Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEAMANAN KERJA ATAU KESELAMATAN KERJA

DOSEN PENGAMPU :
MASITAH POHAN, Dr.,S.H.,M.Hum.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III:

 YANI IYARAWATI SYAHNARA (2006200267)


 AYUNI NADHIFA NAZLA (2006200271)
 SRI WARDANI (2006200276)
 UMMI ADHILLAH NASUTION (2006200306)
 FIQIH HASAN ASHARY (2006200307)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karuniaNya yang senantiasa melimpahkan kesehatan dan keselamatan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Makalah Keamanan dan
Keselamatan Kerja: Makalah ini disusun untuk mempelajarai dan mengetahui lebih detail
mengenai hukum ketenagakerjaan . Kami berharap informasi yang terdapat dalam makalah
ini tidak hanya bermanfaat untuk penulis, melainkan juga untuk para pembaca sebagai ilmu
pengetahuan yang menambah wawasan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita nantinya. Dari
lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itulah saya menerima dengan tangan terbuka dengan berbagai kritik dan saran
yang membangun untuk lebih baik ke depannya.

Medan, 30 maret 2022


Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER …..…………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR IS…………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG ….…………………………………………………………………
2. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………….
3. TUJUAN PEMBAHASAN ………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA ………………………….
2. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA::::::::..............................
3. FAKTOR PENYEBAB KECELAKAN DUNIA KERJA::....................................................
4. MENCEGAH KECELAKAAN DALAM DUNIA KERJA:::::::…………….……………..
5. SUMBER SUMBER BAHAYA KESEHATAN TENAGA KERJA………………………..
6. PELAKSANAAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN DUNIA KERJA........................
7. PENTINGNYA PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA.............................................
8. SUMBER BAHAYA KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA.................................
BAB III KESIMPULAN
1. KESIMPULAN ………….……………………………………………………………… …
2. SARAN ………..…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA..……….…………………………………………………………….. …
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keamanan dalam bekerja adalah sebuah kebutuhan manusia yang fundamental. Untuk
sebagian orang keselamatan lebih penting daripada gaji atau kenaikan pangkat. Maka
tidak jarang sebagian orang yang akan maupun yang sudah bekerja pada suatu tempat di
mana mereka akan mempertanyakan bagaimana perusahaan dapat menjamin keselamatan
mereka. Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan
daripermasalahan di dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat
dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan
kesehatan kerja dalam industri dikaitkan dengan masalah lingkungan dan sebuah
pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga
kerjanya terjamin. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan,
diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja serta
diberikan perawatan dan rehabilitasi.
Pada dasarnya sumber daya manusia sangat berperan penting bagi sebuah perusahaan
maupun organisasi. Melalui sumber daya manusia, suatu organisasi maupun perusahaan
mampu berkembang maupun sebaliknya. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
sebuah tujuan tergantung pada pemilihan sumber daya manusia. Untuk itu konsep
pengelolaan pegawai atau karyawan menjadi penting dalam organisasi maupun
perusahaan guna mendapatkan tenaga kerja yang tepat baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya salah satunya dengan cara menjaga atau membantu karyawan untuk lebih
menyadari keselamatannya sendiri dalam melakukan pekerjaannya. Secara naluriah,
manusia tentu saja menghindari terjadinya kecelakaan. Kecelakaan adalah suatu kejadian
yang merugikan. Kecelakaan dapat menyebabkan orang mengalami hambatan dan
ketidakmampuan bahkan kematian dan kecelakaan memerlukan biaya yang sangat besar
(Winarsunu, 2008).
Setiap manusia tentu mengharapkan sebuah kesejahteraan dan kemajuan baik dalam
kehidupan pribadinya maupun dalam hal pekerjaan. Tidak ada pekerja atau karyawan
yang ingin mengalami kecelakaan kerja saat mereka bertugas, namun ada kalanya
terkadang mereka sendiri yang melanggar atau mengabaikan standarisasi keselamatan
dalam bekerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Kesadaran akan keselamatan kerja
bagi karyawan memang sangat penting, tetapi apabila sebuah perusahaan telah
menetapkan sebuah standarisasi untuk keselamatan kerja justru karyawan sendiri yang
lebih sering mengabaikan prosedur tersebut. Seperti yang dikutip oleh PT. Jamsostek
(Persero) (dalam Translampung.com) bahwa prosentase kecelakaan kerja masih cukup
tinggi karena diakibatkan pengusaha dan pekerja tidak disiplin dalam melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Data Kementrian Tenaga Kerja Transmigrasi
(Permenakertrans) hingga akhir tahun 2010 lalu tercatat 86.693 kasus kecelakaan kerja di
Indonesia. Rinciannya, 78.722 orang berhasil sembuh total, 3.662 orang mengalami cacat
fungsi, 2.313 cacat sebagian, 31 cacat total dan 1.965 meninggal dunia. Hingga saat ini,
ternyata masih banyak perusahaan yang tidak memiliki standarisasi keselamatan kerja.
Ironisnya kebanyakan dari perusahaan yang belum memiliki standarisasi keselamatan
kerja tersebut justru perusahaanperusahaan yang tergolong memiliki tugas yang sulit dan
berbahaya. Kecelakaan kerja bukan hanya mengganggu proses produksi secara
menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak pada masyarakat luas
tetapi dapat juga menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan
pengusaha. Padahal sudah dijelaskan dalam UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
ketenagakerjaan dengan rujukan keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 4/MEN/1987
tentang pengawasan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Tapi dari data yang ada
ternyata masih banyak perusahaan yang belum memenuhi standar ini. Walaupun dari
pihak Pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang yang dilengkapi dengan sanksi
pidana tiga bulan penjara atau denda seratus juta rupiah bagi perusahaan yang tidak
memenuhi ketentuan yang ada, namun terbukti masih banyak sekali perusahaan yang
belum memiliki standarisasi keselamatan kerja bagi karyawan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah maksud dari keamanan dan keselamatan kerja?
2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja?
3. Apa saja factor penyebab kecelakaan dalam dunia kerja?
4. Bagaimana cara mencegah kecelakaan dalam dunia kerja?
5. Apa saja sumber sumber bahaya Kesehatan dalam tenaga kerja?
6. Bagaimana pelaksanaan keamanan dan keselamatan kerja?
7. Bagaimana pelaksanaaa keamanan dan keselamatan kerja?
8. Bagaimana sumber keamanan dan keselamatan kerja?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari keamanan dan keselamatan kerja.
2. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja
3. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor kecelakaan dalam dunia krja.
4. Untuk menangani pencegahan kecelakaan dalam dunia kerja
5. Untuk mengetahui sumber sumber bahaya keselamatan dan keamanan kerja.
6. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keamanan dan keselamatan kerja.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan kemanan dan keselamatan kerja.
8. Untuk mengetahui sumber keamanan dan keselamatan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keamanan dan Kesehatan Karyawan


