Anda di halaman 1dari 15

TOKSIKOLOGI

MAKALAH

Ruang Lingkup Toksikologi dan Kegunaan dalam Berbagai Bidang


Toksikologi

Oleh:

Raharja Kuncara 4411414006

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVESITAS NEGERI SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali
peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan
lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu
telah mencoba beragam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui
pengalamannya ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbaya. Dalam kontek
ini kata makanan dikonotasikan ke dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika
disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup atau
menjalankan fungsinya. Sedangkan kata racun merupakan istilah yang digunakan
untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai bahan zat kimia yang dengan
jelas berbahaya bagi badan. Efek berbahaya (toksik) yang ditimbulkan oleh zat
racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan beradaban
manusia, dengan efek yang ditimbulkan oleh zat racun (toksin) sangat bervariasi
bahkan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan kematian. Kurangnya pengetahuan
akan zat racun, oleh manusia efek toksik dari zat racun ini banyak dimanfaatkan
untuk tujuan seperti membunuh atau bunuh diri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari toksikologi?
2. Bagaimana klasifikasi bahan-bahan toksin?
3. Bagaimana karakteristik dari toksikologi?
4. Apa saja ruang lingkup toksikologi?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian toksikologi
2. Untuk mengetahui klasifikasi bahan toksik
3. Untuk mengetahui karakteristik toksikologi
4. Untuk mengetahui ruang lingkup toksikologi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Toksikologi
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari
zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta
efek yang di timbulkannya. Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat
didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek
toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya
Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan
sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme
biologi tertentu pada suatu organisme. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan
dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia
tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam
tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan
manifestasi toksik. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor tempat kerja, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk
efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau
toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek
berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat
kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek
dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan
menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan
antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara
bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-
respons.
Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan
situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk
ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan
kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut,
subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi
karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para
pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Resiko keracunan tidak hanya tergantung pada sifat zatnya sendiri, tetapi
juga pada kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk
dan diabsorpsi. Dengan lain kata tergantung dengan cara kerja, frekuensi kerja dan
waktu kerja. Antara kerja (atau mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu tokson
tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya relatif. Semua kerja dari suatu
obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang sebenarnya,
dapat dinyatakan sebagai kerja toksik. Kerja medriatik (pelebaran pupil), dari
sudut pandangan ahli mata merupakan efek terapi yang dinginkan, namun kerja
hambatan sekresi, dilihat sebagai kerja samping yang tidak diinginkan. Bila
seorang ahli penyakit dalam menggunakan zat yang sama untuk terapi, lazimnya
keadaan ini manjadi terbalik. Pada seorang anak yang tanpa menyadarinya telah
memakan buah Atropa belladonna, maka mediaris maupun mulut kering harus
dilihat sebagai gejala keracuanan. Oleh sebab itu ungkapan kerja terapi maupun
kerja toksik tidak pernah dinilai secara mutlak. Hanya tujuan penggunaan suatu
zat yang mempunyai kerja farmakologi dan dengan demikian sekaligus
berpotensial toksik, memungkinkan untuk membedakan apakah kerjanya sebagai
obat atau sebagai zat racun.
Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin
ilmu, ia dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna
mempelajari interaksi antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan.
Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika,
matematika. Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson yang
melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan efek toksik.

Hubungan ilmu dasar dan terapan dengan cabang toksikologi (dimodifikasi dari
LOOMIS 1979).

2. Klasifikasi Zat Toksin:


a) Racun iritan, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan radang.
Contohnya asam mineral, fungi beracun, dan preparasi arsenik.
b) Racun penyebab hiperemia, racun narkotik, yang terbukti dapat
berakibat fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Contohnya opium,
tembakau, konium, dogitalis, dll.
c) Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah, organ pusat
saraf dapat lumpuh dan menimbulkan akibat yang fatal seperti kematian
tiba-tiba. Contohnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform.
d) Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya bersifat kronis dan
dapat berakibat fatal bagi kesehatan secara perlahan. Contohnya bismut
putih, asap timbal, merkuri, dan arsenic. Marasmus adalah salah satu
bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita
penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang,
infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus
serta kesehatan lingkungan. Marasmus sering dijumpai pada anak
berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: berat badan kurang dari 60%
berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena
lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya
melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang
rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak
menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-
otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan
hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik
(terus menerus) atau susah buang air kecil.
e) Racun yang menyebabkan infeksi (racun septik), dapat berupa racun
makanan yang pada keadaan tertentu menimbulkan sakit Pyaemia (atau
pyemia) dan tipus pada hewan ternak.

Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya.


Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut.
Dalam klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang:

Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati


Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah
Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru
Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat
kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman
patogen.

Racun pada Sistem Saraf Pusat (neurotoksik)

Beberapa substansi dapat mengganggu respirasi sel, dapat


menyebabkan gangguan ventilasi paru-paru atau sirkulasi otak yang dapat
menjadikan kerusakan irreversible dari saraf pusat. Substansi itu antara
lain : Etanol, antihistamin, bromide, kodein.

Racun Jantung (kardiotoksik)


Beberapa obat dapat menyebabkan kelainan ritme jantung sehingga
dapat terjadi payah jantungatau henti jantung.
Racun Hati (Hepatoksik)
Hepatotoksik menyebabkan manifestasi nekrosis lokal ataupun
sistemik. Dengan hilangnya sebagian sel hati, menyebabkan tubuh lebih
rentan terhadap aksi biologi senyawa lain. Kelainan hati lain yang sering
ditemui adalah hepatitis kholestatik.

3. Karakteristik Toksikologi

Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik.

Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat
fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin
mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang
timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya.

Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk
dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan
polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda.
Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya
melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui
intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan
berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan
masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan
dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun
sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis
tinggi.

Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :


Reaksi alergi

Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan


kimia atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi
sering disebut sebagai hipersensitif , sedangkan reaksi alergi atau reaksi
kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang
menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah
sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan.

Reaksi ideosinkrasi

Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia


atau bahan polutan.

Toksisitas cepat dan lambat

Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah


pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan
manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa
waktu dari waktu timbul pemberian.

Toksisitas setempat dan sistemik

Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya.


Efek setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak
yang pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik
terjadi pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan
didistribusi hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas
sistemik adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem
hematopoitik, organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan
target yang paling belakangan.

Respon toksik tergantung pada :


Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut
Situasi pemaparan
Kerentanan sistem biologis dari subyek

Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :


Jalur masuk ke dalam tubuh

Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya


melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur
lainnya. Jalur lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal,
dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi
toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri
biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan
kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.

Jangka waktu dan frekuensi paparan


a. Akut (pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam);
b. Sub akut (pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk
jangka waktu 1 bulan atau kurang);
c. Sub kronik (pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk
jangka waktu 3 bulan);
d. Kronik (pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka
waktu lebih dari 3 bulan).

Daya keracunan meliputi :


1. Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin,
Agen Oranye, Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida.
2. Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat
3. Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor
4. Kurang Toksik :Benzene hexachloride (BHC)
Dalam obat-obatan, penggolongan daya racun yaitu:

No. Kriteria Toksik Dosis


1. Super Toksik > 15 G/KG BB
2. Toksik Ekstrim . 5 15 G/KG BB
3. Sangat Toksik 0,5 5 G/KG BB
4. Toksisitas Sedang 50 500 MG/KG BB
5. Sedikit Toksik 5 50 MG/KG BB
6. Praktis Non Toksik < 5 MG/KG BB

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan
pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan
oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan
merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat
menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya
maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis
yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek
toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis
dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik
pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi
tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari
bahan toksi.

4. Ruang Lingkup Toksikologi


Sesungguhnya toksikologi merupakan perpaduan berbagai ilmu sehingga
untuk mempelajarinya harus dibekali dengan ilmu-ilmu yang lain. Dasar
pembagian ruang lingkup pokok kajian toksikologi adalah cara pemejanan dan
pokok atau masalah yang dikaji. Cara pemejanan dibagi atas pemejanan yang
disengaja dan pemejanan yang tidak disengaja, sedangkan pokok masalah yang
dikaji dibedakan berdasarkan bidang yang dikaji dalam toksikologi secara umum,
seperti masalah lingkungan, ekonomi dan kehakiman/forensik.
a. Toksikologi Lingkungan
Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemejanan yang tidak di
sengaja pada jaringan biologi (lebih khusus pada manusia) dengan senyawa kimia
yang pada dasarnya merupakan pencemaran lingkungan, makanan atau air. Pada
prinsipnya, toksikologi lingkungan mengkaji tentang keracunan yang terjadi
secara tidak sengaja seperti keracunan akibat makan ikan yang berasal dari teluk
minamata jepang dan mengakibatkan penyakit minamata keracunan gas akibat
aktifitas gunung berapi dan masih banyak contoh lainnya. Tujuan dari pada
toksikologi lingkungan adalah : mengurangi perlunya mencari substansi yang
aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaiman racun menyerang
organisme, mencegah terjadinya efek tang tidak di kehendaki dari racun terhadap
organisme dan kualitas lingkungan dapat membuat criteria dasar untuk
standarisasi kualitas lingkungan dapat memperbaiki cara pengolahan karena
mengetahui mekanisme terjadinya efek dan keracunan.
b. Toksikologi Ekonomi
Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pengaruh berbahaya zat
kimia, yang dengan segaja dipejankan pada jaringan biologi dengan maksud untuk
mencapai pengaruh atau efek khas, seperti : obat, zat tambahan makanan dan
peptisida. Pada bidang ini, keracunan bisa terjadi karena efek samping obat atau
berbagai gejala buruk yang muncul akibat adanya kandungan formalin dalam
produk mie instan dan lain sebagainya, dimana pemejanan obat atau makanan tadi
memang sengaja dilakukan untuk tujuan penyembuhan penyakit dan sebagai
bahan makanan.
c. Toksikologi Kehakiman/Forensik
Merupakan cabang toksikologi yang mengkaji aspek medis dan aspek
hukum atas pengaruh berbahaya zat kimia pada manusia. Pada bidang kajian ini,
masukknya senyawa kimia bisa terjadi karena kesengajaan untuk tujuan
pembunuhan atau secara tidak sengaja akibat kelalaian manusia. Akan tetapi,
yang jelas peristiwa keracunan yang terjadi menimbukan suatu masalah, dimana
masalah tersebut harus diselesaikan secara hukum di pengadilan. Kerja utama dari
toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari
racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan
apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang
dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil
analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu
laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum
Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan
Ahli atau Surat Keterangan.
Belakangan ini berkembang di bidang ilmu lingkungan, problem
pencemaran lingkungan hidup akan berbicara aspek toksikologi, misalnya
seberapa besar kualitas dan kuantitas bahan kimia merusak ataupun terpenetrasi
pada organisme sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan bahkan
mematikan organisme tertentu, sebab dengan pengetahuan ini kita dapat
menentukan secara kuantitatif toksikan bagi manusia.

5. Jenis-jenis Toksikologi.
a. Toksikologi Deskriptif

Melakukan uji toksisitas untuk mendapat informasi yang


digunakan untuk mengevaluasi resiko yang timbul oleh bahan kimia
terhadap manusia dan lingkungan

b. Toksikologi Mekanistik

Menentukan bagaimana zat kimia menimbulkan efek yang


merugikan pada organisme hidup

c. Toksikologi Regulatif

Menentukan apakah suatu obat mempunyai resiko yang rendah


untuk dipakai sebagai tujuan terapi

d. Toksikologi Forensik

Mempelajari aspek hukum kedokteran akibat penggunaan bahan


kimia berbahaya dan membantu menegakkan diagnosa pada pemeriksaan
postmortem

e. Toksikologi Klinik

Mempelajari gangguan yang disebabkan substansi toksik, merawat


penderita yang keracunan dan menemukan cara baru dalam
penanggulangannya

f. Toksikologi Kerja

Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang membahayakan


pekerja dalam proses pembuatan, transportasi, penyimpanan maupun
penggunaannya

g. Toksikologi Lingkungan
Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai
polutan lingkungan

h. Ekotoksikologi

Mempelajari efek toksik zat kimia terhadap populasi masyarakat

i. Toksikologi Ekperimental :

Pemakaian obat secara kronik (anti hipertensi, obat TBC,


kontrasepsi), harus disertai data karsinogenik dan teratogenik dari obat
tersebut

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa toksikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara substansi-substansi atau bahan
yang berpotensial toksik (racun) dan mekanisme biologis pada organisme, yang
dapat memberikan efek berbahaya berupa luka ataupun kematian sebagai hasil
dari interaksi tersebut.
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari
zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta
efek yang di timbulkannya. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat
disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta
susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik.
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat
fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin
mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang
timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press

Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan


Toksikologi Seyawa Logam. Jakarta . UI-Press
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press

Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj.). Semarang: IKIP


Semarang Press

Munim, I.A. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses


Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.

Nelwan, Denny 2010. Bahan Ajar Toksikologi Dasar. Manado

Wirasuta, I.M.A.G dan Rasmaya, N. 2006. Buku Ajar Toksikologi Umum. Bali.
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai