Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“HAZARD KIMIA DI RUMAH SAKIT”


Dosen Pengampu :
Ratih Kusuma Dewi, S.kep.,Ns.,M.Biomed

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Haikal Asa Muammar 2011604086 9. Wulandari 2011604094


2. Devi Anggita Cahyani 2011604087 10. Nayla Ulfah 2011604095
3. Muhammad Rizqullah 2011604088 11. Quiena Rumaysa 2011604096
4. Agya Dhia Pratama 2011604089 12. Elsa Aulya Pratiwi 2011604097
5. Ayu Astari 2011604090 13. Hajutri Prehatin 2011604098
6. Siti Rahmawati B. Poku 2011604091 14. Desi Aprilianti 2011604099
7. Faradillah 201160492 15. Nurul Qalbi Syahrul 2011604100
8. Kurnia Dwi Ramadan 2011604093

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPANAN


KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan atau industri berkewajiban untuk menaruh perhatian yang baik
terhadap permasalahan K3 dan setiap karyawan yang bekerja diperusahaantersebut
keselamatan dan kesehatannya telah dijamin sesuai dengan jenis dan bentuk pekerjaan yang
dilakukan. Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitumemberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungandengan lingkungan
kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalahmenciptakan kerja yang tidak
saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman sertameningkatkan kesejahteraan dan produktivitas
kerja. Aspek dasar perlindungan adalah manajemen risiko kesehatan, pendidikan dan
pelatihan, pertolongan dan pengobatan

Hazard adalah suatu kondisi atau tindakan atau potensi yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap manusia, harta benda, proses, maupun lingkungan. Hazard ini akan tetap
menjadi bahaya tanpa menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi
accident bila tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang
keluar dari mesin pesawat tidak akan menimbulkan kecelakaan jika kita tidak
menyentuhnya. Proses kontak antara bahaya dengan manusia ini dapat terjadi melalui tiga
mekanisme, yaitu: manusia yang menghampiri bahaya, bahaya yang menghampiri manusia
melalui proses alamiah, serta manusia dan bahaya saling menghampiri. Hazard dapat
diklasifikasikan atas Primary Hazards dan Secondary Hazards. Primary Hazards contohnya
seperti hazard fisik, hazard kimia, hazard biologi, hazard psikososial, dan hazard ergonomi.
Klasifikasi bahaya primer (primary hazards) menurut jenisnya tersebut membawa juga
pengertian mengenai sumber bahaya terbagi atas manusia, peralatan, material/ bahan, dan
lingkungan tempat berlangsungnya pekerjaan yang kurang memadai. Dari berbagai macam
jenis potensi bahaya salah satunya yaitu potensi bahaya kimia. Bahan kimia yang ada
disekitar pekerja pada dasarnya merupakan sebuah potensi bahaya. Hazard kimia adalah
potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik kimia yang dimiliki bahan
tersebut. Hazard kimia ini sangat berbahaya jika kita tidak mengetahuinya secara detail
seperi apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya penanganan yang intensif terhadap potensi
bahaya ini. Bahan-bahan tersebut mempunyai resiko untuk mengganggu kesehatan pekerja.
Banyak penyakit salah satunya keracunsan dan kanker yang sering terjadi akibat paparan zat
kimia yang berlebihan pada pekerja.

1.2 Tujuan

1. Mendeskripsi pengertian dan fungsi Hazard K3


2. Mengetahui tentang Hazard kimia dirumah sakit.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Hazard.
4. Mengetahui manajemen risiko tentang Hazard kimia.
5. Memperluas pengetahuan tentang mengurangi risiko Hazard.
1.4 Manfaat

1. Dapat memahami tentang hazard kimia di rumah sakit dan pengendaliannya


2. Dapat dijadikan bahan untuk belajar mengenai bahaya kimia yang ada di lingkungan
kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hazard