Dari berbagai artikel memiliki berbagai macam kesimpulan mengenai pengertian
Keamanan dan Kesehatan Karyawan. Berdasarkan di UU Keamanan dan Kesehatan Kerja
pada tahun 1970 yang telah disahkan oleh kongres Amerika adalah “untuk memastikan
sejauh mungkin setiap pria maupun wanita yang bekerja di negara ini aman dan memiliki
kondisi kerja yang sehat dan untuk menjaga sumber daya manusia kita.” Pengusaha yang
tidak tercakup didalam undang-undang ini adalah wiraswasta, pertanian dimana hanya
anggota keluarga dekat pengusaha itu yang bekerja, dan beberapa tempat kerja yang telah
dilindungi oleh badan federal lainnya atau berada dibawah undang-undang lain. Ternyata
undang-undang ini berlaku perwilayah, maupun ketetapannya tidak berlaku bagi
pemerintahan negara bagian dan lokal dalam peran mereka sebagai pengusaha. Didalam
undang-undang ini menciptakan Occupational Safety and Health Administration/OSHA
(Administrasi Keamanan dan Kesehatan Kerja) didalam Departemen Tenaga Kerja.
Tujuan dari OSHA adalah menyampaikan UU tersebut dan menetapkan serta
melaksanakan standar keamanan dan kesehatan yang diteapkan hamper semua pekerja di
Amerika Serikat. OSHA beroperasi dengan standar umum dimana setiap pengusaha
“akan memberikan pekerjaan dan tempat pekerjaan kepada karyawannya yang bebas dari
bahaya yang dikenali yang menyebabkan atau akan mungkin menyebabkan kematian atau
bahaya fisik yang serius kepada para karyawannya.” Untuk menjalani misi dasar ini,
OSHA bertanggung jawab untuk memberikan standar yang dapat dilaksanakan secara
hukum. Hal ini mengandung lima volume yang mencakup standar industri umum, standar
maritim, standar konstruksi, prosedur dan regulasi lainnya, dan sebuah pandangan operasi
lapangan.
Dibawah OSHA, pengusaha yang memiliki 11 karyawan atau lebih harus memiliki
arsip tentang, dan melaporkan luka-luka kerja dan penyakit kerja. Penyakit kerja adalah
kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor
lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang
disebabkan oleh pernapasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan
bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya. Meskipun demikian, persyaratan
tata kearsipan OSHA lebih luas daripada yang dipikirkan, sebagai contoh adalah pekerja
keracunan setelah makan dikantin tempat Ia kerja, pilek dikarenakan bekerja ditempat
kerja yang berangin, dan keseleo akibat berpatisipasi dalam perlombaan untuk mewakili
tempat usaha sendiri. Inspeksi dan Surat Panggilan Pada dasarnya, OHSA melaksanakan
standarnya melalui inspeksi dan (jika perlu) surat panggilan. Saat ini, OHSA tidak boleh
melakukan inspeksi tanpa surat perintah diluar persetujuan pengusaha.
a. Prioritas Inspeksi
Prioritas inspeksi bagi OHSA adalah apabila terjadi situasi bahaya yang dapat
mengakibatkan kematian atau bahaya fisik yang serius. Prioritas kedua adalah
bencana, kematian, dan kecelakaan yang telah terjadi (Pengusaha harus melaporkan
situasi demikian kepada OHSA dalam 48 jam). Prioritas ketiga adalah keluhan resmi
para karyawan tentang dugaan pelanggaran terhadap standar. Prioritas berikutnya
adalah inspeksi berkala dengan penekanan terus terhadap industri, pekerjaan, maupun
bahan kimia dengan kerentanan tinggi. Prioritas yang terakhir adalah inspeksi acak
secara berkala.
b. Inspeksi
Inspeksi itu dilakukan pada saat petugas OHSA tiba ditempat kerja. Awalnya,
Petugas OHSA memperlihatkan surat tugas dan meminta bertemu dengan seseorang
perwakilan pengusaha, Petugas itu menjelaskan tujuan kedatangannya, cakupan
inspeksi dan standar yang berlaku. Seorang perwakilan karyawan yang berwenang
menemani petugas tersebut selama inspeksi. Inspektur OHSA mencari segala jenis
pelanggaran, tetapi beberapa daerah yang memiliki potensi masalah seperti perancah,
dan perlindungan jatuh yang menjadi fokus mereka. Lima daerah yang dijadikan
perhatian oleh OHSA adalah perancah/scaffolding, perlindungan jatuh, komunikasi
bahaya, lockout/tagout (perbaikan listrik), dan penjagaan mesin. Pada akhirnya,
setelah memeriksa lokasi dan arsip pengusaha, inspektur itu mengadakan pertemuan
akhir dengan perwakilan pengusaha. Disini, inpektur OHSA membahas berbagai
macam pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha tersebut dimana OHSA dapat
mengeluarkan atau merekomendasikan sebuah surat panggilan atau penalti.
c. Penalti
OHSA juga dapat mengenakan penalti, berkisar dari $ 5.000,- s/d $ 70.000,-
untuk pelanggaran sengaja atau berulang. Walaupun dalam praktiknya penalti harus
diberikan lebih tinggi lagi.

