Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TOKSIKOLOGI HASIL PERIKANAN


Dosen : Eny Evan’s ., M.Si

”UJI DESAINN TOKSIKOLOGI”

DISUSUN OLEH :
1. Fitri Nur Arifah
2. Nova Fadilah Saputri

PRODI : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalampenyusunanmakalahmungkinadasedikithambatan.Namunberkatbantuandukungandar
iteman-temansertabimbingandaridosenpembimbing, sehingga kami
dapatmenyelasikanmakalahinidenganbaik.
Denganadanyamakalahini, diharapakandapatmembantu proses
pembelajarandanmenambahpengetahuanbagiparapembaca.
Penulisjugatidaklupamengucapkanterimakasihkepadasemuapihakatasbantuan, dukungandandoanya.
Semogamakalahinidapatbermanfaatbagisemuapihak yang
membacamakalahinidandapatmengetahuitentangsejarahkesehatanduniadan
Indonesia.Makalahinimungkinkurangsempurna, untukitu kami mengharapkritikdan saran
untukmenyempurnakanmakalahini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Toksik ................................................................................................. 3

2.2 Asas Umum Toksikologi ...................................................................................... 4

2.3 Kondisi Efek Toksik............................................................................................. 4

2.4 Mekanisme Efek Toksik....................................................................................... 6

2.5 Wujud Efek Toksik .............................................................................................. 10

2.6 Sifat Efek Toksik .................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 13

3.2 Saran..................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme
(hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari
racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi
dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini
sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada
mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya
agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi
merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Seperti telah diungkapkan, toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat
kimia atau jaringan biologi, definisi ini mengandung makna bahwa di dalam tubuh, dalam
kondisi tertentu, zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan tubuh, sehingga mengakibatkan
timbulnya efek berbahaya atau toksik dengan wujud dan sifat tertentu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kondisi, aksi (mekanisme), wujud, dan sifat efek toksiki sesuatu zat kimia,
merupakan dasar atau asas utama untuk belajar dan memahami toksikologi. Karena itu pulalah
ilmu ini disebut toksikologi dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi dari efek toksik atau racun ?
2. Bagaimana mekanisme dari efek toksis atau racun ?
3. Bagaimana wujud dari efek toksik atau racun ?
4. Bagaimana sifat dari efek toksik atau racun ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana kondisi dari efek toksik atau racun
2. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme dari efek toksis atau racun
3. Dapat mengetahui bagaimana wujud dari efek toksik atau racun
4. Dapat mengetahui bagaimana sifat dari efek toksik atau racun

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PengertianToksik
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya. Toksikologi
adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia, definisi ini mengandung makna
bahwa di dalam tubuh, dalam kondisi tertentu zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan
tubuh, sehingga mengakibatkan timbulnya efek berbahaya atau toksik dengan wujud dan sifat
tertentu. Bila demikian halnya, dengan memahami kondisi, mekanisme, wujud, dan sifat efek
sesuatu zat kimia, dan sifat efek toksik suatu zat kimia, kita dapat mengevaluasi keberbahayaan
zat kimia itu, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan atau memperkirakan batas
keamanan bila memejani manusia. Dan hal yang terakhir inilah merupakan arti penting
toksikologi. Selanjutnya, berdasarkan atas kondisi pemejanannya dan luas cakupan pokok
kajiannya, ruang lingkup toksikologi dapat dibedakan menjadi toksikologi lingkungan,
ekonomi, dan kehakiman.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat
yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan
manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan
situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam
tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi
karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja
terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih
bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang mungkin
bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk
spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan
dosis-respons.

2.2 Asas Umum Toksikologi


Timbulnyaefektoksiksuatuzatkimiaterjadimelaluibeberapa proses. MenurutDonatus
(2001), awalnyamakhlukhidupterpaparolehtoksikan.
Kemudiansetelahdiabsorpsidaritempatpaparannyamakatoksikanataumetabolitnyaakanterdistribu
siketempataksi (selsasaranataureseptor) tertentu yang ada di dalamdirimakhlukhidup.
Interaksiantaratoksikanataumetabolitnyadenganselsasaranataureseptor di tempataksiinilah yang
menimbulkanpengaruhberbahayaatauefektoksikdenganwujudsertasifattertentu.Efektoksiksangat
bervariasidalamsifat, organ sasaran,
maupunmekanismekerjanya.Pemahamanlebihmendalammengenaiciriefektoksikbermanfaatuntu
kmenilaibahayanyabagikesehatandanuntukmengembangkanupayapencegahandanterapi (Lu,
1995).
Berdasaralurperistiwatimbulnyaefektoksik, adaempatasasumum yang
perludipelajaridandipahamidalamtoksikologi.Empatasastersebutadalahkondisipemejanandanko
ndisimakhlukhidup, mekanismeaksi, wujuddansifatefektoksikataupengaruhberbahayaracun
(Donatus, 2001).
Pemahamanatasempatasasumumtosikologiinidapatdipergunakanuntukevaluasikeberbahayaa
nsuatuzat.Evaluasiinimenentukanataumemperkirakanbataskeamanansuatuzatbilamengenaiataud
igunakanpadamanusiasertacara-caramenggunakannyasupayatidakmenimbulkanefektoksik
(Priyanto, 2009).emudianbermanfaatuntuk

2.3 KondisiEfekToksik
Menurut Loomis (1978), kondisi efek toksik suatu senyawa adalah berbagai keadaan atau
faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas absorbsi, distribusi, dan eliminasi senyawa tersebut

2
di dalam tubuh makhluk hidup yang pada gilirannya akan menentukan keberadaan zat kimia
tersebut secara utuh atau metabolitnya dalam sel sasaran atau efektivitas antaraksinya dengan
sel sasaran. Jumlahzatkimiaataupunmetabolitnya di selsasaranakanmempengaruhiefektoksiknya
(Priyanto, 2009). Kondisiefektoksikmeliputikondisipemejanan (kondisipaparanzatkimia)
dankondisimakhlukhidup (Donatus, 2001).
Kondisipemejanan yang mempengaruhiefektoksikadalahjenis, jalur, lama, kekerapan, saat,
dantakaranpemejanan.Jenispemejanandibedakanmenjadidua,
yaituakutdankronis.Keduanyadibedakanberdasarkan lama
dankekerapanpemejanansebagaibataskurunwaktupemejananterhadapmakhlukhidup (Donatus,
2001).
Pemejananakutadalahpemejanan yang dilakukankurangdari 24 jam. Akan
tetapipadatoksikologiklinis, pemejanandalamkurunwaktu 72 jam
masihdianggapsebagaipemejananakut. Pemejanankronisdidefinisikansebagaipemejanan yang
dilakukansecara berkesinambunganatauberulangdalamsuatuperiodewaktupemejanantertentu
yang lebih lama daripadaperiodewaktupemejananakut (Donatus, 2001).
Kondisimakhlukhidupadalahkeadaanfisiologidanpatologi yang
dapatmempengaruhiketersediaanracun di
selsasarandankeefektifanantaraksikeduaubahantersebut.Termasukdalamkondisifisiologismakhlu
khidup yang berpengaruhterhadapefektoksikadalahberatbadan, usia, suhutubuh,
kecepatanpengosonganlambung, kecepatanalirandarah, status gizi, kehamilan, jeniskelamin,
iramasikardian, danirama diurnal.
Keadaanpatologismeliputisejumlahpenyakitdiantaranyapenyakitsalurancerna, kardiovaskuler,
hati, danginjal (Donatus, 2001).Keadaanpatologismerupakanfaktorpenting yang
harusdipertimbangkandalampelaksanaanujitoksikologi,
terutamaberkaitandenganpemilihandanpenentuanhewanuji (Donatus, 2001).
Dimaksud dengan efek toksik adalah berbagai keadaan atau factor yang dapat
mempengaruhi keefektifan absorbs, distribusi, dan eliminasi zat beracun di dalam tubuh,
sehingga akan menentukan keberadaan zat kimia utuh atau metabolitnya dalam sel sasaran serta
toksisitasnya. Termasuk dalam kondisi efek toksik ialah kondisi pemejanan yang meliputi jenis
pemejanan (akut atau kronis) jalur pemejanan (intra vascular atau ekstra vascular), lama dan
kekerapan pemejanan, saat pemejanan, dan takaran atau dosis pemejanan. Selain itu, termasuk
pula dalam kondisi efek toksik ialah kondisi subyek atau makhluk hidup, meliputi keadaan
fisiologi (misalnya: berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung,
kecepatan alir darah, status gizi, kehamilan, genetika, jenis kelamin, ritme sirkadian, ritme
diurnal) dan keadaan patologi (misalnya: penyakit saluran cerna, kardiovaskular, hati, dan
ginjal).
Berbagamacamkondisiitu,akanmempengaruhiketersediaanzatberacunataumetabolitnyadidala
mselsasaran, ataukeefektifaninteraksinyadenganselsasaran. Dengancarademikian,
akanmenentuikantoksisitassuatuzatberacun.

2.4 MekanismeEfekToksik
Mekanisme aksi toksik suatu zat beracun berguna untuk mengetahui penyebab timbulnya
keracunan yang berkaitan dengan wujud dan sifat efek toksik yang terjadi. Mekanisme aksi
toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan sifat dan tempat kejadian, sifat
antaraksi antara racun dan tempat aksinya, serta risiko penumpukan racun di dalam gudang
penyimpanan tubuh (Donatus, 2001).
Mekanisme aksi berdasar sifat dan tempat kejadian, secara patologi dapat dibagi menjadi dua
yaitu mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Mekanisme luka intrasel adalah luka yang diawali
oleh aksi racun pada tempat aksinya di dalam sel, sehingga mekanisme ini sering disebut
mekanisme langsung atau primer. Tempat aksinya meliputi membran sel (lipid, protein,
reseptor), inti sel (DNA), sitosol (enzim), mitokondria (produk energi), dan retikulum
endoplasmik (sintesis protein). Luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung karena racun beraksi
di lingkungan luar sel. Mekanisme ini disebut juga mekanisme tak langsung atau sekunder
(Donatus, 2001). Lingkungan luar berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sel. Keberadaan zat

3
kimia di lingkungan sel dapat menggangu aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan struktur
dan fungsi sel.
Pada dasarnya setelah zat beracun masuk ke dalam tubuh, suatu ketika dapat berdistribusi
sampai ke cairan estrasel atau intrasel karena itu, berdasarkan atas sifat dan tempat kejadiannya,
mekanisme aksi toksik zat kimia dibagi menjadi dua yakni mekanisme luka intrasel dan
mekanisme ekstrasel. Mekanismelukaintraseladalahlukasel yang
diawaliolehaksilangsungzatberacunataumetabolitnyapadatempataksitertentu di
dalamselsasaran.Karenaitu, mekanismejenisinisering kali dikenalsebagaimekanismeyan g
sifatnyalangsungatau primer.Sebaliknyamekanismeekstraselterjadisecaratidaklangsungartinya,
zatberacunpadaawalnyaberaksidilungkunganluarseldenganakibatterjadinyaluka di dapam sel.
Karenanya, mekanismeinijugadisebutmekanismetaklangsungatausekunder.
a. Mekanisme luka intraseluler
Di dalam tubuh, zat beracun mungkin berada dalam bentuk zat kimia induk atau dalam bentuk
metabolit yang relatif (misalnya: ion karbonium, epoksida, radikal bebas), sebelum berada di sel
sasaran. Setelah masuk ke dalam sel sasaran, kemungkinan akan berinteraksi dengan suatu
sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui salah satu dari beberapa mekanisme reaksi
kimia yang mungkin (reaksi pendesakan, ikatan kovalen, substitusi, peroksidasi, dan lain
sebagainya). Sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan sebagai akibat interaksi tadi, pertama
kali tubuh memberikan responnya, yang berupa aksi perbaikan atau adaptasi. Namun, bila
mekanisme pertahanan tubuh ini tidak lagi mampu menanggulanginya maka terjadilah respon
toksik yang pada dasarnya berwujud sebagai perubahan atau kekacauan biokimia, fungsional,
atau struktural, yang sifatnya mungkin terbalikan atau metabolit reaktif zat beracun, akan
bereaksi langsung dengan komponen-komponen molekular sel (sasaran molekular), melalui
serangkaian reaksi kimia tertentu, sasaran molekular ini meliputi membran sel (lipid)
b. Mekanisme luka ekstrasel
Kelangsungan hidup sel bergantung pada aneka ragam faktor lingkungan ekstrasel, yang
pada dasarnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik basal dan pengaturan aktifitas
sel. Oleh karena itu, bila zat beracun yang berada di lungkungan ekstrasel mampu mengganggu
atau mengacaukan kedua sistem tersebut, mungkin dapat menimbulkan perubahan struktur atau
fungsi sel. Pada dasarnya, untuk kepentingan metabolik dasar bagi kepentingan hidup sel,
dibutuhkan pasokan oksigen dan unsur hara, serta lingkungan cairan ekstraseluler yang optimal
berkaitan dengan komposisi elektrolit atau asam basa. Pasokan oksigen diperlukan untuk
produksi energi. Kecukupan pasokan oksigen ini bergantung pada fungsi alat pernafasan, difusi
oksigen dari alfeoli ke dalam darah, jumlah eritrosit yang berfungsi, dan sistem kardio faskular
untuk transport eritrosit teroksigenkan ke sel. Semua tempat ini, dapat menjadi sasaran serangan
kimia zat beracun. Misalnya, nitrit dapat merubah hemoglobin menjadi methemoglobin yang
tidak sanggup membawa oksigen. Akibatnya terjadi kekurangan oksigen dalam sirkulasi darah
(hipoksia). Bila berlanjut, keadaan ini akan berkembang menjadi anoksia. Dengan cara demikian,
produksi energi sel akan terganggu. Akibatnya dapat terjadi degenerasi atau kematian sel.
Pasokan unsur hara diperlukan oleh semua sel agar berbagai reaksi metabolik dapat
berlangsung dengan normal, sehingga produksi energi sel selalu mencukupi. Selain itu, unsur
hara juga diperlukan untuk proses pertumbuhan dan fungsi sel. Kecukupan unsur hara ini
tentunya bergantung pada keefektifan ingesti, digesti, absorbsi, dan distribusinya dari darah ke
lingkungan luar sel. Dengan demikian, zat beracun apapun yang dapat menghambat berbagai
proses perpindahan unsur hara dari tempat masuknya sampai akhirnya ke sel, tentu saja akan
menimbulkan gangguan terhadap produksi energi atau pertumbuhan sel.
Cairan dan keseimbangan elektrolit serta eliminasi produk buangan metabolisme sel,
merupakan sasaran potensial aneka ragam zat beracun. Pada umumnya, pengaruhnya berupa
retensi cairan ( edema) atau dehidrasi. Keadaan hal ini mungkin menyebabkan perubahan
struktur sekunder pada ginjal karena penekanan sodium, potasium, dan air tubuh. Sistem
pengaturan aktifitas sel mengatur dan mengintegrasikan kebutuhan aktifitas sel untuk memenuhi
persyaratan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel. Untuk itu, di dalam tubuh terdapat
beberapa sistem pengaturan yang saling berkaitan, yakni sistem saraf, endokrin (hormon), dan
kekebalan (imun).

4
Sistem saraf merupakan sistem pengantaran aktifitas sel yang paling penting dan sekaligus
kritis sebagai sasaran zat beracun. Baik secara langsung atau tak langsung, sistem ini
mempengaruhi semua jenis sel. Karena itu, bila disrupsi atau kerusakan sistem ini, maka dapat
menimbulkan kematian. Aneka ragam efek utama yang mungkin nampak ialah efek yang
berkaitan dengan kendali neural kontraksi otot atau sekresi kelenjar. Golongan pestisida
tertentu misalnya, dapat merusak saraf skiatik pada kaki. Otot yang dipasok oleh saraf ini, tidak
akan terangsang untuk berkontraksi lebih lama akibat pemejannan pestisida itu. Kelumpuhan
mungkin dapat terjadi. Contoh lainnya, atropina mempengaruhi saraf otonom, sehingga dapat
menghambat saraf sekresi kelenjar ludah. Akibatnya, mulut dapat terasa kering.
Sistem endokrin pada umumnya mengatur aktifitas pertumbuhan dan keseimbangan cairan
serta elektrolit sel. Selain itu, sistem ini secara khas mengendalikan sistem reproduksi.
Misalnya senyawa nirsteroid metalibur, dapat menekan sekresi gonadotropin, sehingga dapat
menghambat spermatogenesis dan atropiperlengkapan kelenjar kelamin. Keadaan ini terjadi
karena fungsi testis terutama diatur oleh gonadotropin LH dan FSH.
Sistem kekebalan tubuh mengatur molekul-molekulasi yang masuk ke dalam tubuh dan
molekul-molekul asing yang dihasilkan di dalam tubuh. Namun, hal ini tidak berarti semua
molekul di anggap asing oleh tubuh. Molekul yang dianggap asing oleh sistem kekebalan
disebut antigen. Pada umumnya, molekul antigen yang dijumpai ada kaitannya dengan bakteri,
virus, protein, dan zat kimia asing. Dalam keadaan normal, antigen-antigen ini dapat
dinetralkan oleh sistem kekebalan dan dieliminasi tanpa menyebabkan efek yang
membahayakan tubuh inangnya, yang berkisar dari efek lokal yang ringan seperti ruam sampai
ke reaksi yang parah dan fatal seperti syok. Reaksi yang membahayakan ini biasanya diacu
sebagai reaksi alergi, yang sangat penting dalam kaitannya dengan mekanisme ketoksikan zat
kimia apapun.

2.5 Wujud Efek Toksik


Wujudefektoksiksuaturacundapatberwujudperubahanbiokimia, fisiologi (fungsional),
danstruktural.Perubahaninimemilikisifat yang khas, yaituterbalikkandantakterbalikkan
(Donatus, 2001).
Responperubahanbiokimiamerupakanperubahanataukekacauanbiokimiaterhadaplukaselakib
atantaraksiantararacundantempataksi yang
terbalikkan.Responperubahanfungsionalberkaitandenganantaraksiracundenganreseptoraktifenzi
m yang terbalikkan, sehinggamempengaruhifungsi homeostasis tertentu (Donatus, 2001).
Termasukdalamwujudefektoksikbiokimiaantaralainpenghambatanrespirasiseluler,
perubahankeseimbangancairandanelektrolit, sertagangguanpasokanenergi.
Termasukdalamwujudefektoksikfungsionalantara lain anoksia, gangguanpernapasan,
gangguansistemsarafpusat, hiperatauhipotensi, hiperatauhipoglikemia,
perubahankeseimbangancairandanelektrolit, perubahankontraksiataurelaksasiotot,
sertahiperatauhipotermi (Priyanto, 2009).
Perubahanfungsionalataubiokimiaseringkalimerupakantahapawaldariterjadinyaperubahanstr
uktural (Priyanto, 2009).Responperubahanstrukturalmeliputidegenerasi, proliferasi,
daninflamasi.Perubahandegenerasimeliputiatropi, akumulasiintrasel (yang paling
seringdijumpaiadalahpenumpukan air danlemak), sertanekrosis. Wujudefektoksik yang
samadapatmemperantaitimbulnyagejalaklinisketoksikan yang berbedapadatiapindividu.
Wujud efek toksik zat beracun, pada dasaranya merupakan perubahan biokimia, fungsional,
dan struktural. Namun, tidak berarti bahwa efek toksik zat beracun sepenuhnya dapat terpisah
dengan tegas ke dapam tiga jenis wujud dasar efek toksik itu. Melainkan, sering kali merupakan
campuran, karena ketiganya merupakan proses yang saling berkaitan. Perubahan struktural
misalnya, kebanyakan merupakan wujud akhir dari perubahan fungsional dan atau biokimia.
Jenis efek toksik berdasarkan perubahan biokimia, meliputi jenis wujud efek toksik yang
berkaitan denggan respons dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat
interaksi antara zat beracun dan tempat aksi tertentu, yang sifatnya berbalikan. Termasuk
dalam jenis wujud efek toksik itu, diantaranya menghambat respirasi sel, perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan gangguan pasokan energi. Misalnya sianida mampu
menghambat rantai transport elektron.

5
Jenis efek toksik berdasarkan perubahan fungsional meliputi jenis wujud efek toksik yang
berkaitan dengan interaksi zat beracun dengan reseptor atau tempat akhir enzim yang sifatnya
berbalikan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu. Termasuk dalam jenis
wujud efek toksik ini diantaranya anoksia, gangguan pernafasan, gangguan sistem saraf pusat,
hiper atau hipotensi, hiper atau hopo glikemik, perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit,
perubahan kontraksi atau rileksasi otot, dan hipo atau hipertermi. Insektisida organofosfat
melation misalnya, dapat menyebabkan kematian karena penyekatan otot-otot pernafasan
sebagai akibat penumpukan asetil kolin yang berlebihan. Hal ini terjadi karena hambatan enzim
yang secara normal bertanggung jawab terhadap penawar racun neurotransmiter.
Efek toksik berdasarkan perubahan struktural, meliputi jenis wujud efek toksik yang
berkaitan dengan perubahan morfologi sel yang akhirnya berwujud sebagai kekacauan
struktural, terdapat respon histopatologi dasar sebagai tanggapan terhadap adanya luka sel,
yakni degenerasi proliferasi, dan inflamasi atau perbaikan. Degenerasi dan poliferasi
merupakan respon ekstrasel. Berbagai respon histopatologi itu, mendasari aneka ragam
perubahan morfologi atau struktural dalam berbagai wujud atau bentuknya seperti degenerasi
melemak, nekrosis, mutagenesis, karsinogenesis, dan lain sebagainya. Tetrasiklin merupakan
contoh obat yang dapat menimbulkan perlemakan hati, sedang racun pangan aflatoksin dapat
menimbulkan nekrosis hati. Pada umumnya, perubahan struktural ini bersifat terbalikkan.
Meskipun demikian, adapula yang bersifat terbalikkan, misalnya degenerasi lemak.

2.6 Sifat Efek Toksik


Terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yakni terbalikkan atau tak terbalikan. Ciri
khas dari wujud efek toksik yang terbaikkan meliputi:
a. Bila kadar racun yang ada dalam tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis, maka
reseptor tersebut akan kembali kesemula.
b. Efek toksik yang ditimbulkan akan cepat kembali normal.
c. Ketoksikkan racun bergantung pada takaran serta kecepatan absorbsi, distribusi, dan
eliminasi racunnya.
Sedang cirikhas dari wujud efek toksik yang bersifat tak terbalikkan meliputi:
a. Kerusakan yang terjadi sifatnya menetap
b. Pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama
sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan efek toksik
c. Pemejanan dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan
efek toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan
toksikan besar dalam jangka panjang.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan:
a. Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap
organisme hidup.
b. Asas umum toksikologi adalah kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup, mekanisme aksi,
wujud dan sifat efek toksik atau pengaruh berbahaya racun.
c. Kondisi efek toksik meliputi kondisi pemejanan (kondisi paparan zat kimia) dan kondisi
makhluk hidup.
d. Mekanisme aksi berdasar sifat dan tempat kejadian, secara patologi dapat dibagi menjadi dua
yaitu mekanisme luka intrasel dan ekstrasel.
e. Wujud efek toksik suatu racun dapat berwujud perubahan biokimia, fisiologi (fungsional), dan
struktural.
f. Terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yakni terbalikkan atau tak terbalikan.

3.2 Saran
a. Sebelum mengetahui ilmu toksikologi lebih lanjut, harus terlebih dahulu mengetahui dasar yaitu
mengenai kondisi, mekanisme, wujud, dan sifat
b. Perlunya pengawasan baik mengenai dosis, cara pemakaian, dan cara pemberian sehingga obat
yang diberikan tidak menjadi toksik atau racun

7
DAFTAR PUSTAKA

Donatus, Argo, Imono. 2001.ToksikologiDasar. FakultasFarmasi, Universitas. Gajah Mada.


Yogyakarta.
Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko, Nugroho, E. (terj.),
UI Press, Jakarta
Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj.) IKIP Semarang Press, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai