Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elsa Aulya Pratiwi

Nim : 2011604097

1. Sebutkan dan jelaskan macam macam obat sedasi (jelaskan secara singkat)
2. Jelaskan dosis, efek samping, dan penggunaan klinik Petidin.

Jawaban
1. Macam macam obat sedasi :
 Fentanil (OPIOID)
Fentanil adalah opioid yang digunakan sebagai analgesik atau jika bersamaan
dengan obat lain berfungsi sebagai obat bius. Fentanil bekerja cepat dan
biasanya bertahan kurang dari 1 - 2 jam. Obat ini tersedia dalam bentuk
suntikan atau plester transdermal, juga dapat diserap lewat jaringan dalam
mulut. 

 Morfin (OPIOID)
Morfin adalah obat nyeri dari keluarga opiat yang ditemukan secara alami
dalam bentuk resin berwarna coklat tua, dari tanaman poppy. Ini dapat diambil
secara oral atau disuntikkan

 Petidin (OPIOID)
Petidina, juga dikenal sebagai meperidina dan Demerol, adalah sebuah obat
luka opioid sintetis dari kelas phenylpiperidine. Petidin (pethidine) atau
meperidin hidroklorida adalah anti nyeri yang termasuk dalam golongan
narkotika. Obat ini biasanya diaplikasikan untuk menghilangkan nyeri yang
bersifat sedang sampai berat terutama pada saat selesai operasi atau pada saat
proses kelahiran

 Tramadol (OPIOID)
Tramadol termasuk dalam golongan opioid. Obat ini bekerja di sistem saraf
pusat dengan menghambat penghantaran sinyal rasa nyeri. Cara kerja ini akan
memengaruhi respon tubuh terhadap rasa sakit. Selain dalam bentuk sediaan
tunggal, tramadol bisa dikombinasikan dengan paracetamol.
 Paracetamol (NON OPIOID dan Antipiretik)
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat jenis analgetik dan antipiretik
yang dijual bebas atau bisa didapatkan tanpa resep dokter. Paracetamol
tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, sirop, drop, infus, dan suppositoria.

 Dekotrofen

Mekanisme kerja obat ini adalah dengan cara memblokir aksi enzim
siklooksigenase (COX). Enzim ini membantu membuat bahan kimia lain di
dalam tubuh, yang disebut prostaglandin. Beberapa prostaglandin diproduksi
di tempat cedera atau kerusakan, sehingga menyebabkan nyeri dan
pembengkakan.
Dengan memblokir efek enzim COX, tubuh akan memproduksi prostaglandin
lebih sedikit. Efeknya, rasa nyeri pun berkurang.

 Ketorolac

Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini


sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan
nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
yang memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik

 Metamizol
Metamizole adalah obat analgesik nonnarkotik yang umumnya digunakan
untuk manajemen nyeri berat, seperti nyeri setelah operasi dan nyeri kolik
renal, yang diakibatkan oleh penyakit batu ginjal. Metamizole mempunyai
aktivitas antipiretik, antirematik, analgesik, dan spasmolitik sehingga dapat
digunakan juga untuk mengatasi nyeri akibat berbagai etiologi, kondisi spastik
(terutama pada saluran cerna), dan demam yang refrakter terhadap terapi lain

 Metapiron / Antalgin
Antalgin bermanfaat untuk meredakan rasa nyeri serta menurunkan
panas. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala, sakit
gigi, dan nyeri menstruasi. Antalgin tersedia dalam bentuk tablet dan
injeksi (suntikan).  Antalgin mengandung senyawa aktif metamizole. Senyawa
ini dikenal juga dengan nama metampiron atau dipiron. Antalgin bekerja
dengan cara menghambat produksi hormon prostaglandin, yaitu hormon yang
memicu peradangan, nyeri, dan demam

2. Petidin
Dosis: nyeri akut, oral 50-150 mg tiap 4 jam; anak: 0,5-2 mg/kg bb; anak-anak 0,5-2
mg/kg bb.

Injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg, diulang setelah 4 jam; ANAK, injeksi
intramuskular, 0,5-2mg/kgbb. Injeksi intravena perlahan, 25-50 mg, diulang setelah 4
jam. Analgesia obstetrik, injeksi subkutan atau intramuskular, 50-100 mg, diulang 1-3
jam kemudian bila perlu; maksimum 400 mg dalam 24 jam. Pramedikasi, injeksi
intramuskular, 25-100 mg 1 jam sebelum pembedahan; anak 0,5-2 mg/kg bb. Nyeri
pasca bedah, injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg setiap 2-3 jam jika
diperlukan; anak, injeksi intramuskular, 0,5-2 mg/kg bb.

Catatan: selama pasca bedah, pasien sebaiknya dimonitor secara saksama pada
penghilangan rasa nyerinya juga efek samping yang mungkin timbul, terutama
penekanan pernapasan.

Efek Samping

Efek samping yang paling sering timbul pada penggunaan petidin sama seperti efek
samping yang terjadi pada penggunaan narkotika jenis lainnya antara lain: depresi
napas, depresi fungsi sirkular, henti napas, syok dan henti jantung. Efek samping ini
biasanya terjadi pada penggunaan petidin dalam dosis besar melalui intravena. Untuk
itu, penggunaannya sebaiknya tidak dilakukan jika antidotumnya tidak tersedia.

Penggunaan klinis
Penggunaan petidin pada kehamilan perlu berhati-hati, oleh FDA dan TGA
dikategorikan sebagai kategori C. Pada ibu menyusui, petidin dikeluarkan melalui
ASI dan menimbulkan efek samping pada bayi sehingga sebaiknya tidak diberikan
Penggunaan pada Kehamilan

Petidin dapat melewati sawar plasenta dan menimbulkan depresi napas pada bayi baru
lahir sehingga sering membutuhkan prosedur resusitasi pada neonatus. Oleh karena itu
petidin tidak disarankan penggunaannya pada wanita hamil dan melahirkan.

Kontraindikasi

Petidin dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitif terhadap obat ini dan
pada pasien yang mengkonsumsi agen inhibitor monoamine oxidase (MAO) karena
dapat menimbulkan reaksi yang tidak dapat diprediksi dan fatal walaupun
diaplikasikan pada dosis terapeutik dalam 14 hari. Mekanisme reaksi ini belum dapat
dijelaskan namun diduga akibat adanya hiperfenilalaninemia. Kejadian yang timbul
dapat berupa koma, depresi napas berat, sianosis, hipotensi dan sindrom overdosis
narkotik. Manifestasi lain dapat menimbulkan gejala eksitasi, kejang, takikardia,
hiperpireksia dan hipertensi. Reaksi berat ini dapat diatasi dengan menggunakan
hidrokortison intravena, prednisolone intravena, atau klorpromazine intravena.
Penggunaan antidotum narkotik pada reaksi berat ini masih belum jelas.

Peringatan

Penggunaan petidin ini sebaiknya diawasi pada pasien dengan:


 Cedera kepala dan peningkatan tekanan intrakranial karena dapat menimbulkan efek
depresi napas dan meningkatkan tekanan cairan serebrospinal. Penggunaan petidin ini
sebaiknya digunakan dengan mempertimbangkan risiko dan kegunaannya.
 Pasien asma dan gangguan sistem pernapasan. Walaupun dalam dosis terapeutik
petidin dapat menimbulkan depresi napas dan meningkatkan resistensi saluran napas
oleh karena itu sebaiknya penggunaan pada pasien asma, penyakit paru obstruktif
kronis, hipoksia, hipercapnia dan depresi napas harus berhati-hati
 Pasien hipotensi. Efek terapeutik petidin dapat menimbulkan hipotensi sehingga pada
pasien pasca operasi atau pasien lain dengan tekanan darah rendah, pemberian obat ini
harus diwaspadai. Pada pasien rawat jalan, petidin juga dapat menimbulkan hipotensi
ortostatik.
 Pada pasien dengan feokromositoma, petidin dapat meningkatkan tekanan darah, Pada
pasien dengan gangguan ginjal dan hepar memerlukan penurunan dosis petidin

Anda mungkin juga menyukai