1) Tanggung Jawab dan Hak dari Pengusaha dan Karyawan


Baik pengusaha atau karyawan memiliki tanggung jawab dan hak dibawah UU
Keamanan dan Kesehatan Kerja (OHSA). Misalnya, pengusaha harus bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh karyawan dengan
memberikan “sebuah tempat kerja yang bebas dari bahaya yang diketahui”.
Memahami standar OHSA, dan menguji kondisi tempat kerja untuk memastikan
bahwa semuanya telah sesuai dengan standar yang berlaku. Karyawan juga
memiliki hak dan tanggung jawab, tetapi OHSA tidak dapat memanggil mereka
atas pelanggaran tanggung jawab mereka. Karyawan bertanggung jawab misalnya,
untuk memenuhi standar OHSA yang berlaku, mengikuti semua aturan dan
peraturan keamanan dan kesehatan pengusaha, dan melaporkan kondisi berbahaya
kepada penyelia. Komitmen Manajemen dan Keamanan Idealnya, “keamanan
adalah sebuah bagian integral dari sistem, dirajut kedalam setiap kompetisi
manajemen dan bagian dari tanggung jawab hari ke hari setiap orang. Tambahan
lagi :
1) Menegakkan komitmen manajemen dengan sebuah kebijakan keamanan dan
memublikasikannya,
2) Menganalisis jumlah kecelakaan dan kejadian keamanan dan kemudian
menetapkan sasaran keamanan spesifik yang dapat dicapai.
1. Teori Penyebab Kecelakaan
a. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931.
MenurutHeinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak
amandari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal
yang tidakberkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi
yangtidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.Heinrich
menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkanoleh kekeliruan atau
kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya,tindakan dan kondisi
yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuatsuatu kekeliruan. Hal ini
lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristikmanusia itu sendiri yang
dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) danlingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakandan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul.Heinrich
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketigasehingga
kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah : Kecelakaan
adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yangberurutan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya. Penyebabnya adalah faktor
manusia dan faktor fisik.Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan
sosial kerja.Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
b. Teori Bird & Loftus
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh
Heinrich,yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak
lagimelihat kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan
lebihmenyoroti pada bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam
pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan.
c. Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada
setiapkomponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu
proses dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang
berbeda. Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu prosesproduksi
tersebut yang gagal.Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct
Cause dan Latent Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan
kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat
kecelakaantersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi
kepadapenyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegahpenyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting
yang perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu
kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu
terjadinya suatu kecelakaan.
2. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja (Three Main Factor Theory)\
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori
tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering
digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut
teori inidisebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja.Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
a. Faktor Manusia
1. Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi
fisik,mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur
pekerja juga diaturoleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang
tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48).
Karyawan muda umumnya mempunyaifisik yang lebih kuat, dinamis, dan
kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi,
dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan,2003:54). Umum
mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,pendengaran
dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.
2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian
kerjasecara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya
paparan yangditerima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula.
Kasus wanita lebihbanyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57).
3. Masa Kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja
bekerjadisuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif.Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin
lamanya masa kerjapersonal semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya, akanmemberi pengaruh negatif apabila dengan
semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat
ia hidup, proses sosial yakniorang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol(khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalamiperkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (AchmadMunib,
dkk., 2004:33)
5. Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individualyang
mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan
dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata
lebih banyakpersoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh
dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan.
Pada satu waktu, pekerja yang tidakpuas dengan pekerjaannya dianggap
memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi.
6. Pelatihan Keselamatan dan Keamanan Kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untukmemperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlakudalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang
lebih mengutamakanpraktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud
adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan
bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan.
7. Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang
mewajibkanmengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
konstruksi, perawatan danpemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara
kerja peralatan industri, tugas-tugaspengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis, P3K dan perawatan medis. Adatidaknya peraturan K3 sangat
berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untukitu, sebaiknya
peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untukmencegah
dan mengurangi terjadinya kecelakaan.
b. Faktor Lingkungan
1. Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada
tenagakerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja,
mengganggukomunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi,
menurunkan dayadengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga KerjaNomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di TempatKerja, Intensitas kebisingan yang
dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.
2. Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akanmencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar
24°C- 27°C. Suhu dinginmengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan
kurangnya koordinasi otot.

3. Penerangan
Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan
cahayalangsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap (ILO,
1989:101).Selain itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan
akan melelahkanmata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan
hal ini berbahaya bilakaryawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya
sehingga dapat menyebabkankecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).
4. Lantai Licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan
airdan bahankimiayang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). tumpahan
air, tahan minyakatau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan,
seperti terpeleset.
c. Faktor Peralatan
1. Kondisi Mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas
dapatditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan
pekerjaan dapatlebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera
diantisipasi dapatmenyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
2. Letak Mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin.
Fungsi manusiadalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi
adalah sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur
sehingga cukup aman dan efisien untukmelakukan pekerjaan dan mudah
(AM. Sugeng Budiono, 2003:65).

Terdapat 3 penyebab dasar kecelakaan ditempat kerja: kejadian karena ada


kemungkinan, kondisi yang tidak aman, dan tindakan yang tidak aman dari pihak
karyawan. Kejadian karena ada kemungkinan berkontribusi terhadap kecelakaan, tetapi
kurang lebih berada diluarkendali manajemen.

