Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Nama : Elza Rezkyani


NIM : 01A122118
Kelas :B
Kelompok : IV (EMPAT)

Nama Dagang Darvon, Darvon-N, PP-Cap

Nama Generik Propoxyphene 


Golongan obat Opioid (analgesik narkotika)

Indikasi Hanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang,
yang tidak cukup baik diredakan oleh asetosal.

Bentuk sediaan dan Bentuk tablet dan vial


ukuran sediaan (dosis) 65 mg (HCl) per oral setiap 4 jam sesuai kebutuhan atau
100 mg (Napsylate) per oral setiap 4 jam sesuai kebutuhan.

Aturan pakai 4 kali sehari

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: propoksifen diabsorbsi setelah pemberian oral maupun


parenteral. Efektivitas jauh berkurang jika propoksifen diberikan PO.
Biotransformasi propoksifen dengan cara N-demetilasi yang terjadi dalam
hati. Dimetabolisme separuh pada lintasan pertama. Waktu paruh 15 jam.

* Farmakodinamik: propoksifen terutama terikat pada reseptor µ


meskipun kurang selektif dibandingkan morfin. Propoksifen
menimbulkan perasaan panas dan iritasi di tempat suntikan. Kombinasi
propoksifen dengan asetosal berefek analgesic yang jauh lebih baik
daripada jika masing-masing obat diberikan tersendiri. Obat ini tidak
berefek antitusif.
Efek samping Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut dan
kantuk, kurang lebih sama dengan kodein.

Interaksi obat Jangan minum propoxyphene dengan obat nyeri narkotik lainnya, obat
penenang, obat penenang, pelemas otot, atau obat lain yang dapat
membuat Anda mengantuk atau memperlambat pernapasan. Efek
samping yang berbahaya dapat terjadi.

Kontraindikasi  asma, COPD, sleep apnea, atau gangguan pernapasan lainnya;


 penyakit hati atau ginjal;
 riwayat cedera kepala atau tumor otak;
 penyakit kejiwaan; atau
 riwayat kecanduan narkoba atau alkohol.

Penyimpanan baik disimpan pada suhu ruangan serta jauhkan dari sinar matahari
langsung dan tempat yang lembap.

Nama Dagang Diskets, Dolophine, Methadose

Nama Generik Methadone


Golongan obat Analgesik Apioid
Indikasi Meredakan nyeri hebat dan sebagai bagian dalam pengobatan
ketergantungan opioid

Bentuk sediaan dan  Untuk meredakan rasa nyeri, dosisnya adalah 2,5–10 mg,
ukuran sediaan (dosis) diberikan setiap 6–8 jam.
 Untuk mengatasi ketergantungan terhadap NAPZA atau narkoba,
dosis awal adalah 10–40 mg, 1 kali sehari. Jika diperlukan,
dokter dapat memberikan tambahan dosis 5–10 mg hingga
maksimal 30 mg.
 Bentuk obat tablet bubuk dan cairan injeksi

Aturan pakai Methadone tidak boleh digunakan sembarangan. Dokter akan


menentukan dosis sesuai kondisi pasien.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik:


a. Absorbsi peroral merupakan rute yang paling banyak digunakan
karena penyerapan yang cukup baik pada saluran pencernaan,
bioavailabilitas  mencapai 80%, dengan rentang perbedaan
penyerapan antar individu berkisar 36‒100%. Setelah 30 menit,
obat ini sudah dapat dideteksi di dalam plasma dan mencapai
konsentrasi puncak dalam waktu 4 jam.
b. Volume distribusi obat ini adalah 1,0‒8,0 L/kg. Methadone bersifat
lipofilik dan didistribusikan secara luas pada seluruh jaringan
tubuh, serta berikatan kuat dengan plasma protein terutama a1-acid
glycoprotein (85‒90%). Methadone menetap di hepar dan jaringan
tubuh lain karena sifatnya yang lipofilik. Methadone melewati
plasenta dan didistribusikan ke ASI.
c. Methadone mengalami biotransformasi di hepar oleh enzim
sitokrom P450, olitisd mengubah methadone menjadi pyrrolidines
dan pyrroline (metabolit mayor), EDDP (inaktif metabolit), dan
komponen-komponen inaktif lainnya. Metabolit ini kemudian
diekskresikan 21% di urine, dan dalam persentase lebih kecil
diekskresikan lewat cairan empedu, feses, dan keringat
* Farmakodinamik: Methadone merupakan opioid sintetis agonis yang
bekerja pada reseptor opioid μ (Miu Opioid Receptor / MOR), κ
(Kappa Opioid Receptor / KOR), dan δ (Delta Opioid Receptor /
DOR) pada oliti saraf pusat dan organ yang memiliki otot halus.  Efek
terapi dari methadone mayoritas dimediasi oleh reseptor MOR, seperti
analgesia untuk mengatasi nyeri hebat, terapi detoksifikasi dan terapi
pemeliharaan opioid use disorder, serta antitusif pada kanker paru.
Efek samping Efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan methadone adalah
kantuk, pusing, mual, muntah, olit, sering berkeringat, mulut kering,
konstipasi, mulut kering, atau insomnia. Efek samping ini biasanya akan
hilang dengan sendirinya seiring adaptasi tubuh terhadap proses
pengobatan.

Interaksi obat  Meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan yang


berat, hipotensi berat, atau sindrom serotonin jika digunakan
olitis obat golongan MAOI, seperti isocarboxazid atau selegiline.
 Peningkatan risiko terjadinya aritmia jika digunakan
olitis tacrolimus, olitisd, clozapine, haloperidol, levofloxacin,
lithium, ondansetron, procainamide, pimozide, atau norfloxacin.

Kontraindikasi  Methadone tidak boleh dikonsumsi oleh sesorang yang alergi


terhadap obat ini.
 asma, penyakit saluran pernapasan, sumbatan usus,
olitis, peningkatan tekanan intrakranial, cedera kepala, gagal
hati. 
 menderita penyakit jantung dan pembuluh darah, kejang,
gangguan mental, kecanduan alkohol, penyakit hati, gangguan
elektrolit, penyakit tiroid, atau pembesaran kelenjar prostat.
Penyimpanan  simpan pada suhu ruangan
 jangan simpan di freezer
 lindungi dari cahaya dan kelembaban
Nama Dagang Stadol

Nama Generik Butorphanol tartrate


Golongan obat Obat pereda nyeri golongan opioid

Indikasi Meredakan nyeri sedang hingga berat, sebagai anestesi (obat bius) saat
operasi, serta meredakan nyeri selama persalinan

Bentuk sediaan dan  Bentuk Suntik dan nasal spray


ukuran sediaan (dosis)  Dewasa: 1–2 mg (1 semprotan dalam 1 lubang hidung) saat
merasakan nyeri, dapat diulang setelah 3–4 jam jika diperlukan.
 Lansia: Dosis awal 1 mg, dapat diulang setelah 90–120 menit.
Dosis berikutnya dapat diberikan dengan interval 6 jam jika
diperlukan.

Aturan pakai Dosis butorphanol ditentukan berdasarkan usia, kondisi pasien, dan
respons tubuh terhadap obat. Butorphanol bisa diberikan dalam
bentuk nasal spray atau suntikan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik:


Penyerapan: Diserap dengan cepat dan baik. 
Distribusi: Melintasi plasenta dan memasuki ASI. 
Volume distribusi: 305-901 L. Pengikatan protein plasma: Kira-kira 80%.
Metabolisme: Dimetabolisme di hati menjadi hidroksibutorfanol sebagai
metabolit utama.
Ekskresi: Melalui urin (sekitar 70-80%, 5% tidak berubah); 
kotoran (sekitar 15%). 
* Farmakodinamik: Butorphanol memiliki aktivitas agonis pada reseptor
κ dan aktivitas antagonis pada reseptor μ. Ini juga menunjukkan
aktivitas agonis parsial pada reseptor σ. Dosis 2 sampai 3 mg
butorphanol parenteral setara dengan 10 mg morfin parenteral. Seperti
agonis-antagonis lainnya, ia memiliki efek langit-langit untuk depresi
pernapasan dan analgesia.
Efek samping  Muntah
 Mengantuk
 Pusing atau sakit kepala
 Mulut kering
 Kulit terasa hangat dan kemerahan
 Penglihatan kabur
 Sembelit
 Iritasi pada hidung
 Sulit tidur
 Berkeringat lebih banyak

