Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH K3LL

TOXICOLOGY IN THE WORKPLACE

Oleh:
Kelompok 1
Hanifa Khansa Zh (1406578041)
Ali Aufa Fakhri (1406605124)
Jihan Mutiah (1506673201)
Jessica Zivani Wahono (1506673252)
Ade Sari Triana (1506673284)

Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok
November 2017
BAB I

PENDAHULUAN

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang


merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi
terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan
respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah
satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada
sistem biologi. Ilmu toksikologi umumnya berhubungan dengan toxic dan sifat beracun pada zat
kimia
Pada konsentrasi dan tingkat keterpaparan yang cukup tinggi, semua bahan kimia
berpotensi menjadi bahaya. Tapi, di konsentrasi dan tingkat ke terpaparan yang rendah, semua
bahan kimia aman dan tidak memiliki potensi untuk menjadi bahaya.
Tujuan utama toksikologi adalah untuk menentukan berapa banyak yang tidak dapat
diterima dan untuk merekomendasikan tindakan pencegahan dan batasan untuk memastikan
bahwa di bawah kondisi tempat kerja normal, karyawan tidak terkena tingkat yang tidak dapat
diterima tersebut.
Faktor utama berkontribusi terhadap toksisitas:
Rute masuk
Tingkat dosis
Keadaan fisiologis penerima
Keadaan lingkungan
Sifat fisik bahan kimia
Sifat kimiawi dari bahan kimia
Agar bahan kimia membahayakan kesehatan seseorang, pertama-tama mengalami kontak
atau masuk ke dalam tubuh, dan harus memiliki efek biologis pada tubuh. Ada empat rute utama
dimana bahan kimia masuk ke dalam tubuh:
1. Terhirup (bernafas)
2. Kontak kulit (atau mata)
3. Tertelan (menelan atau makan)
4. Injeksi
Menghirup udara yang terkontaminasi adalah rute paling umum untuk bahan kimia di tempat
kerja masuk ke dalam tubuh. Beberapa bahan kimia, ketika terjadi kontak, bisa melewati kulit ke
dalam aliran darah. Mata juga bisa menjadi rute masuk. Biasanya, bagaimanapun, hanya sejumlah
kecil bahan kimia di tempat kerja yang masuk ke tubuh melalui mata. Bahan kimia di tempat kerja
dapat ditelan secara tidak sengaja jika makanan, tangan, atau rokok terkontaminasi. Untuk alasan
ini, pekerja seharusnya tidak minum, makan, atau merokok di tempat yang terkena bahan kimia.
Injeksi adalah cara keempat bagaimana bahan kimia bisa masuk ke dalam tubuh. Meskipun
jarang terjadi di sebagian besar tempat kerja, hal itu dapat terjadi bila benda tajam (misalnya jarum)
menusuk kulit dan menyuntikkan zat kimia (atau virus) langsung ke aliran darah.
Terlepas dari cara kimia masuk ke dalam tubuh, begitu berada di dalam tubuh, bahan kimia
itu didistribusikan ke dalam tubuh oleh aliran darah. Dengan cara ini, bahan kimia tersebut dapat
membahayakan organ-organ yang jauh dari titik awal masuk mereka masuk ke dalam tubuh.
BAB II
ISI

Rute pernafasan (inhalation)

Gambar 1. Bagian Utama dari Sistem Pernapasan Manusia

Udara dan kontaminan pertama terhirup masuk melalui saluran pernapasan bagian atas
(hidung, tenggorokan, trakea, dan tabung bronkus).
Setiap bronkus memasuki paru-paru. Begitu berada di dalam paru-parunya, setiap bronkus
mulai bercabang. Tabung bronkus menjadi lebih tipis dan tipis saat menyebar, agak seperti
cabang pohon. Akhirnya, tabung terkecil, yang disebut bronkeolus, diakhiri dengan
kantung udara berdinding tipis. Masing-masing kantung ini disebut alveolus. Secara
kolektif, mereka disebut alveoli dan ada ribuan alveoli ini di setiap paru-paru. Dinding
alveoli sangat tipis dan kaya dengan pembuluh darah kecil (kapiler).
Oksigen dalam nafas yang terhirup melalui dinding alveolus untuk masuk ke dalam darah.
Begitu oksigen melekat pada darah di dalam pembuluh darah, darah itu kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh. Uap kimiawi, gas, dan kabut yang mencapai alveoli di
paru-paru juga bisa mauk ke dalam darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Gambar 2. Pertukaran Udara di Alveolus

Saat udara dan kontaminannya dihirup, mereka pertama kali melewati saluran pernapasan
bagian atas: hidung, tenggorokan, trakea, dan bronkus. Udara diangkut ke alveoli, di mana gas-gas
tersebar di dinding sel membrane. Udara berdifusi di dalam alveolus. Model difusi gas ini terutama

didasarkan pada tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida dalam sistem pernafasan.

Gambar 3. Model difusi gas untuk pernafasan sistem dan aliran darah
Konsentrasi oksigen dalam aliran darah lebih besar daripada sel jaringan, menyebabkan
oksigen meresap ke dinding kapiler untuk meningkatkan kadar oksigen di sel jaringan.

Gambar 4. Model difusi gas untuk aliran darah dan sel jaringan

Kekurangan oksigen untuk orang dewasa normal:

21% sampai 15%: tidak ada efek langsung

15% sampai 10%: pusing dan sesak nafas

7% sampai 5%: kondisi yang mengancam jiwa

<5%: kematian dalam hitungan menit.

Kemungkinan hasil bila bahan kimia kontak dengan kulit:

Kulit bisa menghalangi masuk ke dalam tubuh

Bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi kulit

Hal ini dapat menyebabkan sensitisasi kulit

Ini bisa menembus kulit dan masuk ke aliran darah.

Hubungan Dosis-Respon
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan mencakup berbagai efek kualitatif
maupun kuantitatif zat beracun dalam diri makhluk hidup. Data kualitatif dan kuantitatif biasanya
diperoleh dari hasil uji ketoksikan zat beracun pada sekelompok hewan tertentu, dan diterapkan
guna memperkirakan risiko timbulnya kejadian sesuatu efek toksik pada diri manusia. Tolok Ukur
Ketoksikan Kuantitatif. Paracelsus (1493-1541) menyatakan bahwa Pada hakikatnya tidak ada zat
kimia yang tidak beracun; yang membedakan antara racun atau tidak adalah takaran
pemejanannya. Kekerabatan antara kondisi pemejanan (ubahan bebas) dan wujud efek/respon toksik
(ubah tergantung).
Hubungan dosis-respon menggambarkan suatu distribusi frekuensi individu yang
memberikan respons pada rentang dosis tertentu. Bila distribusi frekuensi tersebut dibuat
kumulatif maka akan diperoleh kurva berbentuk sigmoid yang umumnya disebut kurva dosis-
persen responder (Gambar 5). Pada dasarnya kurva hubungan dosis-respon menunjukkan variasi
individual dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan suatu efek tertentu dengan bahasa lain
kurva dosis-respon adalah kurva yang menghubungkan dosis suatu xenobiotika uji dengan
persentase kumulatif hewan uji yang memperlihatkan respon.
Hanya melalui suatu percobaan maka kita dapat memilih dosis dimana seluruh hewan akan
memberikan respon (misalnya mati) atau seluruh hewan uji tidak memberikan respon. Dosis awal
mungkin saja dosis yang demikian kecil sehingga tidak ada efek mati yang dapat diwujudkan
oleh hewan uji. Pada kelompok hewan berikutnya, dosisnya ditingkatkan dengan suatu perkalian
tetap, misal dua atau berdasarkan hitungan logaritma, sampai pada akhirnya ditemukan suatu dosis
yang cukup tinggi yang bila diberikan, akan mematikan seluruh hewan dalam kelompok itu.