a) Kondisi yang Tidak Aman dan Faktor Lain yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Kondisi tidak aman adalah salah satu penyebab utama kecelakaan. Hal ini termasuk
hal-hal seperti:
1. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik;
2. Peralatan yang rusak;
3. Prosedur bahaya didalam, pada, atau disekitar mesin atau peralatan;
4. Penyimpanan yang tidak aman;
5. Penerangan yang tidak tepat;
6. Ventilasi yang tidak baik. Sayangnya, penyebab kecelakaan yang terpenting
adalah yang berhubungan dengan kondisi pekerjaan tidaklah terlalu jelas, karena
melibatkan psikologi ditempat kerja.
b) Tindakan tidak aman selanjutnya adalah dapat merusak upaya terbaik sekaligus untuk
meminimalkan kondisi yang tidak aman, tapi sayangnya tidak mudah menjawab
pertanyaan tentang apa yang menyebabkan hal tersebut. Karenanya, meskipun orang
yakin bahwa hampir semua orang yang mudah celaka adalah orang yang implusif,
sebagian pakar saat ini merasa ragu bahwa mudah celaka ini adalah universal.
3. Mencegah Kecelakaan dalam Kerja
Dalam praktiknya, pencegaham kecelakaan bermula dari 2 aktivitas dasar yaitu:
a. Mengurang Kondisi yang Tidak Aman
Mengurangi kondisi tersebut merupakan garis besar pertama seseorang
pengusaha. Para insinyur keamanan harus merancang pekerjaan untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya beban fisik. Sekali lagi, mengurangi
kondisi tidak aman dengan merancang pekerjaan dengan baik dan memiliki
manajer yang mengawasi bahaya selalu menjadi prioritas utama. Kemudian
pengendalian administratif, seperti rotasi pekerja untuk mengurangi
keterbukaan jangka panjang terhadap bahaya.
b. Mengurangi Tindakan Tidak Aman dengan Menekankan Keamanan
Berbagai hal yang harus dilakukan dalam bagian ini agar dapt mengurangi
berbagai macam kondisi yang tidak aman, yaitu:
1. Memuji karyawan;
2. Mendengarkan berbagai keluh kesah karyawan;
3. Mengunjungi daerah pabrik secara teratur;
4. Memelihara komunikasi keamanan;
5. Menghubungkan bonus manajer dengan perbaikan keamanan.
c. Mengurangi Tindakan Tidak Aman dengan Seleksi dan Penempatan
Penyaringan adalah cara lain untuk mengurangi tindakan tidak aman. Disini
tujuannya adalah untuk mengisolasi sifat (seperti keterampilan visual) yang
dapat diprediksikan kecelakaan pada pekerjaan yang bersangkutan, kemudian
menyaring kandidat berdasarkan sifatnya.
d. Mengurangi Tindakan Tidak Aman Melalui Pelatihan
Pelatihan keamanan adalah cara lain untuk mengurangi tindakan tidak aman.
Hal ini sangatlah tepat bagi karyawan baru. Selain itu juga dengan
menginstruksikan mereka dengan pengembangan perilaku mengenai sistem
keamanan. OHSA telah menerbitkan berbagai macam pelatihan (training)
kepada para pekerja baru dengan harapan mereka dapat mengerti dengan sistem
pengamanan yang ada diperusahaan.

B. Mengurangi Kondisi yang Tidak Aman Melalui Motivasi


Berbagai macam cara untuk menangguangi kondisi tidak aman khususnya dengan
berbagai macam media perangkat untuk memotivasi para pekerja dengan:
1. Keamanan berdasarkan perilaku
Berarti dengan mengidentifikasi perilaku pekerja yang berkontribusi pada kecelakaan
dan kemudian melatih pekerja untuk menghindari perilaku ini.
2. Menggunakan partisipasi karyawan
Paling tidak ada 2 alasan untuk melibatkan karyawan dalam penyusunan program
keamanan karyawan. Pertama, mereka adalah sumber ide terbaik pihak manajemen
berkaitan dengan ide tentang apa masalah potensial dan bagaimana solusinya. Kedua,
lebih mudah membuat karyawan menerima dan secara antusias mengikuti program
keamanan bila mereka berperan serta dalam penyusunannya.
3. Melakukan inspeksi, audit keamanan dan kesehatan
Selidikilah semua kecelakaan dan “nyaris celaka”. Buatlah sistem agara karyawan
dapat memberitahu manajemen tentang bahaya. Gunakan komite keamanan karyawan
dalam melakukan inspeksi tersebut.
4. Keamanan diluar gedung pabrik
5. Mengendalikan biaya konpensasi pekerja
Pada saat kecelakaan benar-benar terjadi, karyawan mungkin beralih pada asuransi
pekerja. Pengusaha untuk menutupi biaya tersebut melakukan konspensasi premium
pekerja milik pengusaha merefleksikan jumlah ukuran klaim yang dianjurkan. Oleh
karena itu, terdapat dorongan manusiawi dan keuangan untuk mengurangi tuntutan
tersebut.
a. Sebelum Kecelakaan
Waktu untuk mulai “mengendalikan” tuntutan konpensasi pekerja adalah
sebelum terjadinya kecelakaan, bukan sesudahnya
b. Setelah Kecelakaan
Kecelakaan menjadi traumatis bagi karyawan. Dan sangatlah penting
bagaimana pengusaha menangani hal ini. Karyawan akan banyak bertanya
mengenai bantuan medis dan apakah dibayar cutinya. Solusi terbaiknya adalah
pengusaha dan karyawan menjadi anggota produktif bagi perusahaan bukannya
hidup atas tunjangan perusahaan
c. Menganalisis Tuntutan
Software yang dapat menelusuri tuntutan dapat membantu pengusaha untuk
memahami apa yang memicu tuntutan konpensasi pekerja mereka. Resiko
Keselamatan di Tempat Kerja Sebagian besar resiko kesehatan ditempat kerja tidak
selalu jelas seperti peralatan yang tidak dijaga, atau lantai yang licin. Banyak resiko
berbahaya yang tidak terlihat yang dihasilkan oleh perusahaan melalui prosedur
yang menjadi bagian dari proses produksinya. Jenis tempat kerja yang dekat pada
resiko itu adalah:
1) Materi kimia dan materi beresiko bahaya lainnya;
2) Suara dan getaran yang berlebihan;
3) Suhu yang ekstrim;
4) Resiko bahaya biologis termasuk yang umum terjadi (seperti jamur) dan buatan
manusia (seperti anthrax);
5) Resiko bahaya ergonomis (seperti desain peralatan yang buruk yang mendorong
para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka dalam posisi yang tidak
natural);
6) Dan, resiko bahaya yang lebih familiar adalah seperti lantai yang licin dan jalan
keluar yang tertutup. Selain keenam resiko tersebut masih banyak masalah
keselamatan yang terjadi ditempat kerja termasuk juga seperti bahaya alkohol,
stress, depresi, burnout (kelelahan mental), dan masih banyak lagi. Solusi yang
harus ditanggulangi dalam masalah tersebut adalah dengan memperketat
perekrutan tenaga kerja, pelatihan kekerasan pada pekerja, mengorganisasikan
hukum, mempertegas kepada para pekerja yang telah melanggar peraturan
kepegawaian.
7) Sumber-Sumber Bahaya Kesehatan Tenaga Kerja
Pemahaman atas segala bentuk sumber bahaya yang timbul dari pekerjaan
yang dilakukan, terasa masih cukup awam sebagian besar pekerja di Indonesia.
Padahal, pemahaman terdapat potensi bahaya, akan membantu mencegah
terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakibat kerja. Dalam Undang-
undangNomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 9
penjelasanmengenai kondisi dan bahaya yang dapat di timbul ditempat kera
menjadikewajiban dari pengurus atau pemimpin dari tempat kerja yang
bersangkutan.Sedangkan dalam pasal 12 tenaga kerja memiliki hak untuk
menyatakan keberatanatas suatu pekerjaan bila mana syarat-syarat keselamata
dan kesehatan kerja.Ketidak pahaman tenaga kerja akan potensi bahaya yang
mereka hadapi dalambekerja dapat mempertinggi peluang terjadi kecelakaan
kerja dan penyakibatkerja.
Hal ini terjadi, sebagai akibat dari ketidak pedulian pimpinan
perusahaanmaupun tenaga kerja terhadap potensi bahaya yang akan terjadi dan
peraturan perundangan yang harus mereka pahami. Meskpun orientasi dalam
bekerjaseharusnya mengacu pada slogan Safety First dalam praktek sebagian
besar duniausaha atau industri masih berfokus pada Production First .Jika
diperhatikan dari berbagai standar mengenai sistem manajemen keselamatandan
kesehatan kerja, mengenai sumber bahaya ditempat kerja menjadi langkahawal
didalam pengembangan sistem keselamatan. Dari segala potensi sumberbahaya
inilah dapat dilakukan penilaian resiko penentuan terhadap bentuk pengendalian
yang tepat.