Interaksi obat  Peningkatan efek butorphanol jika digunakan dengan fenotiazin,


obat golongan antihistamin, benzodiazepine, atau obat
golongan barbiturat
 Peningkatan risiko efek samping yang fatal jika digunakan
dengan obat golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
 Peningkatan risiko terjadinya hipertensi jika digunakan
dengan sumatriptan bentuk nasal spray
 Peningkatan risiko terjadinya gangguan pada mata jika digunakan
dengan pancuronium

Kontraindikasi Depresi pernapasan signifikan, asma brosur akut atau berat yang tidak
terpantau

Penyimpanan Simpan diantara 20-25°C

Nama Dagang Bodrexin

Nama Generik Acetylsalicylic acid 


Golongan obat Analgetik dan Antipiretik

Indikasi Menurunkan demam dan meringankan rasa nyeri pada anak-anak


Bentuk sediaan dan  Anak 2-3 Tahun : 1 tablet. Anak 4-5 Tahun : 2 tablet. Anak 6-8
ukuran sediaan (dosis) Tahun : 3 tablet. Jika perlu bisa diulang tiap 4 jam atau menurut
petunjuk dokter.
 Bentuk tablet dan sirop

Aturan pakai Tablet harus diminum atau dihisap setelah makan

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: Absorpsi melalui saluran cerna baik, distribusi luas
keseluruh tubuh. Mengalami metabolisme dalam badan dan diekskresi
melalui ginjal sebagai asam salisilat, asam salisilurat, asam gentisat
dan dalam bentuk terkanjugasi dengan asam glukoronat.
* Farmakodinamik: Menurunkan demam dan meringankan nyeri
berdasarkan kerja pada pusat pengatur panas di otak dan peningkatan
ambang nyeri.
Efek samping mual, muntah, sakit perut, mata berwarna kuning, pusing, urin berwarna
gelap

Interaksi obat Tidak boleh diberikan bersamaan dengan alkohol, antikoagulan,


probenesid, sulfonilurea

Kontraindikasi Ulkus peptikum, asma dan penggunaan bersama antikoagulan, penderita


hemofilia dan trombositopenia, hipersensitif terhadap salisilat
Penyimpanan Simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius, di tempat kering dan sejuk.

Nama Dagang Afibramol

Nama Generik Paracetamol


Golongan obat Analgetik dan Antipiretik

Indikasi Afibramol digunakan untuk membantu mengatasi nyeri ringan hingga


sedang, serta meredakan demam.

Bentuk sediaan dan  0 - 1 tahun : 2,5 ml 3 - 4 x sehari


ukuran sediaan (dosis)  1 - 2 tahun : 5 ml 3 - 4 x sehari
 2 - 6 tahun : 5 - 10 ml 3 - 4 x sehari
 6 - 9 tahun : 10 - 15 ml 3 - 4 x sehari
 9 - 12 tahun : 15 - 20 ml 3 - 4 x sehari
 atau sesuai petunjuk dokter.
 Bentuk sediaan sirup
Aturan pakai 4 kali sehari

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna dari
saluran cerna. Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam 30-
60 menit, waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam setelah dosis
teraupetik. Terdistribusi relatif seragam hampir diseluruh cairan tubuh.
Setelah dosis teraupetik, 90%- 100% obat ini mungkin ditemukan
dalam urin selama hari pertama. Metabolisme lintas pertama secara
signifikan terjadi dalam sel lumen usus dan dalam hepatosit.
Metabolitnya diekskresikan dalam urine
* Farmakodinamik: Sebagai analgesik, bekerja dengan meningkatkan
ambang rangsang sakit. Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung
pada pusat pengatur panas di hipotalamus.
Efek samping  Muntah
 Mual
 Sakit kepala
 Sembelit
 Kulit kemerahan
 Trombositopenia 
 Leukopenia 
 Pansitopenia 
Interaksi obat  Mempercepat penyerapan apabila digunakan dengan
metoclopramide dan domperidone.
 Meningkatkan kadar serum meningkat apabila digunakan
dengan probenecid.
 Meningkatkan kadar serum chloramphenicol.
 Meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin dan kumarin
lainnya apabila digunakan dalam jangka panjang.
 Bisa saja mengurangi penyerapan apabila digunakan dengan
cholestyramine.
 Mengurangi tingkat serum dengan antikonvulsan (misalnya
phenytoin, barbiturate, carbamazepine).
Kontraindikasi Hindari konsumsi Afibramol apabila pasien hipersensitif terhadap
paracetamol.
Penyimpanan Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celsius, di tempat kering dan
sejuk.

Nama Dagang Moris

Nama Generik Ibuprofen 


Golongan obat Analgetik dan Antipiretik

Indikasi Menurunkan demam pada anak-anak dan meringankan nyeri ringan


sampai sedang, antara lain nyeri pada dismenore primer (nyeri haid),
nyeri pada sakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi, sakit
kepala, gejala nyeri ringan sampai sedang pada penyakit rematik tulang
sendi dan non sendi, terkilir.

Bentuk sediaan dan


 Dewasa : 2-4 sendok teh 3 x sehari.
ukuran sediaan (dosis)
 Anak usia 8-12 tahun : 2 sendok teh 3-4 x sehari.
 Anak 3-7 tahun : 1 sendok teh 3-4 x sehari.
 Anak 1-2 tahun : ½ sendok teh 3-4 x sehari.

Aturan pakai Tidak direkomendasikan untuk anak dibawah usia 1 tahun.
Harus diminum setelah makan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: diabsorbsi melalui pemberian oral melalui usus.


Konsentrasi plasma maksimum biasanya tidak lebih dari 1-2 jam dan
terikat pada protein plasma lebih dari 99% serta dieleminasi sebagian
besar melalui urin dengan waktu paruh 1,8- 2,4 jam
* Farmakodinamik: Sama seperti NSAID lainnya, ibuprofen bekerja
dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Enzim
ini berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat
terjadinya luka dan menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Dengan
menghalangi kerja enzim COX, prostaglandin lebih sedikit diproduksi,
yang berarti rasa sakit dan peradangan akan mereda.
Efek samping Gangguan saluran pencemaan termasuk mual, muntah, diare, konstipasi
dan nyeri lambung.

Interaksi obat
 Antikoagulan (misalnya, warfarin atau kumarin), karena obat-
obat ini jika diberikan bersamaan Moris Suspensi (ibuprofen)
meningkatkan resiko perdarahan lambung.
 Moris Suspensi (ibuprofen) menurunkan efektivitas Angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitor  (misalnya, enalapril) atau
diuretik (misalnya, furosemide, hydrochlorothiazide).
 Mengganggu efek antiplatelet aspirin dosis rendah yang
menyebabkan efektivitas aspirin menurun bila digunakan untuk
cardioprotection dan pencegahan stroke. Aspirin juga
meningkatkan resiko perdarahan lambung.

Kontraindikasi
 jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat alergi
terhadap  ibuprofen, aspirin atau NSAID lainnya.
 pasien yang akan atau telah menjalani operasi by-pass jantung
sebaiknya jangan menggunakan Moris Suspensi (ibuprofen).
 obat ini juga dikontraindikasikan untuk pasien yang memiliki
masalah ginjal, hati, pasien yang menderita asma, urtikaria, atau
radang / tukak pada lambung atau usus.

Penyimpanan Simpan pada suhu kamar (25-30)°C dan terlindung dari cahaya
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Nama Dagang Cendo Glaucon, Glauseta

Nama Generik Acetazolamide


Golongan obat Diuretik

Indikasi Mengobati glaukoma, edema, epilepsi, dan altitude sickness

Bentuk sediaan dan  Dewasa: 250–1.000 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa
ukuran sediaan (dosis) jadwal konsumsi.
 Anak-anak: 8–30 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi beberapa
jadwal konsumsi.
 Dosis maksimal 750 mg per hari.
 Bentuk sediaan tablet dan injeksi
Aturan pakai sebaiknya dikonsumsi bersama makanan atau segera setelah makan

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: diserap dengan cepat dan cukup baik dari saluran
gastrointestinal, didistribusikan ke dalam jaringan tubuh dengan
konsentrasi tinggi pada sel darah merah dan korteks renalis. Ekskresi
melalui urin 70-100%.
* Farmakodinamik: Acetazolamide bekerja dengan cara menghambat
kerja enzim carbonic anhydrase. Enzim ini dapat ditemukan di ginjal,
mata, otak, dan di dalam darah. Efek yang dapat terjadi saat
mengonsumsi acetazolamide adalah meningkatnya pengeluaran cairan
tubuh, berkurangnya produksi cairan (aqueous humor) dan tekanan
dalam mata, serta menurunnya aktivitas listrik berlebihan di otak.
Efek samping  Pusing
 Rasa seperti akan pingsan
 Sering buang air kecil
 Penglihatan buram
 Mulut kering
 Kantuk
 Hilang nafsu makan
 Mual

Interaksi obat  Meningkatkan risiko terjadinya asidosis dan efek samping yang


berakibat fatal pada saraf pusat jika digunakan
dengan aspirin dosis tinggi
 Meningkatkan risiko terjadinya efek samping dari obat
antikonvulsan, seperti phenytoin atau carbamazepine
 Meningkatkan risiko terjadinya aritmia jika digunakan dengan
obat cardiac glycosides, seperti digoxin

Kontraindikasi  penyakit ginjal, gangguan elektrolit, gangguan kelenjar adrenal,


atau penyakit hati, terutama sirosis.
 kesulitan buang air kecil, hipertiroidisme, dehidrasi, batu
ginjal, penyakit asam urat (gout), diabetes, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru, penyakit Addison, atau
glaukoma sudut tertutup.
 sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
Penyimpanan Simpan obat dalam wadahnya, tertutup rapat, dan jauh dari jangkauan
anak-anak. Simpan pada suhu kamar yang jauh dari panas dan
kelembaban. 

Nama Dagang -

Nama Generik Cyclothiazide


Golongan obat Diuretik

Indikasi Cyclothiazide diindikasikan sebagai terapi tambahan pada edema yang


berhubungan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati, dan terapi
kortikosteroid dan estrogen. Hal ini juga diindikasikan dalam
pengelolaan hipertensi baik sebagai agen terapi tunggal atau untuk
meningkatkan efektivitas obat antihipertensi lainnya dalam bentuk
hipertensi yang lebih parah.

Bentuk sediaan dan


 bentuk sediaan tablet
ukuran sediaan (dosis)
 dosis 1-2 mg/hari
Aturan pakai Obat harus diminum dalam keadaan perut terisi makanan. Oleh karena
itu, gunakan obat setelah makan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali.
Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh
ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif,
tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam saluran tubuli.
* Farmakodinamik: meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan
sejumlah air. Efek natriuresis kloruresis ini disebabkan oleh
penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada
penderita hipertensi , tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja
karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap
arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
Efek samping  Pusing
 Sakit kepala
 Mulut kering
 Kram perut
 Kram otot
 Sembelit atau konstipasi
 Diare

Interaksi obat  Kemanjuran terapi Abciximab dapat menurun bila digunakan


dalam kombinasi dengan Cyclothiazide.
 Kemanjuran terapi Acarbose dapat menurun bila digunakan
dalam kombinasi dengan Cyclothiazide.
 Kemanjuran terapi Acebutolol dapat ditingkatkan bila digunakan
dalam kombinasi dengan Cyclothiazide.

Kontraindikasi  Jangan menggunakan diuretik jika Anda sedang sulit buang air
kecil.
 diabetes, lupus, gangguan irama jantung, hipotensi,
pankreatitis, penyakit asam urat, penyakit liver, atau penyakit
ginjal.
Penyimpanan Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab.

Nama Dagang Aquatensen, Enduron

Nama Generik methyclothiazide


Golongan obat Diuretik

Indikasi Anti hipertensi

Bentuk sediaan dan


 bentuk sediaan tablet
ukuran sediaan (dosis)
 dosis 2,5-5 mg sekali sehari pada pagi hari
Aturan pakai Obat harus diminum dalam keadaan perut terisi makanan. Oleh karena
itu, gunakan obat setelah makan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: diserap dengan cepat dari saluran pencernaan. Waktu
untuk konsentrasi plasma punvak 6 jam. Melintasi plasenta dan
diekskresikan melalui ASI. Ekskresi melalui urin sebagai obat tidak
berubah.
* Farmakodinamik: menghambat reabsorbsi sodium di tubulus distal
yang menyebabkan peningkatan ekskresi sodium dan air, serta ion
kalium dan hydrogen.
Efek samping  Sakit atau nyeri perut
 Sakit punggung atau kaki
 Feses berwarna hitam
 Gusi berdarah
 Kulit melepuh, mengelupas, atau longgar
 Kembung

Interaksi obat  Meningkatnya risiko keracunan litium. Hipokalemia dapat terjadi


selama penggunaan steroid secara bersamaan
 Kebutuhan insulin pada pasien diabetes melitus mungkin berubah
 Responsivitas arteri menurun terhadap norepinefrin.

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat turunan sulfonamida, anuria.

Penyimpanan Simpan diantara suhu 20-25°C dan lindungi dari cahaya serta
kelembaban.
Nama Dagang Triazolam

Nama Generik benzodiazepine


Golongan obat Ansiolitik/Hopnotik dan sedatif

Indikasi Digunakan sebagai obat penenang.

Bentuk sediaan dan


 bentuk sediaan tablet
ukuran sediaan (dosis)
 dosis dewasa 125-250 mcg sebelum tidur, dosis maksimal 500
mcg
 dosis lansia 125 mcg dengan dosis maksimal 250 mcg

Aturan pakai Minum obat ini dengan air saat perut kosong, setidaknya 2 jam setelah
makan. Obat ini tidak akan bekerja secara efektif jika diminum bersama
makanan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: Diserap dengan cepat dan hamper sempurna dari
saluran GI. Waktu untuk konsentrasi plasma puncak dalam 2 jam.
Volume distribusi 0,6-1,7 L/kg. metabolism secara hati melalui
hidroksilasi oleh isoenzim CYP3A4. Ekskresi melalui urin, waktu
paruh eliminasi plasma 1,5-5,5 jam.
* Farmakodinamik: Triazolam mengikat reseptor benzodiazepine
stereospesifik pada neuron GABA postsynaptic dibeberapa temapat di
SSP. Peningkatan efek penghambatan GABA pada hasil rangsangan
saraf dengan dengan peningkatan permeabilitas membran saraf
terhadap ion Cl, yang menghasilkan hiperpolarisasi dan stabilisasi.
Reseptor dan efek benzodiazepine tampaknya terkait dengan reseptor
GABA-A.
Efek samping  Merasa seperti akan pingsan.
 Kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan atau koordinasi,
otot yang sangat kaku.
 Agitasi, kegelisahan, kebingungan, tidak jelas dalam berbicara,
halusinasi, perasaan senang atau sedih yang ekstrem.
 Nyeri dada, denyut jantung yang cepat dan kencang, kesulitan
bernapas.
Interaksi obat  Peningkatan konsentrasi plasma dengan antibiotic makrolida,
simetidin, ranitidine.
 Penghambat CYP3A4 dapat secara bermakna meningkatkan
konsentrasi triazolam dalam plasma.

Kontraindikasi  memiliki reaksi alergi terhadap benzodiazepine yang terkandung


di dalam Triazolam atau obat-obatan lainnya.
 Masalah pernapasan, atau penyakit paru-paru.
 Depresi atau histori depresi.

Penyimpanan Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi.
Jangan dibekukan.
Nama Dagang Oksazepam

Nama Generik benzodiazepine


Golongan obat Ansiolitik/Hopnotik dan sedative
Antikonvulsan

Indikasi Digunakan sebagai obat penenang dan Menghentikan kejang

Bentuk sediaan dan


 bentuk sediaan tablet
ukuran sediaan (dosis)
 Dewasa: 2–10 mg, 2–4 kali sehari.
 Lansia: 1–5 mg, 2–4 kali sehari.
 Anak-anak: 1–2,5 mg, 3–4 kali sehari.

Aturan pakai dikonsumsi sebelum, saat, atau setelah makan. Telan tablet secara utuh
dengan air putih.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: Diserap dengan cepat dan hamper sempurna dari
saluran GI. Waktu untuk konsentrasi plasma puncak dalam 2 jam.
Volume distribusi 0,6-1,7 L/kg. metabolism secara hati melalui
hidroksilasi oleh isoenzim CYP3A4. Ekskresi melalui urin, waktu
paruh eliminasi plasma 1,5-5,5 jam.
* Farmakodinamik: Triazolam mengikat reseptor benzodiazepine
stereospesifik pada neuron GABA postsynaptic dibeberapa temapat di
SSP. Peningkatan efek penghambatan GABA pada hasil rangsangan
saraf dengan dengan peningkatan permeabilitas membran saraf
terhadap ion Cl, yang menghasilkan hiperpolarisasi dan stabilisasi.
Reseptor dan efek benzodiazepine tampaknya terkait dengan reseptor
GABA-A.
Efek samping  Kantuk
 Pusing
 Lelah
 Penglihatan buram
 Limbung
 Sakit kepala

Interaksi obat  Peningkatan risiko terjadinya gangguan pernapasan berat, koma,


hingga kematian, bila digunakan dengan obat golongan opioid,
misalnya morfin
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping jika digunakan
dengan obat antipsikotik, antihistamin, antikonvulsan lain,
antiansietas lain, obat bius, obat antidepresan golongan MAOI,
atau barbiturat

Kontraindikasi  penyakit ginjal, penyakit paru-paru atau saluran pernapasan, atau


gangguan mental tertentu, seperti keinginan bunuh diri, psikosis,
maupun depresi.
 menderita kecanduan alkohol atau pernah mengalami keracunan
alkohol.
 menderita myasthenia gravis, gangguan penglihatan, porfiria
akut, penyakit liver, sleep apnea, atau gangguan pernapasan
berat.
Penyimpanan Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi.
Jangan dibekukan.
Nama Dagang Nembutal

Nama Generik Pentobarbital


Golongan obat Barbiturat

Indikasi Mengobati insomnia, menjadi sedatif sebelum operasi, dan


meredakan kejang

Bentuk sediaan dan


 bentuk sediaan tablet, suntik, dan suppositoria
ukuran sediaan (dosis)
 Dewasa: 20–40 mg, 2–4 kali sehari.
 Anak-anak: 2–6 mg/kgBB dibagi dalam 3 jadwal penggunaan.
Dosis maksimal 100 mg per hari.

Aturan pakai Telan tablet pentobarbital dengan utuh. Jangan membelah, menggigit,
atau menghancurkan obat sebelum ditelan.

Mekanisme kerja * Farmakokinetik: Diserap dengan baik dari lambung dan usus halus,
dengan kadar puncak terjadi 2-20 jam. Didistribusikan ke seluruh
jaringan tubuh dan cairan dengan konsentrasi tinggi di otak, hati, dan
ginjal. Metabolism di hati berupa hidroksilasi dan konjugasi ke sulfat,
di ikuti oleh ekskresi melalui ginjal.
* Farmakodinamik: Obat ini bekerja dengan cara menghambat dan
memperlambat kerja dan aktivitas sistem saraf pusat, sehingga memicu
munculnya rasa kantuk.
Efek samping  Sulit tidur yang justru memberat
 Mimpi buruk
 Pusing atau sakit kepala
 Kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh
 Mual atau muntah
 Konstipasi
 Pingsan
 Halusinasi, gugup, atau bingung

Interaksi obat  Penurunan kadar dalam darah dari asam valproat, carbamazepine


atau phenytoin
 Penurunan kadar dan efektivitas dari pil KB dan obat
antikoagulan, seperti warfarin
 Peningkatan efek samping yang fatal, seperti gangguan
pernapasan berat, koma, hingga kematian, jika digunakan dengan
obat golongan opioid, seperti alfentanil atau buprenorphine

Kontraindikasi  menderita porfiria atau gangguan sistem pernapasan yang berat.


 sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
 menderita depresi, nyeri berat kronis, penyakit hati, penyakit
ginjal, hipertensi, hipotensi, atau penyakit paru.

Penyimpanan Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi.
Jangan dibekukan.

Anda mungkin juga menyukai