Bahaya ( hazard ) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pada barang
ataupun suatu kegiatan maupun kondisi), misalnya pestisida yang ada pada sayuran ataupun
panas yang keluar dari mesin pesawat. Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa dampak/
konsekuensi atau berkembang menjadi kecelakaan bila tidak ada kontak ( paparan) dengan
manusia. Sebagai contoh, panas yang keluar dari mesin pesawat tidak akan menimbulkan
kecelakaan jika kita tidak menyentuhnya. Proses kontak antara bahaya dengan manusia ini
dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Manusia yang menghadapi bahaya.
2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alami.
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri

2.2 Macam-macam Hazard

1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan biasa terjadi di tempat kerja. Hal ini
termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cidera, penyakit, cacat fisik,
maupun kematian.
2. Bahaya Bahan Kimi
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan manusia.
3. Bahaya Biologi
Bahaya biologis adalah bahaya yang berasal dari unsur-unsur biologi seperti flora dan
fauna yang ada di lingkungan kerja maupun dari aktivitas kerja.
4. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi adalah potensi bahaya yang diakibatkan dari ketidaksesuaian desain
lingkungan kerja dengan pekerja.
5. Bahaya Psikologi
Bahaya Psikologis adalah potensi bahaya yang berkaitan dengan aspek sosial psikologi
maupun organiasi di lingkungan kerja yang dapat memberikan dampak terhadap fisik
dan mental pekerja.
2.3 Pengertian Hazerd Kimia
Hazard Kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik kimia
yang dimilki bahan tersebut. Hazard Kimia ini sangat berbahaya jika tidak mengetahuinya
secara detail seperti apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya penanganan yang intensif
terhadap potensi bahaya ini. Bahan bahan tersebut mempunyai resiko untuk menggangu
Kesehatan perkerja. Banyak penyakit salah satunya keracunan dan kanker yang sering terjadi
akibat paparan zat kimia yang berlebihan pada pekerja.
Pengertian B3 atau bahan berbahaya dan beracun menurut OSHA (Occupational Safety
and Helty of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia manapun
kondisi fisiknyaberpotensi menyebabkan gangguan pada Kesehatan manusia, kerusakan
property dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
mebahayakan lingkungan hiudp, Kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Salah satu praturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor
74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam pP ini, B3
diklasifikasikan menjai: Mudah meledak (explosive), Pengoksidasi (oxidizing), Sangat
mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly flammable),
mudah menyala (flammable), Amat sangat beracun (extremely toxic); Sangat beracun
(highlytoxic) ; Beracun (moderately toxic), Berbahaya (harmful), Korosif (corrosive),
Bersifat iritasi (irritant), Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment),
Karsinogenik (carcinogemic), Teratogenik (teratogenic), dan Mutegenik (mutagenic).

2.4 Resiko dan Hazard Kimia di RS


Risiko bahaya di rumah sakit tidak semuanya terlihat kalau tidak dikenalnya, terutama
resiko bahaya biologi, karena keberadaan micro organisme patogen tidaklah terlihat
seperti resiko bahaya fisik atau kimia. Akan tetapi dampak dari risiko bahaya biologi di
rumah sakit jika tidak dikendalikan, maka dapat berdampak serius baik terhadap
kesehatan maupun terhadap keselamatan pekerja dan pengunjung serta masyarakat
disekitar rumah sakit, begitupun dengan risiko bahaya kimia, fisika, ergonomis, dan
sebagainya. Bahaya kimia di rumah sakit sangat berpotensi, karena rumah sakit, obatan,
lekat dengan mesin-mesin yang memakai zat-zat kimia. Zat kimia dapat dikatakan
potensi bahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada pernapasa. Adapun jalur
pernapasan yang dapat rusak dikarenakan menghidup zat kimia, antara lain kulit
(absorpsi kulit), absorpsi melalui paru-paru (inhalasi), absorpsi melalui saluran
pencernaan