Berikut Sumber-Sumber Bahaya menurut Husni, yaitu :

1) Faktor fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi,getaran mekanis, tekanan udara
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauandi tempat kerja, kelembaban udara
2) Faktor kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butirankristal dan
mentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.
3) Faktor biologis, yang dapat berupa; bakteri virus, jamur, cacing danserangga, tumbuh-
tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungankerja.
4) Faktor faal, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktukerja, peralatan
yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang senantiasa berdiri atau
duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,beban kerja yang melampaui batas
kemampuan.
5) Faktor psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai
dengan kemampuan, suasana kerja yang idak menyenangkan,pikiran yang senantiasa
tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai, pekerjaan yang
cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.
6) Pelaksanaan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bekerja yang aman adalah bekerja yang selalu waspada dan mengikuti prosedur kerja
yang berlaku di kantor, sebelum bekerja, saat bekerja dan setelah bekerja. Menurut
Sutrisno (2006:49) cara bekerja dengan aman dan sehat adalah sebagai berikut:
a. Mengkondisikan Pekerjaan
Pembagian tugas dan tanggung jawab serta wewenang yang jelas. Menurut
Soedjono (1985) menjelaskan bahwa urutan pertanggungjawaban keselamatan kerja
diawali dari pimpinan memberikan latihan pada suatu bagan untuk menjadi regu
keamanan, bagian keamanan bertanggungjawab untuk memberikan pengarahan
mengenai pengamanan dan pemeliharaan, instruktur memberi instruksi untuk bekerja
dengan aman dan melapor bila terjadi peristiwa kecelakaan serta karyawan
bertanggung jawab untuk selalu waspada saat bekerja dan menaati peraturan dan
instruksi untuk bekerja dengan aman dan benar.
b. Peraturan kerja yang fleksibel
c. Penghargaan atas hak dan kewajiban pekerja selalu diberikan
d. Menjalin hubungan sosial yang baik antara perusahaan dengan masyarakat setempat
e. Adanya ruang kerja yang memenuhi standar SSLK(syarat – syarat lingkungan kerja)
seperti berikut :
1) Tempat kerja harus steril dari debu, kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran
mesin dan peralatan bising lainnya.
2) Tempat kerja aman dari sengatan arus listrik.
3) Lampu penerangan cukup memadai. Menurut C. Littlefield dan Peterson dalam
Moekijat (2002:136) menyebutkan bahwa dengan adanya lampu penerangan yang
baik dapat meningkatkan produktivitas, kualitas bekerja yang lebih baik,
mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah serta semangat kerja
karyawan yang lebih baik.
4) Ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang
5) Adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.
a. Prosedur Kerja
1. Setiap karyawan wajib hadir dan pulang tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
2. Setiap karyawan wajib mengisi daftar presensi.
3. Setiap karyawan wajib mengikuti dan memenuhi seluruh instruksi yang diberikan
oleh atasan atau pimpinan perusahaan yang berwenang memberikan instruksi.
4. Setiap karyawan wajib melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan
kepadanya oleh perusahaan.
5. Setiap karyawan wajib menjaga dan memelihara dengan baik semua milik
perusahaan agar segera melaporkan kepada atasan atau pimpinan apabila
mengetahui hal – hal yang menimbulkan bahaya.
6. Setiap karyawan wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan
kepada siapa pun terhadap apa yang diketahui mengenai perusahaan.
7. Setiap karyawan wajib melaporkan kepada pimpinan perusahaan apabila ada
perubahan atas status dirinya misalnya susunan keluarga atau perubahan alamat.
8. Setiap karyawan wajib memeriksa semua alat – alat kerja, mesin – mesin dan
sebagaianya sebelum memulai bekerja atau akan meninggalkan pekerjaan sehingga
benar – benar tidak akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang mengganggu.
9. Setiap karyawan dilarang membawa, menggunakan barang/alat milik perusahaan
keluar dari lingkungan perusahaan tanpa izin pimpinan perusahaan yang
berwenang.
10. Setiap karyawan dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak
diperkenankan memasuki ruangan lain yang bukan bagiannya kecuali atas
perintah/ izin pimpinan.
11. Setiap karyawan dilarang menjual/ memperdagangkan barang –barang apa pun
atau menempelkan poster yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan tanpa
izin pimpinan perusahaan.
12. Setiap karyawan dilarang minum – minuman keras, mabuk, menyimpan dan
menyalahgunakan obat terlarang, melakukan penjudian, pertengkaran dan
berkelahi dengan sesama karyawan/pimpinan di dalam lingkungan perusahaan.
13. Setiap karyawan dilarang membawa senjata api atau senjata tajam ke dalam
lingkungan perusahaan.
14. Setiap karyawan dilarang melakukan tindak asusila.
b. Pemeliharaan Kesehatan Karyawan
1. Makan makanan bergizi.
2. Berolahraga yang teratur.
3. Istirahat/ tidur yang cukup.
Menurut Ibrahim (2010:12) banyak faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja agar pelaksanaan program keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Dan berikut adalah faktor – faktor pelaksanaan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja :

1. Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan dan
diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka
kerjakan, baik yang beresiko maupun yang tidak. Menurut Shafiqah dalam Ibrahim
(2010:12) menjelaskan bahwa jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat para
tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat
memperkecil bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan penyakit kerja.
2. Pelatihan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar karyawan dapat memahami
dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifikasi potensi
bahaya ditempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan –
bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri,
serta melakukan pencegahan dan pemadam kebakaran (Putut Hargiyanto, 2010).
3. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya.
Menurut Sumakmur (1985:296) aneka alat – alat perlindungan diri adalah sebagai
berikut :
a. Kaca mata
b. Sepatu Pengaman
c. Sarung Tangan
d. Topi Pengaman
e. Perlindungan telinga
f. Perlindungan paru – paru
4. Beban Kerja
Menurut Adil dalam Ibrahim (2010:12) menjelaskan bahwa beban kerja adalah
sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang
jabatan dalam jangka waktu tertentu.
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam
dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari
kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam
dalam satu minggu. (Ibrahim, 2010:12) Dari beberapa pendapat mengenai pelaksanaan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja dapat disimpulkan bahwa agar dapat bekerja
dengan selamat perlu adanya pelatihan sebelum bekerja agar karyawan dapat berperilaku
yang aman dan mampu mengidentifikasi potensi bahaya serta melakukan pencegahannya
terhadap bahaya ditempat kerja. Penggunaan peralatan dan perlengkapan dengan cara
yang benar serta menggunakan pelindung diri. Selain itu juga harus memperhatikan apa
yang dikerjakan, bersikap tenang dan tidak terburu – buru serta menghindari sikap
ceroboh.
6. Manfaat Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Robiana Modjo dalam Ibrahim (2010:8) menyebutkan manfaat penerapan
program keselamatanan kesehatan kerja diperusahaan adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan resiko kecelakaaan dan penyakit kerja dalam
tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit
akibat kerja pun juga semakin berkurang.
b. Pengurangan biaya klaim kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan benar – benar memperhatikan
kesehatan dan keselamtan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera
atau sakit akbiat kerja adalah kecil sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim
pengobatan/ kesehatan dari mereka.
c. Pengurangan turnover pekerja
Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja
mengirim pesan yang jelas pada pekerja dan memperhatikan kesejahteraan mereka,
sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak ingin
keluar dari pekerjaanya.
7. Peningkatan Produktivitas
Program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas
kerja. (Ibrahim, 2010: 8-9) Menurut Sumakmur (1985:4) keselamatan kerja dapat
membantu peningkatan produktivitas. Sedangkan Soedjono (1985:9) menjelaskan bahwa
manfaat pelaksanaan keselamatan kerja dapat meningkatkan produktivitas karena
menurunnya jumlah hari kerja yang hilang serta meningkatkan kualitas pekerja. Kerugian
Tidak Melaksanakan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Menurut Sumakmur
(1985:5) kerugian yang disebabkan kecelakaan kerja adalah : 1) kerusakan, 2) kekacauan
organisasi, 3) keluhan dan kesedihan, 4) kelainan dan cacat serta kematian. Sedangkan
menurut Soepono (1986) kesehatan dan keselamatan kerja yang tidak dilaksanakan
dengan baik dapat menyebabkan kelelahan jasmani karyawan sehingga prestasi kerja
menurun. Albert Hutapea (1994:165) menjelaskan bahwa bekerja melewati batas
kesanggupan terlalu keras dan lama serta kurang istirahat dapat menimbulkan 4 L yaitu
lesu, letih, lelah dan lemah. Hal tersebut dapat menurunkan prestasi kerja dan
produktivitas kerja. Selain 4 L juga dapat menyebabkan stress, sakit kepala, sakit
punggung, insomnia, maag, dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Stress biasanya
berkaitan dengan kecemasan misalnya terancam di PHK, tidak punya cukup uang untuk
bayar tagihan, suasana kantor yang sering menimbulkan stress berupa deringan telepon,
macetnya komputer, keputusan penting yang harus di buat, jadwal kerja yang padat,
persoalan pribadi serta kelelahan akibat kegiatan mental yang selalu disertai dengan
frustasi dan rasa takut. Eko Nurmianto (2008:314) menyatakan bahwa suasana kantor
yang kurang memperhatikan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja dapat
menimbulkan beberapa stress yaitu: 1) stress emosional, 2) stress fisik, 3) stress
lingkungan, 4) stress asap rokok, 5) stress hormonal, 6) stress tanggungjawab, dan 7)
stress alergi.
8. Pentingnya Pelaksanaan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Perkantoran
Keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja penting dilaksanakan di perkantoran
karena dengan melaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan akan
merasa aman, nyaman dan terlindungi keselamatannya dalam bekerja. Kenyamanan
dalam bekerja akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Karyawan yang mengalami
kecelakaan dalam bekerja atau kondisi kesehatannya kurang baik tidak dapat melakukan
pekerjaan dengan lancar. Hal tersebut membuat produktivitas kerja menurun. Kesehatan
dan keselamatan karyawan penting dalam mendukung peningkatan mutu kerja karyawan.
Adapun proses pelaksanaan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai
berikut :
1) Mengkondisikan Pekerjaan
a. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Pimpinan bertanggung jawab
memberikan pengarahan tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada
karyawannya. Mendidik para karyawan dalam hal keamanan, memberlakukan
larangan-larangan keras, memasang poster untuk selalu mengingatkan tentang
keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja. Sedangkan karyawan bertanggu jawab
untuk selalu waspada saat bekerja dan menaati peraturan atau arahan dari pimpinan
untuk bekerja dengan aman dan benar.
b. Peraturan kerja yang fleksibel. Peraturan kerja yang fleksibel adalah peraturan yang
tidak kaku menyesuaikan keadaan, tempat dan waktu yang tepat. Dengan peraturan
kerja yang fleksibel tentunya membuat karyawan tidak tertekan dalam bekerja tetapi
tetap disiplin.
c. Penghargaan atas hak dan kewajiban karyawan selalu diberikan. Pimpinan
memberikan perhatian penuh kepada karyawan dalam melaksanakan kewajiban
untuk bekerja dengan baik dan pemberian hak sesuai dengan hasil kerja yang telah
dilakukan. Hak yang dimksud adalah gaji atau uang maupun jaminan kesejahteraan
karyawan.
d. Menjalin hubungan sosial yang baik antara kantor dengan masyarakat sekitar.
Dengan menjalin hubungan yang baik antara kantor dan masyarakat sekitar
diharapkan mampu tercipta kerukunan dan kerjasama yang baik antara kantor
dengan masyarakat, masyarakat akan merasa dianggap dan dilibatkan untuk ikut
serta berperan aktif dalam mendukung program – program kantor.
e. Membuat kondisi kerja yang aman dengan membeli dan mempergunakan mesin –
mesin yang dilengkapi alat – alat pengaman, menggunakan peralatan yang lebih
baik, mengatur susunan ruang tempat kerja sebaik mungkin dan pemeliharaan
fasilitas tempat kerja yang baik.
f. Tersedianya ruang kerja yang memenuhi standar syarat – syarat lingkungan kerja
sebagai berikut :
a) Tempat kerja bersih dari debu, kotoran dan asap rokok, getaran mesin dan
peralatan bising.
Tempat kerja yang bersih dari debu, kotoran, gas, dan asap rokokdapat
menciptakan kondisi tempat kerja yang sehat dan nyaman,bebas dari polusi udara
dan gangguan pernafasan. Hal tersebut dapat meningkatkan semangat dalam
bekerja. Sedangkan getaran mesin dan kebisingan dapat mempengaruhi
konsentrasi karyawan dalam bekerja.
b) Tempat kerja aman dari sengatan arus listrik. Teknisi perkantoran harus selalu
meneliti dan memelihara keamanan jalur kabel listrik dengan menggunakan kabel
standar dari PLN. Usaha tersebut untuk mencegah adanya hubungan arus pendek
yang menimbulkan panas atau bunga api yang dapat menyebabkan kebakaran
kecelakaan akibat sengatan arus listrik.
c) Lampu penerangan cukup memadai. Penerangan yang memadai perlu bagi
pencegahan kecelakaan, ditempat – tempat dengan bahaya tertumbuk dan terjatuh,
di jalan – jalan untuk lewat, di tangga – tangga, di daerah mesin – mesin
khususnya di ruang kerja. Lampu penerangan yang baik dapat meningkatkan
produktivitas, kualitas bekerja yang lebih baik, mengurangi ketegangan dan
kelelahan mata serta semangat kerja karyawan yang lebih baik.
d) Ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang, Adanya ventilasi dapat membantu
