Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Aminah Rahma Yanti

NIM : 06101181823008

KIMIA LINGKUNGAN

TOKSIKOLOGI KIMIA

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia. Selain itu
toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,
manusi)) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari
kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam
kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang
hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan.

Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan  pencemaran lingkungan dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi
pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang
percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik.
Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan
pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih
bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang
mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.

A. Racun

Toksin atau racun punya andil sangat besar dalam menganggu fungsi organ dan proses
metabolisme tubuh kita. racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu
proses kehidupan sel suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui
jalur oral (mulut) maupun topikal ataupun (permukaan tubuh). Dalam hubungan
dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme,
biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul.

Racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses
kehidupan sel suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral atau
mulut maupun topikal  atau permukaan tubuh. Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah
zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi
kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul. Racun dapat berupa molekul
kecil , peptida , atau protein yang mampu menyebabkan penyakit jika kontak dengan atau
penyerapan oleh jaringan tubuh yang berinteraksi dengan makromolekul biologis
seperti enzim atau reseptor seluler . Racun sangat bervariasi dalam toksisitasnya , mulai dari
yang biasanya kecil (seperti sengatan lebah ) hingga yang hampir langsung mematikan
(seperti toksin botulinum ). Umumnya jenis zat yang beracun zat beracun kimiawi meliputi
zat -zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos, asam hidrofluorat, dan gas klorin,
serta zat-zat organik seperti metil alkohol, sebagian besar obat-obatan, dan racun dari
makhluk hidup.

Efek toksik dalam sistem biologis tidak akan terjadi jika bahan kimia tersebut tidak
mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup
untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi tidaknya respons toksik tergantung pada sifat
kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi paparan, dan kerentanan sistem biologis dari
subjek. Oleh karena itu untuk mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan
toksisitas dari suatu bahan kimia tertentu, maka perlu diketahui tidak hanya efek-efek dan
dosis yang diperlukan untuk mengahsilkan efek tersebut, tetapi juga informasi mengenai sifat
bahan kimianya sendiri, pemaparannya, dan subjeknya. Faktor utama yang mempengaruhi
toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk (route of entry) kedalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.

Ada 3 jalur utama bahan toksik masuk kedalam tubuh manusia yaitu melalui saluran
pencernaan atau makanan (gastro intestinal), jalur pernapasan (inhalasi) dan melalui kulit
(topikal). Bahan toksik masuk kedalam saluran pencernaan umunya melalui makanan atau
minuman dan kemudian diserap didalam lambung. Bahan toksik yang masuk melalui saluran
pernapasan menuju paru-paru akan diserap oleh alveoli paru-paru. Pada umumnya kulit lebih
impermeabel dan karenanya merupakan barier (penghalang) yang baik bagi bahan toksik
masuk kedalam tubuh. Namun beberapa bahan kimia dapat diserap oleh kulit dalam jumlah
yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek sistemik. Suatu zat kimia dapat diserap lewat
folikel rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat. Setelah bahan toksik tersebut diserap dan
masuk kedalam darah, kemudian didistribusikan keseluruh tubuh dengan cepat. Namun
demikian sebagian bahan toksik dapat dikeluarkan oleh mekanisme tubuh secara alami
melalui urine, empedu dan paru-paru. Dan sebagian lagi bisa mengalam biotransformasi dan
bioaktivasi. Yang lebih berbahaya adalah jika terjadi proses bioaktivasi dimana bahan toksik
diubah menjadi bahan yang lebih toksik oleh metabolisme tubuh.

