Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE YANG DILAKUKAN


TINDAKAN PEMBEDAHAN MASTEKTOMI RADIKAL
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSD IDAMAN BANJARBARU

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


MUHAMMAD SOLEH
WAFIQ AZIZAH
ANNISA
NOVITA
GEBRILA CAROLINA
LISMA NAZEMIE
ATMITA

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

DAFTAR ISI
1
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE............................................................... 3

A. DEFINISI ............................................................................................................ 3
B. ETIOLOGI .......................................................................................................... 4
C. PATOFISIOLOGI............................................................................................... 6
D. PATHWAY ........................................................................................................ 8
E. MANIFESTASI KLINIS.................................................................................... 9
F. TIPE CA MAMMAE............................................................................................ 11
G. TAHAPAN CA MAMMAE................................................................................. 12
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................... 14
I. PENATALAKSANAAN .................................................................................... 16
J. KOMPLIKASI..................................................................................................... 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................... 18

A. PENGKAJIAN ...................................................................................................... 18
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN ......................................................................... 22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................................... 23
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................................ 24
E. EVALUASI KEPERAWATAN............................................................................ 24

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF............................................................ 25


ANALISA DATA............................................................................................................... 30
DIGANOSIS, RENCANA DAN TINDAKAN KEPERAWATAN............................... 32
TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN...................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 36

LAPORAN PENDAHULUAN

2
CA MAMMAE

KONSEP PENYAKIT CA MAMMAE

A. DEFINISI

Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-

sel abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal. Sel yang

mengalami abnormalitas ini bisa jadi sel organ dalam, sel jaringan otot, sel tulang, sel

otak, bahkan sel darah. Tidak ada satu sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki

kemungkinan terserang kanker. Bahkan yang lebih mengerikan sel yang sudah

mengalami penyimpangan atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti

aliran darah dan cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang menyerang di

berbagai tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah tempat dalam waktu singkat.

(Nurcahyo, 2010).

Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah momok

pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim (Nurcahyo, 2010).

Kanker payudara terjadi karena terganggunya system pertumbuhan di dalam jaringan

payudara. Carcinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal

mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan

menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif & Kusuma, 2015)

3
B. ETIOLOGI

Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya

serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat

menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh

dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga

berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesterone mengalami

perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif & Kusuma, 2015).

Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth, 2015 :

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara

sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.

2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari

wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya

terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali

jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.

3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang

mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali

lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang

mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.

4
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan

risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang

telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko

sepertiganya.

6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara

disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk

mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai

risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30

tahun berisiko hampir dua kali lipat.

8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause.

Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai

angka kematian lebih tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis

yang lambat.

9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi

untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun

dengan cepat setelah penghentian medikasi.

10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang

menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang

(lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.

Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen

meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan kanker

payudara.

5
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang

mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara

dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali,

angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa

wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker

payudara pada tahun-tahun terakhirnya.

Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun,

beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan

perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.

Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu.

(Astrid Savitri, dkk.,2015).

C. PATOFISIOLOGI

Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya

kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel

yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak

mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan

mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan

cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah

terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas

tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi

6
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal (Wijaya dan

Putri, 2013).

Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas

kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel

kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak

pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan

lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau

anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan

bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak

permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak.

Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada

jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri

sebagai respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel

kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak

pembuluh darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker,

bau yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah

psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah

atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang akan

menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).

7
D. PATHWAY

Faktor resiko :
Genetic
Hormonal Pertumbuhan sel abnormal
Merokok, alcohol, pola
makan Hyperplasia pada sel mammae
Tumor jinak

CA MAMMAE

Mendesak jaringan sekitarnya Mensuplai nutrisi ke jaringan Mendesak pembuluh darah


Ca
Aliran terhambat hingga terjadi
Pembengkakan Mammae Pe ↓ hipermetabolisme hipoxia
jaringa lain →BB turun
Peningkatan massa tumor Bakteri patogen
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Keluar cairan putih di nanah

Tindakan pembedahan

Pre Op Post Op
Efek anestesi

Ketidakefektifan
Stress psikologi Massa tumor Fisiologi Psikologi
Pola Nafas
mendesak
jaringan
Insisi jaringan Perubahan
mammae bentuk
Nyeri akut
mammae

Defisit
Ansietas Gangguan Citra
Pengetahuan
Kerusakan Terputusnya Tubuh
integritas otot/jaringan
Pendidikan kulit/jaringan sekitar aksila
kesehatan
Resiko Infeksi

Gambar 2.1 : Pathway Ca Mammae (Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)

8
E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak,

massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carcinoma kadang tak

nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritemme, mengeras

asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk

adanya metastase. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas

menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain :

1. Munculnya benjolan pada payudara

Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi seringkali

menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan yang berhubungan

dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-

kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada beberapa penderita.