Gambar 5. Kurva hubungan dosis-respon

Gambar 5 menjelaskan suatu konsep, dimana dosis suatu xenobiotika mungkin cukup kecil
sehingga tidak menimbulkan efek kematian, namun bila dosis dinaikkan, hingga diperoleh suatu
kurva sigmoid, sehingga pada dosis yang cukup tinggi, 100% hewan uji mati sebagai akibat
pemejanan xenobiotika uji. Hubungan ini menggambarkan bahwa respon yang timbul langsung
berkaitan dengan kadar/dosis dari suatu senyawa yang ada. Sehingga tidak dapat disangkal bahwa
bahaya atau amannya suatu senyawa kimia itu tergantung pada dosis yang diberikan. Tolok ukur
kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik,
berturut-turut adalah dosis letal tengah (LD50), dosis toksik tengah (TD50), atau dosis efektif
(ED50). Besaran aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang diperoleh secara statistika. Ini
merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan estimasi yang paling baik dari dosis
yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50% individu uji, karenanya selalu disertai
dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya, seperti probabilitas kisaran nilainya. Harga
LD50 merupakan tolak ukur toksisitas akut racun. Semakin kecil harga LD50, racun berarti
semakin besar potensi toksik.

Tabel 1. Contoh Senyawa LD50

Ukuran toksisitas
Untuk menyatakan ukuran daya racun suatu zat kimia, maka perlu diketahui ukuran-ukuran
toksisitas untuk zat kimia. Saecara internasional, ukuran toksisita zat kimia dapat dinyatakan
dalam berbagai cara seperti lethal dose 50 % (LOD50), fatal dose, letal oral dose 50% (LOD50).
Untuk memberi gambaran tentang pengukuran toksisitas zat kimia maka berikut ini dijelaskan
secara singkat ukuran toksisitas zat kimia dan cara penentuannya.
1. Lethal Dose 50% (LD50)
Lethal dose 50% (LD50) yaitu disis zat kimia yang akan membunuh sebanyak 50% dari
populasi yang dapat kontak langsung dengan zat kimia yang dicobakan. Ukuran LD50 adalah
berdasarkan berat tubuh dan dinyatakan dalm bentuk unit mg/kg (milligram racun per kilogram
berat badan makhluk hidup). Beberapa kelemahan dari ukuran LD50 adalah ditemukan kenyataan
bahwa besar LD50 masih tergantung pada jenis species makhluk hidup yang menjadi objek
percobaan. Dengan demikian ukuran LD50 untuk tikus akan berbeda dari ukuran LD50 untuk
kelinci atau binatang pengerat yang lainnya. Namun demikian ukuran LD50 digunakan sebagai
perbandingan umum tentang potensi racun yang dimiliki oleh zat kimia terhadap makhluk hidup
sehingga manusia dapat menghindarkan bahaya yang disebabkan oleh daya racun yang dimiliki
oleh zat kimia. Ukuran LD50 dapat juga disebut sebagai LD50 rendah atau LD50 tinggi, yaitu
berbagai untuk menggambarkan potensi rendah dan tingginya daya racun suatu zat kimia di dalam
tubuh makhluk hidup, sehingga informasi LD50 yang dimiliki zat kimia tersebut.
Penentuan LD50 dapat dilakukan dengan membuat perlakuan terhadap sekelompok hewan
percobaan seperti tikus, kelinci dan hewan lain dengan memberikan dosis zat kimia bervariasi
(perkalian) misalnya 1x, 2x, 4x, 8x dan seterusnya 9mg zat kimia per kg berat badan), dan sebagai
control dibuat sekelompok hewan yang tidak diberikan zat kimia.
2. Dosis Fatal
Dosis fatal (fatal dose) adalah jumlah zat kimia (mg) yang diperkirkirakan akan dapat
membunuh satu species misalnya tikus, kelinci, hewan atau manusia. Dosis fatal dibuat
berdasarkan jenis species dan individu makhluk hidup dengan melihat kenyataan bahwa masing-
masing makhluk hidup akan memiliki system fisiologi yang berbeda terhadap racun zat kimia,
sehingga penentuan ukuran toksisitas zat kimia juga sulit dibuat akurat. Kenyataan menunjukkan
bahwa beberapa species makhluk hidup akan memberikan respon bervariasi terhadap zat kimia,
yaitu ada makhluk hidup yang sensitive terhadap zat kimia tertentu dan ada juga makhluk hidup
yang memiliki kekebalan terhadap zat kimia yang sama, bahkan zat kimia tersebut tidak
memberikan efek pada system fisiologi tubuhnya.
3. Lethal Oral Dose (LOD50)
LOD50 adalah toksisitas zat kimia dapat juga diukur dengan cara memberikan zat kimia
melalui oral kepada makhluk hidup. Pengukuran toksisitas secara LOD50 hampir sama dengan
LD50, bedanya adalah dalam hal masuknya zat kimia tersebut kedalam tubuh makhluk hidup
melalui mulut. Besarnya LD50 dan LOD50 pada species makhluk hidup dapat dibandingkan
sehingga ukuran LOD50 yang diperoleh pada makhluk hidup tertentu langsung dianggap sebagai
LD50, dan berlaku sebaliknya. Ukuran LD50 dan LOD50 zat kimia tertentu terhadap makhluk hidup
juga dapat bervariasi dalam species yang sama atau species yang berbeda.
Tabel 2. Klasifikasi Ukuran Toksisitas

