau Body Protection Merupakan Alat Yang
Digunakan Untuk Melindungi Seluruh Atau Sebagian Tubuh Dari Percikan Api,
Suhu Panas Atau Dingin, Cairan Bahan Kimia Dan Lain Sebagainya. Pakaian
Pelindung Dapat Berbetuk Apron Yang Menutupi Sebagian Tubuh Pemakai
Dari Daerah Dada Sampai Lutut Atau Overall Yaitu Menutupi Seluruh Bagian
Tubuh (Tarwaka, 2014:295). Pakaian Kerja Yang Biasa Tidak Bisa Melindungi
Terhadap Panas, Asam-Asam, Bagian-Bagian Yang Melayang Dan Berbagai
Risiko Lainnya, Sehigga Pakaian Pelindung Harus Digunakan, Sehingga Dapat
Menghindari Dampak Dari Berbagai Sumber Bahaya Yang Ada (Anizar, 2009:
98)

h. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Sabuk pengaman keselamatan atau safety Belt Adalah Alat Pelindung Yang
Berfungsi Untuk Melindungi Tubuh Dari Kemungkinan terjatuh dari ketinggian,
seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan kontruksi bangunan

(Tarwaka, 2014: 295). Sabuk pengaman keselamatan dipasang disekeliling pinggang


dan dihubungkan dengan tali tambatan ke tambatan. Sabuk pengaman memiliki beber-
apa keuntungan, yaitu berguna untuk posisi kerja, ringan dan lebih nyaman dikenakan
oleh pekerja dibandingkan dengan harness (B. Boedi Rijanto, 2011: 304)

Gambar 2.8. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

D. Instrumentasi Sebagai Alat Ukur

Istrumentasi Sebagai Alat Pengukuran Meliputi Instrumentasi Survey/


Statistik, Instrumentasi Pengukuran Suhu, Dan Lain-Lain. Contoh Instrumentasi
Sebagai Alat Analisis Bisa Dijumpai Di Bidang Kimia Semisal PH Meter, Con-
duct Meter, Turbidity Meter,Dan Lain Sebagainya. Berikut adalah contoh alat
instrumentasi sebagai alat ukur yaitu:

1. Thermohigrometer (Pengukuran Iklim Kerja)


Fungsi yaitu:

• Untuk mengukur suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan.

• Cara penggunaan

• Alat digantung dan biarkan dengan interval tertentu, lihat jarum yang menun-
juk skala kelembaban (jarum yang terdapat pada sisi dalam), serta jarum yang
menunjuk skala suhu (jarum yang terdapat pada sisi terluar).

2. Sling Psikrometer
Untuk mengukur Suhu Kering (SK) dan Suhu Basah (SB) dengan satuan derajat
Celciuc (0C).

3. Globe Thermometer
Untuk mengukur Suhu Bola atau Suhu Globe (SG) dengan satuan derajat
Celcius (0C)

4. Lux Meter

Untuk mengatur pencahayaan pada saat membaca atau kegiatan lain sesuai
dengan fungsi ruangan
5. Pengukuran Radiasi Sinar UV-A Di Tempat Kerja (UV Radiometer)
Alat yang digunakan untuk mengukur radiasi sinar ultra violet

6. Pengukuran Kebisingan (Sound Level Meter )


Untuk mengukur tingkat intensitas kebisingan di tempat kerja.

7. Pengukuran Getaran (Segmental Vibration/ Hand Arm Vibration)


Untuk menguku

r getaran pada handle mesin atau bagian mesin yang sering bersentuhan dengan

tenaga kerja dan berpengaruh pada sebagian tubuh tenaga kerja.


8. Pemeriksaan Kelelahan Tenaga Kerja (Reaction Timer)
Untuk mengukur tingkat kelelahan tenaga kerja berdasarkan waktu reaksi
yang diberikan ketika diberikan ketika mendapatkan rangsangan cahaya atau
suara.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Instrumentasi merupakan sistem dan susunan peralatan yang dipakai di dalam

suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen meru-
pakan suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya rangkaian instrumen
tersebut maka operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor
dan dikontrol dengan cermat, mudah dan efisien, sehingga operasi selalu berada
dalam kondisi yang diharapkan. Fungsi instrumentasi adalah sebagai penunjuk
(indicator), pencatat (recorder) , pengontrol (regulator), dan pemberi tanda bahaya
(alarm).

B. Saran
1. Sebaiknya Dilakukan Penyuluhan APD (Alat Pelindung Diri) Kepada Semua
Masyarakat Guna Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja
2. Setiap Pekerja Harus Wajib Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
3. Pemamntauan APD Harus Rutin Di Setiap Para Pekerja/Perusahaan
DAFTAR PUSTAKA

Anizar, 2009, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri,


Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hariandja, Mariot. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT


Grasindo.
Jakarta
Malthis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Salemba Empat, Jakarta
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 10
jilid 2.
Erlangga, Jakarta
Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad Ke-21. Erlangga, Jakarta.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Jakarta : Bina Sumber Daya Manusia.
Tarwaka, 2008. Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja.
Surakarta : Harapan Press
Tarwaka, 2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manaje-
men dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Harapan Press,
Surakarta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang


Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja, edisi ketiga. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi. Prenada
Media, Jakarta.
Winarsunu, Tulus, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Anda mungkin juga menyukai