2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)

Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi tanda

bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening. Benjolan ini

terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan dan nyeri.

3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih kecil

atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.

9
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)

Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan.

Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya pada salah

satu payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin

itu merupakan tanda kanker payudara.

5. Perubahan pada puting susu

Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama sembuh.

Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah bentuk atau

posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting susu mungkin

merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi.

6. Kulit payudara berkerut

Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu kulit

payudara terlihat memerah dan terasa panas.

7. Tanda-tanda kanker telah menyebar

Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa

kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh lainnya.

Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan atau luka pada

kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu

makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan

ganda.

10
F. TIPE CA MAMMAE
Menurut (Brunner & Sudarth, 2015) :

1. Karsinoma duktal menginfiltrasi. Merupakan tipe histologis yang paling umum,

merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena

keras saat dipalpasi. Kaker jenis ini biasanya bermetastatis di nodus aksila.

Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.

2. Karsinoma lobular menginfiltrasi. Tipe ini jarang terjadi, merupakan 5% sampai

10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang

tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe

ini lebih umum multisentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa area

pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular

menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat

metastatisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar

atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya bermetastatis ke permukaan

meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.

3. Karsinoma medular. Tipe ini menempati 6% dari kanker payudara dan tumbuh

dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas

dengan lambat, sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.

4. Kanker musinus. Tipe ini menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir,

juga tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih

baik dari lainnya.

11
5. Kanker duktal tubular. Tipe ini jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari

kanker. Karena metastatis aksilaris secara histologi tidak lazim, maka prognosisnya

sangat baik.

6. Karsinoma inflamatori. Merupakan tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai

2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya.

Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi puting

susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya

mendorong pasien mencari bantuan medis lebih cepat dibanding pasien wanita

lainnya dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat

pada bagian tubuh lainnya. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk

mengontrol penyebaran.

G. TAHAPAN CA MAMMAE

Menurut Wijaya & Putri (2013), tahapan klinik yang paling banyak digunakann

untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran

tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM

diadaptasi oleh The America Joint Committee on Cancer Staging and Resuid

Reformatting. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis yang

lebih akurat, tahap- tahapannya adalah sebagai berikut :

TUMOR SIZE (T)

1. Tx : Tak ada tumor

2. To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer

3. T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm

12
4. T2 : Tumor dengan diameter lebih dari 2-5 cm

5. T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm

6. T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secara

langsung ke dinding thorax atau kulit.

REGIONAL LIMPHO NODUS (N)

1. Nx : Kelenjar ketiak tak teraba.

2. No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral.

3. N1 : Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan.

4. N2 : Metastase ke kelenjar ketiak homolateral, melekat terfiksasi satu sama lain atau

jaringan sekitarnya.

5. N3 : Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler/infraklavikuler atau odeme

lengan.

METASTASE JAUH (M)

1. Mo : Tak ada metastase jauh

2. M1 : Metastase jauh termasih perluasan ke dalam di luar payudara.

H. STADIUM CA MAMMAE

Untuk kepentingan pengobatan dan prognosa, kanker payudara dibagi 4 stadium

yaitu :

1. Stadium I

Ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke organ lain

maupun di kelenjar getah bening supra clavicula.

13
2. Stadium II

Ukuran tumor antara 2-5 cn dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun

dikelenjar getah bening supra clavicula.

3. Stadium III

Ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ tubuh lain atau

di kelenjar getah bening supra clacikula.

4. Stadium IV

Ukuran tumor seberapapun bilamana sudah ada penyebaran di organ tubuh atau

dikelenjar getah bening supra clavicula masuk ke dalam stadium IV.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :

1. Pemeriksaan laboratorium meliputi :


a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi dengan
pemeriksaan fisik.
3. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
4. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.

14
a. Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam

tindakan pembedahan.

1) Aspirasi biopsi (FNAB)

Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar kistik

atau padat.

2) True cut/care biopsy

Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi

untuk memandu jarum pada massa.

b. Incisi biopsy

c. Eksisi biopsy

Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan

pemeriksaan histologik secara froxen section.

5. Penanda tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein,

HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi

lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.

6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah

7. Foto thoraks

8. USG

USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan

benjolan padat.

9. Mammografi

Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan

daerah yang abnormal pada payudara.

15
10. Termografi

Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada

payudara.

11. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat

menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada

waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami

menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10

hari sesudah 1 hari menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa

dilakukan kapan saja tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan (misalnya setiap

awal bulan).

J. PENATALAKSANAAN

Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan penatalaksanaan

tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi

atau terapi hormonal atau kombinasi terapi.

1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh

jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe

aksila. Matektomi radikal adalah pembedahan yang dilakukan untuk

mengkat payudara, pilihan ini akan membawa wanita untuk dapat memilih

prosedur yang lebih mengarah pada pencapaian efektifitas penanganan

(Suyanto & Pasaribu, 2014).

2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-

aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph

node dissection, ALND).

16
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi luas,

parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan

nodus limfe untuk kanker payudara invasif.

4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi

kanker payudara stadium dini.

5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh

payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi

saja) kini sedang dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara

cermat.

6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit :

siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis

antrasiklin misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence),

taksans (paklitaksel seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter).

7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron :

Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan

untuk menekan tumor yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor

anastrazol (Arimidex), letrozol (Femara), dan eksemestan (Aromasin).

8. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).

9. Rekonstruksi payudara.

17
K. KOMPLIKASI

Potensial komplikasinya dapat dapat mencakup sebagai berikut : limfedema

terjadi saat limfe yang digunakan untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi

umum tidak berfungsi dengan baik. Jika nodus aksilaris harus mengambil alih fungsi.

Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi

yang proksimal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan

jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Fatimah, 2009).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,

untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pasien

yang menderita Ca Mammae adalah sebagai berikut :

1. Identitas

Kebanyakan pasien Ca Mammae terjadi pada wanita dewasa usia lebih

dari 30 tahun, didukung dengan faktor-faktor predisposisi kanker payudara.

Tetapi tidak menutup kemungkinan usia dibawah 30 tahun terkena kanker

payudara, dikarenkan pola hidup yang tidak sehat. Risiko seorang wanita

menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid

Savitri, dkk., 2015)

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae

biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan

yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,

18
bengkak serta nyeri. Pada pasien Pre Op Ca Mammae pasien akan

mengeluh cemas serta khawatir bagaimana nanti ketika di operasi (Wijaya

& Putri, 2013).

3. Riwayat penyakit sekarang

Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang

dirasakan sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah

memeriksakan diri ke tempat lain serta pengobatan yang telah diberikan dan

bagaimana perubahannya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien yaitu

tentang penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien pernah

mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak,

hyperplasia tipikal. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi

pengganti hormone dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun) seperti

estrogen suplemen dan apakah pasien juga mempunyai riwayat pemakaian

kontrasepsi oral. Biasanya pasien Ca Mammae mempunyai riwayat

menarche atau menstruasi pertama pada usia yang relative muda dan

menopause pada usia yang relative tua. Dan pada riwayat obstetri, biasanya

pasien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan) infertilitas

dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua (lebih dari 35

tahun) serta tidak menyusui.

5. Riwayat penyakit keluarga

Adanya keluarga yang mengalami Ca Mammae berpengaruh pada

kemungkinan klien mengalami Ca Mammae atau pun keluarga klien

19
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau

kanker serviks.

6. Riwayat psikososial

Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012 dalam Andini, 2018). Pada

penderita kanker payudara akan terjadi perubahan tubuh sejak kanker mulai

menyebar pada tubuh, menyebabkan perubahan persepsi sehingga pasien

harus beradaptasi dari sisi fisiologis dan psikososial baik konsep diri, peran

fungsi dan interdependensi. Adanya gejala fisik seperti kerontokan rambut

dimana rambut merupakan identitas diri pasien sehingga ketika mengalami

kebotakan akan mempengaruhi penampilan mereka dan kondisi ini akan

menimbulkan persepsi serta harga diri yang negatif. Perubahan citra tubuh

akibat perubahan fisik merupakan respon psikologis yang sangat menekan

bagi pasien kanker payudara, dimana payudara merupakan organ penyusuan

bagi bayinya dan sebagai daya tarik bagi kaum pria. Payudara juga

mempunyai fungsi sebagai simbol kewanitaan (body image) dan fungsi

erotik atau seksual terhadap lawan jenis. Kehliangan payudara pada

akhirnya dapat menciptakan disfungsi seksual yang parah sebagai bentuk

hilangnya sefl image, rendahnya self esteem, hilangnya perceived

attractiveness, rasa malu dan kehilangan gairah. (Ambarwati, 2017)

