Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN TN. M


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO JATUH
DI WISMA SEDAP MALAM PSTW BUDI SEJAHTERA MARTAPURA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Predikat Ahli Madya Keperawatan
Di STIKES Intan Martapura

Oleh :

ABDULLATIF
NIM : 20191440119001

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS

STUDI kasus berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


KLIEN TN. M DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO JATUH DI
WISMA SEDAP MALAM PSTW BUDI SEJAHTERA MARTAPURA” telah
diuji dan diperbaiki serta disetuji oleh tim penguji
pada seminar studi kasus pada tanggal 21 April 2022.

Martapura,21 April 2022

Tim Penguji

1. M. Noor Ifansyah, S.Kep. Ns., M.Kep (.........)

2. Ns. Devi Hairina Lestari, S.Kep., M.Kep (.........)

Mengetahui :
Ketua Stikes Intan Martapura

Hj. Zubaidah, SST., S. Kep., MPH


NIP. 19641103 198603 2 011

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat


Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat mengikuti pandidikan di STIKES Intan
Martapura sampai terlaksananya laporan studi kasus
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN
TN. M DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATN RESIKO JATUH DI WISMA
SEDAP MALAM PSTW BUDI SEJAHTERA MARTAPURA” dan disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh predikat Ahli Madya Keperawatan.

Dalam menyusun studi kasus ini tidak lepas dari


rintangan dan hambatan. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan,
bantuan, saran dan do’anya. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan studi kasus ini. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Hj. Zubaidah,SST.,S.Kep.,MPH selaku ketua


Stikes Intan Martapura
2. Ibu Devi Hairina Lestari, S. Kep.,Ns.,M.Kep selaku
pembimbing yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktunya dalam pembuatan laporan Studi
Kasus
3. Bapak M. Noor Ifansyah, Ns.,M.Kep selaku penguji
laporan Studi Kasus
4. Seluruh dosen program studi DIII Keperawatan STIKES
Intan Martapura yang telah memberikan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.

iii
5. Ibunda dan Ayahanda serta seluruh keluarga, ananda
ucapkan banyak-banyak terimakasih atas segala do’a
dan dukungannya.

Rekan-rekan mahasiswa Stikes Intan Martapura yang turut


membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
studi kasus

Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak


yang telah membantu kelancaran pembuatan penyelesaian
laporan studi kasus.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak


kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus, oleh
sebab itu segala bentuk arahan saran maupun kritik yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaannya.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................i

LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS........................ii

KATA PENGANTAR......................................iii

DAFTAR ISI...........................................iv

DAFTAR TABLE.......................................viii

DAFTAR LAMPIRAN......................................ix

BAB I PENDAHULUAN...................................1

A. Latar Belakang....................................1

B. Rumusan Masalah...................................5

C. Tujuan Penulisan Studi Kasus......................5

1. Tujuan Umum....................................5

2. Tujuan Khusus..................................5

D. Manfaat Penulisan.................................6

E. Metode Pengumpulan Data...........................7

BAB II LANDASAN TEORI...............................9

A. Defenisi..........................................9

B. Etiologi Katarak.................................10

C. Patofisiologis...................................11

D. Patway...........................................14

E. Jenis-Jenis Katarak..............................15

1. Katarak terkait usia (katarak senilis).......15

v
2. Katarak anak- anak...........................15

3. Katarak Senil................................17

4. Katarak traumatik............................19

5. Katarak komplikata...........................20

6. Katarak akibat penyakit sistemik.............20

7. Katarak toksik...............................20

8. Katarak ikutan...............................21

9. Katarak juvenil..............................21

10. Katarak Instrumen............................21

11. Katarak kortikal.............................22

F. Manifestasi Klinis...............................22

G. Komplikasi.......................................24

H. Penatalaksanaan Medis............................25

I. Pencegahan.......................................26

J. Pemeriksaan Diagnostik...........................27

K. Komplikasi.......................................28

L. ASUHAN KEPERAWATAN...............................29

1. Pengkajian....................................29

2. Diagnosa Keperawatan..........................33

BAB III..............................................36

I. Pengkajian.......................................36

II. Riwayat Kesehatan................................37

III.Pemeriksaan Fisik................................40

IV. AKTIVITAS SEHARI-HARI............................47

VI.PSIKOLOGI.........................................49

vi
VII.SPIRITUAL........................................50

VIII.Analisa Data....................................60

IX.Rencana Asuhan Keperawatan........................61

X.Implementasi Dan Evaluasi..........................64

BAB IV PEMBAHASAN..................................68

A. Pengkajian.......................................68

B. Diagnosa Masalah Dan Perencanaan.................70

C. Pelaksanaan Dan Evaluasi.........................73

BAB V KEIMPULAN DAN SARAN............................75

A. Kesimpulan.......................................75

B. Saran............................................75

DAFTAR PUSTAKA.......................................77

DAFTAR TABLE

TABEL 2.1 PERBEDAAN KARAKTERISTIK KATARAK................22

vii
TABEL 3.1 INDEKS KEMANDIRIAN PADA AKTIVITAS KEHIDUPAN

SEHARI-HARI..............................................51

TABEL 3.2 INDEKS BARTHEL.................................52

TABEL 3.3 SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE.....54

TABEL 3.4 MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )................55

TABEL 3.5 INVENTARIS DEPRESI BECK........................57

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PERMOHONAN UJI STUDI KASUS

LEMBAR SURAT PERMOHONAN UJIAN STUDI KASUS

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan organ yang paling penting bagi


seseorang karena dengan mata kita dapat menjalankan
berbagai aktivitas, maka dari itu mata harus
dirawat dengan baik. Salah satu masalah kesehatan
pada mata yang paling sering terjadi diseluruh
dunia adalah katarak. Katarak merupakan masalah
pada mata yang harus segera ditangani karena
berhubungan dengan kualitas hidup seseorang.
Katarak adalah gangguan penglihatan di mana lensa
mata Anda menjadi keruh dan seperti berawan. Orang
yang mengalami katarak akan merasa seperti selalu
melihat kabut atau berasap Jika katarak tidak
ditangani segera akan mengakibatkan kebutaan dan
kehilangan fungsi mata dan Gangguan penglihatan
maka masih menjadi sebuah masalah di dunia(Fajarina
Nurin 2021).

Secara global, diperkirakan bahwa setidaknya


2,2 miliar orang memiliki gangguan penglihatan atau
kebutaan, di antaranya sekitar 1 miliar memiliki
gangguan penglihatan yang bisa dicegah atau belum
ditangani. Sekitar 1 miliar orang yang memiliki
gangguan penglihatan jarak sedang, kebutaan akibat
kelainan refraksi yang tidak ditangani sebanyak
88,4 juta, kasus katarak sebanyak 94 juta, glaukoma
sebanyak 7,7 juta, kekeruhan kornea sebanyak 4,2

1
2

juta, retinopati diabetik sebanyak 3,9 juta, dan


trakoma sebanyak 2 juta, serta gangguan penglihatan
jarak dekat yang disebabkan oleh presbiopia yang
tidak tertangani sebanyak 826 juta (WHO,2020).

Di Indonesia terdapat 8 juta orang mengalami


gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan,
6,4 juta menderita gangguan penglihatan sedang dan
berat. Hasil survey Rapid Assessment of Avoidable
Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia (Perdami) dan Balitbangkes di 15
provinsi yakni di Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, NTT,
NTB, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan
Papua dengan sasaran populasi usia di atas 50
tahun diketahui angka kebutaan mencapai 3 persen.
Dari angka tersebut katarak merupakan penyebab
tertinggi sekitar 81,2 dan 1,3 juta penduduk
Indonesia yang buta karena katarak (Aldiana 2020).

