Oleh
ZANNATI HASIBUAN
NIM : 10014433
Pembimbing :
Mengetahui :
Ketua Program StudiIlmuKeperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Hasil Praktek Belajar Komprehensif ini
Telah mendapat Pengesahan Dengan judul :
MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN Ny. N PADA SYSTEM ENDOKRIN DENGAN DIABETES
MELLITUS TYPE I DI RUANG ASOKA II (XIV)
RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR
ZANNATI HASIBUAN
NIM : 10014433
Telah diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Praktek Belajar
Lapangan Komprehensif Pada tanggal 23 Oktober 2013 Dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diterima
Ditandatanganioleh,
Pembimbing :
Penguji I Penguji II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
kesulitan yang dihadapi penulis, namun karena rahmat Allah serta bimbingan,
bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi
kesulitan tersebut. Berkenaan dengan hal itu dalam kesempatan ini penulis
Ns. M.Kes selaku dosen pembimbing sekaligus koordinator PBLK yang telah
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak RSUD Dr. Djasamen
Lusiana Nst, S.Kep, Ns, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
memberikan doa tulusnya untuk penulis, abang/kakak dan semua keluarga yang
ini, dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan, semangat, dan doa dalam menyelesaikan PBLK ini.
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis
( ZANNATI HASIBUAN)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Sampul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Daftar Lampiran............................................................................................. v
Daftar Skema................................................................................................. vi
Daftar Tabel.................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 . Tujuan....................................................................................... 3
1.3 . Manfaat.................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................116
Daftar Lampiran
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya PBLK ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama
pendidikan dalam dunia kerja nyata, selain itu meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mengelola kasus secara mandiri dan profesional berdasarkan
teori dan konsep yang ada.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa Keperawatan
Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan
gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa
mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efesien.
b. Institusi Pendidikan
Manfaat PBLK bagi institusi pandidikan adalah untuk meningkatkan
kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya
ilmiah.
c. Lahan Praktek
Selama kegiatan PBLK maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga
mahasiswa sebagai perawat tambahan. Selain itu dapat meningkatkan mutu
pelayanan lahan praktek dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus
kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.
BAB II
MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1 MANAJEMEN
A. Konsep Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerjasama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan
(Suarli, 2009 ). Sedangkan menurut LAN R I (dalam suarli 2009) kepemimpinan
adalah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan,
membimbing, dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan
mewujudkan sasaran yang ditetapkan.
B. Teori Kepemimpinan
1. Teori “TRAIT” (Bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin dan
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang
lain. Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi,
personality, dan kemampuan (perilaku).
2. Teori perilaku
Teori ini lebih menekankan pada apa yang dilakukan oleh pemimpin
dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratis atau fokus dari
sebuah produksi ke fokus pegawai.
Terdapat tiga gaya kepemimpinan menurut White & Lippit dalam
tappen, et.al (1998):
a. Otokrasi : Pemimpin memutuskan, orientasi lebih pada tugas,
berdasarkan perintah, dan kurang inisiatif.
b. Demokrasi : melibatkan bawahan, orientasi lebih pada tugas,
mengutamakan kerja tim, produktivitasnya tinggi.
c. Laisse-faire: gaya kepemimpinan santai, acuh tak acuh, pengarahanya
kurang, kebebasan individu, sering menimbulkan frustasi.
3. Situational theory
Situasi yang menjadi penentu dalam kepemimpinan. Berfokus pada
perilaku pemimpinyang diperlihatkan dan bagaimana gaya kepemimpinan
diterapkan dengan situasi
C. Fungsi Manajemen
Manajemen keperawatan memiliki beberapa elemen utama berdasarkan
fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating (pergerakan), dan controlling (pengendalian/evaluasi).
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan
datang,artinya apa,siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dan
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli, 2009 ).
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena
perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien. Menurut Swanburg (2000), planning adalah memutuskan seberapa
luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya.
Di dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin
bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat
hasil yang memuaskan sesuai tujuan.
a. Tujuan perencanaan
1. Upaya koordinasi: bagaimana memberikan arahan
2. Mengurangi dampak perubahan, misalnya konflik peran.
3. Meminimalkan hasil yang sia-sia tidak efektif dan efisien serta
menghindari pengurangan kegagalan
4. Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian;
membandingkankinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan
korektif yang diperlukan
b. Tahapan dalam perencanaan
1. Menetapkan tujuan
2. Merumuskan keadaan sekarang
3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan serangkaian kegiatan
c. Jenis perencanaan
1. Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan
oleh pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi.
Digunakan untuk mendapatkan dan mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk
merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa
kini.
2. Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-
orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur
serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.
3. Perencanaan divisi
4. Perencanaan unit
d. Manfaat perencanaan
1. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan
2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasi lebih jelas
3. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat
4. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
5. Memudahkan koordinasi
6. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8. Menghemat waktu dan dana
e. Prasyarat perencanaan
1. Sederhana
2. Tujuanya jelas
3. Hasil yang akan dicapai
4. Berdasarkan kebijakan danprosedur yang berlaku
5. Prioritas
6. Pelibatan aktif
7. Praktis
8. Fleksibel
9. Berkesinambungan
10. Mempunyai kejelasan metode evaluasi
f. Langkah-langkah dalam perencanaan.