20
7. Pola sehari-hari

a. Nutrisi

Mengkaji pola nutrisi saat klien sebelum MRS dan saat MRS apakah ada

perubahan yang signifikan dan kaji penyebab-penyebab yang mungkin

muncul pada klien akan mengalami rasa cemas dan khawatir sehingga hal

tersebut dapat mneyebabkan menurunnya nafsu makan serta berat badan

pada klien.

b. Eliminasi

Mengkaji intake dan output BAK maupun BAB meliputi bau, warna,

volume dan konsistensi.

c. Tidur/istirahat

Mengkaji istirahat sebelum MRS dan saat MRS, apakah terjadi perubahan

misalnya tidak bisa tidur karena perasaan cemas ketika akan menjalani

tindakan operasi dikarenakan kurangnya pengetahuan klien terkait tindakan

selanjunya sehingga klien akan gelisah dan sulit untuk istirahat dengan

tenang.

d. Personal Hygiene

Merupakan upaya untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi, gosok gigi,

keramas dan ganti baju. Tanyakan pada klien bagaimana personal hygiene

klien sebelum dilakukan tindakan operasi dan apakah dilakukan secara

mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.

e. Aktivitas

Apakah terjadi perubahan yang signifikan seperti melakukan aktivitas

dengan dibantu keluarga atau secara mandiri.

21
8. Pemeriksaan fisik (Head to Toe).

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul

dan diri sendiri maupun luar (lingkungan) (Nursalam, 2015). Diagnosa yang muncul

menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017), adalah :

1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

2. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan

3. Resiko infeksi b/d prosedur invasif

22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau

memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan

kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus

secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015). SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment

yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017).

1. Nyeri akut b/d agen pencidera fisiologis


a. Kaji nyeri secara komprehensif lokasi karakteristik , durasi, prekuensi, kualitas
dan faktor presifitasi
b. Monitor TTV
c. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat nyeri
d. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri (tarik nafas dalam)
e. Berikan posisi nyaman untuk klien
2. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Temani klien untuk mengurangi kecemasan, bila perlu
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Mengidentifikasi situasi yang memicu ansietas
e. Jelaskan prosedur termasuk sitasi yang mungkin dialami
f. Latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
3. Resiko infeksi b/d prosedur invasif
a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
b. Pertahankan teknik aseptek dan lingkungan aseptek selama tindakan
keperawatan
c. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokasi infeksi kondisi luka/insisi
bedah
d. Berikan terapi antibiotik bila perlu, infekation protection (proteksi terhadap
infeksi

23
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perancanaan atau intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai dan

ditujukan pada perawat untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang

diharapkan (Nursalam, 2013). Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Sri Wahyuni,

2016).

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan

didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu

asuhan keperawatan didasarkan pada perubahn perilaku dari criteria hasil yang

ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015).

24
YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
SK Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor: 460/KPT/I/2019
SK BAN PT Nomor: 693/SK/BAN-PT/Akred/PT/VII/2021 Akreditasi Baik
SK LAM-PT Kes Nomor: 0506/LAM-PT Kes/Akr/Dip/VIII/2017 Akreditasi B

Jl. Samadi No. 01 RT.01 RW.01 Kel. Jawa Kec. Martapura Kota Kab. Banjar Kalimantan Selatan 70611 Telp/Fax 0511-
4721812
Website :www.stikesintanmartapura.ac.id ; e-mail : stikesintanmartapura@gmail.com