Efek Ambang dari Paparan Kimia (Thershold Effect of chemical exposure)


Paparan tingkat rendah terhadap kebanyakan bahan kimia tidak berbahaya, maka dari itu
ada tingkat ambang bawah yang tidak berpotensi atau menghasilkan dampak yang
menguntungkan. Seperti yang ditunjukkan gambar di bawah, saat dosis meningkat, ada satu titik
yang mulai menghasilkan efek buruk. Awal observasi toksisitas ini dan laju peningkatan efek
yang semakin buruk digunakan untuk menentukan tingkat toksisitas suatu zat.

Gambar 6. Efek Ambang dari Paparan Kimia


Accute and Chronic Effects

1. Pengertian Efek Akut

Menurut KBBI, akut diartikan timbul secara mendadak dan cepat memburuk. Sementara
itu dalam kamus kedokteran akut berasal dari bahasa Inggris acute dan dalam bahasa Latin
acutus yang berarti mendadak atau penyakit yang datang secara mendadak dan berkelanjutan
singkat serta gawat.
Jadi bila kita merujuk dari pengertian di atas akut dapat diartikan sebagai kondisi atau
keadaan berupa penyakit yang datang secara mendadak yang diakibatkan zat kimia berbahaya,
mikroba patogen ataupun bahan racun yang memapar tubuh manusia dan langsung mencapai
organorgan vital ataupun sistemsistem pada tubuh manusia.
Keadaan akut dapat terjadi karena adanya paparan suatu bahan kimia berbahaya baik itu
melalui jalan makanan, pernapasan ataupun kontak tubuh dengan dosis yang sangat tinggi
sehingga tubuh tidak sanggup menanggung beban pemaparan yang terjadi. Untuk dapat
menimbulkan keadaan akut suatu bahan kimia yang memapar tubuh manusia tidak memerlukan
intensitas ataupun frekuensi yang banyak, hanya dengan satu kali pemaparan dapat mengakibatkan
keadaan timbulnya gejala penyakit ataupun gejala medis lainnya.

2. Pengertian Efek Kronis


Kata kronis dalam KBBI berarti berjangkit terus dalam waktu yang lama menahun dan
tidak sembuhsembuh. Sementara dalam kamus Kedokteran kronis atau chronic berarti menahun.
Istilah kronis sebagai pemaparan berulangulang dengan masa tunda yang lama dari pemaparan
pertama sampai timbulnya gejala penyakit.
Keadaan ini tidak mudah untuk dideteksi, hal ini dikarenakan dosis paparan yang sangat
rendah sehingga tidak langsung memberi efek atau gejala pada kesehatan pekerja. Namun
demikian hal ini akan sangat membahayakan apabila paparan bahan kimia terjadi secara kontinu
yang nantinya bahan kimia tersebut akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Gejala akan timbul
pada saat jumlah atau kadar yang berada dalam tubuh sangat besar sehingga tubuh tidak mampu
menanggung beban pemaparan tersebut. Sebagai contoh dari peristiwa kejadian efek kronis akibat
paparan bahan kimia berbahaya adalah seperti yang terjadi pada kasus Minamata di Jepang. Gejala
yang terjadi adalah hampir semua nelayan di sekitar Teluk Minamata mengalami penyakit aneh
dimana mereka tidak bisa mengontrol gerak tubuh mereka. Setelah diusut ternyata hal ini terkait
dengan ikan yang mereka konsumsi selama ini, dimana setelah diteliti ternyata dalam ikan tersebut
mengandung bahan kimia Hg dalam jumlah kecil. Karena sering mengkonsumsi ikan yang telah
tercemar oleh Hg maka lama kelamaan Hg tersebut terakumulasi dalam tubuh masyarakat Teluk
Minamata hingga akhirnya tubuh mereka tidak sanggup menerima beban tersebut.