1. Pengumpulan data
2. Analisa SWOT
3. Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang
menghambat
4. Pembuatan rencana: tentukan obyektif, uraian kegiatan,
prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya,
peralatan, metode yang digunakan
g. Keuntungan perencanaan
1. Meningkatkan peluang sukses
2. Membutuhkan pemikiran analitas
3. Mengarahkan orang ketindakan
4. Memodifikasi gaya manajemen
5. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6. Meningkatkan keterlibatan anggota
h. Kelemahan perencanaan
1. Kemungkinan perkerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada konstribusi nyata
2. Cenderung menunda kegiatan
3. Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4. Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh
penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu
masalah pada saat masalah itu terjadi
5. Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang
tidak konsisten
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan
yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati) Sedangkan Szilagji (dalam
Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses
mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola
struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui:
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2. Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisai tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya
3. Pendelegasian wewenang
4. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :
1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan
secara efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola
hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat
dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat
Tahapan dalam pengorganisasian :
1. Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi manajemen
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh saff dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
5. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6. Mendelegasikan wewenang
Prinsip-prinsip pengorganisasian :
1. Pembagian kerja
2. Pendelegasian tugas
3. Koordinasi
4. Manajemen waktu
3. Actuating( pergerakan)
Pergerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya
tujuan bersama. Dalam hal ini diusahakan agar orang lain yang diperintah tidak
hanya semata-mata menerima Penugasan dariatasan, tetapi tergerak hatinya untuk
menyelesaikan tugasnya dengan keadaan sendirinya.
Terdapat 3 tipe pergerakan yang dapat dijadikan acuan, yaitu:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat ditinjau dari empat sisi:
1. Pola dasar kepemimpinan
2. Komponen peristiwa kepemimpinan
3. Tipe kepemimpinan
4. Figur kepemimpinan
b. Motivasi kerja
Motivasi kerja merupakan dorongan yang menyebabkan sesorang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Motivasi kerja terbagi menjadi tiga jenis yaitu
motivasi, faktor motivator, dan faktor demotivator.
c. KISS dan Komunikasi
KISS adalah akronim yang berarti koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan simplikasi, sedangkan komunikasi merupakan
penambahan.
4. Controlling ( Pengendalian/ evaluasi)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol,
1949 dikutip Swanburg, 2002)
Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa
prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan
telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
a. Harus menunjukkan sifat dari aktifitas
b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c. Harus memandang kedepan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikan
Terdapat dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
a. Analisa data
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.
Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan
untuk analisa tugas dalam keperawatan.
b. Kontrol kualitas
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.
Manfaat pengawasan
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat maka akan diperolah manfaat :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan kerja.
4. Standar Dokumentasi
Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk
memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatan. Dalam standar dokumentasi terdapat beberapa karakteristik,
diantaranya:
a. Perawat
Karakteristik ini memberikan panduan dalam pertanggungjawaban
profesional. Selain itu karakteristik ini dapat meningkatkan kepuasan
perawat dengan adanya protokol dalam praktek keperawatan. Karakteristik
ini juga memberikan kriteria hasil yang dapat mengevaluasi asuhan
keperawatan, serta memberikan kerangka kerja bagi pendekatan sistematis
untuk pengambilan keputusan dan praktek keperawatan (Hidayat, 2000).
b. Klien
Karakteristik ini dapat memberitahu klien tentang ide-ide
mengenai; tanggung jawab kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan
kepuasan klien dan merefleksikan hak klien. Selain itu, karakteristik ini
memberikan batasan pada klien tentang suatu model pelayanan
keperawatan, penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan dan keuntungan
bagi klien (Hidayat, 2000).
Kepala Ruangan
Pasien/klien
3. Metode tim
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan
memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul
karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawatan. Tim keperawatan terdiri dari
perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta
pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih
menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk
belajar. Hal pokok yang harus ada adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim,
rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim
untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika
ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien,
keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak
terpenuhi.
Kepala Ruangan
4. Keperawatan Primer.
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab
selama 24 jam sehari, 7 hari / minggu. Ini merupakan metode yang memberikan
perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.
Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan
dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan
perawatan. Perawat primer merupakan manajer garis terdepan bagi perawatan
pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
Perawat Primer
Pasien/klien
Pasien / Klien
Kepala Ruangan
Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat
d. Jenis SP2KP
Menurut Ratna Sudarsono (2000), berdasarkan
pengalamanmengembangkan MPKP dan masukan dari berbagai pihak perlu
dipikirkan untuk mengembangkan suatu SP2KP yang disebut SP2KP Pemula
(PKPP).
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Ruang
Rawat
C.C.M
PP 1 PP 2 PP 3
PA PA PA
PA PA PA
Kedudukan
Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis
fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui
Kapokja keperawatan, sedangkan secara operasional bertanggung jawab
kepada kepala instalasi.
Tugas Pokok
Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan penerapan
etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.
Uraian Tugas
1. Mengatur pelaksanaan kegiatan Askep yang diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan klien/anggota keluarga
2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan
3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar selalu
siap pakai
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua tim dan pelaksanaan agar
melaksanakan askep sesuai standar, etis dan profesional
5. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru, siswa/mahasiswa,
klien/anggota keluarga baru
6. Mendampingi dokter/supervisor selama kunjungan visite
7. Mengelompokkan klien/anggota keluarga menurut tingkat jenis kelamin
untuk mempermudah askep
8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas,
klien/anggota keluarga sehingga memberi ketenangan
9. Mengadajan pertemuan berkala tenaga keperawatan menimal 2 kali
perhari untuk membicarakan pelaksaan kegiatan di rumah
10. Memeriksa dan meneliti : pengisian daftar permintaan makanan,
pengisisan sensus harian, pengisisan buku register, pengisian rekam
medik.