Karakteristik pemaparan dan spectrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi
yang dikenal sebagai hubungan dosis-respons. Respons timbul karena adanya bahan kimia
yang diberikan dan respons berhubungan dengan dosis. Dalam penggunaan dosis-respon
harus ada metode kuantitatif untuk mengukur secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.
Dosis-respons dinyatakan dengan suatu indek Lethal Dosis (LD50) dan Lethal Concentration
(LC50). LD50 adalah dosis tunggal dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat
menyebabkan kematian sebanyak 50% dari binatang percobaan selama 14 hari paparan.
Sebagai contoh LD50 dari Acrylamid adalah 124 ppm, artinya pada konsentrasi 124 ppm
50% dari binatang percobaan mati selama masa percobaan 14 hari. Secara lebih spesifik
OSHA mendefiniskan LD50 dan LC50 sebagai berikut:

 LD50 means lethal dose expressed in mg/kg body mass, which is likely to cause death
within 14 days for 50% of the tested animals,administrated by mouth or bare skin.
 LC50 means the lethal concentration expressed in mg/L or mL/m3, which is likely to
cause death within 14 days for 50% of the tested animals, administrated by inhalation of
dusts or mists or vapour.
Efek dari keracunan bisa bersifat akut dan kronik. Efek akut adalah efek yang segera muncul
pada saat terpapar atau terkena bahan toksit, dan akan hilang setelah paparan bahan kimia
beracun tersebut dihilangkan. Contoh bahan kimia yang dapat menimbulkan efek akut adalah
Ammonia, apabila terhirup uap ammonia maka sekita kita akan merasa mual dan pusing,
akan tetapi pada konsentrasi tinggi dapat merusak paru-paru. Bahan kimia yang bersifat
kronik misalnya adalah asbestos, paparan terhadap debu asbes tidak segera menyebabkan
kerusakan pada paru-paru, akan tetapi apabila terpapar dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kanker paru-paru. Karbon monoksida (CO) dapat mengakibatkan efek akut dan
kronis, apabila terhirup gas CO maka kepala akan pusing dan terasa mual, namun dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakkan pada paru-paru. Efek toksik juga bisa bersifat
reversible atau ireversibel. Efek reversible artinya efek yang dapat hilang dengan sendirinya.
Efek irreversible adalah efek yang akan menetap atau bertambah. Efek irreversible
diantaranya adalah karsinoma, mutasi, kerusakan syaraf dan sirosis hati. Efek reversible
terjadi apabila terpapar dengan konsentrasi yang rendah atau jangka waktu tidak lama, efek
ireversibel bisa terjadi apabila terpapar dengan konsentrasi yang tinggi dan waktu yang lama.

Untuk menghindari agar tidak keracunan adalah dengan tidak menggunakan bahan beracun
atau tidak kontak dengan bahan beracun. Namun dalam dunia industri tentu saja hal itu sulit
dilakukan, karena kita memerlukan bahan-bahan kimia didalam proses produksi sehari-hari,
artinya hampir setiap hari kita bergelut dengan bahan kimia yang sebagian besar beracun.
Dalam situasi seperti ini, dimana kita tidak bisa menghindari menggunakan bahan-bahan
kimia beracun, maka yang harus kita lakukan adalah:

1. Mengenal bahan kimia yang kita gunakan dengan baik. Kenalilah sifat-sifat kimia
terutama sifat toksik dari bahan yang kita gunakan sehingga kita tahu efek yang dapat
ditimbulkannya.

2. Mengetahui cara penanganan dan penggunaanya secara baik untuk menghindari paparan
yang tidak perlu.

3. Usahakan seminimal mungkin untuk kontak atau terpapar terhadap bahan kimia beracun
tersebut. Hati-hati jika pada bahan kimia cair yang mudah menguap, jangan berasumsi
bahwa semua cairan tidak mengguap, salah satu indikator bahwa bahan kimia cair
menguap adalah adanya bau yang ditimbulkan, namun tidak semua uap kimia berbau.
4. Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat dalam menangani bahan kimia beracun.
Jika bekerja dengan bahan kimia cair maka gunakan safety glove yang sesuai dan safety
glases jika diperlukan. Jika bekerja dengan bahan kimia berupa gas atau uap maka
gunakan respirator yang dapat melindungi dari uap atau gas kimia.
5. Kenali cara penanganan jika terjadi tumpahan atau kebocoran bahan kimia beracun
tersebut.

6. Pelajari tindakan pertolongan pertama (first aids) jika terjadi kecelakaan keracunan pada
saat bekerja.
7. Konsultasikan kesehatan anda dengan Dokter jika ada gejala-gejala keracunan yang anda
rasakan.

Anda mungkin juga menyukai