Upaya pengendalian risiko bahaya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada


seluruh pekerja rumah sakit tentang risiko bahaya tersebut sehingga para pekerja mampu
mengenal risiko bahaya tersebut. Dengan mengenal risiko bahaya diharapkan pekerja
mampu mengidentifikasi risiko bahaya yang ada disatuan kerjanya dan mengetahui upaya
pengendalian risiko bahaya yang sudah dilakukan oleh rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap sistem pengendalian risiko bahaya yang sudah
dilakukan. Adapun hazard bahaya yang berpotensi cukup tinggi di rumah sakit, yaitu
hazard kimia. Hazard kimia ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan
beracun. Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan standar, penyiapan
MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data keselamatan bahan, penyiapan
P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Selain itu pembuangan limbah B3
cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL). Hazard kimia, berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang
sangat luas dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti
kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal atau cacat fungsi paru. Hal tersebut sangat
berisiko terhadap kesehatan sang pekerja, dan orang yang berada di sekitarnya.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja :


a) Tindakan Tidak Aman
Tindakan yang tidak sesuai dengan standar yang telah di tentukan. Kecelakaan
kerja disebabkan oleh tindakan yang tidak aman dalam bekerja atau karena
kesalahan manusia. Ada banyak penyebab dari tindakan kerja yang tidak aman,
antara lain lemahnya pengawasan, tidak adanya pemimpin, standar kerja yang
kurang baik atau kelemahan dalam fungsi manajemen.
b) Kondisi Tidak Aman
Berasal dari lingkungan kerja, baik yang berasal dari alat, material, atau
lingkungan yang tidak aman dan membahayakan, contohnya lantai yang licin,
tidak tersedia alat pelindung diri, alat pelindung diri yang tidak berfungsi dengan
baik atau pencahayaan yang kurang baik pada saat bekerja.
c) Kurangnya pengetahuan pekerja tentang keadaan tempat kerja dapat berdampak
yang kurang baik terhadap pekerja itu sendiri. Kurangnya pengetahuan
disebabkan oleh kurang pengalaman, orientasi yang tidak adekuat atau pelatihan
yang kurang dipahami.
d) Ketrampilan
Keterampilan pekerja yang baik mencerminkan adanya koordinasi yang efisien
antara fungsi alat indra dan otot-otot
e) Pelatihan atau Training
Pelatihan atau training bagi pekerja merupakan hal yang penting dalam program
pengendalian bahaya sebagai bagian dari program keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja. Apabila pekerja tidak terlatih maka kemungkinan besar
terjadinya kecelakaan pada saat kerja
f) Standar Kerja
SOP (Standard Operating Procedure) harus berisi tentang proses kerja secara
detail, dari awal pekerjaan sampai dengan tahap akhir pekerjaan. Adanya SOP
(Standard Operating Procedure) sangat penting, karena berfungsi sebagai bahan
acuan serta daftar aktivitas seorang pekerja ketika menggunakan alat kerja ataupun
sedang melakukan tugasnya.

B. Risiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi :

a) Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan


dan peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai, desinfeksi peralatan dan
permukaan peralatan dan ruangan, dan lain-lain.
b) Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci
permukaan kulit pasien seperti alkohol, iodine povidone, dan lain-lain.
c) Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan
lainnya.
d) Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium klinik dan patologi anatomi.
e) Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan
pasien.
f) Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang
pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen, nitrit oxide, nitrous
oxide, dan lain-lain.
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi risiko hazard kimia di rumah sakit
antara lain :
A. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan
seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3,
penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan
pembuangan limbahnya.
B. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan
Bahan (Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas yang mengelola harus sudah
mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta mempunyai prosedur penanganan
tumpahan B3.
C. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet
atau didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS,
safety shower, APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani
tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3.
D. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang
kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan.
Dilarang melakukan pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan
rumah sakit.
E. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan
serta kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan
teknis pengelolaan B3, jika belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang
berlaku.
F. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan
masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus
dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk
selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
2.5 Hirarki Pengendalian Resuki Bahaya
Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of Human Resources
Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-
tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja
dengan tahap-tahap yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering control, Administratif
control dan Alat Pelindung Diri (APD). Tindakan pengendalian risiko ini digunakan untuk
bahaya dengan risiko tinggi.
Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki seperti berikut;
a. Eliminasi
Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat design tujuannya
ialah untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan manusia dalam menjalankan suatu
sistem sebab terdapatnya kekurangan pada design. Penghapusan bahaya adalah cara yang
sangat efisien hingga bukan hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam hindari resiko
akan tetapi penghilangan benar-benar pada bahaya tidak selamanya praktis serta
ekonomis.
Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber HD bisa di
eliminasi saat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single use.
b. Substitusi
Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses operasi atau
perlengkapan dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko. Dengan pengendalian ini
turunkan bahaya serta kemungkinan minimal lewat disain sistem atau design lagi.
Beberapa contoh aplikasi substitusi contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk
kurangi interaksi mesin-mesin beresiko dengan operator memakai bahan pembersih
kimia yang kurang beresiko kurangi kecepatan kapabilitas dan arus listrik ganti bahan
baku padat yang memunculkan debu jadi bahan yang cair atau basah.
c. Eksperimen with Enginering.
Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja dan untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia. Pengendalian ini terpasang
perlengkapan.
Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah sistem tekanan negatif pada ruangan
perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow, pemasangan shield sekat Pb
pada pesawat fluoroscopy ,X-Rayhi dan sebagainya.
d. Administrasi
Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang akan
melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan mematuhi
mempunyai potensi serta ketrampilan cukup untuk merampungkan pekerjaan dengan
aman. Jenis pengendalian ini diantaranya seleksi karyawan terdapatnya standard
operasional Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi prilaku agenda kerjai
perputaran kerja pemeliharaan manajemen pergantian agenda istirahat dan sebagainya.
e. Alat pelindung diri (APD)
Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang sekiranya
efisien dalam pengendalian bahaya. APD cuma dipakai oleh pekerja yang akan bertemu
langsung dengan kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak serta waktu kontak
dengan kemungkinan bahaya itu. Makin jauh dengan kemungkinan bahaya jadi
kemungkinan yang didapatkan makin kecil begitupun makin singkat kontak dengan
kemungkinan bahaya kemungkinan yang didapatkan ikut makin kecil.
Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja seperti
kurang bebas dalam bekerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya, alergi pada
APD spesifik dan sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada efek
kemungkinan bahaya dari pekerjaan yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam
pemakaian APD ikut jadi rendah. APD reuse memerlukan perawatan serta penyimpanan
yang baik hingga kualitas perlindungan dari APD itu tetap maksimal.
BAB III

KASUS

WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)

Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Materi : Studi Kasus Risiko Hazard