11. Mengawasi dan menilai pelaksanaan askep 5 tahapan : pangkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
12. Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.
13. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruang rawat.
Tugas pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistik asuhan
keperawatan secara efesien dan efektif.
Uraian Tugas
1. Bersama anggota group melaksanakan askep sesuai standar.
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group/ tim (group
petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistik
keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dang anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata
tertib ruangan, mengatur tugas peserta didik, dll.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur petugas cleaning
service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan penunjang ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga
keperawatan.
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungannya.
d) CI (Clinical Instructure)
Uraian Tugas
1) Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2) Melakukan pre conference dan membahas laporan pendahuluan
3) Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis
pasien
4) Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik
5) Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
6) Melakukan bed side teaching
7) Melakukan ronde keperawatan
8) Mengambil alih tindakan yang dilakukan peserta didik dalam situasi
tertentu
9) Melakukan post conference yang membahas tentang kegiatan peserta
didik dalam melakukan asuhan keperawatan.
10) Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir
11) Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir
a) Memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat
pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan
dengan penerapan proses keperawatan.
b) Membimbing pembuatan laporan kasus
12) Memberi penilaian terhadap hasil kerja peserta didik sesuai dengan tepat
tugasnya dan menyerahkan kepada koordinator instruktur klinis setiap
akhir minggu.
13) Mengkoordinasikan tugas bimbingan kepada penanggung jawab sore dan
malam.
e) Perawat Pelaksana
Uraian tugas
1. Melaksanakan serah terima pasien dan alat serta kejadian-kejadian,
baik secara lisan maupun tulisan.
2. Membuat persiapan penerimaan pasien baru.
3. Melaksanakan asuhan keperawatan pasien meliputi : mengkaji keadaan
pasien serta berkelanjutan, membuat rencana keperawatan,
melaksanakan monitoringpada pasien, dan monitoring pemeriksaan
penunjang (laboratorium, x-ray, USG, Echocardiografi, EKG).
4. Menyediakan, menyiapkan, menyimpan, dan memelihara peralatan
sehingga siap pakai.
5. Melakukan rotasi dinas sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh
kepala ruangan.
6. Mendampingi dokter visitedan pelaksanaan tindakan medis.
7. Memelihara kebersihan pasien, kebersihan ruangan dan lingkungan
ruang rawat inap.
8. Melengkapi administrasi pasien baik penerimaan, pemindahan ke
ruangan / jenazah dan administrasi askes/askeskin.
Model Keperawatan
Sister Calista Roy
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan
pada tahun 1964. Asumsi-asumsi dasar yang di anut dalam model adaptasi roy,
antara lain:
a. Individu makhluk bio-psiko-sosial yang
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
b. Setiap orang selalu menggunakan koping,
baik yang bersifat positif maupun negative Untuk dapat beradaptasi.
c. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif.
d. Individu selalu berada dalam rentang sehat-
sakit yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang di lakukan guna
mempertahankan kemampuan adaptasi.
Pendekatan Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan yang memiliki mekanisme koping untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau
kemunduran, menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada stimulus yang masuk
dan tingkat kemampuan adaptasi orang tersebut.Roy juga mengembangkan
konsepnya untuk membantu individu beradaptasi dan menunjukkan respon atau
perilaku adaptif terhadap perubahan kebutuhan yang mencakup perubahan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan hubungan saling ketergantungan antara
sehat dan sakit.
Konsep sehat yang di kembangkan oleh Roy adalah bagaimana individu
mampu beradaptasi dan berperilaku adaptif terhadap perubahan yang terjadi guna
memenuhi kebutuhannya, seperti kebutuhan fisiologis, konsep diri yang positif,
kebutuhan untuk menampilkan fungsi peran social dan mempertahankan
keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan.
Konsep sakit yang di kembangkan Roy adalah ketika individu tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan yang di alaminya. Selanjutnya, ia akan
menampilkan respon atau perilaku maladaptive yang menyebabkan ke empat
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.
1. MAN
a. Dokter spesialis : 12 orang
b. Perawat : 18 orang
c. ADM : 1 orang
d. PRT : 1 orang
e. Gizi : 1 orang
f. Jurpung : 1 orang
DATA PERAWAT DI RUANG ASOKA II (XIV)
Tabel. 3.1
b. Ketenagaan Perawat
1) Penempatan Tenaga Keperawatan
Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruang Asoka II
(XIV) berdasarkan dinas pada tanggal 30 agustus sebagai berikut:
Pagi : 9 orang
Sore : 3 orang
Malam : 3 orang
Libur : 3 orang
Cuti :0
Pembagian jam kerja :
Pagi : 9 orang
Sore : 3 orang
Malam : 3 orang
15 orang
Faktor libur dan cuti = 25% x 15 = 3,75 perawat = 4 Perawat
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah:
P+S+M+L+ 1 Karu = 6+3+3+4+1 = 19 perawat
2) Rumus DepKes
Dari hasil perhitungan menurut DepKes RI
Klasifikasi Pasien
Tabel 3.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien (menurut rumus DepKes)
Jumlah 26 4 104
29
Didapat hasil BOR pasien yang dirawat di Ruang Asoka II (XIV) selama
31 hari adalah 89,65%. Jadi, dari hasil perhitungan terdapat kelebihan tempat tidur
sebanyak 10,35% atau sebanyak 3 tempat tidur yang digunakan dari jumlah yang
seharusnya.