Berdasarkan hasil RAAB provinsi Kalimantan


Selatan yang dilaksanakan pada tahun 2016,
prevalensi kebutaan adalah sebesar 2,0%. Penyebab
kebutaan tersering adalah katarak (87,9%), diikuti
kekeruhan kornea non-trakoma (5,2%) dan glukoma
serta kelainan segmen posterior non-spesifik
masing-masing 3,4%.(Revanggi Marendra 2017. Dari
hasil pengkajian pada tahun 2022 jumlah lansia di
PSTW Budi Sejahtera Martapura adalah 67 orang.
Data lansia yang mengalami gangguan penglihatan
sebanyak 5 0rang. Banyak pasien yang sulit
3

beraktifitas karena keterbatasan melihat.(Laporan


PSTW Budi Sejahtera Martapura, 2022).

Masyarakat Indonesia masih minim pengetahuan


mengenai kesehatan mata, penyebab kurangnya
pengetahuan masyarakat Indonesia diantara lain
adalah kurangnya dalam mengakses informasi tentang
penyebab dan pengobatan katarak, paling banyak
karena tidak mengetahui bahwa katarak dapat
dioperasi. Hal tersebut akan berdampak pada
terlambatnya penderita katarak untuk melakukan
pengobatan, sehingga yang seharusnya gangguan
penglihatan seperti katarak dapat segera ditangani
menjadi komplikasi. Sampai saat ini masih banyak
ditemukan kasus kebutaan yang disebabkan oleh
katarak karena kurangnya pengetahuan untuk
melakukan pengobatan dan akan berdampak pada
banyaknya pasien katarak yang masih belum
dioperasi diikuti tidak mampu membayar operasi
(28,0%), dan tidak ada akses kepada pengobatan
(16,9%)(Revanggi Marendra 2017)

Terdapat beberapa jenis tindakan yang dapat


dilakukan dalam operasi katarak, antara lain
phacoemulsifikasi dan Extra Capsular Cataract
Extraction (ECCE). Berbagai studi penelitian
menyebutkan bahwa tindakan operasi katarak dengan
metode ECCE lebih sering terjadi ruptur kapsul
posterior, prolaps iris, edema makula sistoid, dan
kekeruhan kapsul posterior dari pada dengan metode
phacoemulsifikasi. Jika dilihat dari kelebihan
phacoemulsifikasi didapatkan hasil ketajaman
4

visual yang lebih baik dibandingkan dengan ECCE,


serta tingkat komplikasi yang lebih rendah. Selain
itu tindakan operasi phacoemulsifikasi lebih aman
dikarenakan hanya memerlukan sekitar 3mm sayatan
dan tidak dibutuhkan jahitan sedangkan tindakan
operasi ECCE memerlukan sekitar 10mm sayatan dan
dibutuhkan jahitan. Namun dalam segi biaya,
tindakan operasi Phacoemulsifikasi tergolong lebih
tinggi dibandingkan dengan ECCE (Ang, Evans, and
Mehta 2017).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas


maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus
“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Tn. M
Dengan Diagnosa Keperawatan Resiko Jatuh Di Wisma
Sedap Malam Pstw Budi Sejahtera Martapura”
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan


masalah yang menjadi objek studi kasus adalah
bagaimana proses keperawatan terhadap pasien dengan
diagnosa keperawatan resiko jatuh dengan faktor
resiko gangguan penglihatan (katarak).

C. Tujuan Penulisan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan


pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan resiko
jatuh dengan faktor resiko gangguan penglihatan
(katarak)

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan


keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa
keperawatan Resiko jatuh dengan faktor
resiko gangguan penglihatan (katarak) di
Wisma Sedap Malam PSTW Budi Sejahtera
Martapura.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada
Tn. M dengan diagnosa keperawatan Resiko
jatuh dengan faktor resiko gangguan
penglihatan (katarak) di Wisma Sedap Malam
PSTW Budi Sejahtera Martapura.
c. Mampu menetapkan/merumuskan diagnosa asuhan
keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa
keperawatan Resiko jatuh dengan faktor
resiko gangguan penglihatan (katarak) di
6

Wisma Sedap Malam PSTW Budi Sejahtera


Martapura.
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan
Resiko jatuh dengan faktor resiko gangguan
penglihatan (katarak) di Wisma Sedap Malam
PSTW Budi Sejahtera Martapura.
e. Mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan
Resiko jatuh dengan faktor resiko gangguan
penglihatan (katarak) di Wisma Sedap Malam
PSTW Budi Sejahtera Martapura.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada
Tn. M dengan diagnosa keperawatan Resiko
jatuh dengan faktor resiko gangguan
penglihatan (katarak) di Wisma Sedap Malam
PSTW Budi Sejahtera Martapura.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan laporan asuhan keperawatan pada


pasien dengan diagnosa keperawatan Resiko jatuh
dengan faktor resiko gangguan penglihatan (katarak)
dapat memberikan wawasan dan manfaat sebagai
berikut :

1. Secara teoritis

Hasil laporan asuhan keperawatan ini


dapat memberikan sumber informasi untuk
pengembangan pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan diagnosa keperawatan Resiko jatuh dengan
faktor resiko gangguan penglihatan (katarak)
7

2. Secara praktis

Secara praktis penulisan laporan ini


dapat berguna bagi pasien, penulis, perawat PSTW
Budi Sejahtera dan institusi pendidikan dalam
pemberian asuhan keperawatan dengan diagnosa
keperawatan Resiko jatuh dengan faktor resiko
gangguan penglihatan (katarak)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh


data dengan pendekatan Asuhan Keperawatan langsung
di Wisma Sedap Malam PSTW Budi Sejahtera Martapura
yaitu dengan :

1. Studi pustaka dengan mempelajari literature


ilmiah.
2. Studi kasus dimulai dari pengkajian hingga
evaluasi, metode yang digunakan diantaranya :

a. Wawancara

Pengumpulan data secara langsung melalui


tatap muka dan tanya jawab dengan klien.

b. Observasi

Pengumpulan data dengan cara pengamatan


dan pemeriksaan keadaan klien termasuk tanda
dan gejala yang dirasakan klien.

c. Pemeriksaan fisik

Pengumpulan data dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
8

1) Inspeksi
Data yang didapat melalui pengamatan
terhadap klien.
2) Palpasi
Jenis pemeriksaan dengan cara meraba.
3) Perkusi
Pemeriksaan dengan menggunakan jari
tangan untuk mengetuk sehingga dapat
mengetahui bunyi normal ata tidaknya
suatu organ.
4) Auskultasi
Pemeriksaan fisik dengan cara
mendengarkan suara abnormal dalam tubuh.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Defenisi

Katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang


membuat penglihatan tampak seperti berembun. Pasien
dengan katarak biasanya mengalami kesulitan dalam
mengemudi kendaraan, mengenali orang lain,
membaca,dan beraktivitas lainnya (Mayo Clinic,
2017). Katarak adalah perubahan lensa mata yang
semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh,
sehingga cahaya sulit untuk mencapai retina dan
penglihatan menjadi kabur. Katarak dapat terjadi
pada satu atau kedua mata, namun tidak dapat
menyebar dari satu mata ke mata lainnya. Sebagian
besar kejadian katarak berhubungan dengan
pertambahan usia dan sangat umum terjadi pada usia
tua (National Eye Institute, 2016).

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata


yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal
kata katarak dari kata Yunani cataracta yang
berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena
pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun didepan matanya. Jadi
dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa
yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke
retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan(Ilyas,
2016).

9
10

B. Etiologi Katarak

Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau


trauma. Sebuah benda asing yang merusak lensa mata
bisa menyebabkan katarak. Namun, katarak paling
lazim mengenai orang-orang yang sudah berusia
lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan
sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang
satunya lagi (Corwin,2014).

Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang


lahir prematur atau baru mendapatkannya kemudian
karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali
lagi, katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang
yang berusia lanjut.Coba perhatikan hewan yang
berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan
lensa di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi
(Corwin,2014).

Kejadian katarak terjadi akibat adanya


faktor-faktor risiko seperti :

1. Penambahan usia
2. Diabetes
3. Terpapar sinar matahari berlebihan
4. Merokok
5. Obersitas
6. Pernah mengalami cedera pada mata dan
operasi mata
7. Penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang
8. Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak
(MayoClinic,
2017)
11

Berdasarkan data dari national Eye Intitute


(2016) terdapat beberapa hal penyebab katarak
yaitu:
merokok, diabetes, terpapar sinar matahari ber
lebihan,danpenambahan
usia karena semakin bertambahnya.