3. Perbedaan Antara Efek Akut Dengan Efek Kronis


Perbedaan efek akut dan kronis dapat dilihat dalam tabel berikut.

Aspek Efek Akut Efek Kronis

Waktu paparan Singkat Lama

Dosis paparan Sangat tinggi Rendah

Gejala Dapat langsung dilihat Sulit untuk diamati

Terakumulasi dalam
Kondisi dalam tubuh Hanya sementara
tubuh

Air-contaminate Exposure
Pemaparan racun dari kontaminasi udara merupakan hal yang paling banyak terjadi di
lingkungan kerja. Jenis kontaminan di udara bisa saja dalam bentuk partikel atau gas yang
bersifat beracun, patogenik atau irritant ketika terhirup.

Kontamin pada udara dapat diklasifikasikan menjadi:


1. Iritan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan
atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab, seperti kulit, mata dan pernafasan.
Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif.

2. Asphyxiant
Asphyxiant adalah gas yang mengusir atau mengurangi konsentrasi normal O2 dari udara.
Paparan terhadap udara dengan kandungan O2 rendah akan mengakibatkan kematian karena
asphyxiation (suffocation/tercekik). Karena gas asphyxiant bersifat Inert dan tak Berbau,
kehadiran mereka tidak akan diketahui hingga efek kenaikan tingkat CO2 dalam darah
terjadi.

3. Narkotika
Narkotika mengganggu pusat sistem saraf dengan menyebabkan efek anestesi dan
hilangnya sensasi.

Neoplasma

Neoplasma adalah pertumbuhan abnormal, namun bukan kanker yang mungkin terjadi di
berbagai bagian tubuh. Kata neoplasma berasal dari kata Yunani neo, yang berarti baru, dan
plasma, yang berarti pembentukan atau penciptaan, dengan demikian berkaitan dengan
pertumbuhan abnormal jaringan baru. Neoplasma dapat dipicu oleh zat karsinogen. Karsinogen
adalah agen yang memproduksi atau menyebabkan kanker.
Kategori agen atau faktor-faktor tertentu telah memberikan implikasi dalam proses
karsinogenik, yaitu:

1. Virus
2. Agen fisik
Misalnya: Paparan sinar matahari, radiasi, Iritasi kronis/inflamasi dan penggunaan tembakau
3. Agen kimia
Misalnya: Tembakau, zat warna amino aromatik dan anillin, arsenik, jelaga, tar, asbestos,
benzen, pinang dan kapur sirih, kadmium, senyawa kromium, nikel, seng, debu kayu,
senyawa berilium dan polivinil klorida.
4. Faktor genetik dan keturunan
Kerusakan DNA pada sel yang pola kromosomnya abnormal dapat membentuk sel-sel
mutan.
5. Faktor makanan
Sebanyak 40-60% kejadian kanker berhubungan dengan lingkungan. Substansi makanan
dapat proaktif atau protektif, dan karsinogenik atau ko-karsinogenik. Resiko kanker
meningkat jika terdapat ingesti karsinogenik atau kokarsinogenik dalam jangka waktu yang
lama dan terus-menerus, juga dapat terjadi jika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung
substansi proaktif, misalnya lemak, alkohol, asinan terutama daging, nitrat/nitrit dan
makanan yang berkalori tinggi.
6. Agen humoral
Gangguan dalam keseimbangan hormon disebabkan:
a) Endogenus atau pembentukan hormon tubuh sendiri
b) Eksogenus atau adanya pemberian hormon tambahan masuk kedalam tubuh

Anda mungkin juga menyukai