untuk menyeimbangkan keluar masuknya udara. Udara segar yang terus menerus
melewati kantor dapat mengurangi keletihan dalam bekerja.
e) Adanya aturan kerja dan aturan keprilakuan., Adanya aturan kerja atau tata tertib
kerja dapat membantu terlaksananya disiplin kerja karyawan yang baik. Adanya
aturan keprilakuan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang harmonis dan
menyenangkan. Aturan keprilakuan meliputi sopan santun ketika bekerja,
berperilaku saling menghargai baik antara sesama karyawan maupun karyawan
dengan pimpinan.
9. Dampak Pentingnya Pelaksanaan Keamanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
terhadap Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil kerja (output) dan usaha
yang dipergunakan (input). Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia
mampu menghasilkan jumlah produk pekerjaannya yang lebih banyak dibandingkan
dengan karyawan lain dalam waktu yang sama. Untuk mencapai produktivitas dalam
bekerja dibutuhkan kondisi jasmani dan rohani yang sehat dari diri karyawan serta
kondisi tempat kerja yang aman dan nyaman. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan
melaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Dengan melaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja akan dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di kantor,
sehingga alasan karyawan untuk tidak masuk bekerja karena cedera atau sakit semakin
berkurang. Karyawan yang bekerja pada kantor yang benar – benar memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cidera
atau sakit akibat kerja adalah kecil sehingga penuntutan biaya pengobatan untuk
kesehatan mereka juga kecil. Adanya keselamatan kerja yang tinggi juga akan tercipta
kondisi – kondisi yang mendukung kenyamanan serta semangat dalam bekerja.
Keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dengan partisipasi
pimpinan dan karyawan akan menciptakan kondisi aman dalam bekerja sehingga
membantu terjalinnya hubungan karyawan dengan pimpinan. Hal tersebut sangat
membantu kelancaran kerja dan peningkatan kerja karyawan.
Pelaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja dapat menciptakan kondisi
tempat kerja yang tenang dan menyenangkan. Sebagai contoh penerangan yang cukup
memadai, tempat kerja yang bebas dari kebisingan, penggunaan alat dengan cara yang
benar sehingga meminimalisir kelelahan dalam bekerja. Hal tersebut mendukung
karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cermat dan teliti, fokus dengan apa
yang dikerjakan serta dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas. Pelaksanaan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja diharapkan dapat memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis serta terhindar
dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh tempat kerja. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja secara fisik adalah jaminan terhadap kondisi kesehatan diri karyawan.
Sebagai contoh, seorang karyawan bekerja diruangan yang bebas dari polusi udara,
karyawan tersebut terhindar dari gangguan pernafasan sehingga kesehatannya terjamin.
Jaminan keselamatan dan kesehatan secara sosial adalah jaminan terhadap kondisi
sosial hubungan karyawan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja di jelaskan bahwa di kantor, antara karyawan
satu dengan karyawan lainnya dilarang melakukan perkelahian. Hal tersebut dilakukan
agar tercipta keharmonisan serta kerjasama yang baik di tempat kerja. Jaminan
keselamatan dan kesehatan secara psikologis adalah jaminan terhadap kondisi kejiwaan
dari karyawan itu sendiri. Kondisi psikologis ini dapat dipengaruhi oleh beban kerja yang
berlebihan, stress akibat kerja atau adanya permasalahan pribadi karyawan. Sedangkan
jaminan terhindar dari gangguan di tempat kerja adalah jaminan terhindar dari keadaan
lingkungan kerja yang tidak aman seperti gedung tinggi dan instalasi listrik yang tidak
teratur.
Dengan adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja yang telah diuraikan
tersebut, maka karyawan akan merasa aman dan terlindungi serta semangat dalam bekerja
untuk selalu meningkatkan hasil kerja. Jaminan atas kesehatan dan keselamatan yang
tinggi dapat membantu karyawan dalam penyelesaian pekerjaan. Sehingga karyawan
tidak menunda- nunda dalam menyelesaikan pekerjaan. Pelaksanaan keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja juga sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan
peralatan kerja serta mesin dengan optimal, hal tersebut dapat membantu karyawan dalam
mempercepat penyelesaian pekerjaan dibantu dengan peralatan mesin sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target waktu yang telah di tetapkan kantor.
Dampak dari pentingnya pelaksanaan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah
terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja dari karyawan sehingga
karyawan akan merasa aman dan nyaman dalam bekerja, merasa tenang dan diperhatikan
kesejahteraannya.
Hal tersebut akan meningkatkan semangat karyawan dalam bekerja, penyelesaian
pekerjaan dengan penuh kecermatan dan ketelitian sehingga karyawan dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan lancar, tuntas, tidak perlu menunda – nunda pekerjaan
dan hasilnya memuaskan. Selain itu jumlah pekerjaan yang dilakukan karyawan dapat
sesuai dengan standar yang di tetapkan kantor, hasil kerja dari karyawan juga selalu
meningkat. Karyawan tentunya dalam menyelesaikan pekerjaan dapat sesuai dengan
target waktu di perkantoran. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap
produktivitas kerja. Semakin baik tingkat keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
semakin baik pula produktivitas kerja karyawan di perkantoran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah keselamatan
yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya.
Keselamatan Kerja Adalah Segala upaya untuk mengurangi Kemungkinan Terjadinya
kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja adalah Tindakan aktif setiap
orang untuk menjaga keselamatan dirinya dari hal-hal yang tidak diiginkan. Keselamatan
kerja adalah system perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang dapat
menyebabkan kecelakaan. Keselamatan Kerja adalah tindakan preventif terhadap
kecelakaan yang dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab diri saat bekerja. Tujuan dari
keselamatan kerja adalah untuk menjamin keselamatan pekerja dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja dan agar sumber
produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan – penjelasan yang telah diuraikan di
dalam pembahasan antara lain sebagai berikut : Pentingnya pelaksanaan keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja di perkantoran adalah dengan melaksanakan keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja karyawan akan merasa aman, nyaman dan terlindungi
keselamatannya dalam bekerja serta untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dengan
mentaati peraturan dan ketentuan kerja yang berlaku di perkantoran. Dampak dari
pentingnya pelaksanaan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja di perkantoran
adalah terjaminnya kesehatan dan keselamatan kerja sehingga karyawan akan merasa
aman dan nyaman dalam bekerja, merasa tenang dan diperhatikan kesejahteraannya. Hal
tersebut akan meningkatkan semangat karyawan dalam bekerja, penyelesaian pekerjaan
dengan penuh kecermatan dan ketelitian sehingga karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan lancar, tuntas, tidak perlu menunda – nunda pekerjaan dan hasilnya
memuaskan. Semakin baik tingkat keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja semakin
baik pula produktivitas kerja karyawan di perkantoran. konsekuensi di perkantoran yang
melaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah 1) pengeluaran biaya
menjadi lebih besar, 2) perlu adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses
pelaksanaan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja agar lebih aman dan nyaman
dalam bekerja dan 3) perlu adanya aturan agar terjadi keselarasan antara aturan kerja di
kantor dengan aturan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran
Sebaiknya perkantoran melaksanakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan dengan memperhatikan peraturan kerja atau tata tertib bekerja yang aman agar
terhindar dari kecelakaan kerja dan mendukung tercapainya kondisi karyawan yang sehat
baik jasmani maupun rohani. Tercapainya suasana kantor yang kondusif dan
menyenangkan. Sebaiknya perkantoran melaksanakan keamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja agar kesehatan kerja karyawan baik secara fisik, sosial dan psikologis
terjamin untuk meningkatkan semangat bekerja sehingga mendukung produktivitas kerja
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT.Azmi, R. 2008.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaOleh P2K3 Untuk


Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Tahun 2008
.Skripsi FKM USU. Medan.Centre Tahun 2011Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Depnaker – UNDP – ILO
INS/84/012.
Bahan Training Keselamatan KerjaPenanggulangan Kebakaran. Jakarta, 1987.Fatmawati, R.
2009. Audit Keselamatan Kebakaran di Gedung PT. X Jakarta Tahun2009:
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hasibuan,Malayu S.P, 2003,
Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi , BumiAksksara, Jakarta Heinrich:H.W
1931. Industrial Accident Prevention
Mc Graw Hill Book company:New York.Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi .Jakarta:Rajawali Pers.Iswara, Ifan. Analisis Risiko
Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan Medical
.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas IndonesiaKeputusan Menteri Pekerjaan
Umum RI No. 10/KPTS/2000, Ketentuan TeknisPengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Gedung dan Lingkungan, Jakarta.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta : PT Pustaka Binaman Manusia
Menghadapi Abad ke-21 Jakarta: Erlangga.Mathis, dan Jackson, 2002,
Manajemen Sumber Daya Manusia , Edisi pertama,Cetakan Pertama, Yogyakarta : Salemba
Empat Pressindo National Fire Protection Association (NFPA) 10, Standard for Portable Fire
Extinguishers USA, 1998. National Fire Protection Association (NFPA) 13,
Installation of Sprinkler Systems.USA, 1999. National Fire Protection Association (NFPA)
72 National Fire Alarm Code. USA,2002.

Anda mungkin juga menyukai