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa


faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat


trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit
lain, seperti: penyakit/gangguan  metabolisme,
proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar
radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid
dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor
genetik (Admin,2009).

C. Patofisiologis

Lensa berada di belakang iris dan pupil, lensa


yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refrksi yang besar. Lensa mata
bekerja dengan caramemfokuskan cahaya ke dalam
retina yang fungsinya sama seperti kameraLensa juga
menyesuaikan fokus mata, membiarkan kita melihat
12

semuanyadengan jelas, baik dari jarak dekat maupun


jauh. Lensa tersusun dari airdan protein. Protein
diatur dengan cara yang tepat agar lensa tetap
bersihdan membiarkan cahaya melewatinya. Tapi
seiring bertambahnya usia, beberapa protein bisa
berkumpul bersama dan mulai melapisi area kecil
lensa. Ini adalah katarak. Seiring waktu, katarak
dapat tumbuh lebih besardan awan lebih banyak dari
lensa, sehingga sulit untuk melihat. (NationalEye
Institute, 2016).

Lensa memiliki tiga komponen anatomis yaitu


pada zona sentral terdapatnukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas sepertu duri di anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula)yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan kagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
13

melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan


menurun dengan bertambahnya usia  dan tidak
ada pada kebanyakan  pasien  yang menderita
katarak. Katarak bisa terjadi bilateral, dapat
disebabkan oleh kejadian trauma atau penyakit
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya
proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok,
danasupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama (NationalEye Institute,
2016).
14

D. Patway

(isma risky, 2019)


15

E. Jenis-Jenis Katarak

Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2015)


terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak


yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua


kelompok, yaitu :

a. Katarak kongenital

Yang terdapat sejak lahir atau segera


sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang
tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin
terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan
oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.

Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah


terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang
dialami ibu pada saat usia kehamilan masih
dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
16

terutama akibat penanganannya yang kurang


tepat.

Katarak kongenital sering ditemukan pada


bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela,
galaktosemia,homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis,
penyakit lain yang menyertai katarak
kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt
herediter seperti mikroftlmus, aniridia,
koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada
kehamilan trimester pertama dan pemakainan
obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila
katarak disertai uji reduksi pada urine yang
positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan
sistem saraf seperti retardas imental.

Pemeriksaan darah pada katarak


kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus,
fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita
17

katarak kongenital akan terlihat bercak putih


atau suatu leukokoria.

b. Katarak didapat

Yang timbul belakangan dan biasanya


terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak
didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik
tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah
uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan
obat

3. Katarak Senil

Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak


senile biasanya berkembang lambat selama beberapa
tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang
mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak
Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

a. Stadium awal (insipien).

Pada stadium awal (katarak insipien)


kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya
tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeriji menuju korteks anterior dan posterior (
katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,
18

kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular


posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak
insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).

b. Stadium imatur.

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi


kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata
depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

c. Stadium matur.

Bila proses degenerasi berjalan terus


maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam
stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
19

akan mempunyai kedalaman normal kembali.


Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,).

d. Stadium hipermatur.

Katarak yang terjadi akibatkorteks yang


mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar
melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini
maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)
(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput.
Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik
mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).

4. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan


oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam
struktur lensa.
20

5. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder


akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.
Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur
lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering
berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa dan pelepasan retina.

6. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena


gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome
Lowe, Werner atau Down.

7. Katarak toksik

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak


kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol suatu obat yang digunakan untuk
menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik
maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
21

8. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan


kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya
ekstraksi katarak ekstrakapsular 

9. Katarak juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada


orang muda yang mulai terbentuk nya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik
ataupun metabolik dan 

10. Katarak Instrumen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan


lensa akibat lensa degenerative yang menyerap
air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat
22

vakuol pada lensa disertai peregangan jarak


lamel serat lensa.

11. Katarak kortikal

Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada


korteks mulai dengan kekeruhan  putih mulai
dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga
menggangu penglihatan. Banyak padapenderita DM

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Katarak:


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

F. Manifestasi Klinis

Katarak didiagnosa terutama dengan gejala


subyektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan, silau, dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
sepertim utiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop.(Sharif La Ode
2014).

Menurut Sharif La ode (2014) gejala umum


gangguan katarak meliputi :
23

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut


menghalangi objek.
2. Peka terhadap sinar cahaya.
3. Dapat melihat dobel pada suatu mata
4. Memerluan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.

Manifestasi klinis pasien katarak antara lain :

1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur


oleh lensa yang keruh
2. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
3. Pada pupil terdapat bercak putih
4. Bertambah tebal nucleus dengan perkembangannya
lapisan korteks lensa
5. Penglihatan kabur
6. Rasa nyeri pada mata katarak hipermatur akan
menimbulkan penyakit, mata menjadi merah disertai
rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan
kebutaan. Secara klinis proses ketuaan sudah
tampak dalam pengurangan kekuatan akomodasi lena,
akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang
dimanifikasikan dalam bentuk presbiopi.

Selain itu gejala berupa keluhan penurunan


ketajaman pengihatan secara progresif ( seperti
rabun jauh memburuk secara progresif ). Penglihatan
sekan-akan tampak benar-bear putih sehingga,
refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Bila
dibiarkan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulka komplikasi berupa galukoma dan uveitis.
Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
24

berupa glokoma dan uvetis gajala umum gangguan


katarak meliputi :

1. Penglihatan tidak jelas, seperti kabut


menghalangi objek
2. Peka terhadap sinar atau cahaya
3. Daoat melihat dobel pada satu mata
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca
susu (Sharif La Ode 2014).

G. Komplikasi

1. Glaukoma kelainan yang diakibatkan oleh


peningkatan tekanan intra okuler didaam bola
mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan
dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina Kerusakan retina ini dapat
terjadi setelah pasca bedah, akibatada robekan
pada retina, cairan masuk ke belakang dan
mendorong retina atauterjadi penimbunan eksudat
dibawah retina terangkat
3. Infeksi ini bisa terjadi seelah pasca bedah
karena kurangnya perawatan yang tidak adekuat.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan visus visus normal : 6/6 visus
5/6-6/60 atau 1/300 : tergantung jenis katarak
dan stadiumnya 
b. Pemeriksaan lapang pandang lapang pandang
biasanya berkurang
25

c. Uji pencatatan signal untuk melihat adanya


gelombang listrik dalam otak (Sharif La Ode
2014).

H. Penatalaksanaan Medis

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak


dapat diambil dengan laser. Pembedahan di
indikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja atau pun keamanan. Biasnya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatannya
terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak peling sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan
menggunakan anesthesia likal. Macam pembedahannya
ada 2 macam yaitu

1. Ekstraksi  Katarak  Intra  Kapsuler  Intra 


catarax  ectractio(ICCE)mengeluarkan lensa
secara utuh
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler Ekstra
capsular catarax extaction (ECCE) : mengeluarkan
lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan
meninggalkan kapsul bagian posterior.
3. Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada
EKEK,tehnik inimemerlukan penyembhan  yang 
paling pendek danpenurunan  insidensi
astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik
irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi dapat
mempertahankan kapsul posterior yang nantinya
digunakan untuk penyangga IOL.
26

I. Pencegahan

Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat


dilakukan adalah dengan menjaga penyakit yang
memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya
menghindari factor yang mempercepat terbentuknya
pnyakit katarak.

Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak


dapat menunda pembentukkan atau mencegah katarak.
Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat
memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat
tindakan hanya bisa diatasi dengan operasi. Berikut
ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat
mencegah terjadinya katarak :

1. Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari


kerusakan akibat asap rokok dan sinar
Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali
sehari, kurangi dosis jika mengalami diare.
Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
2. Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas,
200 mcg 2 kali sehari.
3. Billberry, membantu membuang racun dari lensa
maata dan retina. Kombinasi billberry dan
vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan
pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang yang
di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan
dikonsumsi 3 kali sehari
4. Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas
vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi sebelum
makan)
27

5. Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan


pembuluh darah halus dibagian mata, 100 mg 2
kali sehari.
6. Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
a. Stop merokok jika anda merokok.
b. Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung,
dengan menggunakan kacamata matahari
c. Gunakan topi yang lebar, saat anda berada
diluar.
d. Makanlah makanan yang cukup mengandung
antioksidan seperti buah dan sayuran segar.
(smeltzer 2002)

J. Pemeriksaan Diagnostik

Selain uji mata yang biasanya dilakukan


menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan
lampu slit dan oftalmoskopi, maka

1. scan ultrasound

(echography) dan hitung sel endotel sangat


berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien
ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL

2. kartu mata snellen chart (tes ketajaman


penglihatan dan sentral penglihatan)
3. lapang penglihatan, penurunan mungkin di
sebabkan oleh glukoma
4. pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
28

5. pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut


terbuka dari sudut tertutup  glukoma
6. pemeriksaan oftalmologis,

mengkaji struktur internal okuler,pupil


oedema, perdarahan retina, dilatasi &
pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx Katarak
(Smeltzer, 2002)

K. Komplikasi

1. Hilangnya vitreous.

Jika kapsul posterior mengalami kerusakan


selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke
dalam bilik anterior, yang merupakan
resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada
retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.

2. Prolaps iris.

Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi


bedah pada periode pasca operasi dini. Terlihat
sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi
insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan
29

L. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut (James, 2005). Dalam melakukan asuhan


keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien
pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin,


status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor
register.

b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil


untuk menemukan masalah primer pasien, seperti:
kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan
soliter. Perawat harus menemukan apakah
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua
mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat
penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera
mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
30

e. Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum


pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa
kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan
melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?,
apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan
warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?

f. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga


derajat pertama atau kakek-nenek.

g. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan


seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam
terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di
subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada
lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
31

kerusakan iris menandakan trauma mata


sebelumnya.

h. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus katarak,


menurut (gordon 2014) adalah sebagai berikut :

a. Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam


memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah
pasien mempunyai riwayat alergi terhadap
obat, makanan atau yang lainnya.

b. Pola aktifitas dan latihan

Bagaimana kemampuan pasien dalam


melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu
sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3=
perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai
melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4

c. Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah


ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering
terbangun. 
32

d. Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien,


jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum
dan setelah sakit mengalami perubahan atau
tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah
penurunan berat badan yang drastis dalam 3
bulan terakhir.

e. Pola eliminasi       

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien,


apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK
kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.

f. Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat


kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena
suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

g. Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan


menerimanya seperti harga diri, ideal diri
pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
33

h. Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit,


cara pasien menerima dan menghadapi perubahan
yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.

i.  Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah


sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah
saat menstruasi.

j. Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan,


kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah
sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI diagnosa keperawatan yang muncul pada


pasien katarak adalah :

a. Gangguan   persepsi  sensori  berhubungan


dengan  Gangguan  penglihatan (D.0085)
b. Risiko cedera berhubungan dengan Gangguan
penglihatan (D.0136)

Gangguan identitas diri berhubungan dengan Gangguan


neurologis (D.0084)
34
35

Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan Minimalisasi
1 persepsi tindakan keperawatan rangsangan:
sensori 3x24 jam diharapkan (SIKI l.08241)
berhubungan gangguan fungsi
dengan sensori membaik Observasi
Gangguan dengan kriteria
Penglihatan hasil : Periksa status
(D.0085) (L.06048) mental, status
1.Verbilisasi sensori,dan tingkat
melihat bayangan kenyamanan
membaik
2.Distorsi sensori Teraupeutik
membaik
3.Konsentrasi 1. Diskusikan
membaik tingkat toleransi
4.Ketajaman terhadap beban
penglihatan sensori (mis.
membaik. terlalu terang )
2. Batasi stimulus
lingkungan
(mis.Cahaya)
3. Jadwalkan
aktivitas harian
dan waktu
istirahat

Edukasi

Ajarkan cara
menimalisasikan
stimulus (mis.
Mengatur pencahyaan)

Kolaborasi

1. Kolaborasi dalam
menimalkan
prosedur/
tindakan
2. Kolaborasi
pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi
36

Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

2 Resiko Setelah dilakukan Manajemen kesehatan


cedera tindakan keperawatan lingkungan ( SIKI
berhubungan 3x2 jam diharapkan 1.14513 )
dengan tingkat cedera
gangguan menurun dengan Observasi
penglihatan kriteria hasil :
(D.0136) 1. Identifikassi
(SLKI L.14136) kebutuhan
keselamatan
1.Kajadian cedera 2. Memonitor
menurun perubahan status
2.Luka lecet menurun keselamatan
lingkungan

Traupetik

1. Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
2. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya dan resiko
3. Sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan

Edukasi

Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN TN. M


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO JATUH
DI WISMA SEDAP MALAM PSTW BUDI SEJAHTERA MARTAPURA

I. Pengkajian

A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Status Perkawinan : Duda
Alamat : Martapura
Tanggal Pengkajian : Selasa 08 Februari 2022

B. Penanggung Jawab/Kepala Keluarga


Nama : Tn. M. F
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Hubungan KK dengan Klien : Adik Ipar

37
38

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Keluhan Penyakit Saat Ini


Klien mengatakan ia sulit melihat, pandangan
kabur serasa berkabut dari ± 6 bulan yang lalu
dan ketika memasuki malam hari klien
mengatakan sudah tidak tampak apa-apa, klien
juga mengatakan ia hanya bisa dan sering ke
kamar mandi, ke tempat makan, ke kamar tidur
dan ke teras jika diajak teman di wisma
 Obat-obatan yang dipakai

Nama Golongan Efek


Kegunaan Dosis
obat obat samping

Vitamin Bebas Berperan Pusing, 3x/hari


B dan dalam Sering 1
complek resep membantu buang air tablet
metabolisme kecil, 50 mg
makanan perubahan
sampai warna
menjadi urin,
energi,serta tinja
memelihara berwarna
kesehatan hitam,
kulit, mata sembelit,
serta sistem diare,
saraf sakit
perut,
mual
muntah ,
kemerahan
pada kulit
dan gatal-
gatal.
39

 Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap
obat obatan dan makanan

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

 Riwayat Penyakit Masa Kkanak-Kanak


Klien mengatakan dulu ia jarang sakit, klien
cuman pernah sakit flu dan batuk
 Riwayat Penyakit Serius atau Kronik
Klien mengatakan ia mengalami mata kabur
(katarak) sejak ±6 bulan yang lalu
 Trauma
Klien mengatakan ia tidak pernah mengalami
trauma
 Perawatan di Rumah Sakit
Klien mengatakan sampai saat ini tidak pernah
dirawat dirumah sakit
 Riwayat Operasi
Klien mengatakan ia tidak pernah ada riwayat
operasi
40

C. Riwayat kesehatan Keluarga

 Genogram (Tiga Generasi)

 x

Keterangan :

: Laki-Laki : Laki-Laki Meninggal

: Perempuan : Perempuan Meninggal

: Pasien
41

III. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

 Kesadaran : Composmentis
 Penampilan : Penampilan tampak
Bersih rambut rapi,
 Berat Badan sekarang : 52 kg
 Berat badan sebelum : 54 kg (2 thn yang
lalu )
 Tinggi Badan : 165 cm
 IMT : 19,25 (ideal)
 Vital Sign : Td : 120/80 mmhg
N : 88x/Menit
RR : 19x/Menit
T : 36,50C

1. Sistem Integumen
 Lesi : Tidak ada lesi dibadan/
ditubuh klien
 Pruritus : Tidak ada pruritus
 Pigmentasi : Tidak ada heperpigmentasi
pada kulit klien
 Tekstur : Agak kendor dan halus
 Nevi : Tidak terdapat nevi
 Memar : Tidak terdapat memar
dibadan/tubuh klien
 Rambut : Pendek, berwana hitam
bercampur putih
42

 Kuku : Tampak pendek dan bersih


 Lama penyembuhan lesi : Tidak ada lesi
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada
sistem integumen

2. Kepala, wajah, leher


 Sakit kepala : Klien mengatakan
tidak ada sakit
kepala
 Pusing : Klien mengatakan
tidak ada pusing
 Trauma : Klien mengatakan
tidak ada trauma
 Bentuk Kepala : Wajah klien tampak
berbentuk oval
 Ekspresi Wajah : wajah klien tampak
datar
 Kelainan Wajah : Tidak ada kelainan
pada wajah klien
 Kelenjar Throid : Tidak ada
pembesaran throid
 Kelenjar Lymphe : Tidak ada
pembesaran Lymphe
 Kelenjar Jugularis : Tidak ada
Pembesaran
jugularis
43

 Kekakuan Leher : Tidak ada kekakuan


pada leher

 Data tambahan : Tidak ada data


tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
keperawatan pada
Kepala, wajah dan
leher
3. Mata
 Kelopak Mata : Simetris
 Konjongtiva : Tidak anemis
 Sklera : Putih (tidak ada
ikhterik)
 Visus : ketajaman penglihatan
berkurang karena adanya
katarak
 Pupil : Tampak Keruh
 Luas Pandang Mata : Berkurang karena adanya
katarak
 Refleks Cahaya : Terdapat reflek pada
kedua mata
 Buta Warna : klien tidak buta warna
 Kelainan Mata : Mata klien buram
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : gangguan penglihatan

4. Telinga dan Hidung


 Sekret : Tidak ada sekret
44

ditelinga ataupun
hidung
 Serumen : Tidak adaserumen

 Fungsi Pendengaran : Tidak ada masalah dalam


Fungsi pendengaran
 Kelainan Telinga : Tidak ada kelainan pada
telinga
 Septum : Tidak ada kelainan
septum
 Rongga Hidung : +/+
 Fungsi Penciuman : penciuman masih
berfungsi dengan normal
 Kelainan Hidung : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada

5. Mulut dan tenggorokan


 Bibir : mukosa bibir tampak
lembab
 Lidah : normal, lidah tampak
merah muda
 Gusi : gusi tidak ada masalah
 Gigi : putih kekuningan
 Fungsi Menelan : Normal, tidak ada
masalah
 Kelainan : tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
45

 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


Keperawatan pada mulut
dan tenggorokan

6. Toraks dan Paru-Paru


 Permukaan Dada : simetris kanan+/+kiri
 Nyeri Dada : Tidak ada nyeri
 Pernafasan : 19x/Menit
 Kesukaran Bernafas : Tidak ada
 Bunyi Nafas : Vasikuler
 Irama/Frekuensi : Reguler
 Kelainan Inpeksi,
palpasi, Perkusi,
Auskultasi : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada toraks
dan paru

7. Cardiovaskuler
 Nyeri Dada : Tidak ada
 Irama Jantung : Reguler
 Frekuensi : 88x/ Menit
 Bunyi Jantung : s1-s2 normal
 Nadi : 88x/Menit
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
46

Keperawatan pada
cardiovaskuler

8. Abdomen
 Permukaan : Tampak Normal
 Umbilikus : Normal (tidak menunjul
keluar)
 Bising usus : 11x/menit
 Gaster : Normal tidak ada
masalah
 Hepar : Tidak ada pembesaran
hepar
 Limpa : Tidak ada pembesaran
limpa
 Lien : Tidak ada pembesaran
lien
 Perkusi : normal (infero-anterior
arcus costae sebelah
kanan dapat ditemukan
pekak karena adanya
hepar, sedangkan
disebelah kiri berbunyi
timpani karena area
gaster dan fleksura
lienalis
 Nyeri : Tidak ada nyeri
Dibagian abdomen
47

 Kelainan : Tidak ada kelainan


 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada
abdomen

9. Urogenetalia dan Anus


 Vesika : Normal (tidak ada
retasi pada urin)
 Nyeri : tidak ada nyeri
` dibagian Urogenetalia
dan anus
 Sekret : Tidak ada sektet
 Kebersihan : Bersih (tidak ada sisa
kotoran)
 Skrotum : Tidak ada kelainan
 penis : Tidak ada kelaianan
seperti (hipospadias)
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada
Urogenetalia dan Anus

10. muskuloskletal
 Kesimetrisan : semetris
 Otot :kanan kiri
5 5
5 5
48

 Nyeri sendi : Tidak ada nyeri pada


sendi
 Kekakuan sendi : Tidak ada kekakuan pada
sendi
 Fungsi alat gerak : Fungsi alat gerak
Normal(dapat digerakkan
dengan bebas)
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada
muskuloskletal

11. Neurologis
 Fungsi sensorik : Normal (klien masih
dapat merasakan
rangsangan seperti
merasakan rasakan sakit
 Fungsi motorik : Normal (klien dapat
memberikan reaksi
terhadap rangsangan)
 Pemeriksaan
neurologis : Normal (tidak ada
gangguan pada memori
otak )
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Data tambahan : Tidak ada data tambahan
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Keperawatan pada
neurologis
49

IV. Aktivitas Sehari-Hari


A. Kemandirian
 Mandi : Dibantu seluruhnya
 Berpakaian : Dibantu sebagian
 Kekamar Kecil : Mandiri
 Makan/Minum : Dibantu sebagian
 Penggunaan Alat
Berdandan : Dibantu sebagian

V. Sosial Ekonomi
 Penggunaan Waktu Luang : klien mengatakan
ia hanya sering
mandi,ketempat
tidur dan keteras
jika diajak
 Hubungan Dengan Orang
- Keluarga di Wisma : klien mengatakan
hubungan dengan
keluarga diwisma
sangat baik
- Tetangga : klien mengatakan
hubungan dengan
wisma lain baik
 Kegiatan Organisasi : klien mengatakan
ia tidak dapat
mengikuti kegiatan
organisasi karena
matanya kabur
(katarak)dan
50

Berjalan lambat

 Penyaluran Hobi : klien mengatakan


tidak tahu
 Rekreasi : klien mengatakan
hanya berada
diwisma, apalagi
dalam masa pendemi
 Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan : klien
mengatakan karena keterbatasan dalam
penglihatan (katarak)klien juga berjalan
lambat
 Penghasilan Yang Dipunyai :klien mengatakan
tidak mempunyai penghasilan
 Sumber Dana : sumbangan dari panti

VI. Psikologi

 Kecemasan : Klien mengatakan tidak


mempunyai kecemasan
 Persepsi : Klien mengatakan tidak
Mempuyai persepsi
apapun
 Depresi ` : Klien tidak terlihat
depresi
 Berduka : Klien tidak berduka
 Orientasi : Tempat, waktu dan orang
- Penilaian : Baik
- Perhatian : Baik
51

- Konsentrasi : Baik, dapat menjawab


apa yang ditanyakan
perawat
- Memori : Baik, dapat mengingat
masalalu
- Isi dan proses fikir : Tidak ada afek negatif
- Kelainan mental : Tidak ada kelainan
menta

VII. Spiritual

 Agama : Islam
 Pelaksanaan ibadah : Klien mengatakan jarang
beribadah kepeda tuhan
seperti sholat karena
keteratan penglihatan
 Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan jarang
Mengikuti kegiatan
keagamaan
 Penyelesaian masalah : Klien mengatakan jika
ia mempunyai masalah ia biasa berdiskusi dengan
pengurus wisma
 Persepsi terhadap Tuhan : Klien mengatakan
percaya dan yakin terhadap adanya tuhan
52

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,


berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi,


lain tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E atau F
INDEKS KATZ

Tabel 3.1 Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan


Sehari-hari

Analisi Hasil : C
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
53

BARTHEL ADL INDEX

Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian


yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam
hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan

Tabel 3.2 Indeks Barthel

No. Aktivitas Kriteria Penilaian Nilai

1 Makan 0 = Tidak mampu


(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong,
1
2 = mengoles mentega dll.
Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung orang lain
(Bathing) 0
1 = Mandiri
3 Perawatan 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
diri 1 = Mandiri dalam perawatan
(Grooming 0
muka, rambut, gigi, dan
) bercukur
4 Berpaka 0 = Tergantung orang lain
ian 1 = Sebagian dibantu
(Dressi 1
2 = (misal mengancing
ng) baju) Mandiri
5 Buang air 0 = Inkontinensia atau pakai
kecil 1 = kateter dan tidak terkontrol
(Bowel) 2 = Kadang Inkontinensia (maks, 1
1x24 jam) Kontinensia
(teratur untuk lebih dari 7
hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak
besar 1 = teratur atau perlu
(Bladder) 2 = enema) Kadang 2
Inkontensia (sekali
seminggu) Kontinensia
(teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1 = Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal 1
sendiri
2 = Mandiri
54

8 Berpin 0 =
Tidak mampu
dah 1 =
Butuh bantuan untuk
(Trans 2 bisa duduk (2 orang)
=
fer) 3
3 Bantuan kecil (1
=
orang)
Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile
(tidak mampu) 1
= Menggunakan
kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu 3
orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10 0 = Tidak mampu
Naik turun 1 = Membutuhkan
tangga 1
2 = bantuan (alat
bantu) Mandiri
Total nilai
13
KETERGANTUNGAN RINGAN

Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
55

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia
Tabel 3.3 SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE

SKORE
No PERTANYAAN JAWABAN
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? Tidak ingat

√ 2 Hari apa sekarang ini ? Tidak tahu


Klien mengatakan
√ 3 Apa nama tempat ini ? disini tempat
panti jompo
Klien mengatakan
Berapa nomor telpon Anda ? telpon rumah
a. Dimana alamat Anda ? sudah tidak
√ 4 ingat dan untuk
(tanyakan bila tidak
alamat klien
memiliki telpon) mengatakan di
martapura
Klien mengatakan
√ 5 Berapa umur Anda ?
61 tahun
Klien mengatakan
√ 6 Kapan Anda lahir ?
tidak ingat
Siapa Presiden Indonesia Klien mengatakan
√ 7
sekarang ? tidak tahu
Klien mengatakan
√ 8 Siapa Presiden sebelumnya?
tidak tahu
Klien mengakan
√ 9 Siapa nama kecil ibu Anda?
nama ibunya nur
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
1 pengurangan 3 dari setiap Klien dapat

0 angka baru, semua secara menjawab
menurun ?
Kerusakan
5 5 Jumlah nilai Total intelektual
sedang
KETERANGAN :

1. Nilai 0 – 2 Fungsi intelektual utuh


2. Nilai 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Nilai 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
56

Kerusakan intelektual Berat

MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )


Tabel 3.4 MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien

1 Orientas Menyebutkan dengan benar (5 poin)


i Tahun
5 3
Musim Tanggal

Hari Bulan

2 Orietasi Dimana sekarang kita berada (5


registra poin)
si
Negara

Provinsi

5 5 Kabupaten

Kecamatan / Nama PSTW (jika


tinggal di PSTW)

Kelurahan / Desa / Wisma (jika


tinggal di PSTW)

Sebutkan 3 nama objek ( ex. kursi


, meja, kertas ) : 1 detik untuk
mengatakan masing-masing. Kemudian
tanyakan klien ketiga
objek setelah anda
3 3 telah mengatakannya. Beri 1
poin untuk setiap jawaban yang
benar. Kemudian ulangi
sampai ia mempelajari
ketiganya. Jumlahkan percobaan dan
catat. (3 poin) Contoh:

Kuri Meja Kertas


57

3 Perhatia Meminta klien berhitung mulai dari


n dan 100, kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulas tingkat (1 poin untuk setiap
5 3
i jawaban benar)

100, 93 ,......, ……, ……

4 Menginga Meminta klien untuk menyebutkan


t objek nomer 2 (1 poin untuk setiap
3 3 jawaban benar)

Kursi Meja Kertas


5 Bahasa 1. Menanyakan kepada klien
tentang benda ( sambil
menunjuk benda tersebut )
(2 poin)
Jendela
Jam dinding
2. Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut
tanpa jeda “ tidak ada,
jika, dan, atau, tetapi “
(1 poin)
9 6
3. Ikuti perintah 3-langkah:
"ambil kertas di tangan
kanan anda, lipat dua, dan
taruh di lantai" (3 poin)
4. Tuliskan di kertas 1
perintah. Minta lansia
membaca dan menuruti hal
tersebut, contoh "tutup mata
Anda" (1 poin)
5. Tulis satu kalimat (1 poin)
6. Menyalin gambar (1 poin)
Tot 24 Normal
30
al

Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Definitif gangguan kognitif
58

INVENTARIS DEPRESI BECK

(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle,


1972)

Tabel 3.5 INVENTARIS DEPRESI BECK

SKORE U R A I A N NILAI
A. KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia,
dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak
dapat keluar darinya 0
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu
tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke
masa depan 0
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang
masa depan
C. RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua
(suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang,
semua yang dapat saya lihat kegagalan
0
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada
umumnya
0 Tidak merasa gagal
D. KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
0
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
59

E. RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian 0
dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
F. TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
0
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI
Saya akan bunuh diri jika saya punya
3
kesempatan
Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh
2
diri 0
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan
0
diri sendiri
H. MENARIK DIRI DARI SOSIAL
Saya telah kehilangan semua minat saya pada
3 orang lain & tidak perduli pada mereka
semuanya
Saya telah kehilangan semua minat saya pada
2 orang lain & mempunyai sedikit perasaan pada 0
mereka
Saya kurang berminat pada orang lain dari
1
pada sebelumnya
Saya kurang berminat pada orang lain dari
0
pada sebelumnya
I. KERAGU-RAGUAN
Saya tidak dapat membuat keputusan sama
3
sekali
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
2 0
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik


60

J. PERUBAHAN GAMBARAN DIRI

3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan


Merasa bahwa ada perubahan yang permanen
2
dalam penampilan 0
Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik
1
& ini membuat saya tidak menarik
Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
0
daripada sebelumnya

PENILAIAN :

0– 4 : Depresi Tidak Ada / Minimal


5– 7 : Depresi Ringan
8– 15 : Depresi Sedang
61

VIII. Analisa Data


MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 Ds :
klien mengatakan
pandangan tidak jelas,
pandangan berkabut ±
Resiko jatuh
sudah 6 bulan dan ketika
dengan faktor
memasuki malam hari - resiko
klien mengatakan sudah
gangguan
hampir tidak nampak apa-
penglihatan
apa
Do :
tampak keruh pada lensa
mata klien
2. Ds :
Klien mengatakan
pandangan tidak jelas,
pandangan berkabut.
Gangguan Gangguan
Do :
persepsi
1. visus berkurang, penglihatan
sensori
2. penurunan ketajaman
penglihatan,
3. terdapat kekeruhan
pada lensa mata.
3. Ds :
klien mengatakan lupa
tanggal, bulan hari
lahirnya dan
tanggal,bulan
sekarang
Do :
Proses
1. klien tampak Gangguan
kesulitan dalam Penuaan Memori
menjawab pertanyaan
yang disampaikan
perawat
2. penilaian SPMQ klien
mengalami kerusakan
intektual sedang
( skor 5)
62

IX. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1
Resiko jatuh Ketajaman Manajemen kesehatan
dengan faktor penglihatan lingkungan
resiko membaik. Setelah
gangguan dilakukan tindakan Observasi
penglihatan keperawatan 3x2
jam diharapkan 1. Identifikassi
tingkat cedera kebutuhan keselamatan
menurun dengan 2. monitor perubahan
kriteria hasil : status keselamatan
lingkungan
1. Kajadian cedera
menurun Terapeutik
2. Luka lecet
menurun 1) Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
2) Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan resiko
3) Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan

Edukasi
1. Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan

2 Gangguan
persepsi Setelah dilakukan Minimalisasi rangsangan:
sensori tindakan
berhubungan keperawatan 3x24 Observasi :
dengan jam diharapkan
Gangguan gangguan fungsi 1) Periksa status
sensori membaik mental, status
Penglihatan sensori,dan tingkat
dengan kriteria
hasil : kenyamanan
1. verbilisasi Teraupeutik
melihat
bayangan 1) Diskusikan tingkat
membaik toleransi terhadap
2. Distorsi beban sensori (mis.
sensori membaik
63

terlalu terang
2) Batasi stimulus
lingkungan
Dx Keperawatan Kriteria Hasil
No

3) Konsentrasi 3. Jadwalkan aktivitas harian


membaik dan waktu istirahat
4) Ketajaman
penglihatan Edukasi
membaik
1. Ajarkan cara
menimalisasikan stimulus
(mis. Mengatur pencahyaan)

Kolaborasi

1. Kolaborasi dalam
menimalkan prosedur/
tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi persepsi

3 Gangguan Setelah Latihan Memori


Memori dilakukan
berhubungan tindakan Observasi :
dengan keperawatan 3x2
proses jam diharapkan 1) Identifikasi masalah
penuaan gangguan memori yang dialami
identitas diri 2) Identifikasi kesalahan
membaik dengan terhadap orientasi
kriteria hasil : 3) Monitor prilaku dan
perubahan memori selama
1. Verbalisasi terapi
kemampuan
mempelajari Traupetik
hal baru
2. Verbalisasi 1. Rencanakan metode mengajar
kemampuan sesuai kemampuan klien
mengingat 2. Stimulasi memori dengan
informasi mengulang pikiran yang
faktual terahir kali diucapkan,
3. Verbalisasi jika perlu
kemampuan 3. Koreksi kesalahan
mengingat orientasi
prilaku 4. Fasilitasi mengingat
tertentu yang kembali masa lalu, jika
perlu
64

oernah 5. Fasilitasi tugas


dilakukan pembelajaran ( mis.
Mengingat informasi verbal
dan gambar )

Diagnosa Dx Keperawatan Kriteria Hasil


No

4. Verbalisasi 5. Fasilitasi kemampuan


kemampuan konsentrasi (mis.
mengingat Bermain kartu
peristiwa berpasangan), jika perlu

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan


prosedur latihan
2) Ajarkan tekhik memori yang
tepat (mis.membuat daftar)

Kolaborasi

1. Rujuk pada terapi


akupasi, jika perlu
65

X. Implementasi Dan Evaluasi


Hari/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa Gangguan
8 persepsi S: Klien mengatakan
Februari sensori 1. memeriksa status pandangan masih
2022 berhubungan mental, status tak jelas
dengan sensori,dan tingkat
gangguan kenyamanan O: klien tampak
penglihatan Hasil: klien tampak masih terdapat
tenang dan nyaman penurunan
berbaring ditempat ketajaman
tidur dengan penglihatan dan
jendela yang visus berkurang
tertutup dan
kurangnya cahaya A: masalah
matahari yang masuk keperawatan
2. mendiskusikan Gangguan
tingkat toleransi persepsi sensori
terhadap beban berhubungan
sensori (mis. dengan gangguan
terlalu terang penglihatan
Hasil : klien
Teratasi
mengatakan ia dapat
sebagian
menghindari cahaya
terang P :intervensi
3. membatasi stimulus dilanjutkan(1,3)
lingkungan (Cahaya)
1. Memeriksa
Hasil: Gorden ditutup status mental,
sebagian saat siang
status sensori
hari
dan tingkat
4. Menjadwalkan kenyamanan
aktivitas harian
dan waktu istirahat 3. membatasi
stimulus
lingkungan
(Cahaya)
66

Hari/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal

Hasil: Klien selalu


melalukakan hal yang
terjadwal sesuai
kemampuannya mis.
Makan tepat waktu dan
minum obat

5. Mengajarkan cara
menimalisasikan
stimulus (mis.
Mengatur
pencahyaan)

hasil: klien tampak


paham dengan apa yang
diajarkan

Selasa Resiko 1. Mengidentifikassi S: klien mengatakan


8 jatuh kebutuhan pandangan tidak
Februari dengan keselamatan jelas, pandangan
2022 faktor berkabut ± sudah
resiko Hasil : memberikan 6 bulan dan
gangguan sendal agar tidak ketika memasuki
penglihatan tepeleset pada lantai malam hari klien
semen mengatakan sudah
hampir tidak
2. menghilangkan nampak apa-apa
bahaya keselamatan
lingkungan O: tampak keruh
pada lensa mata
Hasil : menjauhkan klien
barang-barang atau
lingkungan yang A: Masalah
membahayakan seperti
keperawatan
Lantai licin dan benda
tajam Resiko cedera
berhubungan
3. Menyediakan alat dengan gangguan
bantu keamanan penglihatan
lingkungan teratasi
sebagian
Hasil : memberikan pel-
pelan agar lantai tidak P: Intervensi
67

liciN dilanjutkan (
Hari/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal

4. Mengajarkan (1,2,3,4)
individu,
keluarga dan 1. Identifikassi
kelompok resiko kebutuhan
tinggi bahaya keselamatan
lingkungan 2. Hilangkan bahaya
keselamatan
Hasil : klien tampak lingkungan
paham apa yang
diajarkan Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya dan
resiko

Selasa Gangguan 1. mengidentifikasi S : klien


Memori masalah memori yang mengatakan lupa
8 berhubungan dialami tanggal, bulan
dengan hari lahirnya
Februari proses Hasil : klien tidak dan tanggal,
penuaan mengingat hari atau bulan sekarang
2022 tanggal lahirnya
O :
2. mengidentifikasi
kesalahan terhadap 1. klien tampak
orientasi kesulitan dalam
menjawab
Hasil : klien masih pertanyaan yang
mengingat orang tempat, disampaikan
namun pada waktu klien perawat
sering lupa 2. penilaian SPMQ
klien mengalami
3. merencanakan kerusakan
metode mengajar intektual sedang (
sesuai kemampuan skor 5)
klien
A : masalah
Hasil : mengajarkan keperawatan
kemampuan menginagat Gangguan Memori
seperi perhitungan berhubungan dengan
proses penuaan
4. menjelaskan tujuan teratasi sebagian
68

dan prosedur P : intervensi


latihan dilanjutkan (2,3,6)
Hari/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal

Hasil : klien tampak 2. Mengidentifikasi


menurut dan mau kesalahan terhadap
melakukan latihan orientasi

1. mengajarkan tekhik 3. Rencanakan


memori yang tepat metode mengajar
Hasil : mengajarkan sesuai kemampuan
tekhir mengingat klien
menyusun jadwal
sehari-hari tanpa 4. Ajarkan tekhik
ditulis memori yang
tepat
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Tn. M laki-laki berumur 61 tahun diketahui


keluhan utama klien yaitu Klien mengatakan ia sulit
melihat, pandangan kabur serasa berkabut dari ± 6
bulan yang lalu dan ketika memasuki malam hari
klien mengatakan sudah tidak tampak apa-apa, klien
juga mengatakan ia hanya bisa dan sering ke kamar
mandi, ke tempat makan, ke kamar tidur dan ke teras
jika diajak teman di wisma.
Pada klien dilakukan pemeriksaan fisik yaitu
meliputi keaadan umum dan tanda-tanda vital
didapatkan hasil yaitu kesadaran: composmentis,
Tekanan darah: 120/80mmhg, Nadi: 88x/menit, RR:
19x/menit, T: 36,50C. Pada sistem integument tidak
terdapat kelainan hanya saja tekstur kulit klien
tampak keriput yang wajar terjadi pada lansia, pada
kepala wajah dan leher tidak ada kelinan, kemudian
dilakukan pemeriksaan pada mata dan terdapat
kelainan yaitu pada pemeriksaan visus mata:
ketajaman penglihatan berkurang karena adanya
katarak dan luas lapang pandang klien hanya
terlihat jelas jika pada jarak dekat, pupil: tampak
keruh dan mengecil jika kena cahaya. Pada telinga
dan hidung tidak terdapat kelainan dan masih
berfungsi dengan baik, mulut dan gigi tidak
terdapat kelainan. Pada toraks dan paru-paru tidak
terdapat kelainan bunyi nafas. Pada kardiovaskuler

