Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah K3

Dosen pembimbing : Sri Hazanah,S.ST,,SKM,MPH

Disusun oleh:

1. EMIL DWI RAHAYU


2. FITRIYANA
3. VERA DWI TAMARA

Tingkat 3 Keperawatan

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Balikpapan, 14 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 4

A. Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .......................................... 4


B. Trend Dan Isu Kesehatan Kerja Yang Menurunkan Produktivitas Kerja ........ 5
C. Angka Kejadian Kecelakaan Di Tempat Kerja ................................................ 6
D. Dampak Positif Dan Negatif Dalam Kesehatan Kerja ..................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang
buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan
atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

1
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam


bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ?

2. Apakah yang dimaksud Trend Dan Isu Kesehatan Kerja Yang Menurunkan
Produktivitas Kerja ?

3. Apakah yang dimaksud Angka Kejadian Kecelakaan Di Tempat Kerja ?

4. Apakah yang dimaksud Dampak Positif Dan Negatif Dalam Kesehatan Kerja ?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

2. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud Trend Dan Isu Kesehatan Kerja Yang
Menurunkan Produktivitas Kerja

3. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud Angka Kejadian Kecelakaan Di Tempat


Kerja

4. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud Dampak Positif Dan Negatif Dalam
Kesehatan Kerja

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trend Dan Isu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-
nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan


perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

4
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan,
sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan
upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat,
meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu
pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

B. Trend Dan Isu Kesehatan Kerja Yang Menurunkan Produktivitas Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan


resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal
dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

a) Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum


memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.
Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian

5
besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai
banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering
mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

b) Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis


beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.

c) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi


kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease
& Work Related Diseases).

C. Angka Kejadian Kecelakaan Di Tempat Kerja

Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke


tahun.Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
khususnya di lingkungan industri. Menurut International Labour Organization (ILO)
setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan
akibat hubungan pekerjaan Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan
dan sisanya adalah kematian akibat penyakit akibat hubungan pekerjaan. Data dari
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) menunjukkan bahwa
kecenderungan kejadian kecelakaan kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456
kasus.

Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5% diantaranya (5.476 tenaga kerja) mendapat
cacat permanen. Ini berarti setiap hari kerja ada 39 orang pekerja yang mendapat cacat

6
baru atau rata-rata 17 orang meninggal karena kecelakaan kerja . Kecelakaan industri
secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe
human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions). Beberapa hasil penelitian
menunjukkkan bahwa faktor manusia memegang pernanan penting timbulnya
kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelkaan keja
disebebkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia . Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 5 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa
upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan
program perlindungan tenaga kerja.

faktor risiko karakteristik pekerja industri yang mempunyai faktor risiko yang
bermakna (p<0,05) adalah jenis kelamin dan aktifitas fisik pada saat bekerja. Pekerja
laki-laki mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 3,25 (CI 95%: 2,29 – 4,62) kali
dibandingkan dengan pekerja perempuan. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki
menempati mayoritas pekerja di bagian produksi di jenis industri berat atau
menggunakan alat-alat yang besar dan berbahaya. Sedangkan pekerja dengan aktifitas
fisik katagori sedang selama bekerja berisiko 2,08 kali (95% CI: 1,48 – 2,92) mengalami
kecelakaan kerja dibandingkan pekerja dengan aktifitas ringan. Hal ini disebabkan
pekerja dengan aktifitas sedang akan lebih cepat mengalami kelelahan secara fisik
dibandingkan dengan aktifitas ringan sehingga bisa mengurangi stamina dan konsentrasi
pekerja. Kondisi fisik dan psikis pekerja berhubungan dengan kejadian kecelakaan.
Pekerja industri yang mengalami distres mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja
1,36 kali (95% CI: 1,03 – 1,80) dibandingkan dengan pekerja yang sehat secara psikis.
Sedangkan pekerja yang mempunyai keluhan sering nyeri juga berisiko 1,5 kali (95%
CI: 1,13 – 1,98) mengalami celaka dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
keluhan nyeri. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa pekerja yang mempunyai kondisi
baik fisik maupun psikis yang tidak sehat leboh berisiko tinggi untuk mengalami
kecelakaan kerja. Pekerja di bagian produksi di suatu jenis industri diwajibkan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai alat untuk pelindung kerja disesuiakan
dnegan jenis pekerjaannya. Hubungan pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan
kerja.

7
Kecelakaan kerja pada pekerja industri ternyata justru terjadi pada pekerja yang
mengunakan APD saat terjadi kecelakaan. Pekerja yang menggunakan APD berisiko
2,20 kali (95% CI: 1,59 – 3,05) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan
pekerja yang tidak memakai APD. Beberapa kasus menunjukkan bahwa menggunakan
sarung tangan justru membuat pekerja tidak merasa nyaman atau mengganggu aktifitas
kerja sehingga justru membahayakan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang APD
disesuaikan dengan jenis pekerjaan sehingga APD tersebut benar-benar bisa
melindungi.

D. Dampak Positif Dan Negatif Dalam Kesehatan Kerja

a. Dampak Positif
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.

2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

b. Dampak Negatif

1. Dampak Terhadap Karyawan


a. Kecelakaan dapat mengakibatkan kesakitan atau cedera bahkan dapat
mengakibatkan cacat tetap atau kematian.
b. Karyawan akan kehilangan waktu kerja karena harus menjalani perawatan baik
oleh perawat / paramedis perusahaan ataupun oleh dokter rumah sakit.
c. Karyawan akan berkurang penghasilannya akibat kehilangan waktu kerja untuk
menjalani perawatan,bahkan mungkin pemecatan akan menimpa dirinya.
2. Dampak Terhadap Keluarga Karyawan
a. Kesedihan, keluarga karyawan akan mengalami kesedihan jika ada salah satu
anggota keluarganya yang mengalami kecelakaan karena secara tidak langsung
ikut merasakan penderitaan yang dialami keluarganya.
b. Jika penghasilan karyawan berkurang sudah tentu pemasukan untuk
keluarganya juga akan terhambat atau berkurang sehingga tidak dapat memenuhi
semua kebutuhan hidupnya.

8
c. Jika Kecelakaan yang dialami oleh karyawan mengakibatkan cacat atau bahkan
kematian maka masa depan anggota keluarganya pun tidak menentu karena tidak
ada lagi yang akan membiayai atau mencukupi kebutuhannya.
d. Akan menjadi beban keluarga , bukan sebagai kepala keluarga atau sebagai
anggota keluarga yang harusnya memberi nafkah.
3. Dampak Terhadap Perusahaan
a. Perusahaan akan kehilangan tenaga kerja yang sudah terlatih dan mempunyai
keterampilan.
b. Kehilangan uang untuk biaya kecelakaan baik korban atau unit kerja yang
rusak akibat kecelakaan.
c. Kerugian produksi, tentunya produksi akan terganggu akibat terjadinya
kecelakaan.
Jadi, setelah memahami dampak dari kecelakaan maka sudah seharusnya
kita bekerja dengan penuh hati-hati, dengan mengikuti petunjuk-petunjuk
keselamatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Karena keselamatan
merupakan jaminan masa depan cerah bagi keluarga.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif
terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat. Masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah yang kami buat. Kritik dan saran sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Kami ucapkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rivai,H. Veithzal., dan Ella Jauvani Sagala, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
perusahaan, Edisi Kedua, (Jakarta: Rajawali Pers).

WHO. International Statistical Classification of Diseases and Health Related Problems (The)
ICD10. Second Edition. English. 2005.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
http://ronawajah.wordpress.com/2007/09/07/keselamatan-dan-kesehatan-kerja

http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-kerja

http://razihandoyo.blogspot.com/2012/11/tulisan-mengenai-kesehatan-kerja-di.html

11

Anda mungkin juga menyukai