Kelompok : 2
Kasus B Hazard Kimia di Rumah Sakit – Kamar Bedah

No Keterangan Pembahasan

1 Latar Belakang : Isi pekerjaan perawat perioperatif menjadi sangat luas di abad
ke-21. Hal ini membuat mereka lebih sering terkena berbagai
tingkat bahaya. Namun, sedikit yang diketahui tentang tingkat
dan pola bahaya ruang operasi di antara perawat perioperatif
Nigeria.
2 Tinjauan Teori : Ahli kimia dan ilmuwan lain yang bekerja di laboratorium
secara kolektif menangani ribuan bahan kimia dalam jumlah
yang relatif kecil dalam eksperimen mereka; melakukan
prosedur, dan operasi laboratorium lainnya yang berpotensi
menimbulkan cedera dan bencana. Pengakuan bahaya kimia,
komponen penting dari keselamatan laboratorium (WHO,
2004), tergantung pada ketersediaan informasi yang jelas dan
akurat tentang bahaya kimia tertentu pada label dan sumber lain,
seperti Lembar Data Keselamatan Bahan (Hill R, 2010).
Bahaya paparan bahan kimia didefinisikan sebagai
bahan kimia yang terdapat bukti bahwa efek kesehatan akut
(segera) atau kronis (tertunda) dapat terjadi pada populasi yang
terpapar. Paparan berkaitan dengan dosis (berapa banyak),
durasi dan frekuensi paparan (berapa lama dan seberapa sering),
dan rute paparan (bagaimana dan di mana suatu bahan masuk
atau masuk ke dalam tubuh), baik melalui saluran pernapasan (
inhalasi), kulit (penyerapan), saluran pencernaan (pencernaan),
atau injeksi perkutan melalui kulit (penusukan jarum yang tidak
disengaja). Efek kesehatan yang dihasilkan dapat bersifat
sementara, persisten, atau kumulatif; lokal (di tempat kontak
awal dengan suatu zat), atau sistemik (setelah penyerapan,
distribusi, dan kemungkinan biotransformasi, di tempat yang
jauh dari kontak awal dengan suatu zat).
Sejak awal, lingkungan ATAU pada dasarnya adalah
lingkungan yang tertutup, terisolasi, terbatas, namun fleksibel
yang diisi dengan berbagai risiko bawaan baik untuk tim bedah
maupun pasien yang dibawa untuk perawatan bedah.
Lingkungan ATAU membutuhkan upaya tim yang terkoordinasi
dan terarah dengan baik [8-10]. Kompleksitas lingkungan kerja
bedah ditentukan oleh berbagai bahaya dan risiko kerja mulai
dari kecelakaan, fisik, kimia, biologi, ergonomis, psikososial
dan bahaya organisasi (Tabel 1), dan semua ini, berpotensi
mempengaruhi dan mengancam perawat perioperatif fisik dan
psikologis. kesehatan dan kesejahteraan dalam berbagai derajat
kategori dari bahaya bahan kimia contoh bahaya ruang
operasi yakni paparan berbagai obat anestesi dan gas.

3 Kasus : Dalam beberapa tahun terakhir, konten pekerjaan perawat OR


menjadi sangat luas di abad ke-21 yang membuat ORN lebih
sering terkena berbagai tingkat bahaya. ATAU bahaya memiliki
efek limpahan langsung dan tidak langsung pada pasien bedah
yang selanjutnya dapat memperparah masalah kesehatan klien
dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan; efek bahaya
yang tidak diinginkan ini biasanya tidak dapat diubah . Efek dari
kondisi kerja yang berbahaya berkisar dari cedera hingga
penyakit akibat kerja . Tujuan studi pada literatur ini Untuk
menggambarkan frekuensi dan pola bahaya ruang operasi yang
dilaporkan oleh perawat perioperatif Nigeria.
4 Analisis: : Pada literatur yang berjudul Tarif dan Pola Bahaya Ruang
Operasi Aantara Perawat Perioperatif Nigeria ini membahas
jenis bahaya diruang operasi meliputi jenis bahaya kebetulan,
fisik, bahan kimia, biologis, psikologi dan organisasi. Namun
pada kesempatan kali ini kami memfokus kan pada jenis bahaya
bahan kimia yang kami rangkum sebagai berikut :
Untuk frekuensi paparan bahaya diruang operasi jenis dan
bahaya dari bahan kimia frekuensi sangat sering sebesar 3,3% ,
frekuensi sering sebesar 10,9% kadang kadang sebesar 32,6%
tidak pernah 45,7%, tidak yakin 7,6% . Kemudian untuk analisis
Tingkat keparahan bahaya yang dilaporkan oleh perawat
perioperatif dengan kategoris bahaya bahan kimia sebagai
berikut : tingkat bencana 1,1% , besar 1,1%, sedang 28,3%,
minor 44,7%, tidak yakin 25,0% .
Temuan penelitian ini mengungkapkan tingkat prevalensi yang
tinggi 77% dari bahaya ruang operasi di antara para peserta dan
72% dari mereka kadang-kadang terkena bahaya sehari-hari dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya di tempat kerja.
Temuan ini sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan di
antara pekerja industri dan non-industri yang mencatat tingkat
prevalensi tinggi sebesar 80% dan 97,7%) di seluruh kelompok
pekerjaan. Demikian juga, penelitian melaporkan bahwa setiap
hari di tempat kerja, pekerja dihadapkan dengan masalah
kesehatan dan keselamatan yang dikaitkan dengan lingkungan
kerja yang berbahaya dan penuh tekanan. Laporan-laporan ini
dapat dikaitkan dengan sifat fasilitas kesehatan yang berbeda
dan kondisi kerja kamar operasi di tempat kerja peserta. Dalam
studi ini, diamati bahwa 64% dan 58% dari peserta menegaskan
bahwa mereka sering dan kadang-kadang terkena bahaya
kecelakaan dan fisik. Bukti lain dari penelitian ini adalah bahwa
55% dan 62% dari peserta penelitian menilai bahaya kecelakaan
dan bahaya fisik minor sebagai yang paling parah ditemui di
tempat kerja masing-masing.
No Keterangan Pembahasa
n
6 Kesimpulan : Bahaya dan lingkungan kerja yang buruk telah dikaitkan
dengan konsekuensi buruk pada kesehatan dan kinerja staf
dan keselamatan pasien dan sebagian besar bahaya ini di
ruang operasi dapat dihindari. Beberapa tindakan
intervensi pendidikan untuk mengidentifikasi dan
mencegah berbagai jenis bahaya tidak hanya di antara
perawat perioperatif tetapi juga untuk kelompok
profesional serupa lainnya dapat secara signifikan
mengurangi risiko paparan bahaya. Selanjutnya, langkah-
langkah perlindungan yang relevan harus dilakukan oleh
rumah sakit untuk memastikan lingkungan kerja yang
optimal untuk PON sehingga karyawan dapat bekerja di
bawah bahaya kerja dan penyakit terkait pekerjaan.
Namun, penelitian tambahan diperlukan untuk
mengidentifikasi dan merancang tindakan lebih lanjut
dalam mengurangi risiko paparan bahaya di OR
BAB IV