3) Deskripsi Kerja
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk
memudahkan pembagian tugas kepala perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
Kedudukan
Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis
fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui
Kapokja keperawatan, sedangkan secara operasional bertanggung jawab
kepada kepala instalasi.
Tugas Pokok
Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan penerapan
etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.
Uraian Tugas
1. Mengatur pelaksanaan kegiatan Askep yang diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan klien/anggota keluarga
2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan
3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar selalu
siap pakai
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua tim dan pelaksanaan agar
melaksanakan askep sesuai standar, etis dan profesional
5. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru, siswa/mahasiswa,
klien/anggota keluarga baru
6. Mendampingi dokter/supervisor selama kunjungan visite
7. Mengelompokkan klien/anggota keluarga menurut tingkat jenis kelamin
untuk mempermudah askep
8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas,
klien/anggota keluarga sehingga memberi ketenangan
9. Mengadajan pertemuan berkala tenaga keperawatan menimal 2 kali
perhari untuk membicarakan pelaksaan kegiatan di rumah
10. Memeriksa dan meneliti : pengisian daftar permintaan makanan,
pengisisan sensus harian, pengisisan buku register, pengisian rekam
medik.
11. Mengawasi dan menilai pelaksanaan askep 5 tahapan : pangkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
12. Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.
13. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruang rawat.
c. Kepala group / Ketua Tim
Persyaratan
Kualifikasi ketua Tim di RU XIV berdasarkan DEPKES 1994 adalah :
1. Sehat jasmani dan rohani.
2. Pendidikan minimal S1 keperawatan Ners jika ada, jika belum ada boleh
DIII keperawatan.
3. Pengalaman kerja di area keperawatan sejenis minimal 1 tahun, (untuk
DIII keperawatan) minimal 6 bulan, untuk S1 keperawatan ners .
4. Pernah mengikuti pelatihan standar asuhan keperawatan (dibuktikan
dengan sertifikat asli).
Kedudukan
Perawat ketua grup/tim adalah seorang perawat profesional dalam
melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistik asuhan
keperawatan secara efesien dan efektif.
Uraian Tugas
1. Bersama anggota group melaksanakan askep sesuai standar.
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group/ tim (group
petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistik
keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dang anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata
tertib ruangan, mengatur tugas peserta didik, dll.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur petugas cleaning
service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan penunjang ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga
keperawatan.
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungannya.
d. Perawat Pelaksana
Uraian tugas
1. Melaksanakan serah terima pasien dan alat serta kejadian-kejadian, baik
secara lisan maupun tulisan.
2. Membuat persiapan penerimaan pasien baru.
3. Melaksanakan asuhan keperawatan pasien meliputi : mengkaji keadaan
pasien serta berkelanjutan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan
monitoringpada pasien, dan monitoring pemeriksaan penunjang
(laboratorium, x-ray, USG, Echocardiografi, EKG).
4. Menyediakan, menyiapkan, menyimpan, dan memelihara peralatan
sehingga siap pakai.
5. Melakukan rotasi dinas sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh kepala
ruangan.
6. Mendampingi dokter visitedan pelaksanaan tindakan medis.
7. Memelihara kebersihan pasien, kebersihan ruangan dan lingkungan ruang
rawat inap.
8. Melengkapi administrasi pasien baik penerimaan, pemindahan ke
ruangan / jenazah dan administrasi askes/askeskin.
4) Lingkungan kerja
Proses asuhan keperawatan dan proses manajerial supaya terlaksana secara
optimal maka ruang Asoka II (XIV) dibagi 2 kelompok ruangan. Dengan jumlah
bed yang tersedia 26 buah. Rumah sakit memmberikan kesempatan yang
seluasnya untuk mengembangkan dan peningkatan SDM stafnya yaitu
memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi ( D3, S1 dan S2), dan mengenai pengaturan jadwal dinas disesuaikan oleh
kepala ruangan. Perawatan juga diberikan kebebasan untuk mengikuti pelatihan
yang terkait dengan keperawatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit maupun
di luar rumah sakit Djasamen Saragih Pematangsiantar. Perawat ruang Asoka II
(XIV) yang belum dan yang pernah mengikuti pelatihan keperawatan yang
berhubungan dengan bidang neurologi dan bedah syaraf tetapi pernah mengikuti
pelatihan mengenai infeksi nasokomial dan komunikasi keperawatan.
Kepala ruang Asoka II (XIV) juga mengadakan pertemuan harian,
mingguan dan bulanan. Pada pertemuan harian dilakukan lebih kurang 20 menit
sebelum atau sesudah pelaksanaan timbang terima. Pertemuan mingguan yang
dilakukan setiap hari senin untuk membahas masalah yang terjadi di ruangan
selama seminggu, sedangkan pertemuan bulanan dilakukan tiap tiga bulan pada
hari sabtu untuk membahas permasalahan yang terjadi selama sebulan di
ruangAsoka II (XIV) baik yang berhubungan dengan pasien maupun yang
berhubungan dengan staf ruangan. Bila ada masalah dengan rekan kerja langsung
dicari solusinya dan permaslahan diselesaikan di ruangan dengan bermusyawarah
sesama rekan kerja, tetapi bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
kepala runangan maka diserahkan kepada kapokja dan diteruskan kepada kepala
instalasi.
Kepala ruangan juga melakukan penilaian terhadap kinerja perawat dalam
setahun, selain itu kepala ruangan juga memberikan teguran/punishment langsung
kepada staf yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam bekerja, dan apabila
staf yang kinerjanya bagus kepalan ruangan juga memberikan pujian/reward
secara langsung dan menjadikan staf tersebut sebagai rolemodel terhadap staf
yang lain.
5) Kepuasan Kinerja
Dari hasil wawancara kepuasan terhadap kinerja perawat mengatakan
cukup puas.
a) Kepuasan Pasien terhadap pelayanan Keperawatan
Dari hasil wawancara kepada pasien dari 20 orang 15 orang mengatakan
puas. Dan 5 orang mengatakan cukup puas.
2.METODE
Ruang Asoka II (XIV) merupakan ruang rawat yang memberikan
pelayanan terhadap pasien perempuan. Di ruang Asoka II (XIV) memiliki struktur
organisasi bentuk lini dan ada bagan struktur organisasi XIV yang terdapat di
ruangan perawat walaupun sudah banyak perubahan tetapi struktur belum ada
perubahan.
Dalam pendelegasian tugas, berdasarkan hasil pengkajian melalui
wawancara dengan kepala ruang Asoka II (XIV) didapatkan bahwa system
pendelegasian tugas keperawatan diruang Asoka II (XIV) dilaksanakan sesuai
dengan metode penugasan modular, dimana pendelgasian dilakukan dari kepala
ruangan, kepada ketua tim dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada
perawat Associate yang dianggap lebih berpengalaman dari senior didalam
timnya.
Untuk mencapai kedisiplinan kerja Asoka II (XIV) memiliki suatu
kebijakan yang telah disepakati bersama yaitu teguran lisan dan sanksi berupa
denda bagi staf yang terlambat dan membawa surat pernyataan. Sanksi berupa
denda jika perawat salah memakai uniform pada hari yang telah ditentukan.
Selain itu adanya supervisi yang dilakukan oleh kapokja setiap hari ke
ruangan dalam hal pemberian pelayanan keperawatan seperti keadaan ruangan,
keadaan pasien, ketenagaan dan logistik.
Khusus di Asoka II (XIV) belum adanya Ners Stasion sehingga time
respon perawat masih lama, sehingga untuk menanggulanginya harus adanya
kebijakan untuk pemilihan pasien yaitu minimal care, partial care dan total care.
Di Asoka II (XIV) dari hasil wawancara dengan KARU kotak saran sudah
ada tetapi belum di optimalkan.
Dalam hal pendelegasian tugas, ruang asoka II (XIV) memiliki alur
pendelegasian tugas sebagai berikut :
Kepala Ruangan
Perawat Pelaksana
Skema . Alur Pendelegasian Tugas
Timbang Terima
Proses timbang terima (overan), selama ini telah dilakukan setiap shift
jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara
komperehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih
fokus pada diagnosa medis) dilakukan dengan cara membacakan buku laporan
rawatan dan melihat langsung pasien. Kegiatan timbang terima ini dilakukan pada
sihft pagi, ini juga dilakukan pada sihft sore dan malam.
Pengelolaan Obat
Pengelolaan obat masih di jemput oleh perawat ruangan ke farmasi dan
perawat ruangan membagikan obat kepada pasien setiap hari dan dilakukan
pengecekan ulang terhadap kelengkapan obat dengan melihat kartu kendali.
Pengelolaan Logistik
Pengelolaan logistik di ruang XIV dikelola secara sentralisasi, dimana
ruangan permohonan diajukan oleh penanggungjawab alat kepada kapokja
berdasarkan amprahan. Untuk bahan habis seperti alkohol, betadin, plester, dan
obat-obatan lainnya ruangan membuat permohonan amprahan ke depofarmasi.
Dokumentasi Keperawatan
Ruang Asoka II (XIV) RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
masih menggunakan manual yaitu secara tulisan, Dokumentasi keperawatan sudah
dijalankan dengan baik.
3. MONEY
Ruang Asoka II (XIV) memiliki sistem budgeting yang diatur langsung
oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai
ruangan. Setiap pegawai ruangAsoka II (XIV) mendapatkan gaji bulanan sesuai
golongan, jasa pelayanan medis, jasa pelayanan umum, dan uang makan per
bulan.
4. MATHERIAL
a. Lokasi dan Denah Ruangan
Denah ruangan terdiri dari 2 bagian ruangan, yaitu Kamar I dan
Kamar II.