69
70

tidak terdapat kelainan. Pada abdomen tidak


terdapat kelainan, urogenetalia dan anus tidak ada
kelainan, pada pengkajian Short Portable Mental
Status Questionnaire klien mendapat total skor 5
yaitu kerusakan intelektual sedang

Pada pemeriksaan pola nutrisi dan pola


istirahat tidur klien : klien mengatakan pola makan
teratur namun dan porsi makan satu piring selalu
habis, kemudian pada pola tidur klien mengatakan
tidur malam sering terbangun, namun tidur lagi.
Pada pemeriksaan psikologi dan spritual klien
mengatakan cukup senang tinggal dipanti. Di panti
klien mengatakan jarang beribadah kepada tuhan
seperti sholat karena keterbatan penglihatan

Secara teoritis Gangguan penglihatan yang


dialami Tn. M merupakan hal yang wajar seiring
penuaan. Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang
dianggap normal dalam proses penuaan termasuk
penurunan kemampuan untuk melakukan akomondasi,
kontriksi pupil akibat penuaan, perubahan warna
serta kekeruhan lensa mata (katarak)

Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai


dengan terjadinya awitan presbiopi, kehilangan
kemampuan akomodatif, yaitu ketika seseorang
memiliki masalah alam membaca huruf-huruf kecil.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris
menadi lebih lemah dan lebih kendur, dan lensa
kristialis mengalami sklerosis, dengan kehilangan
elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada
penglihatian jarak dekat
71

Ukuran pupil menurun (miosis pupil)dengan


penuaan karena sfinkter pupil mengalami sklerosis.
Miosis pupil ini dapat mempersempit lapang pandang
dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat
tertentu tetapi hal ini tidak benar-benar
mengganggu kehidupan sehari-hari.
Perubahan warna misalnya: kuning, dan
meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terjadi
dari waktu kewaktu dapat menimbulkan katarak

Perubahan yang dialami pada Tn. M yaitu


ditandai dengan penglihatan tidak jelas, pandangan
berkabut dan ketika memasuki malam hari klien
mengatakan sudah tidak nampak apa-apa.

B. Diagnosa Masalah Dan Perencanaan

1. Resiko jatuh dengan faktor resiko gangguan


penglihatan
Intervensi :
a. Manajemen kesehatan lingkungan

Observasi

1) Identifikassi kebutuhan keselamatan


2) monitor perubahan status keselamatan
lingkungan

Terapeutik

1) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan


2) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan resiko
3) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
72

Edukasi

1) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok


resiko tinggi bahaya lingkungan

2. Ganggun persepsi sensori berhubungan dengan


gangguan penglihtan

Intervensi :

a. Minimalisasi rangsangan:

Observasi :

1) Periksa status mental, status sensori,dan


tingkat kenyamanan

Teraupeutik

1) Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban


sensori (mis. terlalu terang
2) Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya)
3) Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat

Edukasi

1) Ajarkan cara menimalisasikan stimulus (mis.


Mengatur pencahayaan)

Kolaburasi

1) Kolaborasi dalam minimalkan prosedur/tindakan


2) Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi
3. Gangguan Memori berhubungan dengan proses
penuaan
73

Intervensi :

a. Latihan memori

Observasi :

1) Identifikasi masalah memori yang dialami


2) Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
3) Monitor prilaku dan perubahan memori selama
terapi

Traupetik

1) Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan


klien
2) Stimulasi memori dengan mengulang pikiran
yang terahir kali diucapkan, jika perlu
3) Koreksi kesalahan orientasi
4) Fasilitasi mengingat kembali masa lalu, jika
perlu
5) Fasilitasi tugas pembelajaran ( mis.
Mengingat informasi verbal dan gambar )
6) Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis.
Bermain kartu berpasangan), jika perlu

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur latihan


2) Ajarkan tekhik memori yang tepat (mis.membuat
daftar)

Kolaborasi

Rujuk pada terapi akupasi, jika perlu


74

C. Pelaksanaan Dan Evaluasi

Resiko jatuh yang dialami Tn. M dilakukan


dengan tujuan agar klien dapat menggunakan
penglihatan secara optimal. Adapun tindakan yang
dilakukan yaitu

mengidentifikasi kebutuhan keselamatan


seperti menggunakan sendal agar tidak terpeleset
di tempat yang licin misalnya tempat yang bersemen,
menggunakan alat keselamatan seperti alat bantu
jalan, menjauhkan benda-benda tajam yang dapat
melukai klien, menyediakan alat-alat keamanan
lingkungan seperti pel-pelan agar lantai tidak
licin, membuatkan penerangan yang cukup pada malam
hari, membatasi stimulus cahaya lingkungan pada
siang hari dan memeriksa status kenyamanan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien


diharapkan tingkat cedera menurun dan dapat
menggunakan penglihatan secara optimal, mengurangi
resiko jatuh akibat kurang jelasnya penglihatan dan
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari atau aktivitas
secara mandiri.

Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada


Tn. M sebagian besar sudah cukup berhasil seperti
penggunaan cahaya terang dimalam hari, menutup
tirai pada kamar klien untuk menghindari cahaya
yang menyilaukan mata dan menggunakan sendal
dilantai yang bersemen agar tidak terpeleset.
75

Namun ada beberapa hal yang kurang berhasil


seperti anjurkan untuk menggunakan alat bantu
penglihatan : kacamata juga ketidak inginan klien
dalam penggunaan alat bantu berjalan karena
mengingat kondisi anggota gerak klien yang terbatas
dan akan mengakibatkan resiko jatuh. Kendala yang
di hadapi ini adalah faktor internal dari klien
yang menolak anjuran yang diberikan karena klien
mengaku masih bisa beraktivitas sehari-hari dengan
mandiri.

Perlu adanya pendekatan yang lebih lagi


kepada klien untuk memberikan pendidikan kesehatan
dan tindakan keperawatan kepada klien diharapkan
resiko jatuh berkurang dengan mengunakan
penglihatan secara optimal.
BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu


didunia karena penyakit ini menyerang tanpa
disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara
perlahan-lahan. Katarak baru terasa mengganggu
setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa
mata.

Penderita rata-rata berasal dari ekonomi


lemah sehingga banyak diantara  mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan
katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari
data statistik lebih dari 90 persen orang berusia
di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar
55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan,
2008)

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya studi kasus ini diharapkan
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan
yang telah dipelajari dalam bentuk asuhan
keperawatan. Mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui teori, dapat menganalisis serata

76
77

membandingkannya dengan kasus yang ada sehingga


dapat diketahui sejauh mana kesamaan teori
dengan kenyataan di lahan. Dan juga faktor
pendukung serta penghambat dalam menmberikan
asuhan kepeawatan .

2. Bagi Institut Pendidikan

Institusi pendidikan hendaknya dapat menyediakan


buku sumber terbaru sehingga mempermudah dalam
penulisan studi kasus dan dapat mengikuti
perkembangan ilmu keperawatan yang sedang
berkembang, terutama asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan resiko jatuh.

3. Bagi Klien

Klien diharapkan dapat memahami intervensi yang


sudah dianjurkan dan diberikan agar klien dapat
menggunakan penglihatan secara optimal,
mengurangi resiko jatuh akibat kurangnya
penglihatan dan dapat mmemenuhi kebutuhan
sehari-hari atau beraktivitas secara mandiri.

4. Bagi Tempat Praktik

Bagi pihak Wisma Sedap Malam Pstw Budi Sejahtera


Martapura untuk lebih meningkatkan/
memperhatikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan penglihatan (katarak) secara
komprehensif dan mengacu pada standar asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2015).Keperawatan Medikal


Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta

Barbara C, Long.(). Perawatan medikal bedah. EGC :


Jakarta

Corwin, J Elizabeth.(2015). “buku saku


patofisiologi”. EGC : Jakarta

Doenges, E. Marilynn. (2015). Rencana Asuhan


Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta

Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi


Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction
Publishing

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI


Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

78

Anda mungkin juga menyukai