Anda di halaman 1dari 11

Farmakologi Keperawatan

TOXIKOLOGI OBAT

Dosen pengajar : Sarmaida Siregar, S.kep., MKM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Gita Amelia ( 2214201086 )

2. Dinda Silvyana Ritonga ( 2214201082 )

3. Nurlia Lubis ( 2214201094 )

4. Dian Padli Romadomu Rambe ( 2214201106 )

5. Nurul Tasia Hasibuan ( 2224201095 )

6. Novita Sari Sinaga ( 2214201096 )

7. Ezra Putri Hartini Sitohang ( 2214201085 )

8. Aresna Zega ( 2214201071 )

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

S1 KEPERAWATAN 1 C

T.A 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Tujuan ................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3

2.1 Pengertian Toksikologi obat.............................................................................3

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................4

BAB IV PENUTUP.................................................................................................8

4.1 Penutup..............................................................................................................8

4.2 Saran..................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett

and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada

organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi

substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya

efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap

organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila

dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.

Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini

sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari

racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran

lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun

kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk

ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978).

Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.

Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses Modernisasi

yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat, dengan demikian

industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan

resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,

biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang

meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang

mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.


1.2 Rumusan masalah

Apa definisi dari toxikologi obat

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi dari toxikologi


BAB 2

TINJAU PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN TOKSIKOLOGI DAN RACUN

Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif
tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed)
makhluk tadi. Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah
tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada
mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi. Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat
yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun dapat diserap
melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun
dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif. Sedangkan definisi keracunan
atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi,
dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan
sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan
mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Obat adalah suatu
bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di gunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi,menghilangkan,menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief,1991).Meskipun obat dapat
menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat
keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat
dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu.
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis keracunan yaitu :

1. Cara terjadinya terdiri dari:

a. Self poisoning

Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan

pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri

tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.

b. Attempted Suicide

Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian
atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai.

c. Accidental poisoning

Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan.

d. Homicidal poisoning

Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang

lain.

2. Mulai waktu terjadi

a. Keracunan kronik

Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul
secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil ciri khasnya adalah
zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga
terjadi akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahanbahan kimia dalam
dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang
(minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon
terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus
menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan
menimbulkan kerusakan dalam darah.
b. Keracunan akut

Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada
keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung ) gejalanya
seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma. Keracunan ini juga karena
pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam
waktu pendek. Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat
menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.

3. Menurut alat tubuh yang terkena

Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun
hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung.

4. Menurut jenis bahan kimia

Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya
golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya.Keracunan juga dapat
disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui tusukan yang terdiri dari
sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan ular,melalui makanan
yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan
karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong)
yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang
maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan karena penyalahgunaan zat yang
terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan (Amphetamine), depresan (Barbiturate), atau
halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alcohol. Bahan-bahan kimia atau zat racun
dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yakni:

a. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang
terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau
makan dan minum di laboratorium.

b. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.

c. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan
saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur
dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan
HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke
seluruh organ-organ tubuh.
d. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)

e. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985).

5. Klasifikasi Daya Keracunan

Klasifikasi daya keracuan meliputi sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.

a. Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye,

Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida.

b. Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat

c. Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor

d. Kurang Toksik :Benzene hexachloride (BHC)

6. Penatalaksanaan Keracunan dan Overdosis

a. Prinsip umum.

Tujuan terapi keracunan dan overdosis adalah mengawasi tanda-tanda vital, mencegah
absorpsi racun lebih lanjut, mempercepat eliminasi racun, pemberian antidot spesifik, dan
mencegah paparan ulang.Terapi spesifik tergantung dari identifikasi racun, jalan masuk,
banyaknya racun, selang waktu timbulnya gejala, dan beratnya derajat keracunan.
Pengetahuan farmakodinamik dan farmakokinetik substansi penyebab keracuan amatlah
penting.

b. Perawatan suportif

Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis
sampai terjadi detoksifikasi lengkap, dan untuk mencegah serta mengobati komplikasi
sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis,
gagak ginjal, sepsis, penyakit thromboembolik, dan disfungsi organ menyeluruh akibat
hipoksia atau syok berkepanjangan. Indikasi untuk perawatan di ICU adalah sebagai
berikut:
1.Penderita keracunan berat (koma, depresi nafas, hipotensi, abnormalitas konduksi
jantung, aritmia jantung, hipo/hipertermi, kejang)

2.Penderita yang perlu monitoring ketat, antidot, maupun terapi percepatan eliminasi
racun

3. Penderita dengan kemunduran klinis progresif

4. Penderita dengan penyakit dasar yang signifikan Penderita keracunan ringan sampai
sedang dapat dikelola pada pelayanan kesehatan umum, intermediate care unit,
diobservasi di UGD, tergantung dari lamanya kejadian keracunan dan monitoring yang
diperlukan (observasi klinis intermiten vs kontinu, monitoring jantung dan
pernafasan).Penderita percobaan bunuh diri membutuhkan observasi dan pemeriksaan
kontinu untuk mencegah mereka melukai diri sendiri, sampai tidak mungkin lagi
dilakukan upaya-upaya lebih lanjut.

c. Penatalaksanaan problem respirasi

Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi isi lambung amat penting untuk dilakukan
pada penderita : depresi SSP atau kejang, karena komplikasi ini dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Karena penilaian klinis fungsi respirasi sering tidak akurat,
perlunya oksigenasi dan ventilasi paling baik ditentukan dari pemeriksaan oksimetri atau
analisa gas darah. Reflek muntah bukanlah indikator yangdapat dipercaya untuk menilai
perlunya intubasi. Paling baik dilakukan intubasi profilaksis pada penderita yang tidak
mampu berespon terhadap suara, maupun yang tidak mampu duduk atau minum tanpa
dibantu.Ventilasi mekanik diperlukan pada penderita depresi nafas, hipoksia, dan untuk
memfasilitasi sedasi terapeutik atau paralysis untuk mencegah hipertermia, asidosis, dan
rhabdomiolisis yang berhubungan dengan hiperaktivitas neuromuskuler.
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi.Jenisjenis
keracunan menurut (FK-UI, 1995) yaitu :

1. Cara terjadinya terdiri dari:

a. Self poisoning

b. Attempted Suicide

c. Accidental poisoning

d. Homicidal poisoning

2. Mulai waktu terjadi

1. Keracunan kronik

2. Keracunan akut

3. Menurut alat tubuh yang terkena

4. Menurut jenis bahan kimia Klasifikasi daya racun.Dalam obat obatan, penggolongan
daya racun yaitu:

No.Kriteria Toksik Dosis

1. Super Toksik> 15 G/KG BB

2. Toksik Ekstrim 5 – 15 G/KG BB

3. Sangat Toksik 0,5 – 5 G/KG BB

4. Toksisitas Sedang 50 – 500 MG/KG BB

5. Sedikit Toksik – 50 MG/KG BB

Keracunan obat spesifik diantaranya : Asetaminofen, Obat Anti Kolinergik,

Benzodiazepine, b-Blocker, Calcium Channel Blocker (CCB), Karbon Monoksida,


Glikosida Jantung, Obat-obatan golongan NSAID.Tujuan terapi keracunan dan overdosis

adalah mengawasi tanda-tanda vital, mencegah absorpsi racun lebih lanjut, mempercepat
eliminasi racun, pemberian antidot spesifik, dan mencegah paparan ulang.

4.2 SARAN

Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan kedepannya agar
penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih baik lagi

Anda mungkin juga menyukai