Kamar RU KARU
perawat dan
WAKARU
BED Nurs
E STATION
D B E D
B B
Kamar I E
E
D D
Kamar II
UGD
RAWAT INAP
RECOVERY
ROOM
Baik Buruk
PBJ ICU
1. Sterilisator 2 1 1 1
2. Pinset - 6 6 -
cirurgis 16
cm
3. Pinset - 6 6 -
anatomis
4. Nier beken 2 5 5 -
5. Arteri klem - 6 6 -
6. Gunting - 3 3 -
runcing
7. Gunting - 2 2 -
bengkok
8. Jar + 2 2 2 -
korentang
9. Kom kecil - 6 6 -
10. Bak 2 2 2 -
instrument
besar
11. Kom besar - 2 2 -
13. Neirbeken 2 3 3 -
Sedang
14. Rostul 1 1 1 -
16. Selang 3 5 5 -
Oksigen
nasal
17. Stetoscope 2 2 2 -
Dewasa
18. Tensimeter 2 2 2 -
19. Tabung 3 5 5 -
Oksigen
Besar
22. Urinal 1: ½ 4 4 -
23. Termometer 5 2 2 3
24. Reflek 1 1 1 -
Hammer
No Keterangan
Nama Jumlah Jlh Baik Rusak Hilang Jumlah
Barang sesuai yang yang
DEPKES ada kurang
1. Laken 1:1 60 60 -
3. Sarung 1:1 60 60 -
Bantal
4. Selimut 1:1 20 20 6
5. Perlak 1:1 26 26 -
1. Lemari obat 1 1 1 -
3. Senter 2 1 1 1
4. Tempat 4 2 2 2
sampah
besar
tertutup
3. Dextrose 5 % 10 flesh
4. Dexamethason 10 Amp
5. Ceftriaxon 10 Vial
6. Cefotaxim 10 Vial
7. Novaldo 5 Amp
8. Ketorolak 10 Amp
9. Furosemid 10 Amp
12. Infuset 5
13. Abocat 5
15. Cateter 10
BAB III
FENOMENA KASUS KEPERAWATAN
3. Faktor lingkungan
Hasil penelitian yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Diabetes type II faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting
dalam proses terjadinya resistensi insulin, selain itu terdapat pula faktor- faktor
resiko seperti : Usia (resistensi insulin cendrung meningkat pada usia diatas 65
tahun), obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (penduduk asli amerika
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes type II).
a. Usia, Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas, Pada penderita terdapat banyak orang yang gemuk yang sering
timbul middleage (40-60) jika memakan kalori hanya untuk melakukan
pekerjaan sehari – hari maka sering kali gejala diabetes melitus timbul.
c. Riwayat keluarga, Kurang lebih 25 % dari penderita diabetes melitus
mempunyai anggota keluarga yang menderita diabetes melitus, ini
menunjukan faktor keturunan.
d. Gaya hidup, Pola makan yang tidak teratur akan terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalori tanpa diiringi
dengan olaraga atau aktifitas yang sesuai.
c. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Pada diabetes tipe I sel-sel beta dari pulau langerhans telah
mengalami kerusakan gula dalam darah, sehingga dikenal dengan istilah
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Jika sehingga pankreas
berhenti memproduksi insulin. Hal ini menyebabkan penderita harus
mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya untuk mengatur
metabolisme konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih di ekskresikan ke dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi urin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Pada diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak
cukup atau sel-sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin,
sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II
dikenal dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama
sembuhnya, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi) (Smeltzer, 2002).
d. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
a. Tipe I : diabetes mellitus tergantung insulin/insulin dependent diabetes
mellitus (IDDM)
b. Tipe II : diabetes mellitus tidak tergantung insulin/insulin non dependent
diabetes mellitus(NIDDM)
c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya,
seperti kelainana pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat atau
zat kimia, kelainan reseptor insulin dan kelainan genetik.
d. Diabetes mellitus gestasional / gestational diabetes mellitus (GDM) /
diabetes kehamilan intolerasi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan ke dalam NIDDM. Pada pertengahan kehamilan terjadi
peningkatan hormon pertumbuhan dan hormone chronic somatomatropin
(HCS).Hormon ini menigkat untu menghasilkan suplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas secara umum :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai
melampui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang banyak mengambil cairan dan elekrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien banyak
minum.
c. Poliphagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel – sel yang
membutuhkan sehingga sel mengalami starvasi (lapar). Respon yang
terjadi klien akan terus – menerus lapar. Walaupun sudah banyak makan
tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.Tanda dan gejala umum : penurunan berat badan, kelelahan, gatal –
gatal, mengantuk, kesemutan, obesitas dan terdapat luka yang lama
sembuh.
d. Berat badan menurun
Akan timbul gejala lemas, cepat lelah, tenaga kurang. Hal ini disebapkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha
mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh selanjutnya
memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada
dijaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus.
e. Mudah lelah
Hal ini disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh
yang lain yaitu protein dan lemak.
f. Pandangan kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Komplikasi
Komplikasi pada Diabetes Melitus dibagi menjadi :
a. Komplikasi metabolik akut
1) Komplikasi Diabetik (DKA)
Diabetik Ketoasidosis adalah gangguan metabolik yang mengancam hidup
secara potensi akut yang terjadi sebagai akibat dari defisiensi insulin yang
lama, DKA merupakan komplikasi pada Diabetes Mellitus Tipe II.
2) Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)
HHNK adalah metabolik yang mengancam hidup biasanya terjadi pada
Diabetes Mellitus Tipe II.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan keadaan dengan glukosa darah dibawah 60 mg/dl.
Ini terjadi bila terlalu banyak insulin / agen hipoglikemia oral yang
dipergunakan bila obat–obatan digunakan tetapi orang tersebut tidak makan.
b. Komplikasi kronik jangka panjang
1) Komplikasi mikrovaskuler (melibatkan pembuluh darah kecil) antara lain sebagai
berikut :
a) Retinopati diabetika
Menyerang kapiler dan arteriora retina.
b) Nefropati diabetika
Menyerang glomerulus ginjal
2) Komplikasi makrovaskuler (melibatkan pembuluh darah sedang dan besar)
antara lain :
a) Penyakit arteri koroner, infark miokard
b) Penyakit serebrovaskuler seperti TIA (Transien Iskemik Attack)
c) Neuropati diabetika
d) Menyerang saraf – saraf perifer
g. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pengobatan adalah usaha untuk menormalkan, mengontrol
kadar gukosa darah, aktifitas insulin dan untuk mengurangi berkembangnya
komplikasi vaskuler dan neuropati.
Penatalaksanaan dalam menangani penyakit ini meliputi 5 komponen
yaitu:
1. Diet
Diet dan pengobatan adalah pelaksanaan dalam pengontrolan gula darah
pada penyakit Diabetes Mellitus.
a. Intake kalori, Menentukan kebutuhan kalori dasar dengan mempetimbangkan usia,
jenis kelamin, BB, dan tingkat aktivitas.
b. Distribusi kalori, Dalam pengaturan jumlah kalori harian, perencanaan pemberian
makanan harus difokuskan.
2. Olahraga
Berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah dan mempengaruhi
faktor resiko terhadap kardiovaskuler juga dapat meningkatkan pengambilan
kadar gula dalam darah oleh otot tubuh dan meningkatkan penggunaan insulin, hal
ini mengatur siklus darah dan sirkulasi darah.
3. Kadar Gula Darah
Monitor kadar gula darah dalam batas normal / tidak.
4. Pengobatan
Penggunaan insulin yang cukup pada Diabetes Mellitus Tipe II, diberikan
terapi obat oral : Glucobay, glucopage, glibenklamid, metformin
5. Pendidikan Kesehatan
Apabila pasien pulang beri penyuluhan tentang penyakit dan perawatan
Diabetes Mellitus
h. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Alamat : Martubung
Gol Darah :O
Nama : Tn. E
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Martubung
c. Keluhan utama
Genogram
g. Aspek psikologis
h. Aspek social
i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin
beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
3.2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
- Suhu : 37,5oC
- TD : 130/90 mmHg
- RR : 20x/menit
- Nadi : 88x/menit
c. Sistem Penginderaan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak
ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2) System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik
karena klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) System penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi
disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau
yang dirasakan.
4) System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula
disertai tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang
dirasakan.
5) System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semula
+/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada
masa, tampilan umum kulit bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) System pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah
tanggal, jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor
12, jumlah gigi 26, mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada
bising usus 10x/menit.
7) System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak ada pernafasan cuping hidung,
retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada
dada, terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) System kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan
vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.
9) System perkemihan
Eliminasi urine banyak, tidak ada nyeri pada daerah supra pubis, blas tidak teraba
keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan
tidak ada luka.
b. Kebiasaan sehari-hari
2. Minum
6-7 gls/hari
- Frekuensi
± 1.500 – 1.750 ml/hari
- Jumlah
2. Eliminasi
1. BAB
- Frekuensi
1-2 x/hari 1 x/hari
- Konsistensi
Lembek Lembek
2. BAK
- Frekuensi
1
/2 -1 cc/kg berat badan/jam sering
- Jumlah urine output
± 900 – 1.000 ml/hari ± 900 – 1.000
- Warna ml/hari
Jernih
- Terpasang kateter Jernih
Tidak
Tidak
3. Istirahat Tidur
- Waktu Tidur :
- Lama Tidur :
- Frekuensi
2x sehari 2x sehari
- Penggunaan Sabun
Ya Ya
- Cara
Sendiri Sendiri
1. Oral Hygiene
- Frekuensi
2x sehari Tidak
- Penggunaan pasta gigi
Ya Tidak
- Cara melakukan
Sendiri -
2. Pemeliharaan Rambut
- Frekuensi
2x Seminggu Belum cuci rambut
- Penggunaan shampoo
Ya -
- Cara melakukan
Sendiri -
3. Pemeliharaan Kuku
- Frekuensi
Tidak tentu Tidak tentu
- Cara melakukan
sendiri -
5. Aktivitas Klien mengatakan mulaiKlien melakukan
beraktivitas pada jam 05.30 –aktivitasnya Sendiri
16.30 WIB sebagai Petani
c. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium 29-08-2013
2. ANALISA DATA
Resiko Infeksi
Peningkatan gula darah
Data subyektif : -
2.
Data obyektif :
Pembatasan diet dan therapi
- Klien tampak lemah Insulin
- Ada riwayat DM
- GDS : 386 mg/dl Gula darah tidak terkontrol
Nutrisi dan O2 tidak dapat
disuplai ke jaringan perifer
terutama ekstremitas kaki kiri
Luka dapat menyebabkan
nekrose pada luka yang tidak
dirawat
DATA ETIOLOGI MASALAH
NO
batas normal en
- Ruptur membran Gunakan sabun
amnion Menunjukkan perilaku antimikrobia
hidup sehat untuk cuci tangan
- Agen farmasi Cuci tangan setiap
(imunosupresan) sebelum dan
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
3. Masalah lain
Salah satu persyaratan terakreditasinya Rumah sakit yaitu penggunaan
identity pasien sebagai pasien safety yaitu dengan 2 cara pemanggilan secara lisan
dan melihat gelang pasien yang berisikan nama pasien dan NO RM ( JCI, 2011).
Pada bab ini praktikan akan menyimpulkan hasil yang diperoleh praktikan
selama melakukan kegiatan PBLK di ruangan Asoka II (XIV) dan memberikan
saran baik kepada pihak institusi pendidikan dan lahan praktek.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengelolaan Manajemen Ruangan Asoka II (XIV)
Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen di Ruang Asoka II (XIV)
dimulai pada tanggal 26 agustus – 21 september 2013. Praktikan melakukan
pengkajian selama 3 hari dari tanggal 30 agustus – 02 setember 2013 kemudian
data diolah/analisa dan merumuskan masalah dimana penulis menemukan 3
masalah yang perlu diintervensi. Dari 3 masalah tersebut kelompok sudah
melakukan intervensi yaitu :
5.2 Saran
a. Institusi Pendidikan
Sebaiknya institusi pendidikan melatih mahasiswa discharge planning
untuk meningkatkan kualitas lulusannya yang mampu mempersiapkan pasien
menghadapi pemulangan.
b. Lahan Praktek
Hasil akhir selama proses PBLK sangat bermanfaat dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien. Pengelolaan manajemen ruangan dan pasien
secara optimal, efektif dan efisien diharapkan dapat dijadikan standar asuhan
keperawatan di ruangan, sehingga dapat diaplikasikan dengan nyata dalam proses
keperawatan sehari-hari. Dengan proses PBLK ini, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan perawat dan mutu pelayanan keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif dan professional.
c. Praktikan Berikutnya
Kegiatan PBLK yang dijalankan oleh praktikan hanya mengacu pada
pasien yang mengalami masalah gangguan system endokrin dengan diagnosa
medis Diabetes Mellitus sehingga diharapkan pada praktikan berikutnya dapat
melakukan inovasi keperawatan yang lebih inovatif dengan kasus penyakit yang
lain khususnya pada pasien yang mengalami gangguan system endokrin dengan
diagnosa medis Diabetes Mellitus serta dengan penerapan jumlah pasien yang
lebih banyak sehingga pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara
komprehensif dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E, et al. (1999). Nursing care plans : Guidelins for planning
and documenting patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC
Lampiran 1
Perilaku Pemimpin
Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia disamping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
SL : selalu SR : sering
No Pernyataan SL SR K TP
1. Kepala ruangan mengingatkan perawat mengikuti standar
asuhan keperawatan dalam melakukan tindakan.
2. Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan
kepada wakil kepala ruangan apabila berhalangan hadir
3. Kepala ruangan mengoreksi asuhan keperawatan dan
menegur bila terjadi kesalahan pada perawat pelaksana
4. Kepala ruangan mempertahankan dan mengembangkan
hubungan profesionalisme dengan perawat pelaksana
5. Kepala ruangan berkomunikasi secara efektif melalui
tulisan pada perawat pelaksana.
6. Kepala ruangan mengkoordinasi kerja anggota tim
7. Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dan wajib
menyampaikan kepada atasan tentang kesejahteraan
perawat pelaksana
8. Kepala ruangan menerapkan peran sebagai rol model yang
efektif
9. Kepala ruangan melakukan standar asuhan keperawatan
bersama perawat pelaksana di ruang Asoka II (XIV)
10. Kepala ruangan memberitahukan terlebih dahulu tentang
adanya perubahan
11. Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam
berkomunikasi
12. Kepala ruangan memperlakukan semua perawat ruang
Asoka II (XIV) dalam kesetaraan
13. Kepala ruangan memotivasi perawat pelaksana untuk
bekerja sesuai kemampuan
14. Kepala ruangan menerima masukan dari perawat pelaksana
15. Kepala ruangan memberi pijian / penguatan pada perawat
pelaksana terhadap keberhasilan tindakan
16. Kepala ruangan memberi dukungan pada anggota
kelompok terhadap tindakan mereka
17. Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan
keluhan dari perawat pelaksana
18. Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk
bekerja sama sebagai tim kerja
19. Kepala ruangan memberi masukan atau saran kepada
anggota
20 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada dan
mengambil keputusan bersama anggotanya
Lampiran 2
PERILAKU PEMIMPIN
Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia disamping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
SL : selalu SR : sering
TP : tidak pernah
No Pernyataan SL SR K J TP
1. Kepala ruangan mengingatkan anggota tim
mengikuti standar peraturan
2. Kepala ruangan mendelegasikan tugas
kepemimpinan kepada anggota tim lain apabila
saya berhalangan hadir
3. Kepala ruangan mengoreksi dan memberi
asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota tim
4. Kepala ruangan mempertahankan dan
mengembangkan hubungan profesionalisme
dengan anggota tim
5. Kepala ruangan berkomunikasi secara efektif
melalui tulisan pada anggota tim
6. Kepala ruangan mengkoordinasi kerja anggota
tim
7. Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dan
kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan
kelompok pada atasan
8. Kepala ruangan menerapkan peran sebagai
mentor yang efektif
9. Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya
sebelum bertindak sebagai pemimpin
10. Kepala ruangan memberitahukan terlebih
dahulu tentang adanya perubahan
11. Kepala ruangan memperlakukan semua anggota
kelompok dalam kesetaraan
12. Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok
untuk bekerja sesuai kemampuannya
13. Kepala ruangan menerima masukan dari
anggota kelompok
14. Kepala ruangan memberi pujian / penguatan
pada anggota kelompok
15. Kepala ruangan memberi pujian pada anggota
kelompok terhadap keberhasilan tindakan
16. Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota
kelompok sebelum melakukan tindakan
17. Kepala ruangan meluangkan waktu untuk
mendengarkan keluhan dari anggota kelompok
18. Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok
untuk bekerja sama sebagai tim
Lampiran 3
NO PERNYATAAN STP TP P SP
Perawat
Lampiran 4
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada
setiap jawaban yang telah disediakan
Keterangan:
SP : Sangat Puas TP : Tidak Puas
No PERNYATAAN SP P TP STP