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


NAMA : Ny. N Asal pasien
NO RM : 219xxx □ Rawat Jalan
TANGGAL LAHIR : 31 Desember 1961 (61 tahun) Rawat Inap
AGAMA : Islam □ Rujukan
PENDIDIKAN : SD
ALAMAT : Jln. Mistar Cokrokusumo, Cempaka
DIAGNOSIS MEDIS : CA. Mamae
PENGKAJIAN
A. Pre Operasi
1. Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri dibagian payudara
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan ada benjolan di bagian payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu sudah di anjurkan
untuk operasi, tapi klien mengatakan tidak mau, sejak 2 minggu yang lalu pada payudaranya terdapat luka dan nanah sehingga
dianjurkan dokter untuk operasi . nafsu makan (+), batuk (-), demam (-), mual muntah (-)
3. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung Hipertensi □ HIV □ Tidak ada

4. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada, Tidak ada

5. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan Tidak ada

6. Jenis Operasi : Mastektomy Radikal

25
7. TTV :Suhu :__36,5C, Nadi :_102__x/mnt, Respirasi :_22_x/mnt, TD : 142/92 mmHg
8. TB/BB : 145cm/39kg
9. Golongan Darah : tidak terkaji
10. Status Emosional □Tenang □ Bingung  tegang
11. Tingkat Kecemasan : Ringan
12. Skala Cemas : 3
13. Nyeri
P: nyeri payudara sebelah kiri
Q: seperti ditusuk
R: payudara sebelah kiri
S: skala 5 (0-10)
T: hilang timbul

14. Survey Sekunder


Normal Jika Tidak, Jelaskan
YA TIDAK
Kepala dan 
Leher
Dada  Ada luka dibagian payudara sebelah kiri, diameter luka kurang lebih 3cm

Abdomen

Genitalia 

Integumen 

Ekstremitas 

Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin (HB) 10.5 g/dl 11.7 – 15.5
Leokosit 12.280 /mm3 3.600 -11.000

26
Trombosit 488.000 /mm3 150.000 – 440.000
Hematokrit 32.5 % 35 – 47
Basofil 1 % 0 -1
Eosinophil 22 % 2-4
Stab/batang 0 % 2-6
Segmen 50 % 50-70
Limfosit 20 % 25 – 40
Monosit 7 % 2–8
Gula darah sewaktu 96 mg/dl <200
Kreatinin 0, 88 mg/dl P : <0,9

EKG/USG/Rontgen/CT Scan

B. Intra operasi
1. Anastesi dimulai jam : 10;30
2. Pembedahan dimulai jam : 10;45
3. Jenis anastesi : □Spinal Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………
4. Posisi operasi : terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Pemasangan alat-alat : Airway :  Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2 Nasal Lainnya:
6. TTV : Suhu 35,6 C , Nadi: 81 x/mnt, Teraba  kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak teratur, RR:20 x/mnt, TD:
117/77 mmHg, Saturasi O2__99 %__
7. Total cairan masuk :
□ Infus : cc □ Tranfusi :_______cc Total cairan keluar □ Urine :100 cc □ Perdarahan :400_cc Balance cairan :400_cc

Normal Jika Tidak, Jelaskan


YA TIDAK
Kepala dan 
Leher
Dada  Di lakukan insisi/pembedahan di bagian payudara kiri

Abdomen

27

Genitalia 

Integumen

Ekstremitas 

C. Post operasi
1. Pasien pindah ke : Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam___________WITA Recovery room , jam 12:45 WITA
2. Keluhan saat di Recovery Room : □ Mual □ Muntah pusing  Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □ Menggigil lainnya
3. Keadaan Umum :
4. TTV : Suhu 36,4 c, Nadi 68 x/mnt, Rr 22 x/mnt, TD 110/80 mmHg, Sat O2 99%
5. Kesadaran : CM □ Apatis  Somnolen □ Soporocoma □ Coma
6. Nyeri
P:Nyeri dada
Q:seperti di sayat
R:dada (payudara ebelah kiri)
S:6
T:terus menerus

Normal Jika Tidak, Jelaskan


YA TIDAK
Kepala dan 
Leher
Dada  Terdapat luka pembedahan dengan panjang kurang lebih 15 cm

Abdomen 

Genitalia

28

Integumen

Ekstremitas

29
ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Pre operasi Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
DS:Klien mengatakan nyeri di
bagian dada kiri

DO:-klien terlihat meringis


menahan sakit
-ada terkihat luka di bagian
payudara kiri klian kurang
lebih diameter 3 cm
P:nyeri payudara
Q:seperti di tusuk
R:payudara sebelah kiri
S:5 (nyeri sedang)
T:hilang timbul

Kekhawatiran mengalami Ansietas


DS : klien mengatakan cemas kegagalan
dan takut
DO : klien tampak gelisah,
klien tampak takut
Status emosional 3 (cemas
ringan)
TD : 142/92 mmHg
N : 102 x/menit
RR : 21
S : 36,3

Intra operasi Efek anastesi Risiko pola nafas tidak efektif


DS : -
DO : klien terpasang ETT,
Klien terpasang Ventilator
Klien diberikan Anastesi GA
(General Anastesi)
RR : 20x/menit

30
spO2 : 98 %

Post operasi Prosedur invasif Resiko infeksi


DS : -
DO : tampak luka sayatan
kurang lebih 15 cm diarea
payudara kiri, terpasang infus
RL 30 tpm, tidak terdapat
tanda-tanda peradangan
Gangguan permukaan kulit Keruskan integritas kulit
DS : -
DO : terlihat bekas luka
pembedahan pada area
payudara dan terlihat jahitan

31
Diganosis, Rencana dan Tindakan Keperawatan

Hari, Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


Tanggal
Rabu, 19 Pre Operatif Setelah dilakukan tndakan keperawatan 1. kaji nyeri secara komprehensif lokasi,
januari 2022 Nyeri akut b/d agen cidera 1x30 menit diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi, prekuensi, dan factor
fisiologis menurun dengan kreteria hasil : presofitasi
1). Skala nyeri menurun 2. monitor TTV
2). Klien menjadi rileks 3. control lingkungan yang dapat memperberat
3). Klien dapat mengontrol nyeri nyeri
4. ajarkan Teknik relaksasi untuk mengurangi
nyeri
Rabu, 19 Ansietas b/d kekhawatiran Setelah dilakukan Tindakan 5. berikan posisi yang nyaman untuk klien
januari 2022 terhadap kegagalan keperawatan 1x30 m3nit diharapkan
tingkat ansietas menurun dengan
kreteria hasil : 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
1). Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
2). Rasa tegang menurun 2. Temani psien untuk mengurangi kecemasan
bila perlu
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Identifikasi situasi yang memicu ansietas
5. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
dialami
6. Latih teknik relaksasi
Hari, Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Tanggal
Rabu, 19 Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan
januari 2022 Risiko pola nafas tidak efektif keperawatan 1x105 menit diharapkan nafas
b/d efek anastesi risiko pola nafas tidak efektif tidak 2. monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, dan
terjadi dengan kriteria hasil : usaha nafas)
1). Refirasi normal 3. monitor bunyi nafas tambahan
2). Saturasi normal 4. pertahankan kepatenan jalan nafas
3). Klien tidak sesak 5. berikan oksigen jika perlu

32
Hari, Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Tanggal
Rabu, 19 Post Operatif Setelah dilakukan Tindakan 1. cici tangan setiap sebelum dan sesudah
januari 2022 Resiko infeksi b/d prosedur keperawatan 1x 30 menit diharapkan Tindakan keperawatan
invasive infeksi tidak terjadi dengan kreteria 2. pertahankan Teknik aseptek dan lingkungan
hasil : aseptek selama Tindakan keperawatan
1). Klien bebas dari tanda dan gejala 3. monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
infeksi lokasi infeksi kondisi luka/insisi bedah
4. berikan terapi antibiotic bila perlu , infekation
protection (proteksi terhadap infeksi)

Kerusakan integritas kulit b/d 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
gangguan permukaan kulit kering
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Observasi luka
1x30 menit diharapkan integritas kulit 3. Lakukan perawatan luka dengan sterel
membaik dengan kriteria hasil : 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
1). Integritas kulit membaik
2). Perfusi jaringan baik
3). Menunjukkan proses penyembuhan
luka

Tindakan dan Evaluasi Keperawatan

33
Hari, Diagnosis Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Rabu, 19 Pre Operatif 1. mengkaji nyeri secara komprehensif S : klien mnegatakan masih merasa sakit dibagian
januari 2022 Nyeri akut b/d agen pencedera lokasi, karakteristik, durasi, prekuensi, dan payudara kiri
fisiologis factor presofitasi
2. memonitor TTV O : klien terlihat meringis menahan sakit
3. mengajarkan Teknik relaksasi untuk P : nyeri payudara
mengurangi nyeri Q : seperti ditusuk-tusuk
4.memberikan posisi yang nyaman untuk R : payudara bagian kiri
klien S :kala nyeri 4 (nyeri sedang)
T : hlang timbul

A : nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis


P : intervensi dilanjutkan

Rabu, 19 Anaietas b/d kekhawatiran S : klien mengatakan masih merasa cemas


januari 2022 mengalami kegagalan O : klien terlihat gelisah
1. menciptakan suasana terapeutik untuk A : ansietas b/d kekhawatiran mengalami
menumbuhkan kepercayaan kegagalan
2. menemani psien untuk mengurangi P : intervensi dilanjutkan
kecemasan bila perlu
3. mendengarkan dengan penuh perhatian
4. menjelaskan prosedur termasuk sensasi
yang dialami
5. Latih teknik relaksasi

Hari, Diagnosis Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Tanggal

34
Rabu, 19 Intra Operatif 1. mengidentifikasi dan mengelola S:-
januari 2022 Risiko pola nafas tidak efektif kepatenan jalan nafas O : -klien terpasang ETT
b/d efek anastesi 2. memonitor pola nafas ( frekuensi, RR : 20x/menit
kedalaman, dan usaha nafas) spO2 : 98 %
3. memonitor bunyi nafas tambahan terpasang oksigen 6 liter/menit
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas A : risiko pola nafas tidak efektif b/d efek anatesi
5. memberikan oksigen jika perlu P : intervensi dilanjutkan

Hari, Diagnosis Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Tanggal
Rabu, 19 Post Operatif 1. mencici tangan setiap sebelum dan S:-
januari 2022 Resiko infeksi b/d prosedur sesudah Tindakan keperawatan O : tampak dilakukan pembedahan mastectomy
invasive 2. mempertahankan Teknik aseptek dan radikal, tampak luka sayatan kurang lebih 15 cm
lingkungan aseptek selama Tindakan diarea payudara kiri, tidak terdapat tanda-tanda
keperawatan peradangan
3. memonitor tanda dan gejala infeksi A : Resiko infeksi b/d prosedur invasive
sistemik dan lokasi infeksi kondisi P : intervensi dilanjutkan
luka/insisi bedah
4. memberikan terapi antibiotic bila perlu ,
infekation protection (proteksi terhadap
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi)
gangguan permukaan kulit S:-
1. Menjaga kebersihan kulit agar tetap O : terlihat bekas luka pembedahan pada area
bersih dan kering payudara dan terlihat jahitan
2. Mengobservasi luka - Luka terlihat bersih
3. Melakukan perawatan luka dengan sterel - Tidak ada kemerahan
4. Memonitor kulit akan adanya kemerahan A : kerusakan integritas kulit b/d gangguan
permukaan kulit
P : intervensi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

35
Aji, M. Corrigon Gorski, L,Hanskin (2010).infusion nursing: an evidence-based approach. 3rd. Ed.Louis, Missouri: Saunders Elsevier
Beschan, M., Dayrit, M. W., Siswadi. Y. (2010).klien gangguan metastasis tulang:seri asuhan keperawatan Jakarta: EGC.
California Correctional Bone CareService (2012)
Depkes. (April 2011). Masalah Keperawatan Carcinoma Mammae. Juni,2013.
Http://www.depkes.go.id/downloads/masalah keperawatan.PDF Gambar Mammae, di unduh pada tanggal 30 juni 2019
https://www.plengdut.com/mammae-anatomi-mammae-dan-fungsi-mammae/11476
Hernawati Aj 2009. Faktor-faktor resiko ulkus dekubitus (Studi Ruang PenyakitDalam Rumah Sakitpada Umum di Daerah Kota
Semarang. 27 Juni 2010.
Https://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2019/1/kulit.pngLD Rybak, D L Rosenthal. Radiologicaofl Imaging for The Diagnosisin
of or Bone Metastases. QJ Nucl Med001;45:p 53-65.
Medicastore (2011).Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambadan
PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa keperawatandioleh Indonesia Edisi pada1 : Jakarta : DPP PPNI
PPNI SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi keperawatanpada Indonesia padaEdisi 1 : Jakarta : DPP PPNI
PPNI SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran padaKeperawatan Indonesiayaitu Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI
Ratna,Kalijana 2009. Panduan Ulkus Dekubitus. Yogjakarta : Deepublich
Tasripiyah, 2012.konsep teoritis ca mammae, Jakarta: Aditama
William & Kins (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba

36

Anda mungkin juga menyukai