Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ABDULLATIF

NIM : 20191440119001

RESUMAN MATERI TOKSIKOLOGI

A.    Pengertian Toksik

Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.

Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat
yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.

Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya
terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para
pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.

Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih
bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang
mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal
dengan hubungan dosis-respons.

B.     Klasifikasi Bahan Toksik

Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari minat dan
tujuan pengelompokkannya. Kombinasi dari berbagai sistem klasifikasi atau berdasarkan
faktor-faktor lainyanya mungkin diperlukan untuk memberikan sistem peringkat terbaik
untuk maksud tertentu.  Meskipun klasifikasi yang mempertimbangkan komposisi kimiawi
dan biologis dari bahan serta karekteristik pemaparan akan lebih bermanfaat untuk tujuan
pengendalian dan pengaturan dari pemakaian zat-zat toksik (Rukaesih Achmad, 2004: 156-
157) 

C. Karakteristik Toksikologi

Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang
mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan
toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan
kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifikasi
toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan
serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan
toksisitas dan situasi paparan adalah cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi
paparan.

Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran
penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain tersebut diantaranya
adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan
mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya
masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya
melalui proses tertelan.

Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat
bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam dosis
yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena,
sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang
masuk melalui intravena, memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang
diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan
masuk melalui kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis
yang lebih rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu
bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.

D. Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan

Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui saluran
pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru (inhalasi), kulit (topikal), dan
jalur perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan
respon yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.

Disamping itu, jalur masuk dapat mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia. Sebagai contoh,
suatu bahan kimia yang didetoksifikasi di hati diharapkan akan menjadi kurang toksik bila
diberikan melalui sirkulasi portal (oral) dibandingkan bila diberikan melalui sirkulasi
sistematik (inhalasi). Pemaparan bahan – bahan toksik dilingkungan industry seringkali
sebagai hasil dari pemaparan melalui inhalasi dan topical, sedangkan keracunan akibat
kecelakaan atau bunuh diri seringkali terjadi melalui ingesti oral.

E. Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan

Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan percobaan binatang.
Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan menjadi 4
kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis. Paparan akut apabila suatu paparan
terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan.
Paparan sub akut terjadi apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang,
paparan sub kronis bila paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila
terulang lebih dari 3 bulan.

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda
bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan
polutan benzena pada pertama akan merusak sistensim saraf pusat sedangkan paparan
ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.

Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan
beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek.
Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya maka efek yang terjadi juga akan menurun
setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak
akan menimbulkan efek.

Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku didalam industri
semakin hari semakin meningkat.walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang dan
dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian tetra-etil timbal (TEL) pada bensin, tetapi
pemaparan terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan.

Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik atau akut.  Pemaparan
akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja (pada kasus bunuh diri atau
dibunuh), dan pemaparan kronik biasanya dialami para pekerja terutama di lingkungan
industri-industri kimia.

Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun
mekanisme kerjanya.  Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cidera pada tempat yang
kena bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek sistematik setelah bahan kimia diserap dan
tersebar ke bagian organ lainnya.  Efek toksik ini dapat bersifat reversibel artinya dapat
hilang dengan sendirinya atau irreversibel  yaitu akan menetap atau bertambah parah setelah
pajanan toksikan dihentikan.  Efek irreversibel (efek Nirpulih) di antaranya karsinjoma,
mutasi, kerusakan syaraf, dan sirosis hati.

Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang rendah atau untuk
waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila pajanan dengan kadar yang lebih
tinggi dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad, 2004:170)

Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium dengan
peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992). Pendekatan eksperimental digunakan
dalam analisis bahan berbahaya yang berpotensi menimbulkan efek dapat dikembangkan
pada beberapa tingkat yang berbeda kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu
organisasi misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung pada
tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon pada sub-
khronis, kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan diantara kenyataan ekologi
dan kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi hasil.

Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat
terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi
kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup
waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik.

Anda mungkin juga menyukai