KESIMPULAN

Hazard adalah suatu kondisi atau tindakan atau potensi yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap manusia, harta benda, proses, maupun lingkungan. Hazard dapat
diklasifikasikan atas Primary Hazards dan Secondary Hazards. Primary Hazards contohnya
seperti hazard fisik, hazard kimia, hazard biologi, hazard psikososial, dan hazard ergonomi
Dari berbagai macam jenis potensi bahaya salah satunya yaitu potensi bahaya kimia. Bahan
kimia yang ada disekitar pekerja pada dasarnya merupakan sebuah potensi bahaya.

Hazard Kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik
kimia yang dimilki bahan tersebut. Hazard Kimia ini sangat berbahaya jika tidak
mengetahuinya secara detail seperti apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya penanganan yang
intensif terhadap potensi bahaya ini. Bahan bahan tersebut mempunyai resiko untuk
menggangu Kesehatan perkerja. Banyak penyakit salah satunya keracunan dan kanker yang
sering terjadi akibat paparan zat kimia yang berlebihan pada pekerja.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja :


Tindakan Tidak Aman
2. Kondisi Tidak Aman
3. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang keadaan tempat kerja dapat berdampak yang
kerja itu sendiri
4. Ketrampilan
5. Pelatihan atau Training
6. Standar Kerja
Risiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi :
a) Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan dan
peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai, desinfeksi peralatan dan
permukaan
peralatan dan ruangan, dan lain-lain.
b) Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci
permukaan kulit pasien seperti alkohol, iodine povidone, dan lain-lain.
c) Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan
lainnya.
d) Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium klinik dan patologi anatomi.
e) Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan
pasien.
f) Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang
pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen, nitrit oxide,
nitrous
oxide, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Clara Febiola.”Upaya Pencegahan Hazard Kimia di Rumah Sakit” .

HSP. (2011). Pemahaman Tentang Bahaya (Hazard). Terbit 13 September 2011

Siswanto, Fandi. 2018. Hazard Kimia Terhadap Kesehatan. Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai